Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG “GOROHO”

(Musa acuminafe,Sp) (STUDI KASUS : PONDOK KATU KAKI


DIAN MINAHASA UTARA)

RINNY LONTOH
NIDN. 0911108703

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PRISMA
MANADO
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
RahmatNya, Penulis dapat menyelesaikan Tulisan ini. Penulisan ini dilakukan
dalam rangka mengikuti Kegiatan Workshop Seminar Nasional Forum Komunikasi
Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia di Ambon. Saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tulisan ini.

Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan dari semua pihak yang telah membantu. Semoga tulisan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Manado, Oktober 2017


Penulis,

Rinny Lontoh
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................... 3
DAFTAR TABEL .................................................................................. 4
RINGKASAN ........................................................................................ 5
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................. 6


1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tanaman Pisang ................................................................. 9
2.2. Agroindustri ........................................................................ 10
2.3. Jenis-jenis Industri .............................................................. 11
2.4. Nilai Tambah ...................................................................... 11

III. PEMBAHASAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 15
3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................. 15
3.3. Metode Pengambilan Sampel ............................................. 15
3.4. Metode Pengukuran Variabel ............................................. 15
3.5. Metode Analisis Data ......................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Pisang Goroho .................................................... 17
4.2. Deskripsi Usaha .................................................................. 19
4.3. Nilai Tambah Pisang Goroho ............................................. 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ......................................................................... 23
5.2. Saran ................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 24
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 ................................................................................................ 20
Tabel 2 ................................................................................................ 21
Tabel 3 ................................................................................................ 22
Rinny Lontoh / 0911108703. 2017. Analisis Nilai Tambah Pisang “Goroho”
(Musa Acuminafe, Sp) (Studi Kasus : Pondok Katu Kaki Dian Minahasa Utara).

RINGKASAN
Tanaman pisang banyak berkembang di Indonesia dan memiliki keragaman jenis
dan bentuknya serta kandungan dan manfaat dalamnya. Dalam tulisan ini akan
meperkenalkan tanaman pisang khas Sulawesi Utara, dengan nama Pisang Goroho
(Musa acuminafe, Sp.). Pisang Goroho merupakan sumber makanan masyarakat
Minahasa sejak dahulu buah pisang Goroho sangat disenangi karena sangat enak
dan gurih selain itu, banyak manfaat dan kandungan yang terkandung dalam buah
pisang goroho. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Juli 2017
sampai dengan September 2017 di Pondok Katu Kaki Dian Minahasa Utara.
Penelitian ini menggunakan data primer dengan teknik wawancara langsung kepada
Pengelola Pondok Katu Kaki Dian Minahasa Utara. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari kedua bentuk olahan pisang goroho yaitu
pisang goroho stik biasa dan belah empat; yang paling besar nilai tambahnya pada
bentuk olahan pisang goroho belah empat dengan nilai Rp. 1557, 78 dibandingkan
dengan bentuk olahan lain seperti stik biasa.

