RINNY LONTOH
NIDN. 0911108703
Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
RahmatNya, Penulis dapat menyelesaikan Tulisan ini. Penulisan ini dilakukan
dalam rangka mengikuti Kegiatan Workshop Seminar Nasional Forum Komunikasi
Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia di Ambon. Saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tulisan ini.
Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan dari semua pihak yang telah membantu. Semoga tulisan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Rinny Lontoh
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................... 3
DAFTAR TABEL .................................................................................. 4
RINGKASAN ........................................................................................ 5
I. PENDAHULUAN
III. PEMBAHASAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 15
3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................. 15
3.3. Metode Pengambilan Sampel ............................................. 15
3.4. Metode Pengukuran Variabel ............................................. 15
3.5. Metode Analisis Data ......................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Pisang Goroho .................................................... 17
4.2. Deskripsi Usaha .................................................................. 19
4.3. Nilai Tambah Pisang Goroho ............................................. 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ......................................................................... 23
5.2. Saran ................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 24
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 ................................................................................................ 20
Tabel 2 ................................................................................................ 21
Tabel 3 ................................................................................................ 22
Rinny Lontoh / 0911108703. 2017. Analisis Nilai Tambah Pisang “Goroho”
(Musa Acuminafe, Sp) (Studi Kasus : Pondok Katu Kaki Dian Minahasa Utara).
RINGKASAN
Tanaman pisang banyak berkembang di Indonesia dan memiliki keragaman jenis
dan bentuknya serta kandungan dan manfaat dalamnya. Dalam tulisan ini akan
meperkenalkan tanaman pisang khas Sulawesi Utara, dengan nama Pisang Goroho
(Musa acuminafe, Sp.). Pisang Goroho merupakan sumber makanan masyarakat
Minahasa sejak dahulu buah pisang Goroho sangat disenangi karena sangat enak
dan gurih selain itu, banyak manfaat dan kandungan yang terkandung dalam buah
pisang goroho. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Juli 2017
sampai dengan September 2017 di Pondok Katu Kaki Dian Minahasa Utara.
Penelitian ini menggunakan data primer dengan teknik wawancara langsung kepada
Pengelola Pondok Katu Kaki Dian Minahasa Utara. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari kedua bentuk olahan pisang goroho yaitu
pisang goroho stik biasa dan belah empat; yang paling besar nilai tambahnya pada
bentuk olahan pisang goroho belah empat dengan nilai Rp. 1557, 78 dibandingkan
dengan bentuk olahan lain seperti stik biasa.
1.1.Latar Belakang
Sektor pertanian dalam wawasan agribisnis dengan perannya dalam
perekonomian nasional memberikan beberapa hal yang menciptakan nilai
tambah, tenaga kerja, produksi dan keunggulan yang dapat dipertimbangkan.
Keunggulan tersebut antara lain nilai tambah pada agroindustri, misalnya
dengan cara pengawetan produk pertanian menjadi produk olahan yang lebih
tahan lama dan siap untuk dikonsumsi.
Pengembangan agroindustri di Indonesia memiliki prospek yang cerah
untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Meskipun banyak
ditemukan sejumlah kendala seperti keterbatasan pasar, kurang nyatanya peran
agroindustri di pedesaaan, diharapkan dengan adanya kerja sama semua pelaku
usaha pertanian, agro industri memberikan kontribusi positif bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Agroindustri merupakan bagian dari sistem agribisnis yang lebih luas,
sistem agribisnis perwujudan dari usaha pokok diversifikasi secara vertikal dan
horizontal, yang proses penanganan komoditas dilakukan secara tuntas sejak
proses produksi pasca panen dan pemasarannya. Salah satu komoditas tanaman
pangan yang mampu mendukung perkembangan agroindustri adalah tanaman
pisang.
