Anda di halaman 1dari 58

ANALISIS PROKSIMAT DAN KOMPOSISI ASAM AMINO

BUAH PISANG BATU (Musa balbisiana Colla)

YULI ENDRA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ABSTRAK
YULI ENDRA. Analisis Proksimat dan Komposisi Asam Amino Buah Pisang Batu
(Musa balbisiana Colla). Dibimbing oleh DEDEN SAPRUDIN dan ELLY
SURADIKUSUMAH.
Pisang batu (Musa balbisiana Colla) termasuk pisang kelas rendah, umumnya
tidak disukai karena bijinya banyak, kulitnya keras, dan tebal serta buahnya tidak dapat
dimakan dalam bentuk segar. Dalam penelitian ini dilakukan analisis proksimat,
komposisi asam amino, dan kandungan mineral buah pisang batu. Analisis kandungan
mineral juga dilakukan terhadap biji pisang batu. Analisis proksimat dilakukan dengan
metode gravimetri dan titrimetri, analisis asam amino menggunakan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT), dan mineralnya ditentukan dengan spektrofotometri serapan atom
(SSA), kecuali fosforus (P) dengan spektrofotometri ultraviolet-tampak. Hasil yang
diperoleh dibandingkan dengan pisang raja dan pisang siam melalui uji statistika.
Berdasarkan analisis proksimat diketahui kadar air, abu, serat kasar, dan gula pereduksi
buah pisang batu lebih tinggi daripada buah pisang raja dan buah pisang siam.
Kandungan protein, lemak, dan karbohidrat buah pisang batu lebih rendah daripada
pisang raja, namun kandungan proteinnya lebih tinggi daripada pisang siam, dan
kandungan lemaknya lebih rendah daripada pisang raja dan pisang siam. Dari hasil
analisis asam amino buah pisang batu dengan KCKT diketahui semua asam amino buah
pisang batu lebih kecil daripada pisang raja. Asam amino esensial buah pisang batu yang
ditemukan dalam jumlah relatif lebih besar daripada buah pisang siam adalah treonina,
metionina, valina, fenilalanina, isoleusina, leusina, dan lisina. Dari hasil analisis mineral
secara spektrofotometri diketahui konsentrasi Ca, Fe, Mg, K, Na, Mn, dan P pada pisang
batu lebih tinggi daripada pisang raja, sedangkan terhadap pisang siam adalah mineral Ca,
Mg, Fe, dan P. Pada biji pisang batu komponen mineral yang ditemukan dalam
konsentrasi tinggi adalah P, Ca, dan Mn.
ABSTRACT
YULI ENDRA. Proximate and Amino Acid Composition Analysis of Musa balbisiana
Colla. Supervised by DEDEN SAPRUDIN and ELLY SURADIKUSUMAH.
Musa balbisiana Colla (MBC) belongs to low class of banana. It is commonly
undesirable not only because it has lots of seeds, but also because it is hard, thick-
skinned, and inedible in raw form. In this research, proximate constituents, amino acid
composition, and mineral content in MBC were analyzed. Mineral content in MBC seeds
were analyzed as well. Proximate analysis was carried out using gravimetric and
titrimetric methods, amino acid composition was evaluated using high performance liquid
chromatography (HPLC), and mineral content was measured using atomic absorption
spectrophotometry except for phosphorus (P) which was analyzed using ultraviolet-
visible spectrophotometry. The results were statistically compared with Musa paradisiaca
var. sapientum L. (MPS) and Musa paradisiaca var. normalis M. (MPN). Moisture, ash,
crude fiber, and reducing sugar contents were higher than those of MPS and MPN.
MBCs content of protein, fat, and carbohydrate were lower than MPS, but protein
content were higher than MPNs though MBCs content of fat were lower than the latter.
The HPLC result showed that MBCs amino acid composition was lower than MPSs.
MBCs essential amino acids which were relatively high in threonine, methionine, valine,
phenylalanine, isoleusine, leusine, and lysine. Concentration of Ca, Fe, Mg, K, Na, Mn,
and P was higher in MBC as compared to MPS, while concentration of Ca, Mg, Fe, and P
was higher than in MPN. In MBC seeds, mineral content which was found in high
concentration were P, Ca, and Mn.
ANALISIS PROKSIMAT DAN KOMPOSISI ASAM AMINO
BUAH PISANG BATU (Musa balbisiana Colla)

YULI ENDRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul : Analisis Proksimat dan Komposisi Asam Amino Buah Pisang Batu (Musa
balbisiana Colla)
Nama : Yuli Endra
NIM : G44201041

Disetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Deden Saprudin, M. Si Ir. Elly Suradikusumah, MS


NIP 132126040 NIP 130350043

Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS


NIP 131473999

Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rawang Bunian pada tanggal 18 Juli 1982 dari ayah Chaidir
ST. Mantari dan ibu Efnimar. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih
Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Kimia
Analitik III pada tahun ajaran 2004/2005, Kimia Analitik II pada tahun ajaran 2005/2006,
Kimia Analitik Teknologi Pangan dan Gizi pada tahun ajaran 2005/2006, Kimia
Lingkungan pada tahun ajaran 2005/2006, serta mata kuliah Kimia Dasar D3 Analisis
Kimia tahun ajaran 2005/2006. Pada tahun 2003 penulis pernah melaksanakan magang di
PT Kapsulindo Nusantara, Cileungsi Bogor, dan pada tahun 2004 melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Cibinong Bogor.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini
adalah analisis kandungan zat kimia buah pisang batu, dengan judul Analisis Proksimat
dan Komposisi Asam Amino Buah Pisang Batu (Musa balbisiana Colla).
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada Drs. Deden Saprudin, M.Si dan Ir. Elly Suradikusumah, MS selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya
tulis ini, juga kepada PAU IPB dan kak Khotib serta bapak Kosasih yang telah membantu
dalam pengeringan contoh dan AAS serta analisis asam aminonya.
Penghargaan yang terbesar penulis berikan kepada Mama, Papa, uda Andry, uda
Yon, Roni, dan Dori yang telah membantu penulis secara moril dan materil, serta
dorongan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada Ibu Nunung, kak Rafi, om
Eman, bapak Ridwan, bapak Manta, dan semua staf Laboratorium Kimia Analitik yang
telah membantu dan memberikan saat-saat yang menyenangkan kepada penulis selama
melaksanakan penelitian. Kepada teman-teman kimia angkatan 38, terima kasih
semuanya karena telah memberikan sebuah kenangan termanis dan kebersamaan yang
indah selama kita belajar bersama di departemen kimia, Institut Pertanian Bogor. Untuk
Steven terima kasih atas bantuan dan saran-sarannya, serta untuk Berenyit, Dhonkdhot,
dan Babeh terima kasih atas saat-saat yang menyenangkannya selama kita praktik lapang
di PT ITP Cibinong, Bogor. Terima kasih juga kepada mas Hery atas semua bantuan yang
diberikan kepada penulis dalam melakukan kolokium, seminar, dan sidang.
Sebagai penutup penulis berharap karya ilmiah ini kiranya dapat bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2006

Yuli Endra
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL....................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... x

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 1

Pisang (Musa sp.) .............................................................................................. 1


Komposisi Kimia dan Kandungan Gizi Buah Pisang ....................................... 2
Analisis Proksimat ............................................................................................ 3
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ...................................................... 5
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)............................................................. 5
Statistika............................................................................................................ 6

BAHAN DAN METODE ........................................................................................... 6


Bahan ............................................................................................................... 6
Alat.................................................................................................................... 6
Metode ............................................................................................................. 6

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 9


Preparasi Contoh ............................................................................................... 9
Analisis Proksimat ............................................................................................ 9

Asam Amino ..................................................................................................... 12


Mineral .............................................................................................................. 13

SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 15


Simpulan ........................................................................................................... 15
Saran.................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

LAMPIRAN................................................................................................................ 18
DAFTAR TABEL
Halaman

1 Komposisi kimia daging buah pisang raja (nilai per 100 g porsi makanan.......... 3

2 Kandungan proksimat (%) daging buah dan biji pisang....................................... 10

3 Analisis varian dari kombinasi kadar proksimat daging buah pisang untuk
uji F ...................................................................................................................... 10

4 Perbandingan keseluruhan (multiple comparison) kadar proksimat daging


buah pisang dengan uji LSD (least significant difference)................................... 10

5 Komposisi asam amino buah (%) pisang dengan KCKT...................................... 13

6 Kandungan mineral daging buah dan biji pisang (ppm) secara spektrofotometri 14

7 Analisis varian dari kombinasi kadar mineral daging buah dan biji pisang
untuk uji F ............................................................................................................ 15

8 Perbandingan keseluruhan (multiple comparison) kadar mineral daging


buah pisang dengan uji LSD (least significant difference)................................... 15

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1 Profil buah pisang raja (a), pisang siam (b), dan buah pisang batu (d) ................ 2

2 Bentuk ikatan peptida dalam protein (a) dan kerangka umum asam amino......... 4

3 Daging buah pisang raja (a), pisang siam (b), pisang batu (c), dan biji pisang
batu (e) setelah dikering-bekukan dan dihaluskan ............................................... 9

4 Sintesis dan hidrolisis suatu dipeptida.................................................................. 11


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1 Bagan analisis proksimat...................................................................................... 19

2 Komposisi pereaksi yang digunakan .................................................................... 20

3 Komposisi pereaksi dan sistem kromatografi yang digunakan pada analisis


amino dengan KCKT............................................................................................ 21

4. Data penentuan kadar air contoh .......................................................................... 22

5 Data penentuan kadar abu contoh......................................................................... 22

6 Data penetapan kadar protein contoh ................................................................... 23

7 Data penetapan kadar lemak contoh..................................................................... 24

8 Data penetapan kadar serat kasar contoh.............................................................. 24

9 Data perhitungan kadar karbohidrat contoh berdasarkan metode selisih ............. 25

10 Data penentuan kadar gula pereduksi contoh ....................................................... 25

11 Data penentuan asam amino contoh dengan KCKT............................................. 27

12 Kromatogram KCKT asam amino (a) standar, (b) pisang raja, (c) pisang siam,
dan (d) pisang batu ............................................................................................... 28

13 Data penentuan mineral daging buah dan biji pisang dengan spektrofotometri... 29

14 Data penentuan konsentrasi mineral daging buah dan biji buah pisang
secara spektrofotometri serapan atom (SSA) ....................................................... 30

