YULI ENDRA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ABSTRAK
YULI ENDRA. Analisis Proksimat dan Komposisi Asam Amino Buah Pisang Batu
(Musa balbisiana Colla). Dibimbing oleh DEDEN SAPRUDIN dan ELLY
SURADIKUSUMAH.
Pisang batu (Musa balbisiana Colla) termasuk pisang kelas rendah, umumnya
tidak disukai karena bijinya banyak, kulitnya keras, dan tebal serta buahnya tidak dapat
dimakan dalam bentuk segar. Dalam penelitian ini dilakukan analisis proksimat,
komposisi asam amino, dan kandungan mineral buah pisang batu. Analisis kandungan
mineral juga dilakukan terhadap biji pisang batu. Analisis proksimat dilakukan dengan
metode gravimetri dan titrimetri, analisis asam amino menggunakan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT), dan mineralnya ditentukan dengan spektrofotometri serapan atom
(SSA), kecuali fosforus (P) dengan spektrofotometri ultraviolet-tampak. Hasil yang
diperoleh dibandingkan dengan pisang raja dan pisang siam melalui uji statistika.
Berdasarkan analisis proksimat diketahui kadar air, abu, serat kasar, dan gula pereduksi
buah pisang batu lebih tinggi daripada buah pisang raja dan buah pisang siam.
Kandungan protein, lemak, dan karbohidrat buah pisang batu lebih rendah daripada
pisang raja, namun kandungan proteinnya lebih tinggi daripada pisang siam, dan
kandungan lemaknya lebih rendah daripada pisang raja dan pisang siam. Dari hasil
analisis asam amino buah pisang batu dengan KCKT diketahui semua asam amino buah
pisang batu lebih kecil daripada pisang raja. Asam amino esensial buah pisang batu yang
ditemukan dalam jumlah relatif lebih besar daripada buah pisang siam adalah treonina,
metionina, valina, fenilalanina, isoleusina, leusina, dan lisina. Dari hasil analisis mineral
secara spektrofotometri diketahui konsentrasi Ca, Fe, Mg, K, Na, Mn, dan P pada pisang
batu lebih tinggi daripada pisang raja, sedangkan terhadap pisang siam adalah mineral Ca,
Mg, Fe, dan P. Pada biji pisang batu komponen mineral yang ditemukan dalam
konsentrasi tinggi adalah P, Ca, dan Mn.
ABSTRACT
YULI ENDRA. Proximate and Amino Acid Composition Analysis of Musa balbisiana
Colla. Supervised by DEDEN SAPRUDIN and ELLY SURADIKUSUMAH.
Musa balbisiana Colla (MBC) belongs to low class of banana. It is commonly
undesirable not only because it has lots of seeds, but also because it is hard, thick-
skinned, and inedible in raw form. In this research, proximate constituents, amino acid
composition, and mineral content in MBC were analyzed. Mineral content in MBC seeds
were analyzed as well. Proximate analysis was carried out using gravimetric and
titrimetric methods, amino acid composition was evaluated using high performance liquid
chromatography (HPLC), and mineral content was measured using atomic absorption
spectrophotometry except for phosphorus (P) which was analyzed using ultraviolet-
visible spectrophotometry. The results were statistically compared with Musa paradisiaca
var. sapientum L. (MPS) and Musa paradisiaca var. normalis M. (MPN). Moisture, ash,
crude fiber, and reducing sugar contents were higher than those of MPS and MPN.
MBCs content of protein, fat, and carbohydrate were lower than MPS, but protein
content were higher than MPNs though MBCs content of fat were lower than the latter.
The HPLC result showed that MBCs amino acid composition was lower than MPSs.
MBCs essential amino acids which were relatively high in threonine, methionine, valine,
phenylalanine, isoleusine, leusine, and lysine. Concentration of Ca, Fe, Mg, K, Na, Mn,
and P was higher in MBC as compared to MPS, while concentration of Ca, Mg, Fe, and P
was higher than in MPN. In MBC seeds, mineral content which was found in high
concentration were P, Ca, and Mn.
ANALISIS PROKSIMAT DAN KOMPOSISI ASAM AMINO
BUAH PISANG BATU (Musa balbisiana Colla)
YULI ENDRA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul : Analisis Proksimat dan Komposisi Asam Amino Buah Pisang Batu (Musa
balbisiana Colla)
Nama : Yuli Endra
NIM : G44201041
Disetujui :
Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rawang Bunian pada tanggal 18 Juli 1982 dari ayah Chaidir
ST. Mantari dan ibu Efnimar. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih
Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Kimia
Analitik III pada tahun ajaran 2004/2005, Kimia Analitik II pada tahun ajaran 2005/2006,
Kimia Analitik Teknologi Pangan dan Gizi pada tahun ajaran 2005/2006, Kimia
Lingkungan pada tahun ajaran 2005/2006, serta mata kuliah Kimia Dasar D3 Analisis
Kimia tahun ajaran 2005/2006. Pada tahun 2003 penulis pernah melaksanakan magang di
PT Kapsulindo Nusantara, Cileungsi Bogor, dan pada tahun 2004 melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Cibinong Bogor.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini
adalah analisis kandungan zat kimia buah pisang batu, dengan judul Analisis Proksimat
dan Komposisi Asam Amino Buah Pisang Batu (Musa balbisiana Colla).
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada Drs. Deden Saprudin, M.Si dan Ir. Elly Suradikusumah, MS selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya
tulis ini, juga kepada PAU IPB dan kak Khotib serta bapak Kosasih yang telah membantu
dalam pengeringan contoh dan AAS serta analisis asam aminonya.
Penghargaan yang terbesar penulis berikan kepada Mama, Papa, uda Andry, uda
Yon, Roni, dan Dori yang telah membantu penulis secara moril dan materil, serta
dorongan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada Ibu Nunung, kak Rafi, om
Eman, bapak Ridwan, bapak Manta, dan semua staf Laboratorium Kimia Analitik yang
telah membantu dan memberikan saat-saat yang menyenangkan kepada penulis selama
melaksanakan penelitian. Kepada teman-teman kimia angkatan 38, terima kasih
semuanya karena telah memberikan sebuah kenangan termanis dan kebersamaan yang
indah selama kita belajar bersama di departemen kimia, Institut Pertanian Bogor. Untuk
Steven terima kasih atas bantuan dan saran-sarannya, serta untuk Berenyit, Dhonkdhot,
dan Babeh terima kasih atas saat-saat yang menyenangkannya selama kita praktik lapang
di PT ITP Cibinong, Bogor. Terima kasih juga kepada mas Hery atas semua bantuan yang
diberikan kepada penulis dalam melakukan kolokium, seminar, dan sidang.
Sebagai penutup penulis berharap karya ilmiah ini kiranya dapat bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi ilmu pengetahuan.
