Anda di halaman 1dari 42

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa)

DI DESA ARAH TIGA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

PROPOSAL

Oleh :

FENGKI TANDAYO
1810003302035

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2022
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa

Arah Tiga Kabupaten Mukomuko ”. Shalawat beserta salam kepada Rasulullah

Muhammad SAW yang merupakan contoh dan suri tauladan bagi setiap umat.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian proposal ini, terutama kepada Ibu Ir. Amnilis,M.Si

sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Alin Deri Utama, SP., M.Si sebagai

Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan dan arahan yang telah diberikan

selama ini. Selanjutnya ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak

Dekan Fakultas Pertanian, Ibu Ketua Program studi Agribisnis dan Bapak/Ibu

Dosen lainnya serta teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian

proposal ini. Kemudian kepada kedua orangtua saya yang telah mencurahkan

segala upaya baik itu materil, moril maupun doa yang tulus menyertai saya.

Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini belum sempurna, dengan

segala keterbatasan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran

dan kritik demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga proposal

ini dapat bermanfat bagi setiap pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Padang, Maret 2022

Fengki Tandayo
ii

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................7
2.1 Padi..........................................................................................................7
2.2 Petani Padi Sawah...................................................................................8
2.3 Karakteristik Petani Padi Sawah..............................................................9
2.4 Teori Produksi.......................................................................................11
2.5 Pengertian Usahatani.............................................................................12
2.6 Faktor-Faktor Produksi dalam Usahatani..............................................12
2.7 Biaya dan Penerimaan Usahatani..........................................................14
2.7.1 Biaya Usahatani........................................................................14
2.7.2 Penerimaan Usahatani...............................................................15
2.8 Pengertian Pendapatan...........................................................................16
2.9 Keuntungan……………………………………………………...…….17
2.10 Penelitian Terdahulu............................................................................17
III. METODE PENELITIAN.............................................................................19
3.1 Metode Dasar Penelitian........................................................................19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................19
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................19
3.3.1 Populasi.....................................................................................19
3.3.2 Sampel.......................................................................................20
3.4 Sumber dan Jenis Data..........................................................................21
3.4.1 Sumber data...............................................................................21
3.4.2 Jenis data...................................................................................22
3.5 Teknis Pengambilan Sampel.................................................................22
3.6 Batasan Variabel....................................................................................23
iii

3.7 Metode Analis Data..............................................................................23


3.7.1 Analisis biaya usahatani padi sawah.........................................23
3.7.2 Revenue cost ratio (R/C) dan analisis titik impas (BEP)..........25
3.8 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel………………………27
iv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Luas lahan dan produksi padi sawah di Indonesia...................................1
Tabel 2. Luas panen dan produksi padi di Provinsi Bengkulu...............................2
Tabel 3. Data luas panen dan produksi padi di Kabupaten Mukomuko.................3
Tabel 4. Data lahan panen dan produksi padi di Desa Arah Tiga..........................4
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia ialah salah satu negara berkembang yang sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian. Hal ini bisa diartikan

bahwa kehidupan sebagian rumah tangga bergantung pada sektor pertanian ini

(Nurmanaf, 2003 dalam Astuti 2013). Sektor pertanian merupakan sektor yang

sangat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi nasional. Hal ini bisa kita

lihat bahwa sektor pertanian lebih besar memberikan peran dalam perekonomian

dan mampu memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Padi ialah hasil pertanian yang menghasilkan beras yang merupakan

makanan pokok masyarakat Indonesia. Meskipun padi bisa diganti dengan

makanan lain namun padi memiliki nilai sendiri bagi orang yang terbiasa

memakannya dan tidak mudah untuk menggantinya dengan makanan lain (Suger,

2001:16). Melihat pentingnya komoditas padi maka padi menjadi prioritas dalam

pembangunan pertanian terutama dalam tanaman pangan.

Usahatani merupakan salah satu kegiatan mengusahakan dan mengkordinir

faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga

memberikan manfaat sebaik-baiknya bagi petani. Usahatani ialah cara-cara

menentukan, menggorganisasikan dan mengkordinasi penggunaan faktor-faktor

produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan

pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).

Petani padi sawah yang berkompetensi adalah petani yang memiliki

karakteristik dan perilakunya terukur dalam bertindak dan bertanggung jawab


2

pada usahataninya, sehingga petani tersebut dianggap mampu oleh masyarakat

lain. Petani yang kompeten merupakan petani yang memiliki kemampuan teknis

dan kemampuan manajerial dalam melaksanakan usahataninya. Kemampuan

teknis dari seorang petani dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas dan

kuantitas produksi usahatani, sedangkan kemampuan manajerial dapat digunakan

dalam mengelola usahatani untuk memperoleh keuntungan (Helmy dkk, 2013).

Di Indonesia upaya peningkatan produksi padi dari tahun ke tahun terus

dilakukan. Menurut data Badan Pusat Stasistik dalam 3 tahun terakhir

menunjukan bahwa produksi padi mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2021 terus

mengalami peningkatan. Pada tahun 2019 produksi padi sebesar 54,604,033.34

Ton dengan luas panen 51.14 Ha, pada tahun 2020 produksi padi meningkat

menjadi 54,649,202.24 Ton dengan luas panen 51.28 Ha dan pada tahun 2021

produksi padi terus meningkat menjadi 55,269,619.39 Ton dengan luas panen

52.56 Ha (Lampiran 1). Peningkatan produksi ini mengindikasikan bahwa

program pemerintah terkait peningkatan produksi ada keberhasilannya secara

nasional.