15 Data penentuan P tersedia contoh dengan metode Bray I .................................... 31

16 Data pengujian statistika dengan program SPSS.................................................. 34


PENDAHULUAN dimanfaatkan sebagai campuran rujak. Namun
buahnya yang masak, walau tidak dapat
Pisang merupakan tanaman serbaguna, se- dimakan dalam bentuk segar mempunyai rasa
bab mulai dari bagian bawah, yaitu bonggol yang manis dan bau yang harum (Margono
hingga jantung pisangnya dapat dimanfaatkan 2000). Pisang batu yang terlampau masak di
melalui proses yang sederhana sehingga pohonnya jarang digunakan dan terkadang
dimungkinkan untuk menaikkan nilai tambah dibiarkan busuk begitu saja, dan ini sangat
tanaman pisang. Ini disebabkan pisang mudah disayangkan sekali jika tidak dimanfaatkan.
ditanam, cepat tumbuh, cepat berkembang Untuk itulah perlu dicari suatu usaha peman-
biak, dan rata-rata pada umur sekitar 10-12 faatan pisang batu masak guna meningkatkan
bulan sudah dapat berproduksi. daya guna buah pisang sebagai bahan pangan
Indonesia yang merupakan negara tropis, yang kaya akan gizi, seperti produk makanan
sangat subur untuk sebagian besar tanaman olahan. Namun sebelum diolah lebih lanjut,
termasuk pisang. Pisang dapat tumbuh tidak ada salahnya dilakukan pengujian ter-
dimana-mana baik sebagai tanaman sela, batas lebih dahulu terhadap kandungan gizi dan
pagar sekitar rumah, dan pekarangan termasuk komposisi bahan kimianya. Bila diperoleh ni-
kebun. Di Indonesia pisang digemari bukan lai gizi yang baik atau mungkin lebih baik dari
saja karena rasanya yang enak, namun juga pisang lain yang biasa dikonsumsi, barulah
kandungan gizinya. Dari sekian banyak jenis perlu dicari lagi cara untuk usaha pengola-
pisang, terdapat satu varietas yang masih hannya agar lebih berdaya guna.
kurang dimanfaatkan secara luas, yaitu pisang Penelitian bertujuan untuk mengalisis kan-
klutuk atau yang lebih dikenal dengan nama dungan gizi, komposisi asam amino, dan kan-
pisang batu. Sampai saat ini penggunaan pi- dungan mineral pisang batu. Untuk Pemban-
sang batu masih sangat terbatas, hal itu me- dingnya digunakan pisang raja dan pisang
ngakibatkan harga jual pisang batu ini jauh siam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dibawah harga pisang lain seperti pisang dijadikan sebagai salah satu informasi menge-
ambon, pisang mas, pisang kepok, dan pisang nai kandungan gizi daging buah pisang batu,
raja (Margono 2000). terutama kandungan dan komposisi asam
Pisang batu mentah sering digunakan se- amino esensialnya yang diperlukan dalam per-
bagai obat untuk mengurangi perasaan tidak tumbuhan. Selain itu juga dapat menjadi
enak di perut atau dispepsia. Best et al. (1984) pertimbangan bagi kita untuk memanfaatkan
dalam Pramono & Sudarsono (1995) menyata- daging buah pisang batu masak yang belum
kan bahwa pisang batu mempunyai efek men- dimanfaatkan hingga saat ini.
cegah timbulnya ulkus pada tikus yang ke-
mungkinan bekerjanya melalui stimulasi per-
tumbuhan mukosa gastrointestinal. TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi kimia daging buah pisang batu
(Musa balbisiana Colla) hingga saat ini belum Pisang (Musa sp.)
diketahui dengan pasti. Namun demikian
Tjandrasari (1991) telah mendeteksi adanya Pisang merupakan tanaman partenokarpik
kandungan steroid dalam ekstrak etanol aktif. yang berkembang biak dengan rizoma. Jenis
Hal ini juga diperkuat oleh Santoso et al. pisang ada dua macam, yaitu buah yang enak
(1991) yang juga telah mendeteksi empat dimakan setelah masak seperti pisang emas,
senyawa sterol dalam serbuk pisang batu yang raja, ambon, serta pisang yang harus diolah
mempunyai kemungkinan manfaat klinik pada terlebih dahulu sebelum dimakan seperti pi-
uji klinis pendahuluan sebagai obat gastritis. sang siam, nangka, tanduk, dan kepok (Suyan-
penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ti & Murtiningsih 1991).
suatu senyawa kimia sitoindosida IV yang Tjitrosoepomo (1988) di dalam buku
diisolasi dari Musa paradisiaca L. dapat sistematika tumbuhan mengelompokkan tana-
memberikan efek antiulkus berupa penyem- man pisang ke dalam kelompok divisi sperma-
buhan luka dan resistensi mukosa lambung tophyta, subdivisi angiospermae, kelas mono-
(Bhattacharya & Ghosal 1987). cotyledonae, bangsa scitaminae atau zingibe-
Pisang batu termasuk pisang kelas rendah. rales, suku musaceae, marga Musa, dan spe-
Umumnya pisang ini tidak disukai karena sies Musa sp. Dalam penelitian ini untuk
bijinya yang banyak, kulitnya keras, dan tebal melihat apakah ada tidaknya perbedaan dalam
serta buahnya tidak dapat dimakan dalam kandungan kimia (gizi) daging buah pisang
bentuk segar. Buah pisang batu muda yang batu juga dilakukan pengujian terhadap dua
kandungan bijinya belum berkembang sering varietas pisang lain yang umum dikonsumsi
sebagai hidangan buah, yaitu pisang raja dan buahnya tetapi diambil bagian daunnya seba-
pisang siam (Gambar 1). gai kemasan pembungkus karena daunnya
lebih tebal (banyak mengandung lapisang
lilin) dibandingkan daun pisang jenis lain
sehingga tidak mudah sobek atau rusak ketika
diguna-kan (Irbiati 2002).

Komposisi Kimia dan


(a) (b) (c) Kandungan Gizi Buah Pisang

Gambar 1 Profil buah pisang raja (a), pisang Menurut Simmonds (1996), komponen
siam (b), dan pisang batu (c). utama penyusun daging buah pisang adalah
air yang mencapai 75% pada buah yang telah
Pisang Raja (Musa paradisica var. sapien- masak. Karbohidrat merupakan komponen
tum L.) kedua terbesar penyusun daging buah pisang
setelah air, yaitu sekitar 20-25%. Pada pisang
Pisang raja termasuk jenis pisang buah. mentah senyawa utama karbohidratnya masih
Menurut ahli sejarah dan botani secara umum berupa pati, sedangkan pada pisang yang
pisang raja berasal dari kawasan Asia Teng- masak terdiri dari gula-gula penyusun yang
gara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjut- pada tiap tingkat pemasakan secara garis
nya menyebar ke berbagai negara baik negara besarnya terdapat rasio glukosa, fruktosa, dan
tropis maupun negara subtropis. Akhirnya sukrosa 20:15:65. Satu-satunya jenis gula lain
buah pisang dikenal di seluruh dunia. Jadi yang ditemukan dalam jumlah sedikit adalah
pisang raja termasuk tanaman asli Indonesia maltosa dalam kultivar Gros Michel serta
dan kultivar-kultivarnya banyak ditemukan di trigliserida dan fruktosil sukrosa dalam
pulau Jawa (Zuhairini 1997). kultivar Cavendish (Forsyth 1980). Jenis kar-
bohidrat lain yang ditemukan dalam daging
Pisang Siam (Musa paradisiaca var. norma- buah pisang adalah serat kasar dan pektin.
lis M.) Kandungan serat kasar terdiri dari 60% lignin,
25% selulosa, dan 15% hemiselulosa. Pada
Sama halnya dengan pisang raja, pisang umumnya pisang yang masak kaya vitamin
siam juga termasuk jenis pisang buah yang dan mineral, yaitu vitamin betakarotin, vita-
masih satu marga dengan jenis pisang yang min B1, vitamin B6, niasin, dan vitamin C.
lain, yaitu musaceae. Pisang ini memiliki Mineral utama yang terdapat dalam pisang
beberapa macam keunggulan spesifik bila adalah fosforus, kalium, dan besi.
dibandingkan dengan pisang lain yang masih Dalam buah pisang raja terkandung zat-zat
satu marga. Bentuk tanamannya ramping, yang bersifat antitukak peptik, yakni sito-
genjah, jumlah anakan banyak, kadar tepung indosida I, II, III, dan IV. Namun, di antara
tinggi dan kandungan vitamin A serta kalori keempatnya yang paling kuat kerjanya ialah
yang tinggi bila dibandingkan dengan pisang sitoindosida IV. Zat-zat itu sangat peka
kepok lain, tahan terhadap pH rendah, sistem terhadap suhu. Karena itu pengeringan daging
aerasi yang jelek, dan toleran terhadap buah ini cukup dengan cara diangin-anginkan
penyakit layu bakteri Pseudomonas sp. setelah dirajang tipis-tipis agar cepat kering.

Pisang Batu (Musa balbisiana Colla) sino- CH3


nim : (Musa brachycarpa Back) H3 C CH3
CH3
CH3
Pisang ini mempunyai nama lain pisang CH3
klutuk, pisang biji, dan pisang bereng. Pisang
batu merupakan tanaman yang dijumpai O
OH
sebagai tanaman liar atau dibudidayakan, dan OH O
HO O
diduga bahwa pisang yang umum dibudi- OH
dayakan sekarang merupakan turunan dari HO O
OH
Musa balbisana Colla dan Musa acuminata OH
O CH3
Colla yang banyak memiliki keanekaragaman
di Muangthai, Malaysia, Indonesia, dan Papua senyawa sitoindosida IV
Nugini (Anonim 1977). Jika merupakan tana-
man budidaya biasanya tidak diambil daging
Senyawa sitoindosida I-IV disebut juga kanan. Analisis proksimat adalah analisis
glikosida sterol atau sterolin yang tersebar yang dapat dikatakan berdasarkan perkiraan
luas dalam spesies tumbuhan yang tidak se- saja, tetapi sudah dapat menggambarkan kom-
kerabat. Bentuk glikosida sterol ditemukan posisi bahan yang dimaksud (Sumartini &
bersama sterol bebas dalam fraksi lemak tak Kantasubrata 1992). Analisis proksimat yang
tersabunkan, tetapi dapat dibedakan berdasar- dilakukan dalam penelitian ini meliputi anali-
kan titik leburnya yang lebih tinggi dan sis kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat,
kelarutannya yang rendah dalm pelarut lemak serat, dan mineral (Lampiran 1).
seperti etil-eter. Glikosida sterol dapat di-
bedakan dari saponin berdasarkan sifatnya Air
yang kurang toksik terhadap hewan. Air merupakan komponen penting dalam
Beberapa penelitian yang telah dilakukan bahan makanan, karena dapat mempengaruhi
terhadap kandungan gizi dalam buah pisang penampakan, tekstur serta cita rasa makanan.
raja, diantaranya dilaporkan Riana (2000) Selain itu kandungan air dalam bahan maka-
yang beberapa kandungannya tertera dalam nan juga menentukan acceptability (penerima-
Tabel 1. an), kesegaran dan daya tahan bahan itu
(Winarno 1997). Semua bahan makanan me-
Tabel 1 Komposisi kimia daging buah pisang ngandung air dalam jumlah yang berbeda-
raja (nilai per 100 g porsi makanan) beda seperti sayuran dan buah-buahan
Komponen Nilai Konsentrasi mengandung 60-98% air, susu 87%, dan da-
Proksimat %b/b ging 40-75%, bahkan dalam makanan kering
Air 67.30 g 67.30
Energi 116.00 kkal - sekalipun seperti buah kering, tepung, serta
Protein 0.79 g 0.79 biji-bijian, juga terkandung air dalam jumlah
Total Lemak 0.18 g 0.18 tertentu (Krause 1961). Penentuan kadar air
Karbohidrat 31.15 g 31.15 dari daging buah pisang berdasarkan nilai
Serat 2.30 g 2.30
Ampas 0.58 g 0.58 selisih bobot contoh awal sebelum dike-
ringkan dengan bobot contoh yang telah
Asam Amino (* = AAE) %b/b dikeringkan dengan sistem pengeringbekuan.
Triptofan* 0.009 g 0.009
Treonina* 0.021 g 0.021
Isoleusina* 0.022 g 0.022 Abu
Leusina* 0.036 g 0.036 Abu adalah zat anorganik sisa hasil pem-
Lisina * 0.037 g 0.037 bakaran suatu bahan organik. Penentuan abu
Metionina* 0.010 g 0.010 total digunakan untuk berbagai tujuan, yaitu
Sistina 0.012 g 0.012
Fenilalanina* 0.027 g 0.027 selain sebagai parameter nilai gizi dalam ba-
Tirosina 0.020 g 0.020 han makanan juga untuk mengetahui baik
Valina* 0.028 g 0.028 tidaknya suatu proses pengolahan, serta untuk
Arginina* 0.066 g 0.066 mengetahui jenis bahan yang digunakan.
Histidina* 0.039 g 0.039
Alanina 0.031 g 0.031 Penentuan kadar abu dilakukan dengan cara
Asam aspartat 0.065 g 0.065 mengoksidasikan semua zat organik pada
Asam glutamat 0.070 g 0.070 suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-600oC dan
Glisina 0.027 g 0.027 kemudian dilakukan penimbangan zat yang
Prolina 0.030 g 0.030
Serina 0.025 g 0.025 tertinggal setelah proses pembakaran tersebut
*asam amino esensial (AAE) (Sudarmadji et al. 1996).
Mineral ppm Protein
Kalsium, Ca 2 mg 200
Besi, Fe 0.58 mg 58 Protein merupakan senyawa polimer yang
Magnesium, Mg 32 mg 3200 tersusun dari satuan-satuan molekul yang
Fosforus, P 28 mg 2800 saling berikatan. Satuan molekul penyusun itu
Kalium, K 465 mg 46500 disebut asam amino. Masing-masing asam
Natrium, Na 5 mg 500
Besi, Zn 0.13 mg 13 amino saling dihubungkan oleh suatu ikatan
Tembaga, Cu 0.066 mg 6.6 kovalen yang disebut ikatan peptida (Sumar-
Selenium, Se 1.4 mcg 1.4 10-4 tini & Kantasubrata 1992). Bentuk ikatan pep-
Sumber: Riana (2000) tida dan kerangka umum asam amino dapat
dilihat pada Gambar 2.
Analisis Proksimat Sebanyak dua puluh jenis asam amino
berbeda terdapat secara alami dalam protein.
Analisis proksimat merupakan analisis Setiap protein dibedakan satu sama lain
kandungan makro zat dalam suatu bahan ma- berdasarkan jumlah dan sekuen dari asam
amino yang membentuk tulang punggung tidak dapat disintesa dalam tubuh dan harus
polipeptida. Akibatnya setiap protein akan disuplai dari makanan sehari-hari. Dalam
memiliki stuktur molekul, sifat gizi, dan sifat penelitian ini analisis asam amino dilakukan
fisikokimia yang berbeda dengan protein dengan menggunakan kromatografi cairan
lainnya. kinerja tinggi (KCKT).