Yuli Endra
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... x
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
LAMPIRAN................................................................................................................ 18
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Komposisi kimia daging buah pisang raja (nilai per 100 g porsi makanan.......... 3
3 Analisis varian dari kombinasi kadar proksimat daging buah pisang untuk
uji F ...................................................................................................................... 10
6 Kandungan mineral daging buah dan biji pisang (ppm) secara spektrofotometri 14
7 Analisis varian dari kombinasi kadar mineral daging buah dan biji pisang
untuk uji F ............................................................................................................ 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Profil buah pisang raja (a), pisang siam (b), dan buah pisang batu (d) ................ 2
2 Bentuk ikatan peptida dalam protein (a) dan kerangka umum asam amino......... 4
3 Daging buah pisang raja (a), pisang siam (b), pisang batu (c), dan biji pisang
batu (e) setelah dikering-bekukan dan dihaluskan ............................................... 9
12 Kromatogram KCKT asam amino (a) standar, (b) pisang raja, (c) pisang siam,
dan (d) pisang batu ............................................................................................... 28
13 Data penentuan mineral daging buah dan biji pisang dengan spektrofotometri... 29
14 Data penentuan konsentrasi mineral daging buah dan biji buah pisang
secara spektrofotometri serapan atom (SSA) ....................................................... 30
Gambar 1 Profil buah pisang raja (a), pisang Menurut Simmonds (1996), komponen
siam (b), dan pisang batu (c). utama penyusun daging buah pisang adalah
air yang mencapai 75% pada buah yang telah
Pisang Raja (Musa paradisica var. sapien- masak. Karbohidrat merupakan komponen
tum L.) kedua terbesar penyusun daging buah pisang
setelah air, yaitu sekitar 20-25%. Pada pisang
Pisang raja termasuk jenis pisang buah. mentah senyawa utama karbohidratnya masih
Menurut ahli sejarah dan botani secara umum berupa pati, sedangkan pada pisang yang
pisang raja berasal dari kawasan Asia Teng- masak terdiri dari gula-gula penyusun yang
gara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjut- pada tiap tingkat pemasakan secara garis
nya menyebar ke berbagai negara baik negara besarnya terdapat rasio glukosa, fruktosa, dan
tropis maupun negara subtropis. Akhirnya sukrosa 20:15:65. Satu-satunya jenis gula lain
buah pisang dikenal di seluruh dunia. Jadi yang ditemukan dalam jumlah sedikit adalah
pisang raja termasuk tanaman asli Indonesia maltosa dalam kultivar Gros Michel serta
dan kultivar-kultivarnya banyak ditemukan di trigliserida dan fruktosil sukrosa dalam
pulau Jawa (Zuhairini 1997). kultivar Cavendish (Forsyth 1980). Jenis kar-
bohidrat lain yang ditemukan dalam daging
Pisang Siam (Musa paradisiaca var. norma- buah pisang adalah serat kasar dan pektin.
lis M.) Kandungan serat kasar terdiri dari 60% lignin,
25% selulosa, dan 15% hemiselulosa. Pada
Sama halnya dengan pisang raja, pisang umumnya pisang yang masak kaya vitamin
siam juga termasuk jenis pisang buah yang dan mineral, yaitu vitamin betakarotin, vita-
masih satu marga dengan jenis pisang yang min B1, vitamin B6, niasin, dan vitamin C.
lain, yaitu musaceae. Pisang ini memiliki Mineral utama yang terdapat dalam pisang
beberapa macam keunggulan spesifik bila adalah fosforus, kalium, dan besi.
dibandingkan dengan pisang lain yang masih Dalam buah pisang raja terkandung zat-zat
satu marga. Bentuk tanamannya ramping, yang bersifat antitukak peptik, yakni sito-
genjah, jumlah anakan banyak, kadar tepung indosida I, II, III, dan IV. Namun, di antara
tinggi dan kandungan vitamin A serta kalori keempatnya yang paling kuat kerjanya ialah
yang tinggi bila dibandingkan dengan pisang sitoindosida IV. Zat-zat itu sangat peka
kepok lain, tahan terhadap pH rendah, sistem terhadap suhu. Karena itu pengeringan daging
aerasi yang jelek, dan toleran terhadap buah ini cukup dengan cara diangin-anginkan
penyakit layu bakteri Pseudomonas sp. setelah dirajang tipis-tipis agar cepat kering.
Air
Berdasarkan hasil pengeringan contoh
dengan pengeringbeku diperoleh kadar air
untuk daging buah pisang raja 68.97%, daging
buah pisang siam 72.25%, daging buah pisang
batu 82.76%, dan biji pisang batu 76.65%.
Kadar air contoh tidak dapat dilakukan
Gambar 3 Daging buah pisang raja (a), analisis statistika sebab data penetapan kadar
pisang siam (b), pisang batu (c), air berupa data tunggal karena hanya dila-
dan biji pisang batu (d) setelah kukan satu kali pengukuran (Lampiran 4).
dikeringbekukan lalu dihaluskan. Kadar air yang diperoleh untuk setiap contoh
cukup besar (lebih dari 10%), oleh karena itu
Pada saat dikupas daging buah pisang ber- dalam penyimpanannya harus hati-hati sebab
warna kuning, namun beberapa saat setelah akan mudah terkena jamur. Adanya perbedaan
dikupas berubah warna menjadi coklat, hal kadar air pada ketiga jenis pisang ini dapat
ini disebabkan karena kandungan fenol di disebabkan oleh perbedaan tempat tumbuh
dalam contoh telah teroksidasi. Daging buah masing-masing pisang.
dan biji pisang yang diperoleh, dikeringkan Pada prinsipnya proses penghilangan air
dengan pengeringbeku dan ditentukan kadar dengan cara pengeringbekuan tidak jauh
airnya. Contoh yang telah kering ini selan- berbeda dengan sistem pengeringan biasa.
jutnya dihaluskan hingga membentuk serbuk Pada sistem pengeringan biasa (kering udara),
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3. suhu udara yang dialirkan di sekeliling bahan
lebih tinggi dari suhu bahan dan menyebabkan
tekanan uap air di dalam bahan lebih tinggi
daripada tekanan uap air di udara sehingga
terjadi perpindahan uap air dari bahan ke Abu
udara, sedangkan pada metode pengering- Daging buah dan biji pisang dari hasil
bekuan bahan dibekukan terlebih dahulu dan pengeringan ditentukan kadar abunya dengan
es yang terjebak di dalamnya dibuang dengan metode gravimetri. Penentuan kadar abu
pompa vakum (es menyublim). Dengan contoh selain sebagai salah satu parameter
demikian air dapat disingkirkan tanpa meru- nilai gizi juga untuk mengetahui kandungan
sak bahan yang dikeringkan (Daintith 1990). zat anorganik yang terdapat dalam contoh,
Selain itu, sistem pengeringan contoh dengan yaitu berupa mineral. Nilai kadar abu yang
cara ini juga dapat mencegah kemungkinan diperoleh dari penetapan kadar abu untuk
hilangnya senyawaan tertentu yang tidak daging buah pisang batu adalah 2.08%, pisang
tahan terhadap panas, sebab dalam proses raja 1.76% dan pisang siam 1.72% (Lampiran
pengeringannya tidak ada penggunaan kalor. 5).
Tabel 3 Analisis varian dari kombinasi kadar proksimat daging buah pisang untuk uji F
Jumlah
Proksimat dB Kuadrat Fhitung Ftabel
Kuadrat
Abu 0.232 2 0.116 226.717 5.413
Protein 1.348 2 0.674 51.902 9.552
Lemak 0.130 2 6.52210-2 177.864 9.552
Serat 13.024 2 6.512 4439.932 5.413
Gula 53.733 2 26.866 6792.076 5.413
Hipotesis :
Ho: diduga bahwa nilai dari ketiga contoh pisang adalah sama
Hi: diduga bahwa nilai dari ketiga contoh berbeda
Pengujian hipotesis :
Jika:
Fhitung>Ftabel, maka Ho ditolak
Fhitung<Ftabel, maka Ho diterima
Tabel 4 Perbandingan keseluruhan (multiple comparison) kadar proksimat daging buah pisang
dengan uji LSD (least significant difference)
Pisang Pisang Signifikasi
(I) (J) Abu Protein Lemak Serat Gula
LSD P. raja P. siam 0.057 0.002* 0.491 0.000* 0.000*
P. batu 0.000* 0.007* 0.001* 0.000* 0.000*
P. siam P. raja 0.057 0.002* 0.491 0.000* 0.000*
P. batu 0.000* 0.045* 0.000* 0.000* 0.000*
P. batu P. raja 0.000* 0.007* 0.001* 0.000* 0.000*
P. siam 0.000* 0.045* 0.000* 0.000* 0.000*
*) perbedaan nilai signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05
Hipotesis :
Ho: nilai kadar proksimat pisang (I) dan pisang (J) adalah tidak berbeda (sama saja)
Hi: nilai kadar proksimat pisang (I) dan pisang (J) adalah berbeda
Pengujian hipotesis :
Jika:
signifikansi>0.05, maka Ho diterima
signifikansi<0.05, maka Ho ditolak
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat dalam Tabel 4. Berdasarkan uji LSD,
perbedaan ini antara pisang batu terhadap diketahui bahwa nilai kadar abu pisang batu
pisang raja, pisang batu terhadap pisang siam dan pisang raja memang tidak sama (berbeda)
dan pisang raja terhadap pisang siam hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansinya
dilakukan pengujian LSD (least significant yang lebih rendah dari 0.05. Demikian pula
difference) yang data pengujiannya tertera halnya pisang batu terhadap pisang siam.
