Dosen Pengampuh :
M. Hermansyah S.T., M.M., MT
Penulis :
ANANDA YOGA PRANANTA 201669030011
MUH. ABDUL SALAM 201669030037
M. RAFIQ HIDAYATULLOH 201669030015
AGUNG TRI IFTIARNO 201669030008
AKHMAD ARIFIN 201669030010
ULIL ABSHOR 201669030003
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat .......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Definisi Usaha Kecil Menengah................................................... 6
2.2 Ubi Kayu ..................................................................................... 8
2.3 Olahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Gaplek .................................. 8
2.4 Tentang dusun Sumbergentong .................................................... 10
2.5 Metodologi Model-Based and Integrated Process Improvement
(MIP).............................................................................................. 10
2.6 Aktivitas lagkah dan teknik MIPI................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 14
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 14
3.3 Alur Penelitian............................................................................. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 20
4.1 Proses Produksi Tepung Gaplek................................................... 20
4.2 Pembagian kuisoner ..................................................................... 23
4.3 Permasalahan di lapangan ........................................................... 24
4.4 Proses Perumusan Strategi Perbaikan ........................................... 25
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 35
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 35
5.2 Saran .......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan UKM sebagai tolok ukur kemandirian bangsa
harus didorong dengan cara mengembangkan berbagai potensi yang ada pada
masyarakat, salah satunya adalah dengan cara memanfaatkan berbagai sumber
daya alam yang dimiliki dengan cara mengoptimalkan hasil-hasilnya sehingga
berbagai usaha tersebut harus dapat berujung dan bertumpu kepada kesejahteraan
rakyat, dan kemakmuran daerah yang bersangkutan, berdasarkan sendi-sendi
keadilan dan pemerataaan.
Salah satu daya usaha untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan cara
mendorong pengembangan sektor AGROINDUSTRI, yang mana hal ini
merupakan ciri utama mayoritas masyarakat di Indonesia khususnya di Kabupaten
Pasuruan, dimana sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di pedesaan
dengan hidup mengandalkan dari sektor pertanian dan dapat mengoptimalkan
lahan-lahan pertanian yang belum maksimal berproduksi sehingga apabila
kegiatan-kegiatan tersebut ditumbuh kembangkan oleh pemerintah daerah dan
masyarakatnya, akan diperoleh beberapa keuntungan yaitu menurunkan angka
Urbanisasi, terbukanya lapangan kerja baru di daerah asal, berfungsinya lahan-
lahan yang belum optimal produksi, meningkatnya kesejahteraan masyarakat
petani, dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Dalam era perkembangan otonomi daerah (otoda), masing-masing daerah
berusaha untuk mengembangkan potensi daerahnya dengan cara mendorong
UKM dari sektor pertanian. Salah satu daerah yang mendorong pengembangan
potensi usaha adalah Kabupaten Pasuruan. Menurut Edi Nurhadi, Sekretaris Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pasuruan mengatakan, pada tahun 2016
jumlah usaha mikro mencapai 249.983 unit usaha dan pada tahun berikutnya
meningkat menjadi 255.533 unit usaha. Hal tersebut menunjukkan adanya
penambahan 5550 unit usaha hanya dalam kurun waktu satu tahun. Rata-rata
setiap tahun mengalami kenaikan antara 2000 sampai 5000 usaha baru. Sehingga
bisa dibilang pergerakan perekonomian di Kabupaten Pasuruan semakin
menggeliat (Edi Nurhadi,2018).
1
Salah satu program dalam pengembangan UKM di Kabupaten Pasuruan
adalah Program Satrya Emas (Strategi Layanan Ekonomi Maslahat). Menurut M.
Ghozi Kabid Usaha Mikro pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten
Pasuruan mengatakan, sejak kepemimpinan Bupati Irsyad Yusuf, jumlah usaha
mikro mengalami peningkatan rata-rata 2000 usaha baru. Untuk dapat
memfasilitasi semua usaha mikro di Kabupaten Pasuruan, setiap kecamatan
memiliki pendamping Satrya Emas yang tugasnya adalah untuk membantu
masyarakat, mulai dari pendataan, sampai fasilitasi akan semua permasalahan
perekonomian, diantaranya inventarisasi, asset, omset, pangsa pasar atau
permasalahan lainnya.Dengan adanya keterdukungan pemerintah daerah
Kabupaten Pasuruan terhadap pengembangan UKM maka tentunya hal ini dapat
menjadi potensi masyarakat Kabupaten Pasuruan dalam mengembangkan UKM
pada sektor pertanian. Salah satu potensi sumber daya di Kabupten Pasuruan yang
dapat dikembangkan menjadi sebuah produk UKM adalah ubi kayu atau lebih
dikenal dengan nama singkong (cassava).
Ubi kayu atau singkong ini merupakan salah satu sumber makanan pokok
karena kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi. Selain itu, singkong juga
sering dijadikan sebagai jajanan atau produk dengan beragam variasinya.Ubi kayu
(Manihot esculenta Crantz) atau lebih dikenal dengan nama singkong di Indonesia
merupakan salah satu tanaman pangan yang menyimpan cadangan di akarnya.
Tanaman yang dikenal masyarakat Indonesia sejak abad ke-17 ini berasal dari
Brazil, Amerika Selatan. Produsen terbesar ubi kayu di dunia adalah Nigeria,
namun bukan merupakan negara pengekspor terbesar di dunia. Negara pengekspor
ubi kayu kayu kering terbesar di dunia adalah Thailand, disusul oleh Vietnam,
Indonesia, dan Kosta Rika (FAO, 2011). Indonesia menempati urutan keempat
sebagai produsen terbesar ubi kayu di dunia setelah Nigeria, Thailand, dan Brazil
(FAO, 2011).
Pada awalnya ubi kayu atau singkong ini hanya dijadikan sebagai tanaman
cadangan pangan apabila terjadi krisis pangan yang disebabkan oleh kekeringan
sehingga terjadinya gagal panen tanaman padi. Namun dengan semakin
berkembangnya zaman saat ini ubi kayu lebih banyak digunakan sebagai bahan
baku berbagai produk pangan dan industri. Salah satu produk olahan dari ubi kayu
2
ini adalah tepung gaplek yang dapat digunakan untuk bahan makanan atau pakan
ternak. Dalam proses pembuatan tepung tapioka ini sanagat sederhana karena
tidak memerlukan modal kerja dan sumber daya manusia yang terlalu banyak.