(a) NH2 H (b) O Lemak


Lemak merupakan campuran dari lipid,
R1 C C N R2 H2N CH C OH
terutama trigliserida yang berwujud padat
H O
ikatan peptida R pada temperatur ruang. Lemak banyak di-
jumpai dalam tumbuhan dan hewan yang
Gambar 2 Bentuk ikatan peptida dalam pro- disimpan sebagai cadangan energi, sebab nilai
tein (a) dan kerangka umum asam kalornya dua kali nilai kalor karbohidrat.
amino (b). Lemak nabati dan lemak ikan biasanya me-
miliki asam lemak tak jenuh lebih banyak di-
Sebanyak dua puluh jenis asam amino bandingkan lemak mamalia sehingga konsis-
berbeda terdapat secara alami dalam protein. tensinya lebih lembut pada suhu kamar. Le-
Setiap protein dibedakan satu sama lain mak tak jenuh yang memiliki lebih dari satu
berdasarkan jumlah dan sekuen dari asam ikatan rangkap dalam rantainya berwujud cair
amino yang membentuk tulang punggung pada suhu kamar dan oleh karena itu lebih
polipeptida. Akibatnya setiap protein akan lazim disebut minyak.
memiliki stuktur molekul, sifat gizi, dan sifat Penentuan lemak dalam contoh daging pi-
fisikokimia yang berbeda dengan protein sang dilakukan dengan menggunakan metode
lainnya. soksletasi. Pada penentuan kadar lemak, se-
Protein mengandung unsur N, C, H, O, S, nyawaan yang larut dalam pelarut lemak
dan kadang-kadang P, Fe, dan Cu (sebagai (petroleum eter, petroleum benzena, heksana,
senyawa kompleks dengan protein). Salah dan eter) diekstrak dari contoh menggunakan
satu cara yang dapat digunakan untuk metode sokslet. Ekstrak yang diperoleh ini
menentukan jumlah protein secara kuantitatif disebut lemak kasar.
adalah dengan penentuan kandungan N yang
ada dalam bahan. Apabila unsur N ini dile- Karbohidrat
paskan dengan cara destruksi dan N yang Karbohidrat bisa terdapat sebagai molekul
terlepas ditentukan jumlahnya secara kuanti- tunggal atau bergabung secara fisik atau
tatif, maka jumlah protein yang dapat diper- secara kimia dengan molekul lain. Karbo-
hitungkan berdasarkan atas kandungan rata- hidrat atau gula merupakan polihidroksi dari
rata unsur N yang ada dalam protein. Kele- alehida atau keton (Holme & Peck 1993).
mahan cara ini adalah tidak semua jenis Polisakarida adalah kelompok karbohidrat
protein mengandung jumlah N yang sama, yang paling banyak terdapat di alam. Poli-
selain itu adanya senyawa lain bukan protein sakarida terdiri dari rantai panjang yang mem-
yang mengandung N dapat terhitung sebagai punyai ratusan atau ribuan unit mono-
protein (Sudarmadji et al. 1989). sakarida. Polisakarida yang paling banyak di-
jumpai pada dunia tanaman, yaitu pati dan
Asam Amino selulosa yang terdiri dari unit berulang D-
Asam amino adalah suatu golongan glukosa. Selulosa mempunyai rantai linear,
senyawa karbon yang setidak-tidaknya me- sedangkan pati terdiri dari amilosa yang be-
ngandung satu gugus karboksil (-COOH) dan rantai lurus dan amilopektin yang rantainya
satu gugus amino (-NH2). Asam amino adalah bercabang.
senyawa ion yang tidak berwarna, sifat kela-
rutan, dan titik lelehnya yang tinggi disebab- Gula Pereduksi
kan karena asam-asam amino zwitter ion. Semua karbohidrat yang dapat mereduksi
Semuanya larut dalam air, meskipun derajat Cu2+ dalam suasana alkalis tanpa terlebih
kelarutannya berbeda-beda. dahulu mengalami hidrolisis disebut sebagai
Sekitar 80 jenis asam amino terdapat di gula pereduksi. Semua monosakarida dan be-
alam, namun hanya 20 macam saja yang berapa disakarida termasuk ke dalam jenis
penting bagi tubuh manusia yang terdiri dari gula pereduksi.
dua kelompok, yaitu asam amino esensial
(AAE) dan non esensial. Bagi tubuh AAE OH --
gula pereduksi + Cu2+ Cu2O + hasil oksidasi
peranannya menjadi sangat penting karena
Reaksi redoks tersebut dapat berlangsung serius mengingat beberapa komponen pangan
berdasarkan prinsip Le Chatelier. Di dalam lain dapat menghambat penyerapan mineral.
larutannya gula mengalami peristiwa muta- Dalam penelitian ini mineral ditentukan
rotasi. Monosakarida dan disakarida dalam secara spektrofotometri serapan atom (SSA)
bentuk struktur rantai terbuka dengan gugus dari abu hasil penetapan kadar abu. Kecuali P
aldehida bebas meskipun sangat sedikit (kira- ditentukan dengan metode spektrofotometri
kira 0.01%) selalu berkesinambungan dengan sinar ultraviolet-tampak, yaitu penentuan P
struktur sikliknya. Ion kupri (Cu2+) akan tersedia dengan metode Bray, yang pada
bereaksi dengan aldehida bebas sampai bentuk prinsipnya bahwa fosfat dalam suasana asam
rantai terbuka pada campuran kesetimbangan akan diikat sebagai senyawa Fe, Al-fosfat
habis. Hal ini akan mengganggu kesetim- yang sukar larut. NH4F yang terkandung
bangan dan mendorong reaksi ke arah pembu- dalam pengekstrak Bray akan membentuk
kaan struktur cincin yang akan langsung di- senyawa rangkai dengan Fe dan Al dan
oksidasi. Suasana basa memudahkan terja- membebaskan ion PO43- (PPTA 1999).
dinya kesetimbangan tautomeri antara bentuk
enol dan keto dari struktur rantai terbuka. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Peristiwa ini sangat penting untuk me-
nerangkan mengapa fruktosa bersifat reduktor KCKT merupakan kromatografi cair yang
walaupun merupakan suatu gula keton. dikembangkan untuk pemisahan dan iden-
tifikasi berbagai komponen dari campuran
Serat yang rumit dengan waktu yang relatif singkat
Serat makanan merupakan komponen da- dengan menggabungkan keefisienan kolom
lam tumbuhan yang tidak tercerna secara enzi- dan kecepatan waktu analisis (Krstulovic
matik menjadi bagian-bagian yang dapat di- 1982). KCKT lebih bermanfaat untuk isolasi
serap di dalam saluran pencernaan manusia. zat yang tidak mudah menguap dan yang
Serat terdiri atas berbagai substansi diantara- secara termal tidak stabil. Metode ini dapat
nya adalah karbohidrat kompleks. Beberapa memisahkan kandungan senyawa yang ke-
komponen serat makanan mampu mengikat atsiriannya kecil dan dapat digunakan untuk
asam atau garam empedu, dengan demikian analisis kualitatif serta kuantitatif.
akan mencegah penyerapan kembali dari usus, Dalam penelitian ini KCKT digunakan
serta meningkatkan ekskresinya melalui feses. untuk menentukan komposisi asam amino
Dengan demikian akan meningkatkan kon- buah pisang. Prinsip penentuan konsentrasi
versi kolesterol dari serum darah menjadi asam amino adalah dengan membandingkan
asam atau garam empedu (Leveille 1997). kurva yang dihasilkan dari kurva standar asam
Dalam penelitian ini serat kasar ditentukan amino yang telah diketahui konsentrasinya.
dengan cara memisahkanya dari polisakarida Hasil analisis asam amino bisa ditingkatkan
(karbohidrat) seperti pati melalui reaksi hidro- dengan memanfaatkan reaksi pra kolom gugus
lisis asam dan basa (hidrolisis total). Pati amino dengan pereaksi tertentu membentuk
dihidrolisis menjadi glukosa, sedangkan serat suatu derivat yang dapat menyerap sinar
kasar atau selulosa tetap tidak dapat di- ultraviolet atau berfluoresensi. Salah satu
hidrolisis dengan asam (H2SO4 1,25%) atau pereaksi pra kolom yang sangat populer dalam
dengan basa (NaOH 3,25%), lalu serat-serat analisis asam amino adalah ortoftalaldehida
yang diperoleh disaring dan dikeringkan. (OPA). Pereaksi OPA akan bereaksi dengan
asam amino dalam suasana basa yang
Mineral mengandung merkaptoetanol membentuk se-
Mineral adalah kandungan yang tersisa nyawa yang berfluoresensi sehingga detek-
sebagai abu setelah contoh diabukan. Selain sinya dapat dilakukan dengan detektor fluo-
itu menurut Sudarmadji et al. (1996), bahwa resens.
ada hubungannya antara kadar abu dengan
kandungan mineral suatu bahan. Meskipun Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
kebutuhan tubuh akan mineral relatif lebih
kecil dibanding komponen pangan lain seperti SSA merupakan metode analisis untuk
protein, karbohidrat, dan lemak namun ke- logam yang didasarkan pada pengukuran
beradaannya di dalam tubuh sangat mutlak penyerapan sinar resonansi pada panjang
untuk melangsungkan proses metabolisme gelombang tertentu oleh uap atom netral dari
tubuh secara normal (Palupi & Puspitasari cuplikan. Penyerapan tersebut menyebabkan
1994). Oleh karena itu ketersediaan mineral tereksitasinya elektron ke tingkat energi yang
dalam tubuh perlu mendapat perhatian yang lebih tinggi. Konsentrasi unsur dalam larutan
contoh ditentukan dengan mengukur absor- EDTA, Na-asetat, lantanum klorida 3%,
bans larutan. Cara ini sangat efektif karena larutan bufer kalium borat pH 10.4 (1:1),
frekuensi radiasi yang diserap adalah spesifik standar asam amino 5 mol/ml, larutan stan-
untuk setiap unsur. dar Ca, Fe, Mg, K, Na, Zn, Cu, Se, Mn, air
Bila larutan diaspirasikan kedalam nyala akuades, air murni (HP), air bebas ion, tablet
api, maka dalam nyala api terbentuk suatu selenium, indikator BCG-MM (Lampiran 2),
larutan berbentuk gas yang disebut plasma indikator pati, indikator metil merah, dan
yang berisi partikel-partikel atom. Jadi dalam kertas saring.
nyala api terdapat contoh yang telah ter-
atomisasi atau tereduksi menjadi atom- Alat
atomnya. Atom dari suatu unsur pada keadaan
dasar bila diberi radiasi akan menyerap energi Alat-alat yang digunakan antara lain alat-
dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar alat kaca, alat pengeringbeku, cawan por-
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi selin, tanur, pembakar gas, piringan pemanas,
(Nur & Adijuwana 1989). eksikator, alat destruksi protein, labu Kjel-
Dalam SSA, radiasi dari suatu sumber dahl, alat destilasi kjeltech, seperangkat alat
radiasi yang sesuai (lampu katoda cekung) sokslet dan alat refluks, pendingin tegak,
dilewatkan dalam nyala api yang berisi contoh pompa vakum, penguap putar, spektrofoto-
yang telah teratomisasi, kemudian radiasi meter ultraviolet-tampak, kromatografi cairan
tersebut diteruskan ke detektor melalui mono- kinerja tinggi (KCKT) tipe ICI dengan kolom
kromator. Konsentrasi unsur diukur berda- ODS, dan spektrofotometer serapan atom
sarkan perbedaan intensitas sebelum (Io) dan (SSA).
sesudah (I) diserap oleh atom. Sesuai dengan
hukum Lambert Beer, hubungan antara absor- Metode
bans dengan konsentrasi berbanding lurus atau
linear, yaitu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik,
A = log Io/I = b c Departemen Kimia FMIPA IPB, serta Labora-
torium Terpadu dan PAU IPB.
dengan adalah tetapan karakteristik, b ada-
lah ketebalan kuvet, dan c adalah konsentrasi. Preparasi Contoh
Daging buah pisang yang masak dikupas
Statistika dan dipisahkan dari bijinya, lalu ditimbang
dan dikeringbekukan dengan alat pengering
Analisis statistika dengan aplikasi one beku. Jumlah air yang hilang selama proses
way anova dilakukan guna membandingkan ini dihitung sebagai kadar air. Setelah kering
nilai yang diperoleh dari analisis pisang batu contoh digiling menjadi serbuk. Contoh
terhadap pisang raja dan pisang siam meng- daging buah pisang digunakan untuk analisis
gunakan piranti lunak komputer SPSS versi kadar abu, protein, lemak, karbohidrat, dan
10. serat kasar, asam amino, dan mineral. Biji
pisang batu digunakan untuk analisis kadar
abu dan mineral.
BAHAN DAN METODE
Penetapan Kadar Air
Bahan Kadar air contoh ditentukan langsung dari
proses pengeringannya dengan cara
Bahan-bahan yang digunakan dalam pene- pengeringbekuan. Kadar air contoh merupa-