Namun antara nilai kadar abu pisang raja dan ini dapat terjadi karena satu hidrogen (H) dari
pisang siam tidak berbeda (sama saja). dari gugus amino suatu asam amino bersatu
Adanya perbedaan nilai kadar abu pisang batu dengan hidroksil (OH) dari gugus karboksil
terhadap pisang yang lain bisa disebabkan asam amino lain. Proses ini menghasilkan satu
oleh keadaan alam tempat tumbuhnya pisang, molekul air, sedangkan CO dan NH yang
atau mungkin juga adanya pengaruh dari biji tersisa akan membentuk ikatan peptida. Ikatan
pisang batu itu sendiri. Untuk biji pisang batu peptida ini dapat dipecah melalui reaksi
diketahui kadar abunya lebih besar dari pisang hidrolisis menjadi asam amino oleh asam atau
batu, yakni sebesar 3.09%. enzim pencernaan dengan penambahan satu
molekul air. Reaksinya dapat dijelaskan pada
Protein Gambar 4.
Penetapan protein pada daging buah
pisang menggunakan metode Kjeldahl. Dalam Lemak
metode ini yang dianalisis adalah kadar Penetapan lemak dalam daging buah
protein kasarnya secara tidak langsung, sebab pisang menggunakan metode soksletasi.
yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar Metode ini dipilih karena dapat digunakan
nitrogennya. Pada prinsipnya bahan makanan untuk ekstraksi komponen yang tahan
diuraikan dengan cara mendestruksinya terhadap suhu yang tinggi dan dapat mem-
dengan asam kuat sehingga semua senyawa- berikan nilai rendemen yang lebih baik
senyawa nitrogen akan diubah menjadi garam- dibandingkan metode ekstraksi lainnya,
garam amonium. Adanya penambahan NaOH karena dalam prosesnya ada sistem sirkulasi
pada saat destilasi mengakibatkan garam- pelarut. Pelarut lemak yang digunakan dalam
garam amonium direduksi menjadi gas ekstraksi lemak dapat menggunakan pelarut
amonia yang ditampung dalam asam borat. apapun, asalkan bersifat non polar seperti
kloroform, eter, dan benzena karena lemak
R1 O R2 O
adalah campuran dari lipid. Dalam penelitian
H2N C C OH + H N C C OH
ini pelarut lemak yang digunakan adalah
H H petroleum benzena. Lemak yang diperoleh
asam amino asam amino
sintesis H dari ekstrasi masih berupa lemak kasar.
+ H2O __
H2O Artinya, ekstrak tersebut selain mengandung
hidrolisi
lemak juga mungkin terdapat senyawaan lain,
R1 O R2 O seperti fosfolipid, sterol, minyak atsiri,
vitamin, dan pigmen-pigmen yang larut dalam
H2N C
H
C N C
H
C OH lemak. Dari penetapan kadar lemak (Lampiran
dipeptida H
7) dan pengujian LSD diketahui nilai kadar
lemak kasar daging buah pisang batu sebesar
ikatan peptida
0.46%. Nilai ini berbeda dengan daging buah
pisang raja (0.76%) dan pisang siam (0.78%).
Gambar 4 Sintesis dan hidrolisis suatu
Sebagian besar lemak nabati mengandung
dipeptida.
asam lemak rantai panjang. Lemak merupakan
bentuk simpanan energi paling utama dalam
Kadar nitrogen yang diperoleh ditentukan tubuh disamping sebagai sumber gizi esensial.
dengan teknik titrasi. Kadar protein contoh Dikatakan esensial karena dibutuhkan tubuh,
diperoleh dengan mengalikan kadar nitrogen sedangkan tubuh tidak dapat mensintesisnya,
dengan faktor konversi 6.25. Nilai ini setara sebab baik dalam tubuh hewan dan manusia
dengan 0.16 g nitrogen per g protein. Dari tidak dapat menambahkan ikatan rangkap
penetapan kadar protein dan pengujian LSD pada karbon ke-6 dan ke-3 pada asam lemak
diketahui kadar protein daging buah pisang yang ada dalam tubuhnya (Almatsier 2002).
batu sebesar 1.90%. Nilai ini berbeda dari Burr dan Burr (1929) dalam Almatsier (2002)
pisang raja, yaitu 2.66%. Demikian pula mengemukakan bahwa asam lemak esensial
halnya kadar protein daging buh pisang batu bagi tubuh adalah asam linoleat (18:2 -6)
terhadap siam (1.52%) dan pisang raja ter- dan asam linolenat (18:3 -3). Kedua asam
hadap pisang siam (Lampiran 6). lemak ini dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
Keberadaan protein dalam tumbuhan fungsi normal semua jaringan. Berdasarkan
berasal dari sintesisnya yang memanfaatkan hasil penelitian dalam Almatsier (2002)
ketersediaan nitrogen dalam tanah. Prosesnya dikemukakan bahwa makanan tanpa lemak
meliputi pembentukan rantai panjang asam menunjukkan gejala ekzema dermatitis yang
amino yang dinamakan rantai peptida. Ikatan dapat dicegah atau disembuhkan dengan
pemberian asam linoleat (18:2 -6) ke dalam selisih. Dari analisis (Lampiran 9) diketahui
makanan. Kekurangan asam lemak omega-3 kadar karbohidrat daging buah pisang batu
(18:2 -3) menimbulkan gangguan saraf dan sebesar 5.90%. Nilai ini jauh lebih rendah
penglihatan. Adanya pola konsumsi makanan dibandingkan pisang raja (21.77%) dan pisang
seimbang setiap harinya dapat mencegah siam (18.98%).
terjadinya kekurangan asam lemak esensial.
Gula Pereduksi
Serat Dalam bahan pangan gula bisa berupa gula
Penetapan kadar serat kasar pada pereduksi ataupun bukan. Dalam dunia indus-
prinsipnya, yaitu memisahkan serat kasar dari tri, kadar gula pereduksi merupakan salah satu
polisakarida non pati seperti selulosa, hemi- aspek yang menentukan kualitas dari bahan
selulosa, dan lignin (komponen serat yang makanan itu sendiri. Penetapan kadar gula
tidak larut air) serta pektin, gum, mukilase, pereduksi dalam penelitian ini menggunakan
glukan dan algal (larut dalam air) dengan jalan metode oksidireduktometri karena gula pere-
menghidrolisisnya. Dalam penelitian ini duksi dapat mereduksi zat lain.
dilakukan hidrolisis total menggunakan asam Dari penetepan kadar gula pereduksi
dan basa kuat sehingga semua polisakarida (Lampiran 10) dan pengujian LSD diketahui
terhidrolisis menjadi glukosa sedangkan serat- kadar gula pereduksi daging buah pisang batu
seratnya terpisah dari polisakaridanya. Serat sebesar 11.79%. Nilai ini berbeda terhadap
yang diperoleh dikeringkan dan ditimbang. pisang raja (8.31%) dan pisang siam (5.83%).