Oleh sebab itu, pada kegiatan produksi hingga pemasaran dapat digolongkan
sebagai Industri Kecil (IK). Industri Kecil diharapkan kedepannya dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja.
Dusun Sumbergentong, Desa Jatigunting, Kecamatan Wonorejo
merupakan salah satu lokasi produsen Ubi Kayu di Kabupaten Pasuruan, tetapi
pengolahannya masih belum maksimal. Ada beberapa kendala yang menyebabkan
pengolahan yang masih belum maksimal diantaranya adalah proses produksi
dalam membuat tepung gaplek yang masih manual yang menyebabkan jumlah
produksinya kalah dengan UKM gaplek yang menggunakan proses mesin. Selain
itu, ada beberapa UKM di dusun sumbergentong ini hanya menjual ke pengepul
dalam bentuk singkong kering belum menjadi tepung gaplek hal ini tentunya nilai
jualnya masih rendah daripada menjualnya dalam bentuk produk makanan. Dan
ada juga UKM yang membuat dalam bentuk produk olahan makanan berbentuk
krupuk yang bernama samiler dan ancang-ancing, namun mereka terkendala dari
pemasaran dan proses pengemasan. UK hanya memasarkan produk mereka di
konsumen lokal dan pasar terdekat hal ini menyebabkan produk mereka belum
terkenal keluar daerah. UK juga hanya mengemas produk mereka dengan plastik
biasa tentunya hal ini menjadikan konsumen tidak tertarik kepada produk mereka.
Untuk memajukan UK tepung gaplek di dusun sumbergentong diperlukan
suatu strategi yang tepat dan benar. Salah satu strategi yang dapat di gunakan
dalam proses produksi hingga pemasaran perlu di berikan training dan pelatihan
kepada masyarakat dusun sumbergentong tentang proses produksi tepung gaplek
yang menggunakan mesin. Untuk proses pemasaran perlu dibuatkan sebuah
sistem yang terintegrasi yang menghubungkan antar produsen tepung gaplek
dengan konsumen tepung gaplek. Dari segi produk perlu dibuatkan sebuah
kemasan produk semenarik mungkin sehingga konsumen dapat tertarik dan
penasaran terhadap produk yang dihasilkan oleh UK pada dusun sumbergentong
sehingga kedepan dapat memunculkan brand produk yang terkenal. Hal ini
bertujuan agar UK pada sumbergentong kedepannya dapat bertahan dan bersaing
3
dengan para kompetitor. Sehingga nantinya dapat menciptakan sebuah nilai
tambah pada produk UK, menciptakan sumber pendapatan bagi penduduk dan
dapat berkontribusi terhadap negara melalui perannya sebagai UKM.
Dalam proses perbaikan pada proses produksi pada UKM gaplek di dusun
sumbergentong tersebut diperlukan sebuah metode perbaikan atau improvement
agar terwujudnya sebuah UKM yang dapat menciptakan sebuah peluang kerja.
Salah satu metode yamg akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
MIPI. Metode MIPI merupakan sebuah pengembangan dari metode BPI.
4
3. Merumuskan strategi pengembangan UKM Tapioka pada sistem produksi
dari hasil terbaik persediaan antara ketela pohon bentuk segar dan gaplek
dapat dilakukan secara tepat.
4. Merancang skema pengembangan UKM Tapioka pada sistem produksi
dari hasil terbaik persediaan antara ketela pohon bentuk segar dan gaplek
di desa-desa Maslahat secara komprehensif.
5. Memahami konsep metode MIPI untuk perancangan sistem perbaikan.
6. Merancang konsep perbaikan pada proses produksi UKM gaplek pada
dusun sumbergentong dengan metode MIPI.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu agar terdapat sebuahperbaikan pada
proses produksi UKM gaplek di dusun sumbergentong sehingga mampu
mewujudkan sebuah UKM yang dapat menciptakan sebuah peluang kerja.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Usaha Kecil Menengah
Jika membaca pada peraturan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) maka Pengertian UMKM dan UKM adalah
jenis usaha yang dipisahkan berdasarkan kriteria aset dan omset. Berikut tabel
penjelasan tentang UMKM :
No. Usaha Kriteria
Aset Omset
1. Usaha Mikro Maks 50 Juta Maks 300 Juta
2. Usaha Kecil > 50 Juta-500 Juta >300 Juta-2,5 Miliar
3. Usaha Menengah >500 Juta-10 Miliar >2,5Miliar-50 Miliar
(Tabel 2.1 Tabel Kriteria UMKM)
Usaha Mikro adalah suatu usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria aset adalah Maks. Rp 50
Juta, kriteria sedangkan Omzetnya adalah Maks. Rp 300 juta rupiah. Sedangkan
usaha kecil adalah suatu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini. Kriteria asset adalah sebesar Rp 50 juta–Rp 500 juta,
sedangkan kriteria Omzetnya adalah sebesar Rp 300 juta–Rp 2,5 Miliar rupiah.
Usaha menengah adalah suatu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset adalah sebesar 500 juta–Rp 10 Miliar,
sedangkan kriteria Omzetnya adalah sebesar>Rp 2,5 Miliar–Rp 50 Miliar rupiah.
6
Sedangkan UKM diatur dalam beberapa peraturan yaitu berdasarkan Surat
edaran Bank Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha
Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset Rp 60 juta (enam ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah atau rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil
ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang
asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600 juta. Sedangkan Menurut
Departemen Perindustrian dan perdagangan, pengusaha kecil dan menengah
adalah kelompok industri modern, industri tradisional, dan industri kerajinan,
yang mempunyai investasi, modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70
juta ke bawah dengan resiko investasi modal/tenaga kerja Rp 625.000 ke bawah
dan usahanya dimiliki warga Negara Indonesia. Sedangkan dalam konsep Inpres
UKM, yang dimaksud dengan UKM adalah kegiatan ekonomi dengan kriteria: (i)
Asset Rp 50 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (ii) Omset
Rp 250 milyar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara UKM dan UMKM
sama hanya saja berbeda dalam jumlah nominal aset yang dimiliki oleh suatu
usaha dan bisnis.