Kata kunci : Nilai tambah, pisang goroho


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sektor pertanian dalam wawasan agribisnis dengan perannya dalam
perekonomian nasional memberikan beberapa hal yang menciptakan nilai
tambah, tenaga kerja, produksi dan keunggulan yang dapat dipertimbangkan.
Keunggulan tersebut antara lain nilai tambah pada agroindustri, misalnya
dengan cara pengawetan produk pertanian menjadi produk olahan yang lebih
tahan lama dan siap untuk dikonsumsi.
Pengembangan agroindustri di Indonesia memiliki prospek yang cerah
untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Meskipun banyak
ditemukan sejumlah kendala seperti keterbatasan pasar, kurang nyatanya peran
agroindustri di pedesaaan, diharapkan dengan adanya kerja sama semua pelaku
usaha pertanian, agro industri memberikan kontribusi positif bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Agroindustri merupakan bagian dari sistem agribisnis yang lebih luas,
sistem agribisnis perwujudan dari usaha pokok diversifikasi secara vertikal dan
horizontal, yang proses penanganan komoditas dilakukan secara tuntas sejak
proses produksi pasca panen dan pemasarannya. Salah satu komoditas tanaman
pangan yang mampu mendukung perkembangan agroindustri adalah tanaman
pisang.
Menurut Bardosono (2014), produksi pisang di Indonesia pada Tahun 2013
telah mencapai 5,3 ton. Melimpahnya ketersediaan pisang menyebabkan pisang
dirasakan bukanlah komoditas penting dan tidak memberikan nilai tambah bagi
produsen pisang khususnya petani. Pisang juga merupakan komoditas
hortikultura yang tidak memiliki daya simpan yang lama, sehingga apabila
kemelimpahan pisang tidak diimbangi dengan pemanfaatnya maka akan
meningkatkan potensi kebusukan komoditas tersebut. Saat ini, selain
dikonsumsi langsung sebagai buah-buahan, pengolahan pisang terbatas pada
jenis makanan seperti pisang goreng, kolak dan sale (Adriani dan Nasriati,
2011).
Tanaman pisang merupakan tanaman yang tidak dapat bertahan lama yang
dapat dijadikan makanan olahan yang biasa digunakan sebagai camilan.
Tanaman pisag yang dulunya hanya diolah menjadi pisang goreng dan sekarang
seiring dengan berkembangnya berbagai macam makanan yang dibuat dari
tanaman pisang khususnya pisang goroho yang sekarang bisa juga diolah
menjadi stik pisang, keripik pisang dan gorengan yang biasa ditemui atau dijual
di rumah kopi, restoran dan kios-kios kecil. Salah satu agenda pembangunan
Indonesia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah melalui
pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Usaha agroindustri
pisang goroho menjadi pisang goreng dan pisang stik termasuk kedalam
agroindustri makanan dengan bahan baku utama pisang merupakan usahatani
tradisional yang banyak dilakukan oleh pedagang yang ada di sekitar kaki dian
minahasa utara.
Ditinjau dari segi ekonomi, pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan
nilai tambah yaitu, meningkatkan daya awet komoditas pertanian dan
memberikan keuntungan bagi pengolah, sekaligus menambah pendapatan
petani, sehingga melimpahnya produksi pisang pada panen raya tidak terbuang
percuma.
Istilah nilai tambah (value added) itu sendiri sebenarnya menggantikan
istilah nilai yang ditambahkan pada suatu produk karena masuknya unsur
pengolahan menjadi lebih baik. Dengan adanya kegiatan mengubah bentuk
primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui
proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena
dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan
keuntungannya lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan.
Pisang goroho yang permintaannya semakin banyak maka nilai tambah dari
pisang goroho meningkat. Hal tersebut yang mendorong Penulis untuk
melakukan penelitian sehingga dapat mengetahui lebih lanjut mengenai nilai
tambah dari pisang goroho di kawasan wisata pondok katu kaki dian minahasa
utara.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah berapa besar nilai tambah yang diciptakan dari
adanya pengolahan pisang goroho ?

1.3.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui berapa besar nilai tambah dari pengolahan pisang goroho
yang ada di Pondok Katu kaki dian minahasa utara.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yaitu :

- Bahan informasi bagi pengusaha yang mengolah pisang goroho sebagai


pertimbangan dalam upaya pengembangan usahanya
- Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
pengembangan industri kecil dan menengah
- Perpustakaan sebagai tambahan acuan untuk penelitian selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA

2.1.Tanaman Pisang
Pengembangan agroindustri dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah
dan waktu yang sesuai, menrupakan syarat kecukupan untuk berproduksi secara
berkelanjutan dalam meningkatkan nilai tambah.
Klarifikasi dan penamaan Pisang Goroho
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Lilopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : M. Acuminafe
Sumber: BPTP Sulawesi Utara, 2016

Morfologi tanaman Pisang Goroho sebagai berikut :


a. Pohon : Batang tegak akar memiliki susunan yang kuat. Batang semu
tersusun oleh pelepah daun
b. Daun : Daun terpencar, meruncing ujung tumpul, tepi rata dan mudah
robek, tangkai daun agak panjang dan lebar.
c. Bunga : Majemuk dengan tangkai yang panjang dan kuat ada yang berbulu
ada yang tidak, bunganya banyak.
d. Buah : Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika
matang, tapi pisang goroho ketika masak warnanya hijau agak kekuning-
kuningan tapi tidak kuning.