Serat sendiri tidak akan mengalami hidrolisis Kandungan gula yang tinggi pada pisang batu
meskipun dilakukan penambahan asam dan mungkin ada korelasinya terhadap keberadaan
basa kuat, sebab selulosa tidak dapat biji dalam buah pisang batu itu sendiri.
mengalami peristiwa mutarosi, yaitu peru- Menurut Forsyth (1980) dan Forster et al.
bahan serta-merta yang lambat dari rotasi (2003) gula yang umum ditemukan dalam
optis aktif. Hal ini dapat dijelaskan karena daging buah pisang masak adalah glukosa,
selulosa tidak memiliki karbon hemiasetal- fruktosa, dan sukrosa. Almatsier (2002) juga
selulosa. Bahkan tidak akan teroksidasi sekali- mekan bahwa dari ketiga komponen gula
pun oleh reagensia seperti Tollens. Dari terbesar buah pisang masak, fruktosa adalah
penetapan kadar serat kasar (Lampiran 8) dan jenis gula yang paling manis, yang sering
melalui pengujian LSD diketahui kadar serat disebut juga levusa atau gula buah. Baik
kasar daging buah pisang batu adalah 6.90%, fruktosa dan glukosa memiliki rumus kimia
dan nilai ini berbeda dengan serat pisang raja yang sama, C6H12O6 namun strukturnya
(4.08%) dan pisang siam (4.75%). berbeda. Susunan atom dalam fruktosa
Serat akhir-akhir ini banyak mendapat merangsang jonjot kecapan pada lidah
perhatian karena peranannya dalam mencegah sehingga menimbulkan rasa manis.
berbagai macam penyakit seperti konstipasi,
apendritis, divertikulitis, hemoroid, diabetes Asam Amino
melitus, kanker kolon, jantung koroner, dan
batu ginjal. Selain itu kekurangan serat makan Penentuan asam amino dengan KCKT
dihubungkan pula dengan berbagai penyakit dalam penelitian ini pada prinsipnya adalah
gastrointestinal (Almatsier 2002). Makanan dengan memanfaatkan reaksi pra kolom gugus
yang rendah serat menghasilkan feses yang amino yang ada pada contoh dengan pereaksi
keras dan kering yang sulit dikeluarkan dan ortoftalaldehida (OPA) sebagai senyawa
membutuhkan peningkatan tekanan saluran untuk menderivatisasi asam amino sehingga
cerna yang luar bisa untuk mengeluarkannya. akan membentuk suatu derivat asam amino
Makanan dengan kadar serat tinggi cenderung yang dapat menyerap sinar ultraviolet atau
meningkatkan bobot feses, menurunkan waktu mengalami fluoresensi. OPA akan bereaksi
transit di dalam saluran cerna, dan dapat dengan asam amino primer di dalam suasana
mengontrol metabolisme glukosa dan lipid basa yang mengandung merkaptoetanol mem-
(Almatsier 2002). bentuk senyawa yang dapat berfluoresensi
sehingga deteksinya dapat dilakukan dengan
Karbohidrat detektor fluoresens. Reaksinya dapat dijelas-
Karbohidrat memegang peranan penting di kan pada Gambar 5.
alam, karena merupakan sumber energi utama
yang semuanya berasal tumbuh-tumbuhan
bagi organisme heterotrof. Karbohidrat dalam
penelitian ini ditentukan dengan metode
O yang lebih lebih tinggi dibandingkan dengan
H
C H asam amino lainnya yang juga dianalisis.
+ R C NH2
C O Tabel 5 Komposisi asam amino daging buah
C H OH pisang (%) dengan KCKT
HO(CH2)2SH
O
asam amino Asam amino P. raja P. siam P. batu
ortoftalaldehida Asam aspartat 0.36 0.21 0.26
(OPA) Asam glutamat 0.37 0.26 0.23
Serina 0.17 0.11 0.14
Histidina* 0.09 0.06 0.06
Glisina 0.16 0.10 0.15
gugus yang berfluoresensi Treonina* 0.13 0.08 0.12
Arginina* 0.18 0.09 0.12
S (CH2)2OH Alanina 0.17 0.11 0.15
H Tirosina 0.04 0.03 0.03
N C R Metionina* 0.03 0.01 0.02
Valina* 0.21 0.10 0.12
C O Fenilalanina* 0.15 0.10 0.13
OH Isoleusina* 0.12 0.08 0.10
Leusina* 0.26 0.14 0.16
asam amino yang dapat berfluoresensi Lisina* 0.14 0.10 0.09
*asam amino esensial (AAE)
Gambar 5 Reaksi umum asam amino dengan
pereaksi OPA. Pada saat pemisahan dengan menggunakan
fasa gerak yang mulai polar barulah asam-
Sistem kromatografi yang digunakan asam amino dengan kepolaran yang rendah
adalah sistem kromatografi dengan elusi gra- keluar dari kolom, dan demikian seterusnya
dien. Artinya selama proses pemisahan, fasa sampai proses pemisahan selesai. Data hasil
gerak yang digunakan diubah-ubah derajat analisis komposisi asam amino daging buah
kepolarannya. Hal ini bertujuan untuk mem- pisang ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan
peroleh hasil pemisahan yang lebih baik. tabel tersebut diketahui semua kandungan
Eluen yang digunakan untuk pemisahan ada- asam amino pisang batu lebih rendah dari
lah eluen campuran, yaitu campuran antara pisang raja. Namun kandungan asam amino
larutan bufer A yang non polar (Na-asetat tertentu seperti asam aspartat, serina, glisina,
0.025 pH 6.5 M, Na-EDTA 0.05%, metanol treonina, arginina, alanina, metionina, valina,
9.00% dan THF 1.00% yang dilarutkan dalam fenilalanina isoleusina, dan leusina pisang
1 liter air HP) dan larutan bufer B yang polar batu lebih tinggi dari pisang siam. Golongan
(metanol 95% dan air HP) yang komposisi asam amino esensial yang ditemukan dalam
campurannya (derajat kepolaran) dibuat ber- konsentrasi agak tinggi dalam daging buah
beda selama proses pemisahan (Lampiran 3). pisang batu adalah leusina (0.16%) dan
Kolom kromatografi yang digunakan adalah fenilalanina (0.13%).
jenis kolom ultratechsphere, yaitu kolom
kromatografi yang bersifat non polar dengan Mineral
bahan pengisi kolom adalah octa decyl silane
(ODS) sebagai fasa diamnya yang bersifat non Analisis mineral dalam penelitian ini
polar. hanya meliputi mineral Ca, Fe, Mg, K, Na,
Pada awal pemisahan, komposisi fasa ge- Zn, Cu, Se, Mn, dan P (Lampiran 13). Hal ini
rak yang digunakan bersifat non polar (100 % mengacu pada Winarno (1997) dan Riana
larutan bufer A dan 0 % larutan bufer B). (2000) yang menyatakan bahwa mineral-
Karena kolom yang digunakan kolom non po- mineral tersebut merupakan mineral yang
lar dan fasa gerak juga non polar, maka asam umum dijumpai dalam bahan makanan.