Menurut Departemen KUMKM (2004) mendefinisikan UK sebagai
kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah).
c. Milik Warga Negara Indonesia.
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan UM atau UB.
e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum (termasuk koperasi).
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang UK, kriterianya
dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimiliki, yaitu Memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha) dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 miliar/tahun.
7
2.2 Ubi Kayu
Ubi kayu nama latin dari manihot esculenta merupakan tumbuhan jenis
umbi akar atau tumbuhan yang menyimpan cadangan makanan pada akarnya.
Singkongmempunyai panjang fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang
50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya
berwarna putih atau kekuning-kuningan. Singkong merupakan tanaman tahunan
tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas
sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Singkong mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu 32,4 dan kalori
567,0 dalam 100 g ubikayu. Dengan demikian ubikayu dapat dipakai sebagai
pengganti beras.
Singkong atau ubi kayu ini mempunyai potensi untuk dikembangkan
menjadi berbagai macam olahan produk pangan. Aneka olahan produk pangan
dari singkong diantara lain getuk, timus, keripik, gemblong, putu, dll. Sedangkan
produk olahan ubikayu dalam industri dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu hasil
fermentasi ubikayu (tape/peuyem), ubikayu yang dikeringkan (gaplek) dan tepung
ubikayu atau tepung tapioka.
Singkong merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis yang
mempunyai kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan karena tanaman
ini dapat tumbuh meskipun tanah kurang subur dan kurang air. Selain itu
singkong juga merupakan salah satu makanan pokok yang mempunyai komposisi
kimiawi diantaranya kadar air 70%, Kadar Pati 24%, Serat 2 %, Kadar Protein
1%, dan mineral (Tonukari, 2004).
Berdasarkan Pusdatin (2016), secara umum pola perkembangan luas panen
ubi kayu sejak kurun waktu dari 1980-2016 mengalami fluktuasi dengan
kecenderungan mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari data pertumbuhan
tanaman ubi kayu rata-rata turun sebesar 0,89 per tahun dari luas panen sebesar
1,41 juta hektar di tahun 1980 menjadi 0,87 juta hektar ditahun 2016. Sedangkan
laju pertumbuhan luas panen ubi kayu pada periode kurun waktu 5 tahun terakhir
mengalami penurunan lebih besar yaitu 5,37% per tahun. Hal ini berbeda dengan
laju pertumbuhan produktivitas ubi kayu di Indonesia di mana data menunjukkan
8
kecenderungan meningkat selama kurun waktu sejak tahun 1980 hingga 2016
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,64%. Berikut ini data tabel perkembangan
luas panen dan perkembangan produktivitas ubi kayu.
Luas Pertu Pertu
Produksi Produktivita Pertumb
Wilayah Tahun Panen mb. mb.
(Ton) s (ku/Ha) . (%)
(Ha) (%) (%)
1980 - 2016 672.555 -2,05 9.735.125 0,09 152,25 2,53
Jawa
2011 - 2016 467.079 -5,07 10.491.705 -1,99 225,6 3,23
Luar 1980 - 2016 544.536 0,98 7.880.657 3,77 142,7 2,81
Jawa 2011 - 2016 536.190 -5,6 12.327.779 -2,61 230,43 3,18
1980 - 2016 1.217.091 -0,89 17.615.781 1,51 147,9 2,6
Indonesia
2011 - 2016 1.003.269 -5,37 22.819.484 -2,38 228,16 3,16
9
Tepung gaplek merupakan salah satu bahan makanan pokok yang terbuat
dari singkong. Tepung gaplek sangat terkenal di daerah Jawa yang sebagian
wilayahnya kekurangan air. Berdasarkan bentuknya gaplek dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu: 1) gaplek gelondong, 2) gaplek chips (irisan tipis), 3) gaplek
pelet, 4) gaplek tepung dan 5) gaplek kubus. Pada umumnya gaplek gelondong
dan pelet digunakan sebagai bahan baku pakan ternak, sedangkan gaplek dalam
bentuk tepung digunakan sebagai bahan makanan. Gaplek dalam bentuk chips
digunakan sebagai bahan industri pati, dekstrin, dan glukosa (Oramahi dalam
Supriadi dalam Dian Nahro, 2006).
Indonesia merupakan salah satunegara produsen tepung gaplek terbesar
nomor dua di Asia setelah Thailand. Menurut (Tarwiyah,2001), rata-rata produksi
tepung tapioka Indonesia mencapai 15–16 juta ton per tahun, sedangkan Thailand
30 juta ton tapioka per tahun dan Vietnam berada pada urutan ketiga yaitu 2–3
juta ton tapioka per tahun.
2.4 Tentang dusun Sumbergentong
Dusun sumbergentong merupakan salah satu dusun yang terletak di desa
jatigunting kecamatan Wonorejo kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Desa
Jatigunting merupakan desa dengan jumlah penduduk 6737 ini, lokasinya cukup
mudah dicapai karena akses jalannya sangat baik dan lancar. Penduduk dusun
sumbergentong sebagian berprofesi sebagai pekebun. Banyak lahan kebun yang
ditanami berbagai komoditas pertanian diantaranya singkong, kacang tanah,
jagung, dll. Batas-batas desa jatigunting adalah sebagai berikut sebelah utara
berbatasan dengan desa wonorejo, sebelah selatan berbatasan dengan desa rebono,
sebelah barat berbatasan dengan desa karangasem, sebelah timur berbatasan
dengan desa wonosari.
10
tindakan dan keputusan yang dapat diambil oleh sebuah tim. Metode MIPI ini
digunakan untuk menentukan perbaikan atau strategi apa yang dapat dipilih untuk
pengembangan sebuah perusahaan, UKM, atau juga bisa sebuah organisasi.
Metode ini digunakan untuk menjelaskan apa yang dapat dilakukan dan
bagaimana implementasinya pada lapangan. Struktur dari metode ini nantinya
akan menarik garis lurus terhadap struktur hirarki yang terdiri dari : aim, actions,
people involved, outcome/exit, checlist, hints and tips, and relevant tools and
techniques (Febi Nur Arfiyanto, 2008).