Di Provinsi Bengkulu produksi dan luas panen padi sawah dalam 3 tahun

terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2019 produksi padi sebesar

296,472.07 Ton dengan luas panen 64,406.86 Ha, pada tahun 2020 menurun

menjadi 292,834.04 Ha dengan luas panen yang juga makin menurun seluas

64,137.28 Ha dan tahun 2021 produksi makin menurun sebesar 272,772.61 Ton

dengan luas panen yang juga menurun seluas 56,721.13 Ha (Lampiran 2). Dari

data produksi dan luas panen Provinsi Bengkulu yang terus mengalami penurunan
3

setiap tahun harus menjadi perhatian pemerintah Provinsi Bengkulu untuk

memenuhi kebutuhan nasional.

Kabupaten Mukomuko merupakan salah satu Kabupaten yang ada di

Provinsi Bengkulu dimana sebagian besar wilayahnya adalah pertanian. Hal ini

didukung oleh adanya Bendungan Air Manjuto yang berada di Desa Lalang Luas

yang mampu mengairi 16 ribu hektar sawah dan Bendungan Sungai Selagan yang

berada di Kecamatan Selagan Raya. Data 3 tahun terakhir mencatat bahwa

produksi padi mengalami penurunan dari tahun 2018 hingga tahun 2020. Produksi

padi tahun 2018 sebesar 80.998 Ton dengan luas panen 13.809 Ha, pada tahun

2019 produksi turun menjadi 78.339 Ton dengan luas lahan yang juga menurun

menjadi 13.586 Ha dan pada tahun 2020 produksi padi makin menurun menjadi

49.550,75 Ton dengan luas lahan yang juga makin menurun menjadi 7.965 Ha.

(Lampiran 3). Data produksi dan luas panen padi di Kabupaten Mukomuko yang

terus mengalami penurunan hal ini berarti pemerintah Kabupaten Mukomuko

harus berusaha meningkatkan produksi padi dan mengatasi kemunduran luas

panen padi.

Lubuk Pinang merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten

Mukomuko dengan produksi dan luas panen padi sawah yang berfluktuasi 5 tahun

terakhir dari tahun 2016 hingga tahun 2020 . Berdasarkan data yang tercatat di

Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, produksi dan luas panen padi sawah di

Kecamatan Lubuk Pinang dari tahun 2016-2018 mengalami peningkatan. Pada

tahun 2016 produksi padi sebesar 23.022 Ton dengan luas panen 3.769 Ha, pada

tahun 2017 produksi padi sebesar 27.296 Ton dengan luas panen tercatat 4.397

Ha, pada tahun 2018 produksi padi sebesar 36.246 Ton dengan luas panen tercatat
4

5.937 Ha. Hal ini berbeda dengan luas panen dan produksi padi sawah dari tahun

2019-2020 yang mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2019 produksi padi

sebesar 33.048 Ton dengan luas panen 5.343 Ha sedangkan pada tahun 2020

produksi padi sebesar 24.755,45 Ton dengan luas panen tercatat 2.166 Ha (Dinas

Pertanian, 2021) (Lampiran 4).

Desa Arah Tiga merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Lubuk

Pinang yang memiliki lahan pertanian untuk padi sawah yang luas. Padi

merupakan sumber pendapatan sebagian besar penduduk disamping kegiatan

lainnya. Desa Arah Tiga merupakan sentral penghasil gabah dimana produksi dan

luas panen padi sawah berfluktuasi pada tahun 2016 hingga tahun 2020. Pada

tahun 2016 produksi padi 8.010,66 Ton dengan luas panen 573 Ha, pada tahun

2017 produksi padi naik menjadi 8.253,50 Ton dengan luas panen 573 Ha. Pada

tahun 2018 produksi padi turun menjadi 7.768 Ton dengan luas panen yang juga

mengalami penurunan menjadi 572, pada tahun 2019 produksi padi mengalami

kenaikan menjadi 7.950 Ton dengan luas panen 572 Ha dan pada tahun 2020

produksi makin mengalami kenaikan lagi menjadi 8.738 Ton dengan luas lahan

juga mengalami kenaikan menjadi 573 Ha (Kantor Desa Arah Tiga, 2021)

(Lampiran 5). Namun luas wilayah belum menjamin tingginya pendapatan

usahatani padi sawah yang dipengaruhi oleh petani dan biaya-biaya penggunaan

input usahatani. Besarnya produksi juga belum tentu menjamin pula besarnya

tingkat pendapatan.

Permasalahan usahatani padi sawah di Desa Arah Tiga menurut salah satu

petani ialah adanya hama yang menyerang tanaman padi sawah dan kesulitan

dalam mendapatkan pupuk sehingga produksi padi perhektarnya tidak menentu


5

sedangkan tenaga kerja dari keluarga dan juga dari buruh tani serta belum terlalu

memperhitungkan apakah usahatani yang dilakukan benar – benar memberikan

keuntungan atau tidak (Petani Desa Arah Tiga April, 2022). Di Desa Arah Tiga

pemanfaatan lahan sawah bisa 3 kali dalam setahun dengan jenis padi Empari,

Mekongga,Ciherang, Ir 42,Soimah,Ir 66 dan yang paling banyak dipakai adalah

Mekongga. Hal ini dipengaruhi oleh saluran irigasi dari Bendungan Manjuto dan

Bendungan Sungai Selagan sehingga pengairan padi sawah berjalan lancar.