amino yang akan terpisah dan keluar lebih Penentuan mineral ini (Lampiran 14)
dahulu dari kolom adalah asam-asam amino dilakukan tidak hanya pada daging buah saja,
yang memiliki derajat kepolaran yang tinggi, tapi juga dilakukan pada biji pisang batu.
sedangkan asam amino yang memiliki derajat Semua mineral ditentukan dengan SSA,
kepolaran yang rendah akan tertahan pada kecuali P yang analisisnya dilakukan dengan
kolom karena adanya interaksi terlebih dahulu spektrofotometri ultraviolet-tampak (Lampi-
dengan kolom (Lampiran 11 sdan 12). Dalam ran 14). Pada SSA, contoh diatomisasi
hal ini asam aspartat akan keluar terlebih menjadi unsur-unsurnya dengan nyala api,
dahulu dari kolom, karena memiliki kepolaran kemudian radiasi dari lampu katoda cekung
dilewatkan ke dalam contoh yang telah
diatomisasi. Lampu katoda cekung ini pengujian LSD, diketahui bahwa kandungan
sifatnya spesifik, yaitu bekerja hanya pada mineral Ca, Mg, Na, Zn, Cu, Mn, dan P pada
satu unsur saja. Metode yang dipakai adalah pisang batu berbeda terhadap pisang raja dan
metode standar internal. Maksudnya larutan pisang siam. Demikian pula halnya pisang raja
standar dan larutan contoh diukur serapannya, terhadap pisang siam. Mineral Fe pisang batu
dan didapatkan kurva standar. Konsentrasi nilainya berbeda terhadap pisang siam dan
contoh dihitung berdasarkan kurva standar. pisang raja. Kadar K pisang batu tidak
Tabel 6 menunjukkan nilai dan standar berbeda (sama saja) dengan kadar K pisang
deviasi konsentrasi mineral (ppm) dalam siam, namun berbeda bila dibandingkan
daging buah dan biji pisang. Dari tabel terhadap pisang raja. Untuk pisang raja dan
tersebut dapat dilihat bahwa mineral yang pisang siamnya sendiri kadar mineral
dominan terdapat dalam daging buah dan biji keduanya berbeda. Penetapan mineral pada
pisang adalah K. Mineral P hanya dominan biji pisang batu diketahui bahwa kandungan
terdapat pada daging buah dan biji pisang kalsiumnya jauh lebih tinggi dibandingkan
batu. Untuk K, ini sejalan dengan yang buah pisang, bahkan dengan pisang batunya
dilaporkan oleh Von Loesecke (1950) yang sendiri. Tingginya Ca ini diduga berasal dari
mekan bahwa kandungan mineral utama komponen penyusun kulit bijinya yang keras.
daging buah pisang adalah K, P, dan Fe. Jenis dan jumlah mineral yang dibutuhkan
Namun dalam penelitian ini mineral yang juga tubuh yang berasal dari makanan yang
terdapat secara dominan dalam tiap daging dikonsumsi sehari-hari jumlahnya tidak mu-
buah pisang adalah Mg, bukan Fe seperti yang dah didefinisikan, sebab jumlah dari hampir
dilaporkan. Dari ketiga jenis pisang yang semua mineral yang diserap tubuh sangat
dianalisis diketahui bahwa kandungan K bervariasi, tergantung dari jenis makanan
terbesar terdapat pada daging buah pisang yang dimakan. Namun kuantitas atau jumlah
siam, sedangkan P dan Mg terbesar terdapat mineral yang terlalu tinggi juga tidak baik
pada pisang batu. Berdasarkan uji F (Tabel 7) bagi tubuh, sebab akan mengurangi
untuk semua mineral kecuali Se (karena kemampuan tubuh dalam menyerap kuantitas
kandunganya rendah sehingga tidak dapat mineral lainnya. Dalam tubuh peranan mineral
dilakukan uji anova), dapat dijelaskan bahwa sangat penting, bersama dengan vitamin,
kandungan mineral-mineral tersebut dalam mineral merupakan bagian dari enzim (ko-
ketiga contoh jenis pisang yang dianalisis enzim) yang sangat diperlukan dalam men-
memiliki nilai yang berbeda, atau dengan kata jamin kelancaran proses metabolisme tubuh
lain adanya perbedaan jenis pisang secara normal.
mempengaruhi kandungan mineralnya. Dari
Tabel 6 Kandungan mineral daging buah dan biji pisang (ppm) hasil analisis secara
spektrofotometri
Mineral P. raja P. siam P. batu Biji P. Batu
Kalsium, Ca 128.731.09 94.100.57 167.040.46 2091.0737.33
Besi, Fe 33.843.32 27.950.64 95.1118.03 41.222.60
Magnesium, Mg 1362.842.47 986.4813.12 1622.3311.87 1473.410.51
Kalium, K 2784.379.96 4921.502.12 4208.682.59 3541.919.18
Natrium, Na 295.042.64 586.653.09 509.3816.60 451.490.32
Seng, Zn 39.080.23 61.900.57 <0.250.00 2.240.00
Tembaga, Cu 19.100.15 13.100.21 11.320.13 18.680.02
Selenium, Se <0.050.00 <0.050.00 <0.050.00 <0.050.00
Mangan, Mn 23.721.43 37.810.45 28.980.75 52.681.88
Fosforus, P 371.901.12 537.812.62 3214.170.00 3113.777.52
Tabel 7 Analisis varian dari kombinasi kadar mineral daging buah dan biji pisang untuk uji F
Mineral Jumlah Kuadrat dB Kuadrat Fhitung Ftabel
Ca 5325.499 2 2662.750 4652.310 9.552
Fe 5532.663 2 2766.331 24.660 9.552
Mg 408864.1 2 204432.029 1920.669 9.552
K 3671385 2 183592.488 27.474 9.552
Na 91297.293 2 45648.646 469.113 9.552
Zn 3886.163 2 1943.081 15703.782 9.552
Cu 66.436 2 33.218 1208.668 9.552
Mn 202.800 2 101.400 107.846 9.552
P 10179302.000 2 5089650.945 1878042 9.552
Hipotesis :
Ho: diduga bahwa nilai dari ketiga contoh pisang adalah sama
Hi: diduga bahwa nilai dari ketiga contoh berbeda
Pengujian hipotesis :
Jika:
Fhitung>Ftabel, maka Ho ditolak
Fhitung<Ftabel, maka Ho diterima
Tabel 8 Perbandingan keseluruhan (multiple comparison) kadar mineral daging buah pisang
dengan uji LSD (least significant difference)
Pisang Signifikansi
Pisang (I)
(J) Ca Fe Mg K Na Zn Cu Mn P
LSD P.raja P. siam 0.000* 0.617 0.000* 0.006* 0.000* 0.000* 0.000* 0.001* 0.000*
P. batu 0.000* 0.010* 0.000* 0.012* 0.000* 0.000* 0.000* 0.012* 0.000*
P. siam P. raja 0.000* 0.617 0.000* 0.006* 0.000* 0.000* 0.000* 0.001* 0.000*
P. batu 0.000* 0.008* 0.000* 0.221 0.004* 0.000* 0.002* 0.003* 0.000*
P. batu P. raja 0.000* 0.010* 0.000* 0.012* 0.000* 0.000* 0.002* 0.012* 0.000*
p. siam 0.000* 0.008* 0.000* 0.221 0.004* 0.000* 0.002* 0.003* 0.000*
*) perbedaan nilai signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05
Hipotesis :
Ho: nilai kadar mineral pisang (I) dan pisang (J) adalah tidak berbeda (sama saja)
Hi: nilai kadar mineral pisang (I) dan pisang (J) adalah berbeda
Pengujian hipotesis :
Jika:
signifikansi>0.05, maka Ho diterima
signifikansi<0.05, maka Ho ditolak
Forsyth WGC. 1980. Banana and Plantain. Riana. 2000. Nutrisi Pisang. WWW Asia Ma-
Dalam: Steven N & Philips ES. Ed. ya [terhubung berkala] .http://www.asia-
Tropical and Subtropical Fruit, Compa- maya.com/nutrients/pisang raja [26 Juni
rison, Properties and Uses. Wesport CT: 2005].