11
2.6 Aktivitas lagkah dan teknik MIPI
Dalam proses metode MIPI terdapat beberapa aktivitas langkah dan teknik
BPI. Berikut ini adalah tabel aktivitas langkah aktivitas dan teknik MIPI :
Step Step Description Techniques
Develop vision and strategic
Understand Organization model
objectives
business
Perform competitor analysis SWOT analysis
needs
Develop organizational model Force field analysis
Evaluate current practices,
Readiness assessment
prioritize
objectives Stakeholder analysis
Process prioritization
1 Scope change
matrix
Establish measurable targets Pareto analysis
Develop process objectives Process performance
and asses table
readiness
Obtain approval and initial
project
resource
Benchmark the process
Understand
Identify the business process XPat process
the
process architecture IDEFO
Scope and define the process Walkthrough
2 Capture and model AS IS
Process flowchart
process
information ABC
Cause and effect
Model the process
analysis
Model and Verify and validate the model Value added analysis
analyze the Measure the existing process
3
process performance
Analyze the business process
Redesign Benchmark the process Benchmarking
Identify performance criteria
process Creative silent workshop
for re-
4 design process Brainstorming
Identify focus of re-design
activity
Model and validate new TO
12
BE process
model
Identify IT requirements
Estimate performance of re-
designed
process
Implement
Plan the implementation
new process
Obtain implementation
approval
Review change management
5 plan
Communicate the change
Technological development
Make new process operational
Train staff
Roll-out changes
Conduct process deployment Action plan Evaluation
Assess new
and performance data measurement report
6 process and
reflections Revise Customer measurement
methodology
organizational approach survey
Review new Develop strategic view of the Process improvement
process business matrix
Set process targets and
7 performance
Develop a plan to meet targets
Implement plan
(Tabel 2.3 Aktivitas Langkah dan Teknik MIPI, Sumber : Febi Nur Arfiyanto, FT UI,
2008)
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama bulan April 2019, dengan rincian waktu
penelitian adalah sebagai berikut:
Waktu Penelitian: April 2019
Indikator
week 1 week 2 week 3 week 4
Mencari Lokasi UKM Gaplek
Melakukan perkenalan diri dan permintaan ijin
Melakukan pengamatan proses pembuatan Gaplek
Penyebaran kuisioner (SWOT)
Membuat Laporan Penelitian
(Tabel 3.1 Rincian waktu penelitian)
3.1.2 Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilakukan di dusun Sumber Gentong Desa Jatigunting
Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
14
3.3 Alur Penelitian
Kerangka Pemikiran
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kerangka Pemikiran
UKM tepung gaplek pada dusun sumbergentong ini perlu didorong
agar dapat berkembang menjadi sebuah UKM yang berbasis sumber daya
lokal. Hal ini bertujuan agar dapat menyerap tenaga kerja disekitar dan
berkontribusi membantu pemerintah dalam mengembangkan
perekonomian negara. Dalam upaya untuk dapat mengembangkan UKM
tepung gaplek ini diperlukan sebuah metode strategi yang tepat agar dapat
bersaing dengan UKM lainnya. Langkah pertama dalam penelitian ini
adalah dengan cara melakukan observasi dan wawancara terhadap
beberapa UKM di dusun sumbergentong. Selanjutnya memtakan secara
rinci gambaran UKM tepung gaplek pada Dusun Sumbergentong, Desa
Jatigunting, Kec. Wonorejo. Dengan megetahui gambaran industri pada
UKM tepung gaplek tersebut, maka dapat ditentukan visi dan misi sebuah
organisasi. Visi merupaka hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah
perusahaan untuk masa depan, sedangkan misi merupakan suatu
pernyataan yang mengapa sebuah perusahaan atau organisasi tersebut
didirikan. Visi dan Misi sangat penting dalam mendirikan suatu
perusahaan karena keduanya merupakan rumusan untuk mengembangkan
dan memajukan sebuah perusahaan atau organisasi.
Langkah selanjutnya adalah menganalisa dan mengidentifikasi
lingkungan internal dan eksternal dari UKM tepung gaplek tersebut.
Lingkungan internal merupakan gambaran kekuatan dan kelemahan dari
UKM tersebut, sedangakan faktor eksternal merupakan suatu peluang dan
anacaman terhadap keberlangsungan UKM tersebut. Peluang dan
anacaman tersebut diantaranya ketersediaan bahan baku, lahan
15
penanaman, pesaing dan dampak pengembangan UKM tepung gaplek ini
terhadap lingkungan desa.
Dalam hal mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing dari
usaha ini diperlukann penjabaran menggunakan matriks Competitive
Profile (matriks CP). Dalam matriks CP ini diberikan bobot penilaian
terhadap masing-masing pesaing usaha. Langkah menganalisis
menggunakan bentuk Strengts, Weaknesses, Oppotunitties, Threats
(SWOT). Dengan menggunnakan analisis ini dapat dikembangkan menjadi
4 tipe strategi, yaitu strategi kekuatan dan peluang (SO), kelemahan dan
peluang WO, kekuatan dan ancaman (ST), dan kelemahan dan ancaman
(WT). Berikutnya adalah memposisikan suatu UKM ke dalam matriks
yang terdiri dari 9 sel yang disebut dengan matriks Internal Eksternal (IE).
Hasil akhir dari pilihan alternatif strategi yang terbaik yaitu melalui
metode MIPI (Model Based Integrated Process Imrovement) yang hasil
akhirnya nantinya adalah dalam bentuk perbaikan berkelanjutan bagi
UKM tepung gaplek ini. Hal ini sebagai strategi dalam proses
pengembangan UKM tepung gaplek kedepannya. Dengan adanya suatu
strategi dalam proses pengembangan UKM tepung gaplek ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai penyedia lapangan kerja bagi
masyarakat. Dan diharapkan kedepannya UKM tepung gaplek pada dusun
sumbergentong, desa jatigunting ini dapat bersaing dengan UKM tepung
gaplek di daerah lain.