Berdasarkan informasi dari pihak terkait secara empiri belum ada dilakukan

penelitian tentang kelayakan usaha tani padi sawah di Desa Arah Tiga. Sehingga

dipandang perlu untuk melakukan penelitian terkait dengan hal tersebut. Selain

produktifitas padi sawah yang masih rendah, juga karakteristik petani yang

berbeda diantaranya adanya perbedaaan luas lahan, umur dan pendidikan petani

baik pendidikan formal maupun non formal.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian tentang

‘’Analisis Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Desa Arah Tiga Kecamatan

Lubuk Pinang Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu’’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik petani padi sawah di Desa Arah Tiga Kecamatan

Lubuk Pinang Kabpuaten Mukomuko Provinsi Bengkulu?


6

2. Bagaimana kelayakan usahatani padi sawah Desa Arah Tiga Kecamatan

Lubuk Pinang Kabpuaten Mukomuko Provinsi Bengkulu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik petani padi sawah di Desa Arah Tiga Kecamatan

Lubuk Pinang Kabpuaten Mukomuko Provinsi Bengkulu.

2. Menganalisis kelayakan usahatani padi sawah di Desa Arah Tiga

Kecamatan Lubuk Pinang Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi bagi

petani untuk menggembangkan usahatani padi sawah.

2. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam

merumuskan kebijakan untuk pengembangan usahatani yang efisien

sehingga keuntungan maksimal dapat tercapai.

3. Sebagai rujukan bagi peneliti berikutnya yang terkait dengan penelitian ini.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi

Padi merupakan bahan utama makanan pokok yang sangat dibutuhkan

masyarakat Indonesia. Menanam padi sudah menjadi kebiasaan dan mendarah

daging bagi sebagian besar petani yang ada di Indonesia. Awal mulanya kegiatan

ini banyak dilakukan oleh petani yang ada di pulau Jawa, namun seiring waktu

berlalu hampir seluruh daerah yang ada di Indoensia sudah tidak asing lagi dengan

tanaman padi sawah. Meskipun makanan pokok bisa digantikan dengan bahan

makanan yang lain, namun keberadaannya memiliki nilai tersendiri bagi

masyarakat yang terbiasa makan nasi dan tidak mudah menggantikannya dengan

makanan lain (AAK dalam Andi 2014).


8

Tanaman padi merupakan jenis tumbuhan yang sangat mudah ditemukan

terutama didaerah pedesaan. Hamparan sawah banyak ditanami dengan padi.

Sebagian besar masyarakat menggunakannya sebagai makanan pokok. Padi ialah

tanaman yang termasuk kedalam genus Oryza L yang meliputi kurang lebih dari

25 spesies yang tersebar didaerah tropis dan substropis, seperti Asia dan Afrika.

Padi yang ada sekarang merupakan persilangan antara Oryza officianalis dan

Oryza sativa F.Ina (Mubaroq, 2013).

Padi ialah tanaman pokok yang dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat

Indonesia setiap harinya sehingga kebutuhan akan padi sangat tinggi akan tetapi

produktifitas ataupun supply kemasyarakat rendah dan tidak balance. Harga padi

ditingkat petani sangat rendah sedangkan harga besar dipasaran sangat tinggi.

Masalah lainnya ialah harga pestisida dan harga pupuk yang mahal serta harga

bibit yang tidak menentu sehingga biaya produksi yang dikeluarkan menjadi

tinggi. Kadang biaya yang dikeluarkan petani lebih tinggi dibandingkan

pendapatan sehingga kebanyakan petani memiliki tingkat perekonomian yang

rendah (Listiani, 2019).

1.2 Petani Padi Sawah

Petani merupakan orang yang menggantungkan kehidupannya dengan

mengelola lahan pertaniannnya sebagai mata pencaharian utamanya (Witrianto,

2011). Biasanya petani bertempat tinggal didaerah pedesaan dan sebagian besar

tinggal didaerah yang penduduknya padat di Asia Tenggara.

Petani ialah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian

ataupun seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian yang dimulai dari awal

mengolah lahan, pembibitan sampai pemanenan. Matahari ialah energy yang


9

menimpa bumi baik yang ada manusianya ataupun tidak. Dimana saja terdapat

suhu yang tepat dan air yang cukup maka akan dihidupi oleh hewan dan

ditumbuhi oleh tumbuhan. Adapun yang mengendalikan keadaan, merasakan

kegunaan hasil tanaman dan hewan , yang akan mengubah tanaman dan hewan

serta sifat dari tanah supaya lebih bermanfaat baginya, manusia yang melakukan

semua itu ialah petani (Mosher, 1991). Menurut Raharjo (2007) petani yang tidak

mempunyai lahan pertanian sendiri tidak dianggap sebagai petani sejati. Secara

politisnya petani mutlak dan mempertahankan serta menjaga hak miliknya

terhadap tanah tersebut. Petani sejati memiliki kaitannya dengan kehidupan sosial

budaya politik.

Menurut Rahardjo (2007) berdasarkan kepemilikan dan penguiasaan tanah,

petani dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Pemilik penggarap murni ialah petani yang menggarap tanahnya sendiri.

2. Penyewa dan penyekap murni ialah petani yang tidak memiliki lahan

pertanian tetapi mengusai tanah garapan melalui sewa atau bagi hasil.