AVI Publishing.
Santoso B, Pramono S, Ngatidjan. 1991. Uji
Holme DJ, Peck H. 1993. Analitical Bio- kemanfaatan pisang klutuk sebagai obat
chemistry. Ed ke-2. New York: John gastritis. Yogyakarta: Pusat Penelitian
Wiley & Sons. Obat Tradisional, Universitas Gajah Mada.
Irbiati HH. 2002. Karakterisasi sifat Simmonds NW. 1996. Bananas. Ed ke-2.
fisikokimia dan mekanis daun pisang batu London: Longman.
sebagai bahan kemasan. [skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Sudarmadji SB, Haryono, Suhardi. 1996.
Pertanian Bogor. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Fakultas Tek-
Krause MV. 1961. Food, Nutrition, and Diet nologi Pertanian, Universitas Gajah Mada.
Theraphy. Philadelphia: WB Soundres.
Sumartini S, Kantasubrata J. 1992. Analisis
Krstulovic BPR. 1982. Reversed Phase High Proksimat 1 dan 2. Kursus Teknik Kimia
Performance Liquid Chromatography. Pangan, Bandung 13-21 Januari 1992.
Thoery, Practice, and Biomedical Appli- Bandung: P3KT-LIPI.
cation. New York: John Wiley.
Suyanti, Murtiningsih. 1991. Pengaruh
Leveille GA. 1997. The Role Dietary Fiber in blansir, asam sitrat, dan bisulfit terhadap
Nutrition and Health. Dalam: Hood L, tingkat kesukaan jam beberapa varietas
Wardrip E, Bollenback GN. Ed. pisang. Penelitian Hortikultura No. 30.
Carbohidrate and Health. Wesport CT: Solok: Balai Penelitian Hortikultura.
AVI Publishing.
Tjandrasari S. 1991. Pengaruh ekstrak pisang
klutuk (Musa bracycarpa Back) terhadap
ulkus lambung tikus karena salisilat
[skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi,
Universitas Gajah Mada.
dihaluskan
kadar karbohidrat kadar lemak kadar protein kadar serat kadar abu
Pereaksi pewarna P
Dicampurkan sebanyak 1.06 g asam askorbat dan 100 ml pereaksi P pekat, kemudian
dijadikan 1 L dengan air murni.
Pereaksi P pekat :
Dilarutkan sebanyak 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam
labu ukur 1 L, lalu ditambahkan sebanyak 0.227 g K(SbO)C4H4O6.0.5H2O dan 140 ml
H2SO4 pekat secara perlahan. Selanjutnya dijadikan 1 L dengan air bebas ion.
Standar P 5 ppm
Dipipet 1 ml larutan standar P 500 ppm ke dalam labu ukur 100 ml, lalu diencerkan
dengan pengekstrak Bray dan Kurts hingga 100 ml.
Lampiran 3 Komposisi pereaksi dan sistem kromatografi yang digunakan pada analisis
asam amino dengan KCKT
Sistem Kromatografi
Fase gerak terdiri dari larutan bufer A dan bufer B. Larutan bufer A terdiri dari
komposisi Na-asetat (pH 6.5) 0.025 M. Na-EDTA 0.05 %. metanol 9.00 % dan THF 1.00
% yang dilarutkan dalam 1 liter air HP. Larutan bufer ini disaring dengan kertas saring
milipore 0.45 m dan akan stabil selama 5 hari pada suhu kamar bila disimpan dalam
botol berwarna gelap yang diisi dengan gas He atau Nitrogen. Bufer B terdiri dari
metanol 95 % dan air HP. Larutan ini kemudian disaring dengan kertas millipore 0.45
mikron. Larutan ini akan stabil dalam waktu tak terbatas.
Kondisi Alat
Peralatan KCKT yang digunakan diatur dengan kondisi sebagai berikut :
Kolom : ultratechspere
Laju aliran fasa gerak : 1 ml/menit
Detektor : fluoresensi
Fase gerak : larutan bufer A dan bufer B dengan gradien sebagai berikut :
Dari data yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara waktu elusi (menit) sebagai absis
dengan % bufer B sebagai ordinat.
Lampiran 4 Data penentuan kadar air contoh
(A - B) 14.007 N
Kadar N (% b/b) =
bobot contoh (mg)
Kadar protein (% b/b) = 6.25 Kadar N
Kadar Gula
Volume Na2S2O3 Bobot
Contoh Ulangan Pereduksi
(ml) Glukosa (g)
(% b/b)
1 18.90 0.8503 8.3220
Pisang raja 2 18.90 0.8503 8.3220
3 18.95 0.8459 8.2789
Rerata 0.8488 8.3076
1 21.95 0.5843 5.8186
Pisang
2 21.95 0.5843 5.8186
siam
3 21.90 0.5887 5.8624
Rerata 0.5858 5.8332
Blanko 1 28.65
1 13.60 1.1960 11.8480
Pisang
2 13.60 1.1960 11.8480
batu
3 13.80 1.1782 11.6717
Rerata 1.1901 11.7892
Blanko 1 27.05
Keterangan :
Bobot contoh pisang raja = 10.2175 g
Bobot contoh pisang siam = 10.0420 g
Bobot contoh pisang batu = 10.0945 g
Contoh perhitungan :
pisang batu :
Bobot glukosa (g) = (V V ) N BE fp
b c tiosulfat glukosa
0,0988 mol 90 g 50ml 1L
= (27.05 - 13.60) ml ekiv ekiv = 1.960 g
1L mol 5ml 1000 ml
Lanjutan Lampiran 10
bobot glukosa
Kadar gula pereduksi (%b/b) = 100%
bobot contoh
1.1960 g
= 100%
10.0945 g
= 11.8480 % b/b
Data standardisasi Na2S2O3 oleh KIO3 pada penentuan kadar gula pereduksi
pisang raja dan pisang siam
Volume Na2S2O3 Konsentrasi
Ulangan
(ml) Na2S2O3 (N)
1 10.30 0.0972
2 10.35 0.0967
3 10.35 0.0967
Rerata 0.0969
volume KIO3 = 10 ml
(V N)
Konsentrasi Na2S2O3 (N) = KIO
3
V
Na S O
2 2 3
Data standardisasi Na2S2O3 oleh KIO3 pada penentuan gula pereduksi pisang batu
Volume Na2S2O3 Konsentrasi
Ulangan
(ml) Na2S2O3 (N)
1 10.20 0.0985
2 10.15 0.0990
3 10.15 0.0990
Rerata 0.0988
volume KIO3 = 10 ml
bobot kristal KIO3 = 0.1792 g
Lampiran 11 Data penentuan asam amino contoh dengan KCKT
Rt (menit) Luas Area Konsentrasi (%b/b)
AA
Standar P. raja P. siam P. batu Standar P. raja P. siam P. batu P. raja P. siam P. batu
Asp 1.450 1.472 1.462 1.462 469865 472378 306087 373706 0.36 0.21 0.26
Glu 1.883 1.925 1.912 1.905 497474 463813 363868 322941 0.37 0.26 0.23
Ser 4.375 4.343 4.317 4.318 534275 320742 228306 287649 0.17 0.11 0.14
His 5.592 5.455 5.403 5.397 428757 127313 94307 85394 0.09 0.06 0.06
Gly 6.958 6.740 6.648 6.628 472783 370846 254499 370765 0.16 0.10 0.15
Thr 7.442 7.303 7.238 7.225 480063 192759 137913 197053 0.13 0.08 0.12
Arg 9.358 9.213 9.157 9.157 471224 176574 104300 129845 0.18 0.09 0.12
Ala 10.033 9.885 9.837 9.827 432637 299054 227453 290986 0.17 0.11 0.15
Tir 11.500 11.392 11.368 11.357 414511 35496 24807 24437 0.04 0.03 0.03
Met 14.900 14.855 14.847 14.845 400989 32976 15285 21785 0.03 0.01 0.02
Val 15.175 15.145 15.147 15.143 473555 317522 164633 196136 0.21 0.10 0.12
Phe 16.142 16.155 16.178 16.177 356742 120621 83986 112980 0.15 0.10 0.13