Pengumpulan Data
Penelitian ini diadakan duSun sumbergentong, desa jatigunting,
kec. Wonorejo, Kab. Pasuruan yang merupakan salah satu sentra UKM
gaplek di wilayah Kab. Pasuruan. Penelitian ini dilakukan pada bulan
April-Mei 2019. Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebesar 10%
dari jumlah populasi atau 20% untuk jumlah populasi yang sedikit
(Sugiyono,1999). Jumlah UKM gaplek di dusun sumbergentong ini
sebanyak UKM. Maka dari itu dimbil sampling sebanyak 10 UKM yang
akan dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. Proses
16
pengambilan data ini menggunakan metode kuesioner yaitu metode yang
mengajak masyarakat terlibat langsung dalam mengenali potensi dan
permasalahan dalam proses pengembangan UKM gaplek ini.
Penelitian ini akan melalui beberapa tahapan yaitu tahap observasi,
tahap pengumpulan data, dan tahap pengolahan data. Tahap Observasi
diawali dengan wawancara kepada beberapa UKM untuk memetakan
kekuatan dan kekurangan pada UKM di dusun sumbergentong ini.
Tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan penyebaran kuesioner
terhadap beberapa UKM dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat
tentang potensi usaha gaplek. Dalam tahap pengumpulan data dibagi
menjadi dua data yaitu data primer dan data sekunder. Dalam data primer
diambil dengan 3 metode, yaitu wawancara dengan beberapa pelaku UKM
gaplek dengan alat bantu kuesioner, Focus Group Discussion diskusi
kelompok dengan melibatkan beberapa pihak yang berkepentingan dalam
UKM gaplek in, Resource Mapping dengan cara melakukan kajian
lapangan bersama masyarakat pelaku UKM gaplek untuk memetakan
potensi dan permasalahan dalam pengembangan UKM gaplek. Sedangkan
dalam data sekunder diambil dari website instansi pemerintah dan
beberapa pihak pengambil kebijakan diantaranya Pemkab Pasuruan, BPS,
dan Pemerintah Desa.
Pengolahan Data
Dalam tahap pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai
proses penentuan strategi. Tahapan tersebut yaitu tahap pengumpulan data,
tahap pencocokan data dan terakhir adalah pengolahan data untuk proses
improvement yang akan dilakukan dengan menggunakan metode MIPI.
Rincian dari proses penentuan strategi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini data yang dimbil adalah data yang berhubungan
dengan visi, misi, tujuan UKM, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal didapat dari beberapa aspek diantaranya adalah aspek manajemen,
keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi dan proses produksi.
Sedangkan faktor eksternal diambil dari aspek ekonomi, sosoal budaya,
17
hukum, stabilitas politik, teknologi, dan data eksternal lainnya. Faktor
eksternal ini sangat penting karena berpengaruh terhadap proses
keberlangsungan pengembangan UKM ke depannya.
Dalam menentukan data tentang faktor internal dengan cara
merumuskan sebuah matriks IFE sedangkan dta tentang faktor eksternal
dengan cara merumuskan dalam matriks EFE. Selain itu untuk
mengidrntifikasi UKM gaplek sejenis di desa lain menggunakan matriks
CP.
b. Pencocokan Data
Dalam tahap pencocokan data digunakan beberapa alat berikut:
Analisis SWOT yaitu suatu alat yang digunakan untuk menganalisa dan
merumuskan alternatif strategi kekuatan-peluang (strategi SO), strategi
kelemahan-peluang (strategi WO), strategi kelemahan-ancaman (strategi
WT), dan strategi kekuatan-ancaman (strategi ST).
Matriks IE yaitu m a t r i k s p o r t o f o l i o y a n g memposisikan sebuah
perusahaan atau UKM dalam tampilan sembilan sel. Posisi suatu
perusahaan dalam matriks IE ditentukan dari matriks EFE dan matriks
IFE. Hasil skor total dari IFE Matrix berada pada sumbu X dan skor
total dari EFE Matrix berada padasumbu Y. Pada sumbu X matriks IE,
total nilai IFE yang dibobot dari 1,0 - 1,99 menunjukkan posisi internal
yang lemah, nilai 2,0 - 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0-4,0
dianggap kuat. Demikian pula dengan sumbu Y, total nilai EFE diberi
bobot dari 1,0-1,99 dianggap rendah, nilai 2,0-2,99 dianggap sedang, dan
nilai 3,0-4,0 dianggap tinggi (Kemas Buyung FW, 2006).
Pengolahan Data
Pada tahapan ini dipilih alternatif strategi yang terbaik dalam
proses pengembangan UKM gaplek ini yang diputuskan melalui metode
MIPI. Metode MIPI ini merupakan metode usulan perbaikan terhadap
proses bisnis. Beberapa langkah dalam metode MIPI adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi Kebutuhan Proses Bisnis
2. Mengidentifikasi Proses Bisnis Awal
18
3. Melakukan Analisis Proses Bisnis
4. Merancang Proses Bisnis Usulan
5. Implementasi Proses Bisnis Usulan
6. Review proses bisnis usulan
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Produksi Tepung Gaplek
Proses pembuatan tepung gaplek pada dusundusun Sumber Gentong Desa
Jatigunting Kecamatan Wonorejo dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
Pengupasan
Pemanenan Penyortiran
dan Pencucian
Penggilingan
(Gambar 4.1. Aliran Proses Produksi pada UKM di Dusun Sumbergentong yang
diproduksi secara tradisional)
1. Pemanenan
Para pembuat tepung Gaplek di dusun Sumbergentong ini menggunaka
singkong hasil panen sendiri.
2. Penyortiran
Singkong dikelompokkan menjadi 2, yaitu singkong dengan kualitas baik
dan singkong dengan kualitas buruk. Yang akan digunakan sebagai tepung
gaplek ini adalah singkong dengan kualitas yang baik.
3. Pengupasan dan Pencucian
Dalam proses pengupasan daging singkong dipisahkan dengan kulit.
Selama proses pengupasan juga dilakukan proses sortir yaitu pemilihan bahan
baku singkong yang bermutu baik.
Dalam proses pencucian dilakukan dalam bak berisi air dan membersihkan
kotoran-kotoran yang menempel pada singkong.
4. Perendaman
20
Proses perendaman singkong ini dilakukan selama 1 malam.