litian ini adalah daging buah pisang raja, kan selisih antara bobot contoh awal sebelum
daging buah pisang siam, daging buah pisang dikeringkan dengan bobot contoh setelah di-
batu, biji pisang batu, H2SO4 , HCl, NaOH, keringkan.
Na2S2O3, NH4F, KH2PO4, Na2B4O7.10H2O,
HNO3, KIO3, amonium molibdat, THF, asam Penetapan Kadar Abu (AOAC 1999)
askorbat, K(SbO)C4H4O6.0.5H2O, asam borat Cawan porselin yang kosong dimasukkan
petroleum benzena, larutan Luff Schoorl, ke dalam tanur 600oC selama 30 menit. Lalu
pengekstrak Bray dan Kurts I, pereaksi dikeluarkan dan didinginkan dalam eksikator
pewarna P, pereaksi OPA, etanol, metanol, dan ditimbang. Sebanyak 2 g contoh dima-
larutan brij-30 30%, 2-merkaptoetanol, Na- sukkan ke dalam cawan porselin dan dibakar
di atas pembakar sampai asapnya hilang.
Pemanasan dilanjutkan di dalam oven 600oC Penetapan Kadar Serat (AOAC 1999)
selama 6 jam (sampai menjadi abu), lalu dan Sebanyak 5 g contoh dimasukkan ke
didinginkan dalam eksikator lalu ditimbang dalam labu Erlenmeyer 500 ml, ditambahkan
sampai diperoleh bobot yang konstan. Abu 50 ml H2SO4 1.25% dan diekstraksi dengan
yang diperoleh digunakan untuk analisa pendingin tegak selama 30 menit. Selanjutnya
mineral dengan SSA. ditambahkan 50 ml NaOH 3.25% dan
pemanasan dilanjutkan kembali selama 30
Penetapan Nitrogen dan Protein (AOAC menit. Larutan disaring panas-panas dengan
1999) kertas saring Whatman 41 yang telah
Penetapan nitrogen dilakukan dengan diketahui bobotnya. Wadah dicuci dengan air
menggunakan metode Kjeldahl terhadap panas yang mengandung H2SO4 1.25%.
contoh daging pisang untuk menentukan % N Endapan yang diperoleh dicuci dengan
total. Sebanyak 0.5-1 g contoh ditimbang alkohol 96% kemudian dikeringkan pada oven
dalam labu destruksi, lalu ditambahkan 12 ml 105oC, didinginkan dan ditimbang sampai
H2SO4 pekat dan satu butir tablet selenium. diperoleh bobot yang konstan.
Larutan ini didestruksi selama 45 menit
sampai diperoleh larutan berwarna hijau Kadar serat (% b/b ) = bobot serat 100%
jernih. Selanjutnya larutan hasil destruksi ini bobot contoh
ditempatkan pada alat destilasi Kjeltech,
kemudian didestilasi uap. Uapnya ditampung Penetapan Kadar Gula Pereduksi dengan
di dalam erlenmeyer yang berisi asam borat Metode Luff Schoorl)
4% dan indikator BCG-MM. Destilat yang Ekstraksi gula pereduksi. Sebanyak 10 g
diperoleh dititrasi dengan HCl 0.02 N. Titik contoh diekstraksi dengan 75 ml alkohol 70%
akhir titrasi ditandai dengan terjadinya dalam labu erlenmeyer asah yang disam-
perubahan warna biru menjadi merah muda. bungkan dengan alat refluks. Ekstraksi di-
Dilakukan juga penetapan blanko. lakukan selama satu jam. Larutan disaring dan
ditera dalam labu takar 100 ml dengan alkohol
(A - B) 14,007 N 70%. Larutan siap dianalisis.
Kadar nitrogen (% b/b) =
bobot contoh (mg) Penentuan Kadar Gula Pereduksi. Se-
Kadar protein (%b/b) = 6.25 kadar nitrogen banyak 10 ml ekstrak gula pereduksi ditambah
dengan 25 ml larutan Luff Schoorl (Lampiran
Keterangan : 2) dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100
A = volume HCl untuk titrasi contoh (ml) ml, selanjutnya dipanaskan hingga larutan
B = volume HCl untuk titrasi blanko (ml) mendidih, dan dibiarkan sela-ma 10 menit.
N = normalitas HCl Setelah dingin, ditambahkan 10 ml KI 20%
dan 25 ml H2SO4 25% dan segera dititrasi
Penetapan Kadar Lemak (AOAC 1999) dengan Na2S2O3 0.1 N yang ditandai
Labu lemak yang bersih ditambahkan perubahan warna menjadi kuning muda
beberapa batu didih lalu ditimbang bobot (sebelum titik akhir atau pada saat jumlah I2
kosongnya. Labu lemak ini diisi dengan 50 ml tinggal sedikit), lalu ditambahkan 3 tetes indi-
pelarut petroleum benzena. Sebanyak 3 g kator pati dan titrasi dilanjutkan sampai titik
contoh dibungkus dengan kertas saring yang akhir yang ditandai dengan perubahan warna
dibuat seperti bentuk selongsong, lalu dari biru kehitaman menjadi tidak berwarna.
ditempatkan dalam alat sokslet yang Prosedur ini berlaku pula untuk blanko
disambungkan dengan alat refluks dan labu dengan mengganti contoh dengan air akuades.
lemak. Ekstraksi dilakukan selama 6 jam.
Larutan lemak dalam pelarut disulingkan Kadar gula pereduksi (%b/b) =
sehingga diperoleh kembali pelarut yang (V V ) N
b c tiosulfat
BE
glukosa
semula dipakai dalam alat sokslet dan lemak fp
bobot contoh
dalam labu lemak. Labu lemak kemudian
dikeringkan pada oven 60oC dan ditimbang
sampai diperoleh bobot yang konstan. Keterangan :
Vb = volume Na2S2O3 untuk titrasi blanko
bobot lemak
Kadar lemak (% b/b) = 100 % Vc = volume Na2S2O3 untuk titrasi contoh
bobot contoh
Penetapan Kadar Karbohidrat Analisis Mineral dengan SSA
Penetapan kadar karbohidrat contoh meng- Preparasi contoh. Serbuk daging pisang
gunakan metode selisih dengan persamaan yang telah diabukan dilarutkan dengan 10 ml
berikut: HNO3 pekat. lalu dipanaskan diatas piringan
pemanas sampai larutannya berwarna jernih.
Kadar karbohidrat (%b/b) = Larutan ini disaring ke dalam labu takar 50 ml
100% [kadar air (%b/b) + kadar lemak dan ditera dengan air bebas ion. Larutan ini
(%b/b) + kadar abu (%b/b) + kadar protein digunakan untuk penentuan mineral Ca, Fe,
(%b/b) + kadar serat kasar (%b/b)] Mg, K, Na, Zn, Cu, Se, Mn dengan SSA.
Pembuatan kurva standar. Pembuatan
Analisis Asam Amino kurva standar dilakukan dengan cara membuat
Preparasi contoh. Serbuk daging pisang larutan standar dari mineral yang akan
yang mengandung 3 mg protein dimasukkan dianalisis, yaitu Ca, Fe, Mg, K, Na, Zn, Cu,
ke dalam vial kecil bertutup ulir, lalu Se, dan Mn untuk masing-masing larutan stok
ditambahkan 1 ml larutan HCl 6 N. Ke dalam standar. Dari larutan kerja ini dibuat larutan
vial ini dialiri gas N2 untuk menghilangkan standar dengan deret konsentrasi tertentu
udara yang terdapat dalam contoh. Protein untuk setiap mineralnya. Larutan ini dibaca
dalam contoh dihidrolisis dengan cara me- serapannya dengan alat SSA pada panjang ge-
nyimpan vial bertutup ulir ini di dalam oven lombang dan lampu katoda yang berbeda-beda
bersuhu 110oC selama 24 jam. Hidrolisat yang untuk setiap unsurnya.
diperoleh didinginkan pada suhu kamar, lalu Penentuan contoh. Mineral contoh di-
disaring dengan kaca masir (synter glass G2) tentukan dengan cara yang sama seperti
ke dalam labu penguap putar. Vial dibilas larutan standar. Analisis unsur tersebut
dengan air akuades. Cairan hasil bilasannya menggunakan oksidan berupa udara. dan
dimasukkan ke dalam labu yang sama. bahan bakarnya adalah asetilena (C2H2).
Pembilasan dilakukan 2-3 kali. Cairan dalam Kurva standar dibuat dengan memplotkan
labu diuapkan pelarutnya dengan penguap kurva hubungan antara konsentrasi dan
putar, ekstrak yang diperoleh dilarutkan de- absorbans larutan standar dari hasil pengu-
ngan 5 ml HCl 0.01 N. Cairan ini adalah kuran. Konsentrasi mineral contoh ditentukan
campuran asam amino. dari kurva standar.
Analisis asam amino. Cairan yang me-
ngandung campuran asam amino disaring de- Analisis P Tersedia dengan Metode Bray I
ngan kertas saring milipore. Ke dalam filtrat Pembuatan spektrum absorbsi. Seba-
yang diperoleh ditambahkan larutan bufer nyak 2 ml standar P ditambahkan 10 ml
kalium borat pH 10.4 dengan perbandingan 1 : pereaksi pewarna P (Lampiran 2). Tabung
1. Ke dalam vial kosong lain yang bersih reaksi dikocok dan dibiarkan 30 menit. Absor-
dimasukkan 10 l contoh dan ditambahkan 25 bans larutannya diukur dengan spektrofoto-
l pereaksi OPA (Lampiran 3), dan dibiarkan meter ultraviolet-tampak pada kisaran panjang
selama 1 menit agar proses derivatisasi gelombang 600-700 nm setiap kenaikan satu
berlangsung sempurna. Sebanyak 5 l contoh panjang gelombang.
yang telah diderivatisasi ini diinjeksikan ke Pembuatan kurva standar. Dipipet
dalam kolom KCKT kemudian ditunggu masing-masing 0.2; 0.4; 0.8 ; 1.2; 1.6; dan 2
sampai pemisahan semua asam amino selesai. ml standar P 5 ppm (Lampiran 2) ke dalam
Waktu yang diperlukan sekitar 25 menit. tabung reaksi lalu diencerkan dengan larutan
Perhitungan. Konsentrasi asam amino pengekstrak Bray dan Kurts I menjadi 2 ml,
(dinyatakan dalam mol AA) dalam contoh lalu ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna P.
dihitung dengan persamaan berikut : Tabung reaksi dikocok dan dibiarkan 30
menit. Absorbans larutannya diukur dengan
mol AA (dalam 5 ml) = spektrofotometer ultraviolet-tampak pada pan-
luas puncak contoh jang gelombang maksimum.
0,5 mol/ml 5 ml
luas puncak standar Penentuan contoh. Sebanyak masing-
masing 2.5 g serbuk daging buah dan biji
% AA dalam contoh yang ditimbang = pisang diekstrak dengan 25 ml pengekstrak
mol AA Mr AA 100 Bray dan Kurts I (Lampiran 2), kemudian
g Contoh dikocok selama lima menit. Larutan ini
disaring. Ekstrak P yang diperoleh dipipet
sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi lalu
ditambah 10 ml pereaksi pewarna P. Tabung
reaksi dikocok dan dibiarkan 30 menit. Analisis Proksimat
Absorbans larutannya diukur dengan spektro-
fotometer ultraviolet-tampak pada panjang Tabel 2 menunjukkan nilai dan standar
gelombang maksimum. deviasi kandungan proksimat buah pisang,
yaitu kadar air, abu, protein, lemak, kasar,
gula pereduksi, dan karbohidrat. Berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN uji F (Tabel 3) untuk semua komponen
proksimat kecuali air dan karbohidrat pada
Preparasi Contoh tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa
ketiga jenis pisang ini kadar proksimatnya
Daging buah dan biji pisang batu yang berbeda atau dengan kata lain dengan adanya
dianalisis berasal dari daerah Darmaga, perbedaan jenis pisang menyebabkan perbe-
Bogor. Sebagai perbandingan digunakan daan kadar proksimatnya (Lampiran 16).
pisang raja dan pisang siam masak yang di- Pengujian terhadap kandungan proksimat,
peroleh di daerah Pasar Anyar Bogor. Tempat asam amino, dan mineral pada daging buah
pengambilan contoh pisang batu ini berbeda pisang raja dalam penelitian tetap dilakukan
dengan pisang yang digunakan sebagai pem- sama dengan kedua jenis pisang yang lain,
bandingnya, hal ini dikarenakan sulitnya yakni pisang batu dan pisang siam, meskipun
memperoleh ketiga contoh pisang yang di- informasinya telah ada. Hal ini dikarenakan di
tanam pada areal tanah yang sama dan usia pi- dalam penelitian tujuannya untuk memban-
sang yang sama pula. Cara pengeringan con- dingkan antara kandungan kimia (gizi) buah
toh pada penelitian ini tidak menggunakan pisang batu, dengan pisang lain, jadi agar hasil
cara pengeringan biasa (kering udara atau perbandingannya dapat dikatakan baik maka
pengeringan dalam oven dengan suhu ter- setiap contoh harus diperlakukan sama, baik
tentu) melainkan menggunakan sistem pe- metode maupun cara perlakuannya, karena
ngeringbekuan, hal ini bertujuan untuk men- tidak menutup kemungkinan metode ataupun
cegah rusak atau hilangnya senyawaan ter- perlakuan yang dilakukan pada pengujian
tentu yang terdapat dalam contoh pada saat kandungan kimia pisang raja tersebut bisa saja
pengeringannya. Daging buah pisang batu saja berbeda dengan yang dilakukan dalam
yang telah dikupas lalu dipisahkan dari biji- penelitian ini. Jadi informasi mengenai kan-
nya. dungan kimia dalam penjelasan sebelumnya
hanya digunakan sebagai bahan referensi.