Ile 17.625 17.668 17.697 17.705 444972 144845 108614 131739 0.12 0.08 0.10
Leu 18.292 18.318 18.355 18.375 383628 277470 169725 196371 0.26 0.14 0.16
Lys 21.675 20.968 21.018 21.02 8229 73256 60511 54627 0.14 0.10 0.09
Data bobot contoh pisang pada penentuan asam amino buah pisang dengan KCKT
Contoh Bobot Contoh (mg)
Pisang raja 92.10
Pisang siam 102.40
Pisang batu 102.30
Contoh Perhitungan :
Asam Aspartat
mol AA Mr AA
% AA dalam contoh = 100%
g contoh
2.5134 mol 133.1 g/mol
= 100%
92100 g
= 0.36 %b/b
Lampiran 12 Kromatogram KCKT asam amino (a) standar, (b) pisang raja, (c) pisang
siam, dan (d) pisang batu
a b
c d
Lampiran 13 Data penentuan mineral daging buah dan biji pisang dengan
spektrofotometri
Konsentrasi Terbaca (ppm) Konsentrasi Mineral Dalam Bobot Kering
Bobot Mineral (mg)
dari Spektrofotometer
ner
Ulangan
Mi
%b/b ppm
al
raja siam batu biji raja siam batu biji raja siam batu biji raja siam batu biji
1 5.12 3.78 6.68 82.95 0.2560 0.1890 0.3340 4.1475 0.0128 0.0094 0.0167 0.2065 127.96 94.50 166.72 2064.67
Ca 2 5.19 3.76 6.75 84.94 0.2595 0.1880 0.3375 4.2470 0.0129 0.0094 0.0167 0.2117 129.50 93.70 167.37 2117.47
Rerata 0.2578 0.1885 0.3358 4.1973 0.0129 0.0094 0.0167 0.2091 128.73 94.10 167.04 2091.07
1 1.26 1.10 3.30 1.73 0.0630 0.0550 0.1650 0.0865 0.0031 0.0027 0.0082 0.0043 31.49 27.50 82.36 43.06
Fe 2 1.45 1.14 3.35 1.58 0.0725 0.570 0.2175 0.0790 0.0036 0.0028 0.0108 0.0039 36.18 28.41 107.86 39.39
Rerata 0.0678 0.0560 0.1913 0.0828 0.0034 0.0028 0.0095 0.0041 33.84 27.95 95.11 41.22
1 54.46 39.09 65.34 59.21 2.7230 1.9545 3.2373 2.2905 0.1361 0.0977 0.1631 0.1474 1361.09 977.20 1630.73 1473.77
Mg 2 54.69 39.96 65.09 59.09 2.7345 1.9980 3.2545 2.9545 0.1365 0.0996 0.1614 0.1473 1364.59 995.76 1613.94 1473.05
Rerata 2.7288 1.9763 3.2608 2.9575 0.1363 0.0986 0.1622 0.1473 1362.82 986.48 1622.33 1473.41
1 111.69 196.81 168.56 142.56 5.5845 9.8405 8.4280 7.1280 0.2791 0.4920 0.4207 0.3548 2791.41 4920.00 4206.85 3548.39
K 2 111.31 197.56 169.81 141.82 5.5655 9.8780 8.4905 7.0910 0.2777 0.4923 0.4211 0.3535 2777.33 4923.00 4210.51 3535.41
Rerata 5.5750 9.8593 8.4593 7.1095 0.2784 0.4922 0.4209 0.3542 2784.37 4921.50 4208.68 3541.91
1 11.88 23.38 20.88 18.13 0.5940 1.1690 1.0440 0.9065 0.0297 0.0584 0.0521 0.0451 296.91 584.47 521.11 451.26
Na 2 11.75 23.63 20.07 18.12 0.5875 1.1815 1.0035 0.9060 0.0293 00589 0.0498 0.0452 293.18 588.84 497.64 451.71
Rerata1 0.4408 1.1753 1.0238 0.9063 0.0295 0.0587 0.0509 0.0452 295.04 586.65 509.38 451.49
1 1.57 2.46 <0.01 0.09 0.0785 0.1230 <0.0001 0.0045 0.0039 0.0061 0.0000 0.0002 39.24 61.50 <0.25 2.24
Zn 2 1.56 2.50 <0.01 0.09 0.0780 0.1250 <0.0001 0.0045 0.0039 0.0062 0.0000 0.0002 38.92 62.30 <0.25 2.24
Rerata 0.0780 0.1240 <0.0001 0.0045 0.0039 0.0062 0.0000 0.0002 39.08 61.90 <0.25 2.24
1 0.76 0.53 0.45 0.75 0.0380 0.0265 0.0225 0.0375 0.0019 0.0013 0.0011 0.0019 18.99 13.25 11.23 18.67
Cu 2 0.77 0.52 0.46 0.76 0.0385 0.0260 0.0230 0.0375 0.0019 0.0013 0.0011 0.0019 19.21 12.96 11.41 18.70
Rerata 0.0383 0.0263 0.0228 0.0375 0.0019 0.0013 0.0011 0.0019 19.10 13.10 11.32 18.68
1 <0.002 <0.002 <0.002 <0.002 <0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
Se 2 <0.002 <0.002 <0.002 <0.002 <0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
Rerata <0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
1 0.99 1.50 1.14 2.17 0.0495 0.0750 0.0570 0.1085 0.0025 0.0037 0.0028 0.0054 24.74 37.50 28.45 54.01
Mn 2 0.91 1.53 1.19 2.06 0.0455 0.0765 0.0595 0.1030 0.0023 0.0038 0.0030 0.0051 22.71 38.13 29.51 51.35
Rerata 0.0475 0.0758 0.0583 0.1058 0.0024 0.0038 0.0029 0.0053 23.72 37.81 28.98 52.68
1 47.31 67.58 404.76 393.91 0.9463 1.3517 8.0952 7.8782 0.0373 0.0540 0.3214 0.3119 372.69 539.66 3214.17 3119.09
P 2 47.11 67.12 404.76 392.57 0.9423 1.3424 8.0952 7.8513 0.0371 0.0536 0.3214 0.3108 371.11 535.95 3214.17 3108.46
Rerata 0.9443 1.3471 8.0952 7.8648 0.0371 0.0538 0.3214 0.3114 371.90 537.81 3214.17 3113.77
Lampiran 14 Data penentuan konsentrasi mineral daging buah dan biji buah pisang
secara spektrofotometri serapan atom (SSA)
Bobot contoh :
Pisang raja ulangan 1 = 2.0006 g Pisang raja ulangan 2 = 2.0039 g
Pisang siam ulangan 1 = 2.0001 g Pisang siam ulangan 2 = 2.0065 g
Pisang batu ulangan 1 = 2.0034 g Pisang batu ulangan 2 = 2.0165 g
Biji pisang batu ulangan 1 = 2.0088 g Biji pisang batu ulangan 2 = 2.0057 g
Keterangan :
Semua contoh diabukan, lalu abu yang diperoleh dilarutkan dengan 10 ml HNO3 pekat
lalu diencerkan dengan air deionisasi sampai volumenya tepat 50 ml. Jadi data pada tabel
diatas hanya menyatakan konsentrasi mineral di dalam 50 ml contoh. Sedangkan
konsentrasi masing-masing mineral dalam tiap contoh kering (sebelum diabukan) dapat
diketahui dengan cara mengkonversikannya ke dalam bobot contoh kering:
1L
bobot Mn = 50 ml ppm Mn
1000 ml
1L
= 50 ml 1.14 mg/L
1000 ml
= 0.0570 mg
bobot Mn
%b/b = 100%
bobot contoh
0.0570 mg 1g
= 100%
2.0034 g 1000 mg
= 0.0028 %
Kurva standar Mn pada penentuan mineral dalam daging buah dan biji pisang dengan
SSA
0.700
0.600 y = 0.1208x - 0.1137
R2 = 0.9995
0.500
Absorbans
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi Standar Mn
Data penentuan panjang gelombang maksimum pada penentuan P Tersedia daging buah
dan biji pisang dengan Metode Bray I
8.0
7.0
6.0
5.0
Absorbans
4.0
3.0
2.0
Kurva standar P pada penentuan P tersedia dalam daging buah dan biji pisang
dengan metode Bray I
0.8000
Absorban
0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
0.5 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
-0.2000
Data transmitan dan absorbans larutan pada penentuan P tersedia dalam contoh
dengan metode Bray I
dengan metode Konsentrasi
Bray I Ulangan fp %T A (ppm)
Contoh
1 12.5 23.8 0.6234 47.3129
Pisang raja
2 12.5 24.0 0.6198 47.1126
Rerata 47.2128
1 12.5 10.2 0.9914 67.5848
Pisang siam