5. Pengeringan
Proses pengeringan gaplek masih menggunakan sinar matahari. Biasanya
proses pengeringan ini dilakukan selama 2 hari jika cuaca cerah dan panas.
6. Penggilingan
Pada dusun sumbergentong tidak ada satu UKM yang mempunyai mesin
penggilingan. Sehingga jika pada proses penggilingan ini pelaku usaha
membawa gaplek ke tempat penggilingan yang tempatnya sangat jauh dari
lokasi usaha.
Pembuatan tepung gaplek di dusun sumbergentong dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
21
Proses Pemotongan Singkong Proses Pengeringan Singkong
22
3. Kurangnya pengetahuan dalam regenerasi kepemilikan dikarenakan
generasi muda lebih senang bekerja pada pabrik
4. Kurangnya tawar menawar pembeli yang tinggi
5. Tidak adanya kelembagaan yang mendukung akan pengembangan UKM
tepung gaplek ini
6. Kurangnya sarana telekomunikasi dan informasi
7. Faktor cuaca yang meyebabkan pengusaha kesulitan untuk memproduksi
tepung gaplek secara terus-menerus
23
4.3 Permasalahan di lapangan
Dalam UKM gaplek terdapat beberapa terdapat beberapa permasalahan
yang perlu dilakukan proses perbaikan agar tidak mempengaruhi terhadap
perkembangan UKM gaplek. Permasalahan tersebut dijabarkan dalam penjelasan
sebagai berikut:
1. Proses Produksi masih menggunakan Alat Manual
Hampir semua UKM gaplek di dusun sumbergentong dalam proses
produksinya menggunakan alat manual sehingga hal ini menyebabkan
waktu produksi tepung gaplek menjadi sangat lama.
2. Area pemasaran yang masih lingkup lokal
Dalam proses pemasaran tepung gaplek ini UKM di sumbergentong ini
hanya masih dalam ruang lingkup konsumen lokal. Hal tersebut
menyebabkan pola distribusi produksi tidak maksimal.
3. Lemahnya SDM
Tingkat pendidikan SDM di dusun sumbergentong ini masih rendah. Hal
ini disebabkan oleh posisi dusun sumbergentong terletak di daerah pelosok
yang jauh dari pusat kota. Sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan
tentang cara mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada secara
optimal.
4. Kemasan produk apa adanya tanpa adanya design
Dalam proses pengemasan produk krupuk dari tepung gaplek masih
menggunakan kemasan apa adanya berupa plastik kemasan bening.
Sedangkan untuk produk tepung gaplek menggunakan kemasan sak bekas
yang nantinya akan diambil oleh pengepul. Hal ini menyebabkan produk
menjadi kurang menarik.
5. Waktu produksi
Waktu dari penanaman hingga pemanenan yang membutuhkan waktu
yang sangat lama yaitu 8-10 bulan. Hal ini menjadikan hambatan dalam
proses produksi yang hanya dilakuan pada waktu 8 bulan sekali. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya produktivitas singkong sehingga stock bahan
baku singkong hanya ada pada setiap 8 bulan sekali. Selain itu juga
disebabkan oleh kurang optimalnya pemanfaatan lahan untuk penanaman
24
singkong karena masyarakat dusun sumbergentong ini menanami lahan
mereka dalam 1 lahan ditanami oleh berbagai tanaman pertanian seperti
kacang tanah, kedelai dan jagung.
6. Cuaca
Cuaca sangat berpengaruh terhadap proses produksi tepung gaplek karena
pengeringan tepung gaplek pada UKM gaplek di sumbergentong masih
bergntung pada sinar matahari. Sehingga proses produksi tepung gaplek
ini hanya dapat dilakukan pada musim kemarau.
7. Kebijakan Pemerintah
Belum adanya kebijakan pemerintah terkait UKM tepung gaplek di dusun
sumbergentong. Hal ini sebagai dasar untuk mengembangkan UKM
tepung gaplek di dusun sumbergentong.
25
ini disebabkan masih minimnya pengetahuan para pelaku usaha terhadap seluk
beluk UKM.
Pembangunan sistem usaha agribisnis akan lebih cepat terwujud, apabila
sebagian besar masyarakat terutama masyarakat pedesaan berpendidikan,
menguasai keterampilan agribisnis (Arsyad dalam Hafsah dalam Kemas,
2006). Apabila sumber daya manusia masih rendah maka akan kesulitan dalam
mengembangkan suatu UKM karena pada saat ini semuanya mengunakan
teknologi dalam perkembangannya.
3. Keuangan
Pemodalan dalam mendirikan usaha ini masih minim jadi akan menghambat
dalam proses pengembangan UKM tepung gaplek. Para pelaku UKM masih
belum bisa mencari modal tambahan untuk mengembang usahanya. Maka
dalam proses pengembangan UKM tepung gaplek pada dusun sumbergentong
perlu dibantu dalam pencarian tambahan modal agar dapat mengembangkan
usahanya. Dalam mendapatkan tambahan modal yaitu dengan cara pembuatan
proposal dan diajukan ke pemrintah, serta menacari investor untuk menanam
modal pada UKM tepung gaplek ini.
4. Produk dan Harga
Dalam prosesnya tepung gaplek menghasilkan produk dalam tingkatan mutu 1-
3. Pada produk tepung gaplek hasil dari dusun sumbergentong ini mutunya
masih dibawah produk tepung gaplek lainnya. Hal ini disebabkan dalam
prosesnya UKM pada dusun sumbergentong ini masih menggunakan alat
manual. Hal inilah yang menyebabkan mutu tepung gaplek di dusun
sumbergentong masih di bawah. Berikut ini adalah standart mutu tepung
gaplek menurut SNI.
I II III
26
2. - Kadar abu (% maks.) 0,60 0,60 0,60
( IN NaOH / 100 g )
5. Kegiatan Produksi
Kegiatan proses produksi tepung gaplek pada UKM di dusun sumbergentong
ini rata-rata semuanya menggunakan alat manual secara teknologi tertinggal
dari UKM lainnya. Hal tersebut menyebabkan waktu proses produksi sangat
lama dan daya saing UKM sangat tertinggal dari UKM sejenis di daerah lain.
Rata-rata UKM di daerah lain telah menggunakan mesin dalam proses
produksinya.