Bagian pisang yang digunakan sebagai obat adalah buah pisang, bunga pisang
(jantung) tunas / anak pisang, batang pohon pisang, kulit buah pisang dan getah
pelepah daun pisang, batang pisang juga bagi orang Minahasa dijadikan sayur.
Salah satu jenis varietas pisang yang sangat potensial adalah pisang goroho,
jenis pisang ini menjadi khas di daerah Sulawesi Utara karena memiliki nilai
manfaat yang tinggi karena memiliki kandungan yang terdapat pada setiap buah
pisang secara umum adalah vitamin A, vitamin B1, vitamin C, lemak mineral
(kalium, klor, natrium, magnesium, fosfor), karbohidrat, air dan serat. Pisang dapat
digunakan bagi ibu hamil untuk penyakit usus dan perut, bagi luka bakar, bagi
kecantikan, diabetes melitus pada pendarahan rahim dan sakit lever. Oleh sebab itu
sehingga banyak petani yang mulai mengembangbiakannya karena pisang goroho
umumnya bisa tumbuh disamping rumah dan di pinggiran kebun (BPTP,2016)

2.2. Agroindustri

Agroindustri merupakan salah satu yang berperan dalam pemulihan


perekonomian Indonesia pascakrisis, karena ternyata agroindustri tidak
memerlukan kandungan impor yang tinggi dan lebih banyak menggunakan
kandungan lokal (local content) melalui Usaha Kecil Menengah (UKM). Secara
empiris terbukti bahwa ketika masa krisis ekonomi Tahun 1997 seluruh sektor
mengalami pertumbuhan negative ternyata sektor pertanian merupakan salah satu
sektor yang berbasis sumber daya domestik justru tumbuh positif. Globalisasi yang
melanda ekonomi dunia sehingga tidak ada batasan antar negara menuntut
keunggulan kompetitif (competitive advantage) dari masing-masing produk yang
dihasilkan suatu negara, agroindustri yang disertai spesialisasi di bidang pertanian
dengan memanfaatkan comparative advantage serta pemberdayaan sumberdaya
domestic diharapkan dapat mendorong ekspor Indonesia (Amalia, L. 2003).

Menurut Hicks, 1995 dalam Aminah, 2013 agroindustri adalah kegiatan dengan
ciri:

(a) Meningkatkan nilai tambah


(b) Menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan
(c) Meningkatkan daya simpan
(d) Menambah pendapatan dan keuntungan produsen

Manalili (1996) menyebutkan, pengembangan agroindustri di Indonesia


mencakup berbagai aspek, diantaranya menciptakan nilai tambah, menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan penerimaan devisa, memperbaiki pemerataan
pendapatan, bahkan mampu menarik pembangunan sektor pertanian sebagai
sektor penyedia bahan baku.

2.3. Jenis-Jenis Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha
untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuan untuk
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.

Industri di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa macam kelompok


industri didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan menjadi 3 (tiga)
golongan yaitu :

(1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih
(2) Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang
(3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang (BPS, 2002)

2.4. Nilai Tambah

Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena
mengalami proses pengolahan dalam suatu produk. Nilai tambah inilah yang
menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan pendapatan di wilayah
tersebut. Kegiatan agroindustri dinilai dapat meningkatkan nilai tambah. Nilai
tambah yang diperoleh adalah selisih antara nilai komoditas yang mendapat
perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai pengorbanan yang digunakan selama
proses produksi berlangsung (Langitan, 1994).

Menurut Hayami, et all (1987) dalam Aminah (2013) menyatakan bahwa


analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian dapat dilakukan dengan cara
sederhana, yaitu melalui perhitungan nilai tambah per kilogram bahan baku untuk
satu kali pengolahan yang menghasilkan produk tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpegaruh adalah kapasitas
produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor
pasar yang berpengaruh ialah harga output, upah kerja, harga bahan baku, dan nilai
input lain selain bahan baku dan tenaga kerja. Nilai input lain adalah nilai dari
semua korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan selama proses
pengolahan berlangsung. Nilai ini mencakup biaya modal dan gaji pegawai tak
langsung.