2 12.5 10.4 0.9830 67.1202
Rerata 67.3525
1 312.5 87.4 0.0585 404.7606
Pisang batu
2 312.5 87.4 0.0585 404.7606
Rerata 404.7606
1 312.5 89.0 0.0506 393.9098
Biji pisang batu
2 312.5 89.2 0.0496 392.5671
Rerata 393.2384
volume ekstrak = 20 ml
Contoh Perhitungan :
Pisang Raja :
y = 0.2269 -0.2354
y + 0.2354
= fp
0.2269
0.6234 + 0.2354 25
=
0.2269 2
= 47.3129 ppm
Lanjutan Lampiran 15
Bobot contoh :
Pisang raja = 2.5390 g Pisang batu = 2.5186 g
Pisang siam = 2.5047 g Biji pisang batu = 2.5258 g
Contoh perhitungan :
Pisang raja :
1L
bobot P = 20 ml konsentrasi P (ppm)
1000 ml
1L
= 20 ml 47.3129 mg/L
1000 ml
= 0.9463 mg
bobot P (mg)
% b/b = 100%
bobot contoh (mg)
0.9463 mg
= 100% = 0.0373 %
2539 mg
Analisis statistika kadar abu pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai uji Levene adalah 4.621 dengan signifikansi
0.061. Jadi signifikansi>0.05, dengan demikian Ho diterima.
Perhitungan Anova baru bisa dilanjutkan jika ketiga varian dari ketiga variabel (contoh
pisang) adalah sama. Untuk kadar abu varian ketiga variabel sama, ini terbukti dari uji
Levane.
Uji F:
Ho: diduga bahwa nilai rerata dari ketiga contoh pisang adalah sama
Hi: diduga bahwa nilai rerata dari ketiga contoh pisang berbeda
Pengujian hipotesis:
jika Fhitung>Ftabel, maka Ho ditolak
jika Fhitung<Ftabel, maka Ho diterima
Ftabel pada pada tingkat signifikansi 0.05 (95%) dengan numerator (jumlah varibel 1) =
2, dan denumerator (jumlah cacah/kasus jumlah variabel) yaitu 9-3 = 6 adalah 5.143.
Dari hasil perhitungan diperoleh F hitung = 226.717 dengan signifikansi 0.0000.
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rerata kadar abu pada ketiga jenis pisang secara
signifikan berbeda.
Dari pengujian anova (uji F) diketahui bahwa kadar abu dari ketiga jenis pisang memiliki
perbedaan, untuk mengetahui lebih lanjut sejauh mana tingkat perbedaan antara nilai
rerata kadar abu pisang batu terhadap pisang raja, dan pisang batu terhadap pisang siam,
maka dilakukan uji LSD (least significant difference).
Perbedaan nilai rerata kadar abu pisang batu terhadap pisang raja:
Perbedaan nilai rerata kadar abu pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar abu pisang batu berbeda terhadap kadar abu pisang siam.
Perbedaan nilai rerata kadar abu pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.057)>0.05, maka terima Ho.
Jadi nilai rerata kadar abu pisang raja tidak berbeda terhadap kadar abu pisang siam.
Analisis statistika kadar protein pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Perbedaan nilai rerata kadar protein pisang batu terhadap pisang raja:
signifikansi (0.007)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar protein pisang batu berbeda terhadap protein abu pisang raja.
Perbedaan nilai rerata kadar protein pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.045)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar protein pisang batu berbeda terhadap kadar protein pisang
siam.
Perbedaan nilai rerata kadar protein pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.002)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar protein pisang raja berbeda terhadap kadar protein pisang
siam.
Analisis statistika kadar lemak pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Perbedaan nilai rerata kadar lemak pisang batu terhadap pisang raja:
signifikansi (0.001)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar lemak pisang batu berbeda terhadap kadar lemak pisang raja.
Perbedaan nilai rerata kadar lemak pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar lemak pisang batu berbeda terhadap kadar lemak pisang siam.
Perbedaan nilai rerata kadar lemak pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.0491)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar lemak pisang raja berbeda terhadap kadar lemak pisang siam.
Analisis statistika kadar serat kasar pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Perbedaan nilai rerata kadar serat kasar pisang batu terhadap pisang raja:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar serat kasar pisang batu berbeda terhadap kadar serat kasar
pisang raja.
Perbedaan nilai rerata kadar serat kasar pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar serat kasar pisang batu berbeda terhadap kadar serat kasar
pisang siam.
Perbedaan nilai rerata serat kasar pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar serat kasar pisang raja berbeda terhadap kadar serat kasar
pisang siam.
Analisis statistika kadar gula pereduksi pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Perbedaan nilai rerata kadar gula pereduksi pisang batu terhadap pisang raja:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar gula pereduksi pisang batu berbeda terhadap kadar gula
pereduksi pisang raja.
Perbedaan nilai rerata kadar gula pereduksi pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar gula pereduksi pisang batu berbeda terhadap kadar gula
pereduksi pisang siam.
Perbedaan nilai rerata kadar gula pereduksi pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar gula pereduksi pisang raja berbeda terhadap kadar gula
pereduksi pisang siam.
Analisis statistika kadar Ca pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Analisis statistika kadar Fe pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Analisis statistika kadar Mg pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Analisis statistika kadar K pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Analisis statistika kadar Na pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Analisis statistika kadar Zn pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Analisis statistika kadar Cu pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Analisis statistika kadar Mn pisang dengan aplikasi uji anova satu arah
Analisis statistika kadar P pisang dengan aplikasi uji anova satu arah