Menurut Bardosono (2014), produksi pisang di Indonesia pada Tahun 2013
telah mencapai 5,3 ton. Melimpahnya ketersediaan pisang menyebabkan pisang
dirasakan bukanlah komoditas penting dan tidak memberikan nilai tambah bagi
produsen pisang khususnya petani. Pisang juga merupakan komoditas
hortikultura yang tidak memiliki daya simpan yang lama, sehingga apabila
kemelimpahan pisang tidak diimbangi dengan pemanfaatnya maka akan
meningkatkan potensi kebusukan komoditas tersebut. Saat ini, selain
dikonsumsi langsung sebagai buah-buahan, pengolahan pisang terbatas pada
jenis makanan seperti pisang goreng, kolak dan sale (Adriani dan Nasriati,
2011).
Tanaman pisang merupakan tanaman yang tidak dapat bertahan lama yang
dapat dijadikan makanan olahan yang biasa digunakan sebagai camilan.
Tanaman pisag yang dulunya hanya diolah menjadi pisang goreng dan sekarang
seiring dengan berkembangnya berbagai macam makanan yang dibuat dari
tanaman pisang khususnya pisang goroho yang sekarang bisa juga diolah
menjadi stik pisang, keripik pisang dan gorengan yang biasa ditemui atau dijual
di rumah kopi, restoran dan kios-kios kecil. Salah satu agenda pembangunan
Indonesia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah melalui
pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Usaha agroindustri
pisang goroho menjadi pisang goreng dan pisang stik termasuk kedalam
agroindustri makanan dengan bahan baku utama pisang merupakan usahatani
tradisional yang banyak dilakukan oleh pedagang yang ada di sekitar kaki dian
minahasa utara.
Ditinjau dari segi ekonomi, pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan
nilai tambah yaitu, meningkatkan daya awet komoditas pertanian dan
memberikan keuntungan bagi pengolah, sekaligus menambah pendapatan
petani, sehingga melimpahnya produksi pisang pada panen raya tidak terbuang
percuma.
Istilah nilai tambah (value added) itu sendiri sebenarnya menggantikan
istilah nilai yang ditambahkan pada suatu produk karena masuknya unsur
pengolahan menjadi lebih baik. Dengan adanya kegiatan mengubah bentuk
primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui
proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena
dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan
keuntungannya lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan.
Pisang goroho yang permintaannya semakin banyak maka nilai tambah dari
pisang goroho meningkat. Hal tersebut yang mendorong Penulis untuk
melakukan penelitian sehingga dapat mengetahui lebih lanjut mengenai nilai
tambah dari pisang goroho di kawasan wisata pondok katu kaki dian minahasa
utara.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah berapa besar nilai tambah yang diciptakan dari
adanya pengolahan pisang goroho ?
1.3.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui berapa besar nilai tambah dari pengolahan pisang goroho
yang ada di Pondok Katu kaki dian minahasa utara.
1.4.Manfaat Penelitian
2.1.Tanaman Pisang
Pengembangan agroindustri dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah
dan waktu yang sesuai, menrupakan syarat kecukupan untuk berproduksi secara
berkelanjutan dalam meningkatkan nilai tambah.
Klarifikasi dan penamaan Pisang Goroho
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Lilopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : M. Acuminafe
Sumber: BPTP Sulawesi Utara, 2016
Bagian pisang yang digunakan sebagai obat adalah buah pisang, bunga pisang
(jantung) tunas / anak pisang, batang pohon pisang, kulit buah pisang dan getah
pelepah daun pisang, batang pisang juga bagi orang Minahasa dijadikan sayur.
Salah satu jenis varietas pisang yang sangat potensial adalah pisang goroho,
jenis pisang ini menjadi khas di daerah Sulawesi Utara karena memiliki nilai
manfaat yang tinggi karena memiliki kandungan yang terdapat pada setiap buah
pisang secara umum adalah vitamin A, vitamin B1, vitamin C, lemak mineral
(kalium, klor, natrium, magnesium, fosfor), karbohidrat, air dan serat. Pisang dapat
digunakan bagi ibu hamil untuk penyakit usus dan perut, bagi luka bakar, bagi
kecantikan, diabetes melitus pada pendarahan rahim dan sakit lever. Oleh sebab itu
sehingga banyak petani yang mulai mengembangbiakannya karena pisang goroho
umumnya bisa tumbuh disamping rumah dan di pinggiran kebun (BPTP,2016)
2.2. Agroindustri
Menurut Hicks, 1995 dalam Aminah, 2013 agroindustri adalah kegiatan dengan
ciri:
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha
untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuan untuk
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.