Air
Berdasarkan hasil pengeringan contoh
dengan pengeringbeku diperoleh kadar air
untuk daging buah pisang raja 68.97%, daging
buah pisang siam 72.25%, daging buah pisang
batu 82.76%, dan biji pisang batu 76.65%.
Kadar air contoh tidak dapat dilakukan
Gambar 3 Daging buah pisang raja (a), analisis statistika sebab data penetapan kadar
pisang siam (b), pisang batu (c), air berupa data tunggal karena hanya dila-
dan biji pisang batu (d) setelah kukan satu kali pengukuran (Lampiran 4).
dikeringbekukan lalu dihaluskan. Kadar air yang diperoleh untuk setiap contoh
cukup besar (lebih dari 10%), oleh karena itu
Pada saat dikupas daging buah pisang ber- dalam penyimpanannya harus hati-hati sebab
warna kuning, namun beberapa saat setelah akan mudah terkena jamur. Adanya perbedaan
dikupas berubah warna menjadi coklat, hal kadar air pada ketiga jenis pisang ini dapat
ini disebabkan karena kandungan fenol di disebabkan oleh perbedaan tempat tumbuh
dalam contoh telah teroksidasi. Daging buah masing-masing pisang.
dan biji pisang yang diperoleh, dikeringkan Pada prinsipnya proses penghilangan air
dengan pengeringbeku dan ditentukan kadar dengan cara pengeringbekuan tidak jauh
airnya. Contoh yang telah kering ini selan- berbeda dengan sistem pengeringan biasa.
jutnya dihaluskan hingga membentuk serbuk Pada sistem pengeringan biasa (kering udara),
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3. suhu udara yang dialirkan di sekeliling bahan
lebih tinggi dari suhu bahan dan menyebabkan
tekanan uap air di dalam bahan lebih tinggi
daripada tekanan uap air di udara sehingga
terjadi perpindahan uap air dari bahan ke Abu
udara, sedangkan pada metode pengering- Daging buah dan biji pisang dari hasil
bekuan bahan dibekukan terlebih dahulu dan pengeringan ditentukan kadar abunya dengan
es yang terjebak di dalamnya dibuang dengan metode gravimetri. Penentuan kadar abu
pompa vakum (es menyublim). Dengan contoh selain sebagai salah satu parameter
demikian air dapat disingkirkan tanpa meru- nilai gizi juga untuk mengetahui kandungan
sak bahan yang dikeringkan (Daintith 1990). zat anorganik yang terdapat dalam contoh,
Selain itu, sistem pengeringan contoh dengan yaitu berupa mineral. Nilai kadar abu yang
cara ini juga dapat mencegah kemungkinan diperoleh dari penetapan kadar abu untuk
hilangnya senyawaan tertentu yang tidak daging buah pisang batu adalah 2.08%, pisang
tahan terhadap panas, sebab dalam proses raja 1.76% dan pisang siam 1.72% (Lampiran
pengeringannya tidak ada penggunaan kalor. 5).

Tabel 2 Kandungan proksimat (%) daging buah dan biji pisang


Contoh Air Abu Protein Lemak Serat Gula Karbohidrat
P. raja 68.970.00 1.760.02 2.660.16 0.760.01 4.080.04 8.310.02 21.770.00
P. siam 72.250.00 1.720.01 1.520.11 0.780.02 4.750.05 5.830.02 18.980.00
P. batu 82.760.00 2.080.03 1.900.04 0.460.02 6.900.03 11.790.10 5.900.00
Biji P. batu 76.650.00 3.090.58

Tabel 3 Analisis varian dari kombinasi kadar proksimat daging buah pisang untuk uji F
Jumlah
Proksimat dB Kuadrat Fhitung Ftabel
Kuadrat
Abu 0.232 2 0.116 226.717 5.413
Protein 1.348 2 0.674 51.902 9.552
Lemak 0.130 2 6.52210-2 177.864 9.552
Serat 13.024 2 6.512 4439.932 5.413
Gula 53.733 2 26.866 6792.076 5.413
Hipotesis :
Ho: diduga bahwa nilai dari ketiga contoh pisang adalah sama
Hi: diduga bahwa nilai dari ketiga contoh berbeda
Pengujian hipotesis :
Jika:
Fhitung>Ftabel, maka Ho ditolak
Fhitung<Ftabel, maka Ho diterima

Tabel 4 Perbandingan keseluruhan (multiple comparison) kadar proksimat daging buah pisang
dengan uji LSD (least significant difference)
Pisang Pisang Signifikasi
(I) (J) Abu Protein Lemak Serat Gula
LSD P. raja P. siam 0.057 0.002* 0.491 0.000* 0.000*
P. batu 0.000* 0.007* 0.001* 0.000* 0.000*
P. siam P. raja 0.057 0.002* 0.491 0.000* 0.000*
P. batu 0.000* 0.045* 0.000* 0.000* 0.000*
P. batu P. raja 0.000* 0.007* 0.001* 0.000* 0.000*
P. siam 0.000* 0.045* 0.000* 0.000* 0.000*
*) perbedaan nilai signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Hipotesis :
Ho: nilai kadar proksimat pisang (I) dan pisang (J) adalah tidak berbeda (sama saja)
Hi: nilai kadar proksimat pisang (I) dan pisang (J) adalah berbeda
Pengujian hipotesis :
Jika:
signifikansi>0.05, maka Ho diterima
signifikansi<0.05, maka Ho ditolak