Nilai tambah menurut Gittinger (1986) dalam Aminah (2013) adalah nilai
output dikurangi input yang dibeli dari luar. Dalam tiap satuan produksi, nilai
tambah diukur dengan perbedaan antara nilai output perusahaan dan nilai seluruh
input yang dibeli dari luar perusahaan. Pada proses distribusi komoditas pertanian
terjadi arus yang mengalir dari hulu ke hilir, yang berawal dari petani dan berakhir
pada konsumen akhir. Komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti
pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau
menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu
dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung
nilai tambah selama proses pemasaran (Baroh, 2007). Jadi konsep nilai tambah
adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional
seperti perlakuan dan jasa yang menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai
komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian (Hardjanto, 1993).

Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor


produksi (tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan manajemen). Karena itu,
untuk menjamin agar proses produksi terus berjalan secara efektif dan efisien maka
nilai tambah yang diciptakan perlu didisitribusikan secara adil. Analisis nilai
tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat
perlakuan mengalami perubahan nilai (Hardjanto, 1993). Dalam industri, nilai
tambah berarti ukuran untuk menyatakan sumbangan proses produksi terhadap nilai
jual suatu barang. Nilai tambah tersebut dapat dinyatakan untuk tiap meter kubik
kayu bulat, setiap modal, setiap orang kerja, dan sebagainya.

Besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi yang digunakan dalam proses
produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan. Suatu
perusahaan dengan teknologi yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas
yang lebih baik pula, sehingga harga produk akan lebih tinggi dan akhirnya akan
memperbesar nilai tambah yang diperoleh (Suryana, 1990 dalam Aminah 2013).

Konsep nilai tambah ekonomi adalah bagaiman masyarakat menggunakan


sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk
menghasilkan berbagai jenis barang. Konsep nilai tambah dalam ekonomi makro
adalah nilai tambah pertumbuhan nilai yang wujudnya keatas suatu barang sebagai
akibat dari pemrosesan terhadap barang tersebut atau kesan dari jasa untuk menjual
barang tersebut. Konsep nilai tambah dalam ekonomi mikro adalah kepuasan atau
kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang atau nilai
yang diperoleh seseorang dalam menghasilkan suatu barang. Konsep dalam nilai
tambah dalam perdagangan internasional adalah bagaimana sebuah negara
melakukan perdagangan untuk suatu produk itu bisa mendapatkandengan biaya
lebih tinggi dari negara lain dan jika diproduksi di dalam negeri akan lebih rendah.
Jadi nilai tambah menurut penulis adalah nilai yang dihasilkan dari suatu produk
pada saat proses produksi yang dapat diukur dari nilai output dikurangi nilai input.

Menurut Armand Sudiyono (2001) dalam Hidayat (2009) ada dua cara untuk
menghitung nilai tambah, (1) Nilai untuk pengolahan dan; (2) Nilai tambah untuk
pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor tekis
yang mempengaruhi adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan
nilai input lain selain bahan baku dan tenaga kerja.

Dasar perhitungan dari analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar harga
yang digunakan untuk bahan baku dan produksi ditingkat pengolah / produsen.
Nilai tambah menggambarkan imbalan tenaga kerja, modal dan manajemen, secara
matematis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah dapat dinyatakan sebagai
berikut :

Nilai tambah = f (K, B, T, U, H, h, L)

Keterangan :

K = Kapasitas produksi (Kg)


B = Bahan baku yang digunakan (kg)

T = Tenaga kerja yang digunakan (HOK)

U = Upah tenaga kerja (Rp)

H = Harga output (Rp/Kg)

h = Harga bahan baku

L = Nilai input lain

Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan keterangan sebagai berikut:

1. Perkiraan nilai tambah (Rp)

2. Rasio nilai tambah (%)

3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp)

4. Imbalan bagi modal dan manajemen (Rp)


METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poondok katu kaki dian Kabupaten Minahasa


Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan di mulai dari bulan Juli 2017
sampai dengan September 2017 dimulai dari pengumpulan data sampai dengan
penyusunan laporan hasil penelitian.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari pengamatan dan wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar
pertanyaan (Kuisioner) yang telah tersusun.

3.3. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode


(metode purposive sampling).