3. Pemilik penyewa atau pemilik penyakap ialah petani yang disamping

menggarap tanah miliknya juga menggarap tanah orang lain melalui

sewa atau bagi hasil

4. Pemiliki bukan penggarap ialah petani yang menyewakan tanahnya ke

petani lain

5. Petani tunawisma ialah petani yang melakukan penggarapan terhadap

lahan pertanian berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis dan

sosial ekonomi sesuai tujuan, kemampuan dan sumber daya yang


10

dimiliki menghasilkan padi sawah sebagai komoditas penting dalam

sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia (Saribu, 2003)

1.3 Karakteristik Petani Padi Sawah

1. Umur Petani

Umur petani merupakan usia petani saat melakukan penelitian yang

dinyatakan dalam tahun. Umur berhubungan dengan kekuatan fisik, semangat,

pengalaman dan tingkat adopsinya. Salah satu faktor yang menentukan

produktivitas kerja dalam pengembangan usaha ialah umur, dimana konsepannya

petani yang umurnya muda akan lebih kuat bekerja, cekatan, mudah menerima

inovasi, tanggap terhadap lingkungan sekitar dibandingkan dengan petani usia tua

yang lebih suka menolak inovasi baru (Soekarwati, 2003)

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan memperlihatkan

tingkat pengetahuan dan wawasan petani dalam menerapkan apa yang dimilikinya

untuk meningkatakan pendapatan (Hasyim, 2003). Tingkat pendidikan ialah

jumlah tahun dalam mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada

bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan daya adopsi

terhadap suatu inovasi. Orang yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah

menerima dan mencoba hal-hal baru serta lebih terbuka (Saridewi, 2010). Tingkat

pendidikan akan mengubah pola pikir dan penalaran yang lebih baik sehingga

semakin lama seseorang mengikuti pendidikan formal maka akan semakin

rasional.

3. Lama Berusahatani
11

Pengalaman ialah pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam kurun waktu

yang tidak ditentukan. Pengalaman yang baik akan memberikan dampak positif

untuk menyerap suatu inovasi (Wiharjo, 1999). Menurut Soekarwati (2003)

pengalaman yang dimiliki seseorang dalam berusahatani akan berpengaruh dalam

menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih

mudah dalam menyerap inovasi dibandingkan petani pemula.

4. Jumah Tanggungan

Jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh terhadap tanggungan keluarga,

semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan juga aka meningkat,

sehingga biaya hidup semakin meningkat (Friedman, 1998). Jumlah tanggungan

keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan dalam

memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan akan mendorong petani

untuk melakukan berbagai aktivitas terutama dalam mencari dan menambah

pendapatan keluarga. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan

petani dalam berusahatani.

1.4 Teori Produksi

Produksi ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna

suatu benda atau menciptakan suatu benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam

memenuhi kebutuhan. Produksi tidak hanya sebatas pada pembuatan saja tetapi

juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengenceran dan pengemasan

kembali (Millers dan Meiners, 2000). Untuk menganalisis suatu proses produksi

maka dibuatlah suatu fungsi produksi. Fungsi produksi berfungsi sebagai

hubungan fisik antara input dan output. Kemudian untuk menghasilkan suatu
12

produk dapat dipengaruhi oleh produk lain bahkan untuk produk tertentu dapat

menggunakan input yang satu ataupun yang lainnya.

2.5 Pengertian Usahatani

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat

ditempat itu yang dibutuhkan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan

air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-

bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa

bercocok tanam atau memelihara ternak. Didalam ekonomi pertanian dapat

dibedakan pengertian peoduktivitas dan pengertian produktivitas ekonomis

usahatani. Dalam pengertian ekonomis maka letak dan jangkauan usahatani dari

pasar sangat penting sekali artinya. Dimana dua buah usahatani mempunyai

produktivitas fisik yang sama, maka usahatani lebih dekat dengan pasar

mempunyai nilai yang lebih tinggi karena produktivitas ekonominya lebih besar.

2.6 Faktor-Faktor Produksi dalam Usahatani

Menurut Hermanto dalam Suratiyah (2008 : 37), menambahkan ada lima

unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi,

yaitu sebagai berikut

1) Tanah usahatani

Tanah usahatani ini dapat berupa tanah perkarangan, tegalan dan sawah.

Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli,

menyewa, bagi hasil, pemberian Negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah

bisa diusahakan dengan cara monokultur atau tumpang sari.

2) Tenaga kerja
13

Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-

anak yang dapat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, ketarampilan, tingkat

kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga dapat berasal

dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan).

3) Modal

Modal dalam usahatani dapat digunakan untuk membeli sarana produksi

untuk pengeluaran selama kegiatan berlangsung. Sumber modal dapat diperoleh

dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas uang/famil/tetangga),

hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.

4) Pengelolaan atau manajemen

Pengeloaan dalam usahatani adalah dapat meningkatkan kemampuan petani

untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasi faktor-faktor produksi

yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi

pertanian sebagaimana diharapkan. Pengenalan dan pemahaman terhadap prinsip

teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang

berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perlakuan cabang usaha diputuskan

(b) perkembangan teknologi (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara

budidaya dan alternatif cara lain berdasarkan pengalaman orang lain.

Prinsip ekonomis antara lain :

(a) menentukan perkembangan harga

(b) kombinasi cabang usaha

(c) pemasaran hasil

(d) pembiayaan usahatani


14

(e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang

diambil agar resiko sangat tergantung kepada :

(a) perubahan sosial

(b) pendidikan dan pengalam petani.

5) Produksi

Produksi adalah hasil produksi fisik, yang diperoleh petani dari hasil

usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam kg per hektar permusim

(khusus untuk jenis tanaman yang diusahakan). Produksi tersebut juga dapat

dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam

penciptaan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usahatani lainya.

2.7 Biaya dan Penerimaan Usahatani

2.7.1 Biaya Usahatani

Menurut Suratiyah (2008: 28) biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan

untuk memperoleh hasil. Menurut kerangka waktunya, biaya dapat dibedakan

menjadi biaya jangka pendek, dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek

terdiri dari biaya tetap, dan biaya variabel, sedanngkan dalam jangka panjang

semua biaya/diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya usahatani akan

dipengaruhi oleh pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga

kerja, dan intensitas pengelolaan usahatani.