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat dalam Tabel 4. Berdasarkan uji LSD,
perbedaan ini antara pisang batu terhadap diketahui bahwa nilai kadar abu pisang batu
pisang raja, pisang batu terhadap pisang siam dan pisang raja memang tidak sama (berbeda)
dan pisang raja terhadap pisang siam hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansinya
dilakukan pengujian LSD (least significant yang lebih rendah dari 0.05. Demikian pula
difference) yang data pengujiannya tertera halnya pisang batu terhadap pisang siam.
Namun antara nilai kadar abu pisang raja dan ini dapat terjadi karena satu hidrogen (H) dari
pisang siam tidak berbeda (sama saja). dari gugus amino suatu asam amino bersatu
Adanya perbedaan nilai kadar abu pisang batu dengan hidroksil (OH) dari gugus karboksil
terhadap pisang yang lain bisa disebabkan asam amino lain. Proses ini menghasilkan satu
oleh keadaan alam tempat tumbuhnya pisang, molekul air, sedangkan CO dan NH yang
atau mungkin juga adanya pengaruh dari biji tersisa akan membentuk ikatan peptida. Ikatan
pisang batu itu sendiri. Untuk biji pisang batu peptida ini dapat dipecah melalui reaksi
diketahui kadar abunya lebih besar dari pisang hidrolisis menjadi asam amino oleh asam atau
batu, yakni sebesar 3.09%. enzim pencernaan dengan penambahan satu
molekul air. Reaksinya dapat dijelaskan pada
Protein Gambar 4.
Penetapan protein pada daging buah
pisang menggunakan metode Kjeldahl. Dalam Lemak
metode ini yang dianalisis adalah kadar Penetapan lemak dalam daging buah
protein kasarnya secara tidak langsung, sebab pisang menggunakan metode soksletasi.
yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar Metode ini dipilih karena dapat digunakan
nitrogennya. Pada prinsipnya bahan makanan untuk ekstraksi komponen yang tahan
diuraikan dengan cara mendestruksinya terhadap suhu yang tinggi dan dapat mem-
dengan asam kuat sehingga semua senyawa- berikan nilai rendemen yang lebih baik
senyawa nitrogen akan diubah menjadi garam- dibandingkan metode ekstraksi lainnya,
garam amonium. Adanya penambahan NaOH karena dalam prosesnya ada sistem sirkulasi
pada saat destilasi mengakibatkan garam- pelarut. Pelarut lemak yang digunakan dalam
garam amonium direduksi menjadi gas ekstraksi lemak dapat menggunakan pelarut
amonia yang ditampung dalam asam borat. apapun, asalkan bersifat non polar seperti
kloroform, eter, dan benzena karena lemak
R1 O R2 O
adalah campuran dari lipid. Dalam penelitian
H2N C C OH + H N C C OH
ini pelarut lemak yang digunakan adalah
H H petroleum benzena. Lemak yang diperoleh
asam amino asam amino
sintesis H dari ekstrasi masih berupa lemak kasar.
+ H2O __
H2O Artinya, ekstrak tersebut selain mengandung
hidrolisi
lemak juga mungkin terdapat senyawaan lain,
R1 O R2 O seperti fosfolipid, sterol, minyak atsiri,
vitamin, dan pigmen-pigmen yang larut dalam
H2N C
H
C N C
H
C OH lemak. Dari penetapan kadar lemak (Lampiran
dipeptida H
7) dan pengujian LSD diketahui nilai kadar
lemak kasar daging buah pisang batu sebesar
ikatan peptida
0.46%. Nilai ini berbeda dengan daging buah
pisang raja (0.76%) dan pisang siam (0.78%).
Gambar 4 Sintesis dan hidrolisis suatu
Sebagian besar lemak nabati mengandung
dipeptida.
asam lemak rantai panjang. Lemak merupakan
bentuk simpanan energi paling utama dalam
Kadar nitrogen yang diperoleh ditentukan tubuh disamping sebagai sumber gizi esensial.
dengan teknik titrasi. Kadar protein contoh Dikatakan esensial karena dibutuhkan tubuh,
diperoleh dengan mengalikan kadar nitrogen sedangkan tubuh tidak dapat mensintesisnya,
dengan faktor konversi 6.25. Nilai ini setara sebab baik dalam tubuh hewan dan manusia
dengan 0.16 g nitrogen per g protein. Dari tidak dapat menambahkan ikatan rangkap
penetapan kadar protein dan pengujian LSD pada karbon ke-6 dan ke-3 pada asam lemak
diketahui kadar protein daging buah pisang yang ada dalam tubuhnya (Almatsier 2002).
batu sebesar 1.90%. Nilai ini berbeda dari Burr dan Burr (1929) dalam Almatsier (2002)
pisang raja, yaitu 2.66%. Demikian pula mengemukakan bahwa asam lemak esensial
halnya kadar protein daging buh pisang batu bagi tubuh adalah asam linoleat (18:2 -6)
terhadap siam (1.52%) dan pisang raja ter- dan asam linolenat (18:3 -3). Kedua asam
hadap pisang siam (Lampiran 6). lemak ini dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
Keberadaan protein dalam tumbuhan fungsi normal semua jaringan. Berdasarkan
berasal dari sintesisnya yang memanfaatkan hasil penelitian dalam Almatsier (2002)
ketersediaan nitrogen dalam tanah. Prosesnya dikemukakan bahwa makanan tanpa lemak
meliputi pembentukan rantai panjang asam menunjukkan gejala ekzema dermatitis yang
amino yang dinamakan rantai peptida. Ikatan dapat dicegah atau disembuhkan dengan
pemberian asam linoleat (18:2 -6) ke dalam selisih. Dari analisis (Lampiran 9) diketahui
makanan. Kekurangan asam lemak omega-3 kadar karbohidrat daging buah pisang batu
(18:2 -3) menimbulkan gangguan saraf dan sebesar 5.90%. Nilai ini jauh lebih rendah
penglihatan. Adanya pola konsumsi makanan dibandingkan pisang raja (21.77%) dan pisang
seimbang setiap harinya dapat mencegah siam (18.98%).
terjadinya kekurangan asam lemak esensial.
Gula Pereduksi
Serat Dalam bahan pangan gula bisa berupa gula
Penetapan kadar serat kasar pada pereduksi ataupun bukan. Dalam dunia indus-
prinsipnya, yaitu memisahkan serat kasar dari tri, kadar gula pereduksi merupakan salah satu
polisakarida non pati seperti selulosa, hemi- aspek yang menentukan kualitas dari bahan
selulosa, dan lignin (komponen serat yang makanan itu sendiri. Penetapan kadar gula
tidak larut air) serta pektin, gum, mukilase, pereduksi dalam penelitian ini menggunakan
glukan dan algal (larut dalam air) dengan jalan metode oksidireduktometri karena gula pere-
menghidrolisisnya. Dalam penelitian ini duksi dapat mereduksi zat lain.
dilakukan hidrolisis total menggunakan asam Dari penetepan kadar gula pereduksi
dan basa kuat sehingga semua polisakarida (Lampiran 10) dan pengujian LSD diketahui
terhidrolisis menjadi glukosa sedangkan serat- kadar gula pereduksi daging buah pisang batu
seratnya terpisah dari polisakaridanya. Serat sebesar 11.79%. Nilai ini berbeda terhadap
yang diperoleh dikeringkan dan ditimbang. pisang raja (8.31%) dan pisang siam (5.83%).
Serat sendiri tidak akan mengalami hidrolisis Kandungan gula yang tinggi pada pisang batu
meskipun dilakukan penambahan asam dan mungkin ada korelasinya terhadap keberadaan
basa kuat, sebab selulosa tidak dapat biji dalam buah pisang batu itu sendiri.
mengalami peristiwa mutarosi, yaitu peru- Menurut Forsyth (1980) dan Forster et al.
bahan serta-merta yang lambat dari rotasi (2003) gula yang umum ditemukan dalam
optis aktif. Hal ini dapat dijelaskan karena daging buah pisang masak adalah glukosa,
selulosa tidak memiliki karbon hemiasetal- fruktosa, dan sukrosa. Almatsier (2002) juga
selulosa. Bahkan tidak akan teroksidasi sekali- mekan bahwa dari ketiga komponen gula
pun oleh reagensia seperti Tollens. Dari terbesar buah pisang masak, fruktosa adalah
penetapan kadar serat kasar (Lampiran 8) dan jenis gula yang paling manis, yang sering
melalui pengujian LSD diketahui kadar serat disebut juga levusa atau gula buah. Baik
kasar daging buah pisang batu adalah 6.90%, fruktosa dan glukosa memiliki rumus kimia
dan nilai ini berbeda dengan serat pisang raja yang sama, C6H12O6 namun strukturnya
(4.08%) dan pisang siam (4.75%). berbeda. Susunan atom dalam fruktosa
Serat akhir-akhir ini banyak mendapat merangsang jonjot kecapan pada lidah
perhatian karena peranannya dalam mencegah sehingga menimbulkan rasa manis.
berbagai macam penyakit seperti konstipasi,
apendritis, divertikulitis, hemoroid, diabetes Asam Amino
melitus, kanker kolon, jantung koroner, dan
batu ginjal. Selain itu kekurangan serat makan Penentuan asam amino dengan KCKT
dihubungkan pula dengan berbagai penyakit dalam penelitian ini pada prinsipnya adalah
gastrointestinal (Almatsier 2002). Makanan dengan memanfaatkan reaksi pra kolom gugus
yang rendah serat menghasilkan feses yang amino yang ada pada contoh dengan pereaksi
keras dan kering yang sulit dikeluarkan dan ortoftalaldehida (OPA) sebagai senyawa
membutuhkan peningkatan tekanan saluran untuk menderivatisasi asam amino sehingga
cerna yang luar bisa untuk mengeluarkannya. akan membentuk suatu derivat asam amino
Makanan dengan kadar serat tinggi cenderung yang dapat menyerap sinar ultraviolet atau
meningkatkan bobot feses, menurunkan waktu mengalami fluoresensi. OPA akan bereaksi
transit di dalam saluran cerna, dan dapat dengan asam amino primer di dalam suasana
mengontrol metabolisme glukosa dan lipid basa yang mengandung merkaptoetanol mem-
(Almatsier 2002). bentuk senyawa yang dapat berfluoresensi
sehingga deteksinya dapat dilakukan dengan
Karbohidrat detektor fluoresens. Reaksinya dapat dijelas-
Karbohidrat memegang peranan penting di kan pada Gambar 5.
alam, karena merupakan sumber energi utama
yang semuanya berasal tumbuh-tumbuhan
bagi organisme heterotrof. Karbohidrat dalam
penelitian ini ditentukan dengan metode
O yang lebih lebih tinggi dibandingkan dengan
H
C H asam amino lainnya yang juga dianalisis.
+ R C NH2
C O Tabel 5 Komposisi asam amino daging buah
C H OH pisang (%) dengan KCKT

HO(CH2)2SH
O
asam amino Asam amino P. raja P. siam P. batu
ortoftalaldehida Asam aspartat 0.36 0.21 0.26
(OPA) Asam glutamat 0.37 0.26 0.23
Serina 0.17 0.11 0.14
Histidina* 0.09 0.06 0.06
Glisina 0.16 0.10 0.15
gugus yang berfluoresensi Treonina* 0.13 0.08 0.12
Arginina* 0.18 0.09 0.12
S (CH2)2OH Alanina 0.17 0.11 0.15
H Tirosina 0.04 0.03 0.03
N C R Metionina* 0.03 0.01 0.02
Valina* 0.21 0.10 0.12
C O Fenilalanina* 0.15 0.10 0.13
OH Isoleusina* 0.12 0.08 0.10
Leusina* 0.26 0.14 0.16
asam amino yang dapat berfluoresensi Lisina* 0.14 0.10 0.09
*asam amino esensial (AAE)
Gambar 5 Reaksi umum asam amino dengan
pereaksi OPA. Pada saat pemisahan dengan menggunakan
fasa gerak yang mulai polar barulah asam-
Sistem kromatografi yang digunakan asam amino dengan kepolaran yang rendah
adalah sistem kromatografi dengan elusi gra- keluar dari kolom, dan demikian seterusnya
dien. Artinya selama proses pemisahan, fasa sampai proses pemisahan selesai. Data hasil
gerak yang digunakan diubah-ubah derajat analisis komposisi asam amino daging buah
kepolarannya. Hal ini bertujuan untuk mem- pisang ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan
peroleh hasil pemisahan yang lebih baik. tabel tersebut diketahui semua kandungan
Eluen yang digunakan untuk pemisahan ada- asam amino pisang batu lebih rendah dari
lah eluen campuran, yaitu campuran antara pisang raja. Namun kandungan asam amino
larutan bufer A yang non polar (Na-asetat tertentu seperti asam aspartat, serina, glisina,
0.025 pH 6.5 M, Na-EDTA 0.05%, metanol treonina, arginina, alanina, metionina, valina,
9.00% dan THF 1.00% yang dilarutkan dalam fenilalanina isoleusina, dan leusina pisang
1 liter air HP) dan larutan bufer B yang polar batu lebih tinggi dari pisang siam. Golongan
(metanol 95% dan air HP) yang komposisi asam amino esensial yang ditemukan dalam
campurannya (derajat kepolaran) dibuat ber- konsentrasi agak tinggi dalam daging buah
beda selama proses pemisahan (Lampiran 3). pisang batu adalah leusina (0.16%) dan
Kolom kromatografi yang digunakan adalah fenilalanina (0.13%).
jenis kolom ultratechsphere, yaitu kolom
kromatografi yang bersifat non polar dengan Mineral
bahan pengisi kolom adalah octa decyl silane
(ODS) sebagai fasa diamnya yang bersifat non Analisis mineral dalam penelitian ini
polar. hanya meliputi mineral Ca, Fe, Mg, K, Na,
Pada awal pemisahan, komposisi fasa ge- Zn, Cu, Se, Mn, dan P (Lampiran 13). Hal ini
rak yang digunakan bersifat non polar (100 % mengacu pada Winarno (1997) dan Riana
larutan bufer A dan 0 % larutan bufer B). (2000) yang menyatakan bahwa mineral-
Karena kolom yang digunakan kolom non po- mineral tersebut merupakan mineral yang
lar dan fasa gerak juga non polar, maka asam umum dijumpai dalam bahan makanan.
amino yang akan terpisah dan keluar lebih Penentuan mineral ini (Lampiran 14)
dahulu dari kolom adalah asam-asam amino dilakukan tidak hanya pada daging buah saja,
yang memiliki derajat kepolaran yang tinggi, tapi juga dilakukan pada biji pisang batu.
sedangkan asam amino yang memiliki derajat Semua mineral ditentukan dengan SSA,
kepolaran yang rendah akan tertahan pada kecuali P yang analisisnya dilakukan dengan
kolom karena adanya interaksi terlebih dahulu spektrofotometri ultraviolet-tampak (Lampi-
dengan kolom (Lampiran 11 sdan 12). Dalam ran 14). Pada SSA, contoh diatomisasi
hal ini asam aspartat akan keluar terlebih menjadi unsur-unsurnya dengan nyala api,
dahulu dari kolom, karena memiliki kepolaran kemudian radiasi dari lampu katoda cekung
dilewatkan ke dalam contoh yang telah
diatomisasi. Lampu katoda cekung ini pengujian LSD, diketahui bahwa kandungan
sifatnya spesifik, yaitu bekerja hanya pada mineral Ca, Mg, Na, Zn, Cu, Mn, dan P pada
satu unsur saja. Metode yang dipakai adalah pisang batu berbeda terhadap pisang raja dan
metode standar internal. Maksudnya larutan pisang siam. Demikian pula halnya pisang raja
standar dan larutan contoh diukur serapannya, terhadap pisang siam. Mineral Fe pisang batu
dan didapatkan kurva standar. Konsentrasi nilainya berbeda terhadap pisang siam dan
contoh dihitung berdasarkan kurva standar. pisang raja. Kadar K pisang batu tidak
Tabel 6 menunjukkan nilai dan standar berbeda (sama saja) dengan kadar K pisang
deviasi konsentrasi mineral (ppm) dalam siam, namun berbeda bila dibandingkan
daging buah dan biji pisang. Dari tabel terhadap pisang raja. Untuk pisang raja dan
tersebut dapat dilihat bahwa mineral yang pisang siamnya sendiri kadar mineral
dominan terdapat dalam daging buah dan biji keduanya berbeda. Penetapan mineral pada
pisang adalah K. Mineral P hanya dominan biji pisang batu diketahui bahwa kandungan
terdapat pada daging buah dan biji pisang kalsiumnya jauh lebih tinggi dibandingkan
batu. Untuk K, ini sejalan dengan yang buah pisang, bahkan dengan pisang batunya
dilaporkan oleh Von Loesecke (1950) yang sendiri. Tingginya Ca ini diduga berasal dari
mekan bahwa kandungan mineral utama komponen penyusun kulit bijinya yang keras.
daging buah pisang adalah K, P, dan Fe. Jenis dan jumlah mineral yang dibutuhkan
Namun dalam penelitian ini mineral yang juga tubuh yang berasal dari makanan yang
terdapat secara dominan dalam tiap daging dikonsumsi sehari-hari jumlahnya tidak mu-
buah pisang adalah Mg, bukan Fe seperti yang dah didefinisikan, sebab jumlah dari hampir
dilaporkan. Dari ketiga jenis pisang yang semua mineral yang diserap tubuh sangat
dianalisis diketahui bahwa kandungan K bervariasi, tergantung dari jenis makanan
terbesar terdapat pada daging buah pisang yang dimakan. Namun kuantitas atau jumlah
siam, sedangkan P dan Mg terbesar terdapat mineral yang terlalu tinggi juga tidak baik
pada pisang batu. Berdasarkan uji F (Tabel 7) bagi tubuh, sebab akan mengurangi
untuk semua mineral kecuali Se (karena kemampuan tubuh dalam menyerap kuantitas
kandunganya rendah sehingga tidak dapat mineral lainnya. Dalam tubuh peranan mineral
dilakukan uji anova), dapat dijelaskan bahwa sangat penting, bersama dengan vitamin,
kandungan mineral-mineral tersebut dalam mineral merupakan bagian dari enzim (ko-
ketiga contoh jenis pisang yang dianalisis enzim) yang sangat diperlukan dalam men-
memiliki nilai yang berbeda, atau dengan kata jamin kelancaran proses metabolisme tubuh
lain adanya perbedaan jenis pisang secara normal.
mempengaruhi kandungan mineralnya. Dari