6. Pemasaran
Dalam proses pemasaran tepung gaplek di dusun sumbergentong ini masih
dipasarkan di konsumen lokal. Ada juga sebagian UKM yang menjualnya
dalam bentuk gaplek dan ada tengkulak aau pembeli yang datang sendiri ke
lokasi. Hal ini tentunya nilai jual produk masih rendah. Dalam megatasi
permasalahan ini dibutuhkan pemetaan pasar dengan masuk ke sebuah industri
atau pabrik yang membutuhkan tepung tapioka. Dan dibuatkan sebuah sistem
E-Marketing untuk proses penjualan tepung tapioka ini melalui internet.
4.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal
1. Analisis Lingkungan Makro
a. Kebijakan pemerintah
27
Peranan pemerintah dalam membantu pengembangan UKM tepung gaplek
ini sangat berpengaruh besar. Karena UKM tepung gaplek potensinya
sangat besar perannya dalam pembangunan ekonomi masyarkat. Saat ini
perhatian pemerintah Kabupaten Pasuruan terhadap perkembagan UKM
tepung gaplek ini sangat minim sehingga para pelaku UKM tepung gaplek
ini kesulitan dalam mengembangkan UKMnya. Hal ini disebabnya tidak
adanya regulasi pemerintah terhadap produktivitas singkong di Kabupaten
Pasuruan.
b. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan
UKM. Dengan adanya kenaikan per kapita masyarakat yang diketahui dari
kenaikan Upah Minimum Kabupaten Pasuruan yang sangat tinggi. Hal ini
sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan UKM.
c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya sangat berpengaruh terhadap pengembangan UKM
tepung gaplek di mana tingkat pendapatan masyarakat mendukung
perkembangan usaha ini yang secara langsung berimbaskepada daya beli
masyarakat terhadapproduk yang dihasilkan. Iklim usaha dan investasi
juga sangat berpengaruh terhadap UKM tepung gaplek iniketika
mendapatkan modal usaha untuk mengembangkan usaha yang telah
dirintis bertahun-tahun. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa
adanyaketergantungan dari segi finansial terhadap para pelaku usaha
sehingga menyebabkantidak adanya pemikiran kedepan untuk dapat
mengembangkan UKM lebih baik dan optimal.
d. Demografi
Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Hal ini sangat bergantung terhadap stock pangan yang
dalam waktu kedepan menyebabkan impor pangan. Untuk menghindari
stock pangan menipis maka harus diiringi dengan diversifikasi pangan
yaitu membuat bahan pangan alternatif. Salah satu bahan pangan alternatif
ini adalah tepung gaplek.
e. Lingkungan
28
Faktor lingkungan juga perlu diperhatikan dalam proses pengembangan
UKM tepung gaplek. Pada UKM tepung gaplek di dusun sumbergentong
untuk pasokan bahan baku singkong dari kebun sendiri. Namun pasokan
singkong dari kebun ini hanya bertahan dalam 1 kali proses produksi
setelah itu harus menunggu 8-10 bulan kedepan pemanenan lagi. Hal ini
yang menyebabkan proses produksi terhambat. Untuk mengatasi
permasalahan hal ini perlu dibutuhkan suplier singkong dari daerah lain
agar ketersediaan bahan baku sigkong selalu terjaga tidak sampai
kehabisan stock.
4.4.3 Analisis Lingkungan Industri
a. Persaingan Industri
Dalam menjalankan suatu usaha pasti ada yang namanya persaingan antar
usaha hal tersebut tidak dapat dihindari. Dalam hal ini UKM tepung
gaplek pada dusun sumbergentong masih jauh untuk dapat bersaing dalam
industri tepung gaplek dikarenakan masih banyak kekurangan. Mulai dari
pengadaan bahan baku hingga proses pemasaran masih belum dikelola
dengan baik.
b. Produk Olahan
Dalam prosesnya tepung gaplek ini dapat dikembangkan menjadi berbagai
macam produk olahan lainnya. Hal ini merupakan potensi yang sangat
menarik untuk dikembangkan menjadi UKM lanjutan.
c. Proses Tawar-Menawar Pembeli
Dalam proses tawar-menawar untuk menentukan harga tepung gaplek ini
pembeli memiliki kendali yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh
pegusaha tepung gaplek ini banyak sehingga pembeli akan
membandingkan harga dari setiap UKM yang satu dengan yang lainnya.
Untuk menghadapi hal ini diperlukan kepandaian dalam proses penentuan
harga.
d. Proses Tawar-Menawar Pemasok
Dalam pengadaan bahn baku singkong diperlukan singkong dibutuhkan
pemasok. Ada juga para pengusaha tepung gaplek ini mendpatkan baku
singkong dari petani singkong di daerah lain. Penentuan harga singkong
29
ini tergantung dari mutu singkongnya dan adanya kepekatan diantara
kedua belah pihak. Dalam hal ini penjual singkong atau petani akan
menjual ke pembeli dengan harga tinggi. Untuk menjaga mutu produk dan
ketersediaan bahan baku maka perlu diadakan kerjasama dengan para
petani singkong di daerah lain.
30
Kedekatan dengan UKM dengan
5 pasar 17 3,5 0,08 0,28
BOBOT X
No WEAKNESSES JUMLAH RATING BOBOT %
RATING
31
RATING
PELUANG
Perubahanpersepsi
terhadapmakanan
1 alternatifpengganti nutrisiberas. 18 3,25 0,08 0,26
SemakinBertambahnyajumlah
2 penduduk. 16 2,75 0,07 0,19
BOBOT X
No ANCAMAN JUMLAH RATING BOBOT %
RATING
Kurangnyaperanserta
daripemerintah.
1 19 3 0,09 0,27
Hambatan masukindustri
relatifrendah.
2 17 3,75 0,08 0,3
32
4.5.3 Matriks SWOT
Matriks SWOT ini merupakan strategi dalam pengembangan usaha
berdasarkan gabungan dari beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Ada
empat strategi utama dalam matriks SWOT yaitu strategi SO, ST, WO, WT.
Untuk hasil dari analisi menggunakan matriks SWOT dapat dilihat dari tabel 4.3
dibawah ini.