Menurut Raharja dalam Suratiyah (2008: 8), biaya-biaya tersebut dapat

didefinisikan sebagai berikut :

1. Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami

perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan dalam batas
15

tertentu. Yang termasuk biaya tetap, seperti gaji yang di bayar tetap, seawa tanah,

pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap

lainya.

2. Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-rubah sesuai

dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya, biaya variebel

berubah menurut tinggi rendahnya output yang dihasilkan, atau tergantung pada

skala produksi dilakukan. Yang termasuk biaya variabel dalam usahatani seperti

biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja

yang dibayar berdasarkan perhitungan volume produksi.

2.7.2 Penerimaan Usahatani

Menurut Shinta (2005) penerimaan usahatani adalah antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual. Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani. Penerimaan

bersih usahatani adalah merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani

dengan penerimaan total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua

masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja

dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah nilai total

produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu yang dijual maupun tidak dijual.

Menurut Soekartiwi (1996:24) menyatakan bahwa berhasil di dalam suatu

kegitan usahatani tergantung pada pengelolaannya karena walaupun ketiga factor

yang tersedia, tetapi tidak adanya manajemen yang baik, maka penggunaan dari

factor-faktor produksi yang lain tidak akan memperoleh hasil yang optimal. Bagi

seorang petani, analisa pendapatan merupakan ukuran keberhasilan dari suatu

usahatani yang dikelola dan pendapatan ini digunakan untuk memenuhi


16

kebutuhan sehari-hari dan bahkan dapat dijadikan sebagai modal untuk

memperluas usahataninya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Patong dalam

Suratiyah (2008) bahwa bentuk jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama

yaitu memenuhi kebutuahan sehari-hari dan memberikan kepuasan kepada petani

agar dapat melanjutkan usahanya.

Besarnya pendapatan petani dan usahatani dapat menggambarkan bahwa

kemajuan ekonomi usahatani dan besarnya tingkat pendapatan ini juga digunakan

untuk membandingkan keberhasilan petani yang satu dengan petani yang lainnya.

Soeharjo dan Patong dalam Suratiyah (2008:16) mayatakan bahwa analisis

pendapatan usahatani memerlukan dua hitungan pokok, yaitu keadaan penerimaan

dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.

Penerimaan usahatani berwujud tiga hal, yaitu :

1. hasil penjualan tanaman, ternak, dan hasil ternak

2. produksi yang dikomsumsikan keluaraga

3. kenaikan nilai industry

2.8 Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan bersih seorang yang baik berupa uang

kontan atau natura. Pendapatan atau disebut juga hasil penjualan dari faktor-faktor

produksi terse]=but yang digunakan sebagai input proses dengan harga yang

berlaku dipasar produksi. Pendapatan perusahaan berasal dari penjualan.

Sementara itu, nilai penjualan ditentukan oleh jumlah unit terjual, atau lebih

sederhana dikatakan pendapatan fungsi (Noor, 2007 :32)


17

Menurut Shinta (2005 : 19) pendapatan dalam pengertian ilmu ekonomi

adalah hasil berupa uang atau material lainnya yang dicapai dari penggunaan

kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas, pendapatan sebagai jumlah uang yang

diterima oleh masyarakat rumah tangga yang boleh dibelanjakan oleh penerima

untuk barang dan jasa yang sesui dengan keinginanya.

Karlina (2010 :33), dalam konteks akutansi menjelaskan, kata ‘’income

diartikan sebagai penghasilan dari kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan

meliputi baik pendapatan maupun keuntungan (gain)’’. Selain itu juga,

pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal

dengan sebutan berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dan sewa.

Definisi tersebut memberikan pengertian pendapatan lebih luas, income meliputi

pendapatn yang berasal dari kegiatan operasi normal. Sedangkan revenue

merupakan penghasilan dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan

perolehan dari setiap transaksi yang terjadi.

2.9 Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya

(cost). Biaya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya tetap seperti sewa

tanah, pembelian alat pertanian dan biaya tidak tetap seperti biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, pembayaran tenaga kerja

(Soekartawi, 2002). Keuntungan ialah kegiatan pedagang yang mengurangkan

beberapa biaya yang dikeluarkan dengan hasil penjualan yang didapatkan..

Apabila hasil penjualan yang didapatkan dikurangi dengan biaya-biaya tersebut

nilainya positif maka diperoleh keuntungan (laba) (Sukirno, 2005).


18

Menurut Moehar (2001), keuntungan merupakan tujuan utama dalam usaha

yang direncanakan, semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin layak

juga usaha yang sedang dijalankan. Keuntungan dari suatu usaha tergantung pada

hubungan antara biaya produksi yang dikeluarkan dengan jumlah penerimaan dari

hasil penjualan, dengan cara menekan biaya sewajarnya agar dapat memperoleh

keuntungan sesuai dengan yang diinginkan, adapun biaya yang dikeluarkan adalah

baiaya tetap dan baiaya variabel.

Ditinjau dari resiko yang dihadapi oleh setiap jenis usaha maka keuntungan

dapat dilihat sebagai pembayaran untuk menghadapi resiko tersebut. pembayaran

yang dimaksud ialah pembayaran untuk keahlian, keusahaan yang disediakan oleh

para pedagang dalam mengorganisir dan memanfaatkan faktor-faktor produksi

yang ada sehingga produksi yang dihasilkan dapat memberikan hasil yang

maksimal. Dalam mencapai keuntungan yang maksimal maka keputusan tentang

jumlah barang yang perlu diproduksikan dan bagaimana cara memproduksikannya

harus selalu dipertimbangkan.