Tabel 6 Kandungan mineral daging buah dan biji pisang (ppm) hasil analisis secara
spektrofotometri
Mineral P. raja P. siam P. batu Biji P. Batu
Kalsium, Ca 128.731.09 94.100.57 167.040.46 2091.0737.33
Besi, Fe 33.843.32 27.950.64 95.1118.03 41.222.60
Magnesium, Mg 1362.842.47 986.4813.12 1622.3311.87 1473.410.51
Kalium, K 2784.379.96 4921.502.12 4208.682.59 3541.919.18
Natrium, Na 295.042.64 586.653.09 509.3816.60 451.490.32
Seng, Zn 39.080.23 61.900.57 <0.250.00 2.240.00
Tembaga, Cu 19.100.15 13.100.21 11.320.13 18.680.02
Selenium, Se <0.050.00 <0.050.00 <0.050.00 <0.050.00
Mangan, Mn 23.721.43 37.810.45 28.980.75 52.681.88
Fosforus, P 371.901.12 537.812.62 3214.170.00 3113.777.52
Tabel 7 Analisis varian dari kombinasi kadar mineral daging buah dan biji pisang untuk uji F
Mineral Jumlah Kuadrat dB Kuadrat Fhitung Ftabel
Ca 5325.499 2 2662.750 4652.310 9.552
Fe 5532.663 2 2766.331 24.660 9.552
Mg 408864.1 2 204432.029 1920.669 9.552
K 3671385 2 183592.488 27.474 9.552
Na 91297.293 2 45648.646 469.113 9.552
Zn 3886.163 2 1943.081 15703.782 9.552
Cu 66.436 2 33.218 1208.668 9.552
Mn 202.800 2 101.400 107.846 9.552
P 10179302.000 2 5089650.945 1878042 9.552
Hipotesis :
Ho: diduga bahwa nilai dari ketiga contoh pisang adalah sama
Hi: diduga bahwa nilai dari ketiga contoh berbeda
Pengujian hipotesis :
Jika:
Fhitung>Ftabel, maka Ho ditolak
Fhitung<Ftabel, maka Ho diterima

Tabel 8 Perbandingan keseluruhan (multiple comparison) kadar mineral daging buah pisang
dengan uji LSD (least significant difference)
Pisang Signifikansi
Pisang (I)
(J) Ca Fe Mg K Na Zn Cu Mn P
LSD P.raja P. siam 0.000* 0.617 0.000* 0.006* 0.000* 0.000* 0.000* 0.001* 0.000*
P. batu 0.000* 0.010* 0.000* 0.012* 0.000* 0.000* 0.000* 0.012* 0.000*
P. siam P. raja 0.000* 0.617 0.000* 0.006* 0.000* 0.000* 0.000* 0.001* 0.000*
P. batu 0.000* 0.008* 0.000* 0.221 0.004* 0.000* 0.002* 0.003* 0.000*
P. batu P. raja 0.000* 0.010* 0.000* 0.012* 0.000* 0.000* 0.002* 0.012* 0.000*
p. siam 0.000* 0.008* 0.000* 0.221 0.004* 0.000* 0.002* 0.003* 0.000*
*) perbedaan nilai signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Hipotesis :
Ho: nilai kadar mineral pisang (I) dan pisang (J) adalah tidak berbeda (sama saja)
Hi: nilai kadar mineral pisang (I) dan pisang (J) adalah berbeda
Pengujian hipotesis :
Jika:
signifikansi>0.05, maka Ho diterima
signifikansi<0.05, maka Ho ditolak

SIMPULAN DAN SARAN temukan dalam konsentrasi tinggi adalah P,


Ca, dan Mn.
Simpulan
Saran
Kandungan kimia daging buah pisang batu
seperti air, abu, serat, dan gula pereduksi lebih Sebaiknya dilakukan analisis komposisi
tinggi daripada daging buah pisang raja dan kimia lain seperti energi, asam folat, dan vita-
pisang siam, sedangkan komposisi kimia yang min (B1, B2, dan B6) agar informasi
lain lebih rendah seperti protein, lemak, dan mengenai kandungan kimia daging buah pi-
karbohidrat. sang batu menjadi lebih baik. Dengan ting-
Semua asam amino daging buah pisang ginya kandungan gula daging buah pisang
batu lebih rendah dari pisang raja. Asam batu, sebaiknya perlu dilakukan analisis lebih
amino esensial daging buah pisang batu yang lanjut mengenai jenis gula penyusunnya.
ditemukan dalam jumlah yang lebih besar Penentuan mineral dalam daging buah
daripada daging buah pisang siam adalah treo- pisang batu secara menyeluruh sebaiknya
nina, metionina, valina, fenilalanina, isoleu- menggunakan inductively coupled plasm mass
sina, leusina, dan lisina, sedangkan asam ami- spectrophotometry (ICPMS). Kandungan Ca
no yang non esensial yakni glisina, arginina, pada biji pisang batu jauh lebih tinggi
dan alanina. daripada daging buah pisang, bahkan terhadap
Kandungan mineral daging buah dan biji daging buah pisang batunya sendiri, maka
pisang batu relatif lebih tinggi daripada dapat dijadikan sebagai alternatif sumber kal-
daging buah pisang raja dan pisang siam. Pada sium baru.
biji pisang batu komponen mineral yang di-
DAFTAR PUSTAKA Margono T. 2000. Anggur Buah Pisang
Klutuk. Jakarta: Grasindo. hlm: 1-3.
Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nur MA, Adijuwana H. 1989. Teknik
Spektroskopi dalam Analisis Biologis.
Anonim. 1977. Buah-buahan. Bogor: Lem- Bogor: Depdikbud Dirjen Pendidikan
baga Biologi Nasional. hlm: 105. Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat, Institut Pertanian Bogor.
AOAC. 1999. Official Methods of Analysis of
AOAC International. Ed ke-8. Maryland: Palupi NS, Puspitasari NL. 1994. Pengaruh
AOAC International. serat makanan dan senyawa antinutrisi
dalam tempe terhadap ketersediaan
Bhattacharya SK, Ghosal S. 1987. Concerning mineral bagi tubuh. Laporan Penelitian.
The Antiulserogenic Action of Sito- Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
indosida IV, Phitotheraphy Research 1: Institut Pertanian Bogor.
95-96.
Daintith J. 1990. Kamus Lengkap Kimia. SS PPTA.1999. Petunjuk Teknis Program
Achmadi, penerjemah; Marias & DP Penelitian Uji Tanah hara P dan K. Bogor:
Sitohang, editor. Jakarta: Erlangga. Ter- Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
jemahan dari Concise Science Dictionary. Bogor.
hlm: 193.
Pramono S, Sudarsono. 1995. Mencari sumber
Forster M, Rodriguez ER, Martin JD, Romero pisang klutuk berkualitas standar sebagai
CD. 2003. Distribution of Nutrients in bahan baku obat antiulser di Yogyakarta.
Edible Banana Pulp. J of Food, Tech- Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat
nology and Biotechnology. 41(2):167-171. Tradisional Universitas Gajah Mada.

Forsyth WGC. 1980. Banana and Plantain. Riana. 2000. Nutrisi Pisang. WWW Asia Ma-
Dalam: Steven N & Philips ES. Ed. ya [terhubung berkala] .http://www.asia-
Tropical and Subtropical Fruit, Compa- maya.com/nutrients/pisang raja [26 Juni
rison, Properties and Uses. Wesport CT: 2005].
AVI Publishing.
Santoso B, Pramono S, Ngatidjan. 1991. Uji
Holme DJ, Peck H. 1993. Analitical Bio- kemanfaatan pisang klutuk sebagai obat
chemistry. Ed ke-2. New York: John gastritis. Yogyakarta: Pusat Penelitian
Wiley & Sons. Obat Tradisional, Universitas Gajah Mada.

Irbiati HH. 2002. Karakterisasi sifat Simmonds NW. 1996. Bananas. Ed ke-2.
fisikokimia dan mekanis daun pisang batu London: Longman.
sebagai bahan kemasan. [skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Sudarmadji SB, Haryono, Suhardi. 1996.
Pertanian Bogor. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Fakultas Tek-
Krause MV. 1961. Food, Nutrition, and Diet nologi Pertanian, Universitas Gajah Mada.
Theraphy. Philadelphia: WB Soundres.
Sumartini S, Kantasubrata J. 1992. Analisis
Krstulovic BPR. 1982. Reversed Phase High Proksimat 1 dan 2. Kursus Teknik Kimia
Performance Liquid Chromatography. Pangan, Bandung 13-21 Januari 1992.
Thoery, Practice, and Biomedical Appli- Bandung: P3KT-LIPI.
cation. New York: John Wiley.
Suyanti, Murtiningsih. 1991. Pengaruh
Leveille GA. 1997. The Role Dietary Fiber in blansir, asam sitrat, dan bisulfit terhadap
Nutrition and Health. Dalam: Hood L, tingkat kesukaan jam beberapa varietas
Wardrip E, Bollenback GN. Ed. pisang. Penelitian Hortikultura No. 30.
Carbohidrate and Health. Wesport CT: Solok: Balai Penelitian Hortikultura.
AVI Publishing.
Tjandrasari S. 1991. Pengaruh ekstrak pisang
klutuk (Musa bracycarpa Back) terhadap
ulkus lambung tikus karena salisilat
[skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi,
Universitas Gajah Mada.