3.4. Konsep Pengukuran Variable

Dalam penelitian ini variabel yang akan diukur adalah :

1. Jumlah dan harga buah pisang goroho (Rp/rumpun)


2. Bahan-nahan lain yang digunakan seperti : Minyak kelapa (Rp/Kg),
bawang putih (Rp/Kg), Gula (Rp/Kg), Gula (Rp/Kg), Garam
(Rp/bungkus), dan lain-lain dalam 1 hari produksi
3. Penyusutan alat (Rp)
Kompor
Wajan
Pisau
Nampan
4. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK/Menit)
5. Harga bahan baku (Rp/buah)
6. Harga produk (Rp/porsi)
3.5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel.

No Variabel Nilai

Output, Input dan Harga

1 Output (Kg/periode produksi) a

2 Input (kg/periode produksi) b

3 Tenaga kerja (HOK/periode produksi) c

4 Faktor Konversi d= a/b

5 Koefisien tenaga kerja (HOK/kg) e= c/b

6 Harga Output (Rp/kg) f

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) g

8 Harga bahan baku (Rp/Kg) h

9 Harga input lain (Rp/kg) i

10 Nilai Output (Rp/kg) j=d.f

11 Nilai tambah (Rp/kg) k=j-h-i

Ratio Nilai tambah (%) l%= k/j .


100%
12 Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg)
m = e.g
Bagian tenaga kerja (%)
n%=m/k.
13 Keuntungan (Rp/Kg) 100%

Bagian Keuntungan (%) o = k –m

p%=
o/j.100%
Sumber : Hayami (1987) dalam Mashuri (2013)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Pisang Goroho

Tanaman pisang banyak berkembang di Indonesia dan memiliki keragaman


jenis dan bentuknya serta kandungan dan manfaat dalamnya. Dalam tulisan ini akan
memperkenalkan tanaman pisang khas di Sulawesi Utara, dengan nama Pisang
Goroho.

Pisang goroho merupakan sumber makanan masyarakat Minahasa sejak dahulu


buah pisang goroho sangat disenangi karena sangat enak dan gurih selain itu,
banyak manfaat dan kandungan yang terkandung dalam buah pisang goroho.

a. Kandungan dan khasiat Pisang Goroho


Kandungan yang ada dalam buah pisang pada umumnya adalah Vitamin A,
Vitamin B1, Vitamin C, Lemak mineral (Kalium, klor, natrium,
magnesium, fosfor), karbohidrat, udara, zat putih telur dan serat.
b. Manfaat dan kegunaan Pisang Goroho
1. Pisang sebagai sumber tenaga. Buah pisang dengan mudah dapat
dicerna, gula yang terdapat dibuah tersebut diubah menjadi sumber
tenaga yang bagus secara tepat, dan itu bagus dalam pembentukan
tubuh, untuk kerja otot, dan sangat bagus untuk menghilangkan rasa
lelah.
2. Manfaat pisang untuk ibu hamil. Pisang juga disarankan untuk
dikonsumsi para wanita hamil karena mengandung asam folat, yang
mudah diserap janin melalui rahim. Namun, jangan terlalu berlebihan,
sebab satu buah pisang mengandung sekitar 85-100 kalori.
3. Manfaat pisang bagi Penderita Anemia. Dua buah pisang yang
dimakan oleh pasien anemia setiap hari sudah cukup, karena
mengandung Fe (zat besi) tinggi.
4. Manfaat pisang untuk mengobati penyakit Usus dan perut. Pisang
yang dicampur susu cair (atau dimasukkan segelas susu cair ) dapat
dihidangkan sebagai obat dalam kasus penyakit usus. Juga dapat
direkomendasikan untuk pasien sakit perut dan kolik untuk
menetralkan keasaman lambung. Sebuah pisang dihidangkan sebagai
pertahanan terhadap inflamasi karena Vitamin C dapat secara cepat
diproses. Ia mentransformasikan bacillus berbahaya menjadi bacillus
yang bersahabat. Dengan demikian, keduanya akan tertolong. Pure
pisang ataupun krim pisang (seperti untuk makanan bayi), dapat
dikonsumsi oleh pasien yang menderita diare.
5. Manfaat pisang bagi penderita Lever. Penderita penyakit lever bagus
mengonsumsi pisang dua buah ditambah satu sendok madu akan
menambah nafsu makan dan membuat kuat.
6. Manfaat pisang untuk luka bakar. Daun pisang dapat digunakan
untuk pengobatan kulit yang terbakar dengan cara dioles, campuran abu
daun pisang ditambah minyak kelapa mempunyai pengaruh
mendinginkan kulit.
7. Manfaat bagi penderita diabetes. Pada masyarakat Gorontalo
(Sulawesi Utara), jenis pisang goroho yakni pisang khas daerah
setempat merupakan makanan tambahan / pokok bagi orang yang
menderita penyakit gula / diabetes melitus, terutama buah pisang
goroho yang belum matang, kemudian dikukus dan dicampur kelapa
parut muda.
8. Pisang dan Kecantikan. Bubur pisang dicampur dengan sedikit susu
dan madu, dioleskan pada wajah setiap hari secara teratur selama 30-
40 menit. Basuh dengan air hangat kemudian bilas dengan air dingin
atau es, diulang selama 15 hari, akan menghasilkan pengaruh yang
menakjubkan pada kulit.
9. Manfaat Pisang untuk diet. Pisang juga mempunyai peranan dalam
penurunan berat badan seperti juga untuk menaikkan berat badan. Telah
terbukti seorang kehilangan berat badan dengan berdiet 4 (empat) buah
pisang dan 4 (empat) gelas susu non fat atau susu cair per hari
sedikitnya 3 (tiga) hari dalam seminggu., jumlah kalori hanya 1250 dan
menu tersebut cukup menyehatkan. Selain itu, diet tesebut membuat
kulit wajah tidak berminyak dan bersih. Pada sisi yang lain,
mengonsumsi satu gelas banan milk-shake dicampur madu, buah-
buahan, kacang dan mangga sesudah makan akan menaikkan berat
badan.