2.10 Penelitian Terdahulu

Menurut Endro (2009), usahatani padi sawah di kecamatan Aesesa,

Kabupaten Ngada menyatakan bahwa perlu memperhatikan faktor-faktor produksi

seperti penggunaan benih, pupuk dan pestisida sehingga hasil yang diharapkan

dapat diperoleh. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa padi sawah mempunyai

peranan yang baik dalam sumbangannya terhadap tingkat pendapatan petani. Hal

ini terlihat dari jumlah pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani padi

sawah sebesar Rp.889.217 ha. Jika pendapatan ini dikonversikan ke dalam beras
19

dengan harga standar Rp.450,.- pada tahun 1990, maka rata-rata pendapatan

petani adalah ± 1.976.04 Kg setara beras. Penelitian ini dilakukan oleh Adoe

dalam Endro (2009) bahwa secara ekomonis usahatani padi sawah di Kecamatan

Rote Timur menguntungkan dengan nilai R/C ratio 3,18 dengan total pndaptan

sebesar Rp.8.462,00/petani atau Rp.4.614,02/hektar. Usahatani padi sawah di

kecamatan rote timur kabupaten rote Ndao menunjukan bahwa penggunaan sarana

produksi seperti pupuk dan pestisida masih dalam batasan yang wajar (dalam segi

jumlah dan dosis) sesuai dengan yang dimiliki/digunakan. Penelitian yang

dilakukan oleh Srilangga dalam Endro (2009) menyatakan bahwa rata-rata

pendapatan usatani padi sawah di Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang

pertahun semakin meningkat pada tahun 2003 produktifitas padi sawah sebesar

25,00Kw/ha dengan luas panen 16.827ha, pada tahun 2004 naik menjadi 35,00

kw/ha dengan luas panen 13.452 ha dan pada tahun 2005 naik lagi menjadi 35.00

Kw/ha dengan luas panennya 12.106 ha.

-
20

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang akan diterapkan pada penelitian ini

merupakan metode kuantitatif yang datanya berupa angka – angka. Penelitian

kuantitaif merupakan penelitian yang berdasrkan pada filsafat positivism yang

akan digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau

statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya

sehingga hasilnya dapat mengetahui apa yang telah diduga (Sugiono, 2017)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Arah Tiga Kecamatan Lubuk Pinang

Kabupaten Muko-Muko. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

(Purposive) dengan dasar pertimbangan bahwa dilokasi tersebut merupakan salah

satu potensi besar pertanaman padi sawah dengan luas lahan pada tahun 2020

sebesar 573 ha dan produksi sebesar 8.738 ton (Kantor Desa Arah Tiga, 2021 )

(Lampiran 5). Sedangkan waktu pengambilan data dimulai pada bulan April –

Mei 2022 .

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto dan

Suharsimi, 2013). Jadi populasi merupakan individu yang mempunyai sifat sama

meskipun presentase kesamaan itu sedikit, atau disebut juga dengan seluruh

individu yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian.


21

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di Desa Arah Tiga

yaitu sebanyak 399 petani. Dalam penelitian ini populasi petani padi sawah di

Desa Arah Tiga dikelompokkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Yang memiliki luas lahan ≥ 0,5 Ha

2. Lahan milik sendiri

3. Petani yang sudah memiliki pengalaman bertani padi sawah

selama kurang lebih 5 tahun

4. Telah berkeluarga

5. Musim tanam

Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah populasi yang memenuhi

kriteria adalah sebanyak 374 petani, namun jumlah petani yang akan digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 3 orang.

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto dan Suharsimi, (2013) mengatakan bahwa sampel

merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penentuan jumlah sampel

dapat dilakukan dengan melalui perhitungan statistik dengan menggunakan rumus

Slovin. Rumus tersebut digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi

yang telah diketahui jumlahnya yaitu sebanyak 374 populasi. Menurut Husein

(2003), untuk tingkat presisi yang ditetapkan dalam penentuan sampel adalah

10%.

Rumus Slovin :

N
n= 2
1+ N ( e )
22

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Jumlah sampel

e = Kesalahan pengambilan sampel ditetapkan sebesar 10%

Berdasarkan rumus Slovin, maka besarnya jumlah sampel penelitian adalah :

N
n=
1+ N ( e2 )

3
¿ 2
1+3 (0,10 )

3
n=
1,03

¿ 2,91=3 Sampel

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh ukuran sampel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 3 petani padi sawah.

3.4 Sumber dan Jenis Data

3.4.1 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari petani padi sawah

di Desa Arah Tiga melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi.

Data sekunder merupakan data yang bersumber dari kantor daerah (kantor Desa

Arah Tiga), dokumen Dinas (Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko), dan Badan

Pusat Statistik (BPS).


23

3.4.2 Jenis data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data informasi yang dinyatakan dalam

bentuk kata-kata, kalimat dan gambar. Data ini menjelaskan karakteristik atau

sifat. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka.

3.5 Teknis Pengambilan Sampel

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk mengetahui fakta yang telah terjadi di daerah penelitian berdasarkan

pengamatan sendiri. Pengamatan ini dilakukan secara langsung oleh peneliti di

Desa Arah Tiga Kecamatan Lubuk Pinang Kabupaten Mukomuko.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mendapatkan

informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (Singarimbun dan

Effendi, 1995). Peneliti mengadakan tatap muka langsung dengan petani padi

sawah di Desa Arah Tiga untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan

menggunakan kuesioner dan melakukan proses wawancara seperti tanya jawab.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk mengumpulkan

data fisik dan kondisi wilayah di Desa Arah Tiga Kecamatan Lubuk Pinang

Kabupaten Mukomuko.
24

3.6 Batasan Variabel

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk tujuan pertama, variabel yang diamati adalah:

a. Umur

b. Tingkat pendidikan

c. Luas lahan

d. Pengalaman berusahatani

e. Jumlah anggota keluarga

2. Untuk tujuan kedua variabel yang diamati adalah:

a. Produksi

b. Harga

c. Biaya produksi

3.7 Metode Analis Data

Untuk menjawab tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui karakteristik

petani padi sawah tadah hujan di Desa Arah Tiga Kecamatan Lubuk Pinang

Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Dianalisa dengan menggunakan

metode analisa deskriptif kualitatif.