Analisi Internal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Kontrol yang relatif mudah 1. Mutu SDM yang rendah.
terhadap perusahaan. 2. Terbatasnya modal.
2. Etos kerja dan disiplin yang 3. Mutu produk dan harga
tinggi. yang kurang bersaing.
3. Iklim kerja yang baik. 4. Penggunaan teknologi
4. Tidak adanya kesulitan masih minim.
dalam merekrut tenaga kerja 5. Tidak adanya Pencatatan
5. Kedekatan lokasi Keuangan
perusahaan dengan pasar. 6. Design Produk yang biasa
Analisis Eksternal
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1 Meningkatkan penggunaan
1. Perubahan persepsi terhadap 1. Meningkatkan produksi
teknologi
makanan alternatif pengganti perusahaan dengan yang efisien dalam kegiatan produksi
nutrisi beras. memanfaatkan efektifitas Tapioka (W1&W5,O1-4)
2. Semakin bertambahnya dan efisiensi perusahaan 2. Pembuatan buku keuagan
Dengan internet (W1,W4&W5,
jumlah penduduk. (S1-S5,O2-O5)
O2&O3)
3. Kondisi ekonomi yang 2. Meningkatkan mutu produk 3. Mengajukan permohonan modal
tambahan untuk peningkatan usaha
Stabil dengan mempelajari faktor-
baik
kepada bank atau lembaga keuangan
4. Kurangnya ancaman dari faktor yang berpengaruh
non
produk pengganti. terhadap mutu.(S2&S5,O1- bank (W2,O3)
5. Bentuk macam olahan produk
4)
singkong
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Kurangnya peranserta 1. Mempertahankan budaya Meningkatkan mutu SDM dengan
dari pemerintah. dan etos kerja karyawan mengikuti pelatihan yang diadakan
2. Hambatan masuk perusahaan (S2,T2) institusi pendidikan (W1,T1)
industri relatif rendah. 2. Memperhatikan anggota
Kurangnya regenerasi
keluarga yang lebih muda
Kepemilikan
3. Kekuatan tawar-menawar 2. Bekerjasama dengan pemerintah
dalam merekrut karyawan
pembeli dan
yang tinggi (S4,W3) atau pihak institusi pendidikan untuk
mengembang alat pengering tapioka
4. Tidak adanya kelembagaan 3. Mengembangkan produk
basah
dan pelatihan pembuatan tapioka
yang mendukung industri tapioka tapioka halus (S2-S4,T2&T4)
yang
5. Kurangnya sarana bermutu baik dan efisien
33
(W5&W8,T1)
telekomunikasi dan informasi 4. Menciptakan diversifikasi 3. Pembuatan kelembagaan
6. Faktor Cuaca produk olahan dari ubikayu yang dapat melindungi
(S5,W4,W5,W8)
(Tabel 4.3 Matriks SWOT)
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
UKM tepung gaplek di dusun sumbergentong ini telah dijalani oleh
masyarakat sejak dulu dan usaha ini berjalan dalam skala rumah tangga. Rata-rata
masyarakat di dusun sumbergentong semuanya memiliki lahan perkebunan yang
ditanami berbagai komoditas pertanian. Dan rata-rata semua masyarakat
sumbergentong banyak yang menanami kebun mereka dengan singkong.
Sehingga menjadikan kebun sebagai sumber mata pencarian pokok.
UKM tepung gaplek pada dusun sumbergentong ini masih menggunakan
alat-alat manual dalam proses produksinya, seperti proses pengupasan masih
menggunakan pisau, proses pengeringan juga masih menggunakan sinar matahari.
Dan untuk proses penggilingan juga para pelaku UKM di dusun sumbergentong
masih belum ada yang memiliki mesin penggilingan. Hal ini dapat berimplikasi
terhadap proses input menjadi output pada UKM tepung gaplek karena UKM
tepung gaplek pada dusun sumbergentong masih mengandalkan tenaga manusia.
Dari segi kepimilikan usaha merupakan usaha milik sendiri dan belum ada
sama sekali UKM yang memiliki badan usaha. UKM ini dalam prosesnya masih
dilakukan secara individu belum pernah melakukan kerjasama dengan pihak lain,
hal ini berfungsi untuk meningkatkan produktivitas tepung gaplek, mengontrol
harga, memperluas daerah pemasaran, dan membantu akses permodalan. Salah
satu strategi pengembangan adalah dengan metode Matriks IFE, EFE dan analisi
SWOT.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain dalam
analisis UKM Gaplek untuk bisa menghasilkan keluaran yang lebih maksimal
lagi, dapat pula menggunakan UKM lainnya, selain Tepung Gaplek.
35
DAFTAR PUSTAKA
Informasi Industri Pangan. 2019. Usaha Gaplek di Bogor Kesulitan Bahan Baku
Singkong. https://agrifood.id/usaha-gaplek-di-bogor-kesulitan-bahan-baku-
singkong/. Diakses tanggal 3 Mei 2019.
Merina, Nely . 2016. Pengertian UKM & UMKM? Bagaimana Usaha Kecil
Menengah di Indonesia. https://goukm.id/apa-itu-ukm-umkm-startup/. Diakses
Tanggal 3 Mei 2019.
Nahro, Dian. 2014. Daya Saing Ubi Kayu Olahan Kering Indonesia Di Pasar
Internasional.https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/75201/H14
dna.pdf;jsessionid=2C6416764F2D160C083129CBE71E8C74?sequence=1.
Diakses Tanggal 2 Mei 2019.
36
Niam. 2011. Kota Gaplek Desa Bioetanol.
https://kakniam.wordpress.com/tag/gaplek/. Diakses Tanggal 2 Mei 2019.
Suwandi. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu. Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian: Jakarta.
Triyanto. 2016. Panduan Lengkap Budidaya Singkong yang Baik dan Benar.
https://kabartani.com/panduan-lengkap-budidaya-singkong-yang-baik-dan-
benar.html. Diakses tanggal 3 Mei 2019.
Wahidin, Nuriana, dkk. 2010. Memproduksi Etanol Dari Gaplek Dan Singkong
Untuk Pengganti Minyak Kompor Sebagai Upaya Mewujudkan Desa Mandiri
Energi. Volume 11: Nomor 2.
37