4.2. Deskripsi Usaha

a. Letak

Lokasi penelitian terletak di lokasi wisata Kaki Dian Minahasa Utara.


Pondok Katu merupakan kios yang banyak dikunjungi oleh para pengunjung tempat
wisata kaki dian minahasa utara, dan yang paling banyak diminati oleh para
pengunjung adalah pisang goroho. Lokasi ini strategis terletak di tengah-tengah
kabupaten Minahasa Utara dan memiliki pemandangan yang sangat indah. Bagi
pengunjung disediakan tempat parkir dan lokasinya tidak terlalu jauh.
4.3. Nilai Tambah Pisang Goroho

a. Stik biasa

Tabel 1. Nilai tambah Pisang Goroho (Stik Biasa)

No Kode Output, input, harga Rumus Stik Biasa


1 a Hasil Produksi (porsi) 1
2 b Bahan baku (porsi) 3
3 c Tenaga kerja (porsi /menit) 8,5
Kupas 2
Potong 2
Goreng 4,5
4 d Faktor Konversi a:b 0,3
5 e Koefisien Tenaga Kerja c:b 2,83
6 f Harga produk output (porsi) 10000
7 g Upah (Rp/HOK/menit) 104,1667
8 h Harga input bahan baku (Rp/buah) 500
9 i Sumbangan input lain 1179,36
Minyak kelapa 857,14
Royco 100
Penyusutan 222,22
10 J Produk output (Rp/buah) d.f 3000
11 k a.nilai tambah (Rp/buah) j-h-i 1320,64
l b.ratio nilai tambah (%) (k:j)% 44,02
12 M a.pendapatan tenaga kerja e.g 294,79
n b.bagian tenaga kerja (m:k)% 0,22%
13 O Keuntungan (Rp/buah) k-m 1025,85
p Tingkat keuntungan (%) (o:k)% 77%
14 Q Margin j-h 2500
a.pendapatan tenaga kerja (m:q)% 11,79
b.sumbangan input lain (i:q)% 47,17%
c.keuntungan perusahan (o:q)% 41,08%
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan bahwa nilai tambah tanpa biaya
menjadi Rp.2500, nilai tambah dengan memperhitungkan biaya tanpa tenaga kerja
adalah Rp.1320,64. Jika pisang goroho hanya dijual sebagai bahan mentah / tanpa
pengolahan maka nilainya sebesar Rp.500. Namun jika sudah menjadi stik biasa
maka akan memberikan nilai tambah sebesar 44,02%. Keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp. 1025,85 dengan total keuntungan 77%.