Untuk menjawab tujuan penelitian kedua yaitu bagaimana kelayakan

usahatani petani padi sawah tadah hujan di Desa Arah Tiga Kecamatan Lubuk

Pinang Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Analisa data menggunakan

metode analisis deskriptif kuantitatif.

Yang meliputi:

1. Penerimaan
25

Besarnya penerimaan usahatani padi sawah yang diterima oleh petani dapat

diketahui dengan menggunakan rumus menurut (Soekartawi, 2005) yaitu:

TR = P . Q

Keterangan :

TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp/Ha/MT)

P = Price/Harga ) (Rp/kg)

Q = Quantity/Produksi (Ton/Ha/MT)

2. Biaya

Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani padi

sawah maka digunakan rumus menurut Soekartawi (2002) yaitu:

TC = Bt + Bd

Keterangan:

TC = Total Cost/Total Biaya (Rp/Ha/MT)

Bt = Fee Cost/Biaya Tunai (Rp/Ha/MT)

Bd = Are Calculated Cost/Biaya Diperhitungkan (Rp/Ha/MT)

3. Pendapatan

Menurut Soekartawi, (1995) untuk melihat besarnya pendapatan usahatani

menggunakan rumus:

I =TR−Bt

Keterangan :

I = Income/Pendapatan (Rp/Ha/MT)

TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp/Ha/MT)

Bt = Fee Cost/Biaya Tunai (Rp/Ha/MT)


26

4. Keuntungan

Analisis besarnya keuntungan usahatani padi sawah yaitu menggunakan

rumus menurut Soekartawi, (1995) yaitu:

π=TR−¿TC

Keterangan :

π = Advantage/Keuntungan (Rp/Ha/MT)

TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp/Ha/MT)

TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp/Ha/MT)

5. R/C Ratio

Return/Cost adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya

(Soekartawi, 2001).

R/C Ratio = TR/TC

Keterangan :

R/C Ratio = Retrun Cost Ration/Rasio Biaya Pengembalian

TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp/Ha/MT)

TC = Total Cost/Total Biaya (Rp/Ha/MT)

Dengan Kriteria :

Apabila R/C Ratio > 1, usahatani padi sawah menguntungkan

Apabila R/C Ratio = 1, usahatani padi impas

Apabila R/C Ratio < 1, usahatani padi sawah merugi

6. BEP (Break Event Point)


27

Break event point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan

produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan

pendapatan (Soekartawi, 2006).

Total Biaya
BEP Produksi=
Harga Jual

Total Biaya
BEP Harga=
Total Produksi

Keterangan :

BEP (Q) = Produksi

TC = Total Biaya

P = Harga (Rp)

BEP (P) = Harga

TC = Total Biaya

(Q) = Produksi

3.8 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel


1. Petani padi sawah tadah hujan adalah petani yang memiliki lahan padi sawah

untuk memproduksi dan melakukan usahatani padi sawah dimana

pengairannya berasal dari air hujan dengan musim tanam selama 6 (enam

bulan).

2. Umur petani adalah usia responden pada saat dilakukan penelitian (Tahun).

3. Pendidikan petani adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh

responden, berupa pendidikan formal yaitu SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan

Tinggi

4. Luas lahan adalah luas lahan yang dimiliki dan ditanami padi sawah oleh

petani dalam satuan (Ha).


28

5. Pengalaman berusahatani artinya berapa lama petani melaksanakan usahatani

padi sawah tadah jujan dalam satuan (Tahun).

6. Jumlah anggota keluarga : orang yang tinggal satu atap dan makan satu dapur

yang merupakan tanggungjawab KK (orang)

7. Penerimaan adalah hasil yang diperoleh petani dari penjualan hasil produksi

dikalikan dengan harga jual diukur dalam satuan rupiah per satu kali musim

tanam (Rp/Ha/MT).

8. Produksi adalah hasil produksi yang diperoleh petani padi sawah per satu kali

musim tanam yang dihitung dalam bentuk gabah padi (Ton/Ha/MT).

9. Harga adalah harga jual padi sawah yang diterima oleh petani padi sawah

dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp/kg).

10. Pendapatan adalah penerimaan yang diterima oleh petani padi sawah dalam

satuan rupiah per musim tanam (Rp/Ha/MT).

11. Biaya tunai adalah seluruh biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam

usahatani padi sawah per satu kali musim tanam seperti biaya bibit, pupuk dan

lain-lain yang diukur dalam (Rp/Ha/MT).

12. Biaya yang diperhitungkan adalah seluruh biaya yang tidak dikeluarkan tetapi

dihitung secara ekonomi selama satu kali musim tanam misalnya tenaga kerja

dalam keluarga. (Rp/Ha/MT).

13. Keuntungan usahatani adalah penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya-

biaya yang dikeluarkan diukur dalam satuan rupiah (Rp/Ha/MT).

14. Analisis R/C Ratio (Revenue/Cost Ration) adalah perbandingan antara

penerimaan dengan total biaya usahatani


29

15. BEP adalah suatu yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau

rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan.