(1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih
(2) Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang
(3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang (BPS, 2002)
Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena
mengalami proses pengolahan dalam suatu produk. Nilai tambah inilah yang
menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan pendapatan di wilayah
tersebut. Kegiatan agroindustri dinilai dapat meningkatkan nilai tambah. Nilai
tambah yang diperoleh adalah selisih antara nilai komoditas yang mendapat
perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai pengorbanan yang digunakan selama
proses produksi berlangsung (Langitan, 1994).
Nilai tambah menurut Gittinger (1986) dalam Aminah (2013) adalah nilai
output dikurangi input yang dibeli dari luar. Dalam tiap satuan produksi, nilai
tambah diukur dengan perbedaan antara nilai output perusahaan dan nilai seluruh
input yang dibeli dari luar perusahaan. Pada proses distribusi komoditas pertanian
terjadi arus yang mengalir dari hulu ke hilir, yang berawal dari petani dan berakhir
pada konsumen akhir. Komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti
pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau
menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu
dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung
nilai tambah selama proses pemasaran (Baroh, 2007). Jadi konsep nilai tambah
adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional
seperti perlakuan dan jasa yang menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai
komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian (Hardjanto, 1993).
Besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi yang digunakan dalam proses
produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan. Suatu
perusahaan dengan teknologi yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas
yang lebih baik pula, sehingga harga produk akan lebih tinggi dan akhirnya akan
memperbesar nilai tambah yang diperoleh (Suryana, 1990 dalam Aminah 2013).
Menurut Armand Sudiyono (2001) dalam Hidayat (2009) ada dua cara untuk
menghitung nilai tambah, (1) Nilai untuk pengolahan dan; (2) Nilai tambah untuk
pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor tekis
yang mempengaruhi adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan
nilai input lain selain bahan baku dan tenaga kerja.
Dasar perhitungan dari analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar harga
yang digunakan untuk bahan baku dan produksi ditingkat pengolah / produsen.
Nilai tambah menggambarkan imbalan tenaga kerja, modal dan manajemen, secara
matematis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Keterangan :
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari pengamatan dan wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar
pertanyaan (Kuisioner) yang telah tersusun.
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel.
No Variabel Nilai
p%=
o/j.100%
Sumber : Hayami (1987) dalam Mashuri (2013)
BAB IV
a. Letak
a. Stik biasa
b. Belah 4
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan bahwa nilai tambah tanpa biaya
menjadi Rp.2300, nilai tambah dengan memperhitungkan biaya tanpa tenaga kerja
adalah Rp.1557,78. Jika pisang goroho hanya dijual sebagai bahan mentah / tanpa
pengolahan maka nilainya sebesar Rp.500. Namun jika sudah menjadi pisang
goreng goroho belah empat maka akan memberikan nilai tambah sebesar 55,63%.
Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 1365,08 dengan total keuntungan 87%.
Berdasarkan tabel nilai tambah terbesar ditunjukkan oleh pisang goroho yang
sudah diolah menjadi belah empat dengan nilai tambah yang dihasilkan sebanyak
Rp.1557,78, dan setelah dipertimbangkan biaya variabel ternyata hasil lebih untung
pada pisang goroho belah 4 karena penggunaan tenaga kerja lebih banyak
digunakan untuk membuat stik biasa.
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Aminah, 2013. Analisis Nilai Tambah dalam Pengolahan Susu Kedelai pada Skala
Industri Rumah Tangga di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Artika, 2016. Analisis Nilai Tambah (Value Added) Buah Pisang Menjadi Keripik
Pisang di Kelurahan Babakan Kota Mataram . UNMAS. Mataram.