b. Belah 4

Tabel 2. Nilai tambah Pisang Goroho (Belah 4)

No Kode Output, input, harga Rumus Stik Biasa


1 a Hasil Produksi (porsi) 1
2 b Bahan baku (porsi) 3,5
3 c Tenaga kerja (porsi /menit) 6,5
Kupas 2
Potong 1,5
Goreng 3
4 d Faktor Konversi a:b 0,28
5 e Koefisien Tenaga Kerja c:b 1,85
6 f Harga produk output (porsi) 10000
7 g Upah (Rp/HOK/menit) 104,1667
8 h Harga input bahan baku (Rp/buah) 500
9 i Sumbangan input lain 742,22
Minyak kelapa 500
Garam 20
Penyusutan 222,22
10 j Produk output (Rp/buah) d.f 2800
11 k a.nilai tambah (Rp/buah) j-h-i 1557,78
l b.ratio nilai tambah (%) (k:j)% 55,63
12 m a.pendapatan tenaga kerja e.g 192,70
n b.bagian tenaga kerja (m:k)% 0,12%
13 o Keuntungan (Rp/buah) k-m 1365,08
p Tingkat keuntungan (%) (o:k)% 87%
14 q Margin j-h 2300
a.pendapatan tenaga kerja (m:q)% 8,37%
b.sumbangan input lain (i:q)% 32,27%
c.keuntungan perusahan (o:q)% 59,35%

Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan bahwa nilai tambah tanpa biaya
menjadi Rp.2300, nilai tambah dengan memperhitungkan biaya tanpa tenaga kerja
adalah Rp.1557,78. Jika pisang goroho hanya dijual sebagai bahan mentah / tanpa
pengolahan maka nilainya sebesar Rp.500. Namun jika sudah menjadi pisang
goreng goroho belah empat maka akan memberikan nilai tambah sebesar 55,63%.
Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 1365,08 dengan total keuntungan 87%.

Tabel 3. Rekapitulasi Nilai tambah Terbesar

Nilai Tambah Stik Biasa Belah 4


Margin 2500 2300
Nilai tambah 1320,64 1557,78
Keuntungan 1025,85 1365,08
Ratio nilai tambah 44,02 % 55,62 %

Berdasarkan tabel nilai tambah terbesar ditunjukkan oleh pisang goroho yang
sudah diolah menjadi belah empat dengan nilai tambah yang dihasilkan sebanyak
Rp.1557,78, dan setelah dipertimbangkan biaya variabel ternyata hasil lebih untung
pada pisang goroho belah 4 karena penggunaan tenaga kerja lebih banyak
digunakan untuk membuat stik biasa.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka yang menjadi kesimpulan nilai tambah


pisang goroho stik biasa sebesar Rp. 1320,64, nilai tambah pisang goroho belah 4
sebesar Rp. 1557,78.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang di harapkan biaya dapat diminimalkan agar


nilai tambah atau keuntungan semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, F. Y. Dan Nasriati, 2011. Teknologi Pengolahan Tepung Pisang. Balai


Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Lampung.

Amalia, 2003. Peranan Agroindustri dalam Pumilahn Perekonomian Indonesia


Pasca Krisis Ekonomi. Universitas Indonesia Esa Unggul, Jakarta.

Aminah, 2013. Analisis Nilai Tambah dalam Pengolahan Susu Kedelai pada Skala
Industri Rumah Tangga di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Artika, 2016. Analisis Nilai Tambah (Value Added) Buah Pisang Menjadi Keripik
Pisang di Kelurahan Babakan Kota Mataram . UNMAS. Mataram.

Bardosono, 2014. Produksi Tanaman Buah di Indonesia Tahun 2009-2013.


http:/horti.pertanian.go.id/node/254. 7 September 2015.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara, 2016.

Manalili, 1996. Pembangunan Agroindustri Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.

Mubyarto, 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Soeharjono, 2001. Konsep dan Ruang Lingkup Agroindustri. Kumpulan makalah


Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, IPB. Bogor.
Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Supriyati, dan Herlina Tarigan, 2008. Meningkatkan Nilai Tambah melalui
Agroindustri. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.30 No.4

Anda mungkin juga menyukai