30

DAFTAR PUSTAKA

A.A.K, 2006. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Pendeketan Praktik. Rineka Cipta :


Jakarta.

Astuti, N. (2013). Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah (Oriza Satival) Di


Kecamatan Kaway Xvi Kabupaten Aceh Barat (Doctoral dissertation,
Universitas Teuku Umar Meulaboh).

Badan Pusat Statistik. 2022. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi. Jakarta
: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2022. Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Padi. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Damayanti, L. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Pendapatan


dan Kesempatan Kerja pada Usaha Tani Padi Sawah di Daerah Irigasi
Parigi Moutong”. Jurnal SEPA . Vol. 9, No. 2, Februari 2013: 249-259.

Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, 2021. Dalam Angka.

Endro, S.2009, Hasil Penelitian Terdahulu tentang pendapatan usahatani Tanaman


Padi. http://www.agrimart.com. Diakses pada tanggal 13 Januari 2013 Pukul
15.00 WIB.

Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Teori dan Praktik. EGC. Jakarta.

Hasyim, 2003. Analisis Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani terhadap


Program Penyuluhan Pertanian, Laporan Hasil Penelitian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Kantor Desa (2022). Profil Desa Lubuk Gedang: Kecamatan Lubuk Pinang
Kabupaten Mukomuko.
31

Karlina, A. 2010. Penerapan PSAK Nomor 23 Dalam Pengakuan dan Pengukuran


Pendapatan Pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan.

Listiani, 2019. Analisis Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Mlonggo


Kabupaten Jepara. ISSN 2580-0566. EISSN 2621-9778.

Mangunwidjaja dan Sailah. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Millers, Roger Leroy dan Roger E. Meiners, 2000. Teori Mikro Ekonomi
Intermediate. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Moehar, 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara : Jakarta.

Mosher, A.T., 1991. Menggerakkan Dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna.


Jakarta.

Mubaroq A, I., 2013, Kajian Potensi Bionutrien Caf dengan Penambahan Ion
Logam Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi. Skripsi
Fakultas Pertanian. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Noor, H., Faizal. 2007. Ekonomi Majerial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Pasaribu, E. et al. (2020) Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor Pertanian
Wilayah di Bengkulu, Jurnal Ekonomi Qu, 10(2), pp. 129–144.

Raharjo, 2007. Strategi Menghindar Kerusakan Mutu Produk Pangan.


Http://Www. Hariskal. Worppress Com Dinduh Tanggal 28 November
2011.

Rahim, Abd. 2012. Model Analisis Ekonomi Pertanian. Makassar: Badan Penerbit
UNM.

Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elek Media
Komputindo, Jakarta.
32

Saribu, B.D., 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Adopsi Teknologi


Pertanian Padi Sawah di Desa Sumberjo Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang.

Saridewi, 2010. Mengembangkan Pendidikan Berkarakter melalui Implementasi


High-Teach pada Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam Prosceding Seminar
Akuntansi Pendidikan Karakter Bangsa. Universitas Pendidikan Indonesia.

Shinta, A., 2005. Ilmu Usahatani. Diktat Kuliah Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta :
Pustaka LP3ES.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 1996. Analisis Usaha Tani. UI. Press. Jakarta.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian


Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekartawi, 2003. Agribisnis Teori dan aplikasiya. Raja grafindo persada. Jakarta.

Suger, HR. 2001. Bercocok Tanam Padi. CV. Aneka Ilmu. Anggota IKAPI.

Sugiono, 2017. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D : Alfabeta, CV.
Bandung.

Sukirno Sadono, 2000. Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wiharjo, Rusdi. 1999. Performance Measurement In Indonesia : The Case Of


Local Government. Pasific Accounting Review. Vol. 24 Iss : 3 Pp. 262-291.

Witrianto. 2011. Sosiologi Pedesaan: Apa dan Siapa petani.


Witrianto.blogdetik.com/category/sosiologi-pedesaan/.
33

Lampiran 1. Luas lahan dan produksi padi sawah di Indonesia tahun 2019 -

2021

No Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton)

1 2019 51.14 54,604,033.34

2 2020 51.28 54,649,202.24

3 2021 52.56 55,269,619.39

Sumber : BPS Statistik Indonesia dalam angka, 2022


34

Lampiran 2. Luas panen dan produksi padi di Provinsi Bengkulu tahun 2019
- 2021
No Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton)

1 2019 64,406.86 296,472.07

2 2020 64,137.28 292,834.04

3 2021 56,721.13 272,772.61

Sumber : BPS Statistik Indonesia dalam angka, 2022


35

Lampiran 3. Data luas panen dan produksi padi di Kabupaten Mukomuko

pada tahun 2018-2020.

No Tahun Luas panen (ha) Produksi ( ton)

1 2018 13.809 80.998

2 2019 13.586 78.339

3 2020 7.965 49.550,75

Sumber : BPS Statistik Indonesia dalam angka, 2021


36

Lampiran 4. Luas Tanam, Panen dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan


Lubuk Pinang, Tahun 2016-2020

No Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

1 2016 3.769 23.022

2 2017 4.397 27.296

3 2018 5.937 36.246

4 2019 5.343 33.048

5 2020 2.166 24.755,45

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Mukomuko, 2021


37

Lampiran 5. Data lahan panen dan produksi padi di Desa Arah Tiga pada
tahun 2016-2020.
No Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1 2016 573 8.010,66

2 2017 573 8.253,50

3 2018 572 7.768

4 2019 572 7.950

5 2020 573 8.738

Sumber : Kantor Desa Arah Tiga, 2021

Anda mungkin juga menyukai