Tjitrosoepomo G. 1988. Taksonomi umbuhan


(Spermatophyta). Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada Press. Hlm: 443-446.

Von Loesecke HW. 1950. Bananas. London:


Interscience.

Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.


Jakarta: Gramedia.

Zuhairini E. 1997. Budidaya Pisang Raja.


Jakarta: Trubus Agrisarana. hlm: 1-2.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan analisis proksimat

buah pisang batu masak


(Musa balbisiana Colla)

dikupas, dipisahkan dari biji


daging pisang biji pisang
dikering bekukan
(freeze dryer)

buah pisang raja masak buah pisang siam masak


(Musa paradisiaca var. sapientum L) (Musa paradisiaca var. normalis M)

dihaluskan

serbuk kadar air

daging pisang biji pisang


analisis proksimat

kadar karbohidrat kadar lemak kadar protein kadar serat kadar abu

analisis asam amino dengan KCKT analisis mineral dengan SSA


Lampiran 2 Komposisi pereaksi yang digunakan

Larutan Luff Schoorl


Sebanyak 25 g CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 100 ml air akuades. Sebanyak 50 g
asam sitrat dilarutkan dalam 50 ml air dan 388 g Na2CO3.10H2O dilarutkan dalam 300-
400 ml air mendidih. Larutan asam sitrat dituangkan ke dalam larutan Na2CO3.10H2O
sambil diaduk hati-hati hingga larutan homogen, selanjutnya ditambahkan larutan
CuSO4.5H2O dan diencerkan dengan akuades sampai 1 L.

Indikator BCG-MM (Conway)


Sebanyak 0.15 g indikator brom kresol hijau (BCG) dilarutkan dengan sedikit etanol.
Sebanyak 0.10 g indikator merah metil (MM) dilarutkan dengan sedikit etanol. Masing-
masing larutan ini dicampurkan dan diaduk hingga homogen, selanjutnya diencerkan
dengan etanol sampai 100 ml.

Pereaksi pewarna P
Dicampurkan sebanyak 1.06 g asam askorbat dan 100 ml pereaksi P pekat, kemudian
dijadikan 1 L dengan air murni.

Pereaksi P pekat :
Dilarutkan sebanyak 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam
labu ukur 1 L, lalu ditambahkan sebanyak 0.227 g K(SbO)C4H4O6.0.5H2O dan 140 ml
H2SO4 pekat secara perlahan. Selanjutnya dijadikan 1 L dengan air bebas ion.

Pengekstrak Bray dan Kurts I (larutan HCl 0.025 N + NH4F 0.025 N)


Sebanyak 0.926 g hablur NH4F dilarutkan dengan kurang lebih 600 ml air bebas ion.
ditambahkan 6.25 ml HCl 4N, kemudian diencerkan sampai 1 L.

Standar Pokok P 500 ppm


Sebanyak 2.1954 g KH2PO4 p.a (kering 40oC) dilarutkan dengan air bebas ion dalam
labu ukur 1 L. ditambah beberapa tetes kloroform. tera dengan air bebas ion.

Standar P 5 ppm
Dipipet 1 ml larutan standar P 500 ppm ke dalam labu ukur 100 ml, lalu diencerkan
dengan pengekstrak Bray dan Kurts hingga 100 ml.
Lampiran 3 Komposisi pereaksi dan sistem kromatografi yang digunakan pada analisis
asam amino dengan KCKT

Pereaksi Ortoftalaldehida (OPA)


Larutan stok pereaksi OPA
OPA : 50 mg
Metanol : 4 ml
Merkaptoetanol : 0.025 ml
Larutan Brij-30 30% : 0.050 ml
Bufer borat 1M pH 10.4 : 1 ml

Sebanyak 50 mg OPA dilarutkan dalam 4 ml metanol dan ditambahkan


merkaptoetanol. Campuran ini dikocok hati-hati, lalu ditambahkan larutan Brij-30 30%
dan 1 ml bufer borat 1 M pH 10.4. Larutan ini disimpan dalam botol berwarna gelap pada
suhu 4oC dan akan stabil selama 2 minggu.

Sistem Kromatografi
Fase gerak terdiri dari larutan bufer A dan bufer B. Larutan bufer A terdiri dari
komposisi Na-asetat (pH 6.5) 0.025 M. Na-EDTA 0.05 %. metanol 9.00 % dan THF 1.00
% yang dilarutkan dalam 1 liter air HP. Larutan bufer ini disaring dengan kertas saring
milipore 0.45 m dan akan stabil selama 5 hari pada suhu kamar bila disimpan dalam
botol berwarna gelap yang diisi dengan gas He atau Nitrogen. Bufer B terdiri dari
metanol 95 % dan air HP. Larutan ini kemudian disaring dengan kertas millipore 0.45
mikron. Larutan ini akan stabil dalam waktu tak terbatas.

Kondisi Alat
Peralatan KCKT yang digunakan diatur dengan kondisi sebagai berikut :
Kolom : ultratechspere
Laju aliran fasa gerak : 1 ml/menit
Detektor : fluoresensi
Fase gerak : larutan bufer A dan bufer B dengan gradien sebagai berikut :

Fase gerak larutan bufer A dan bufer B dengan elusi gradien


Waktu (menit) % Bufer B Waktu (menit) % Bufer B
0 0 20 0
1 0 22 0
2 15 26 15
5 15 28 15
13 42 38 42
15 42 20 42

Dari data yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara waktu elusi (menit) sebagai absis
dengan % bufer B sebagai ordinat.
Lampiran 4 Data penentuan kadar air contoh

Bobot (g) Kadar Air (%


Contoh
Basah Kering b/b)
Daging buah pisang raja 1730.8715 589.0708 68.97
Daging buah pisang siam 1921.0532 533.1150 72.25
Daging buah pisang batu 402.8229 69.4600 82.76
Biji pisang batu 130.2561 30.4149 76.65
Contoh perhitungan :
a-b
Kadar air (% b/b) = 100%
a
Keterangan : a = bobot contoh basah (g)
b = bobot contoh kering (g)

Lampiran 5 Data penentuan kadar abu contoh

Bobot Contoh Bobot Abu Kadar Abu


Contoh Ulangan
(g) (g) (% b/b)
1 2.0970 0.0369 1.76
2 2.1039 0.0374 1.78
Pisang raja
3 2.0093 0.0352 1.75
Rerata 1.76
1 2.0022 0.0345 1.72
2 2.0034 0.0342 1.71
Pisang siam
3 2.0165 0.0349 1.73
Rerata 1.72
1 2.0285 0.0426 2.10
2 2.0209 0.0426 2.10
Pisang batu
3 2.0718 0.0423 2.04
Rerata 2.08
1 2.0146 0.0632 3.14
2 2.0309 0.0630 3.10
Biji pisang batu
3 2.0134 0.0612 3.04
Rerata 3.09
Contoh perhitungan :
bobot abu
Kadar abu (% b/b) = 100%
bobot contoh
Lampiran 6 Data penetapan kadar protein contoh

Bobot Volume HCl Kadar N Kadar Protein


Contoh Ulangan
Contoh (g) (ml) (% b/b) (% b/b)
Pisang 1 0.2106 4.95 0.4067 2.54
raja 2 0.2264 4.90 0.4430 2.77
Rerata 0.4249 2.66
Pisang 1 0.2475 3.45 0.2301 1.44
siam 2 0.2140 3.35 0.2548 1.59
Rerata 0.2424 1.52
Pisang 1 0.2017 3.65 0.3064 1.92
batu 2 0.2101 3.70 0.2999 1.87
Rerata 0.3032 1.90
Blanko 1 0.000 1.10
Contoh perhitungan :

(A - B) 14.007 N
Kadar N (% b/b) =
bobot contoh (mg)
Kadar protein (% b/b) = 6.25 Kadar N

Keterangan : A = volume HCl untuk titrasi contoh (ml)


B = volume HCl untuk titrasi blanko (ml)
N = normalitas HCl (N)

Data standardisasi HCl oleh boraks pada penetapan protein


Volume HCl Konsentrasi HCl
Ulangan
(ml) (N)
1 5.75 0.0174
2 5.85 0.0171
3 5.75 0.0174
Rerata 0.0173
volume boraks = 10 ml

Bobot kristal (Na2B4O7. 10H2O) = 0.1908 g


Konsentrasi (Na2B4O7. 10H2O) = bobot kristal (g)
BE kristal (mol/L ekiv) volume larutan (ml)
0.1908 g
=
1 g 1L
381.40 ekiv 100 ml
2 mol 1000 ml
= 0.0100 N
(V N)
Konsentrasi HCl (N) = boraks
V
HCl
Lampiran 7 Data penetapan kadar lemak contoh

Bobot Contoh Bobot Lemak Kadar Lemak


Contoh Ulangan
(g) (g) (% b/b)
Pisang 1 3.0138 0.0225 0.75
raja 2 3.1520 0.0244 0.77
Rerata 0.76
Pisang 1 3.1330 0.0238 0.76
siam 2 3.0321 0.0240 0.79
Rerata 0.78
Pisang 1 3.0015 0.0131 0.44
batu 2 3.0045 0.0142 0.47
Rerata 0.46
Contoh perhitungan :
bobot lemak
Kadar lemak (% b/b) = 100%
bobot contoh

Lampiran 8 Data penetapan kadar serat kasar contoh

Bobot Contoh Bobot serat Kadar Serat (%


Contoh Ulangan
(g) (g) b/b)
1 5.1137 0.2075 4.06
Pisang
2 5.0015 0.2028 4.05
raja
3 5.0523 0.2080 4.12
Rerata 4.08
1 5.0634 0.2406 4.75
Pisang
2 5.0120 0.2403 4.79
siam
3 5.0127 0.2358 4.70
Rerata 4.75
1 5.0466 0.3496 6.93
Pisang
2 5.0289 0.3465 6.89
batu
3 5.0143 0.3445 6.87
Rerata 6.90
Contoh perhitungan :
bobot serat
Kadar serat kasar (% b/b) = 100%
bobot contoh
Lampiran 9 Data perhitungan kadar karbohidrat contoh berdasarkan metode selisih

Kadar Proksimat (%b/b)


Contoh
Air Abu Protein Lemak Serat Kasar Karbohidrat
Pisang
68.97 1.76 2.66 0.76 4.08
raja 21.77
Pisang
72.25 1.72 1.52 0.78 4.75
siam 18.98
Pisang
82.76 2.08 1.90 0.46 6.90
batu 5.9
Contoh perhitungan :
Pisang raja :
Kadar Karbohidrat (%b/b) = 100% - [kadar air (%b/b) + kadar lemak (%b/b) +
kadar abu (%b/b) + kadar protein (%b/b) + kadar serat
kasar (%b/b)]
= 100% - [68.97% + 0.76% + 1.76% + 2.66% + 4.08%]

Lampiran 10 Data penentuan kadar gula pereduksi contoh

Kadar Gula
Volume Na2S2O3 Bobot
Contoh Ulangan Pereduksi
(ml) Glukosa (g)
(% b/b)
1 18.90 0.8503 8.3220
Pisang raja 2 18.90 0.8503 8.3220
3 18.95 0.8459 8.2789
Rerata 0.8488 8.3076
1 21.95 0.5843 5.8186
Pisang
2 21.95 0.5843 5.8186
siam
3 21.90 0.5887 5.8624
Rerata 0.5858 5.8332
Blanko 1 28.65
1 13.60 1.1960 11.8480
Pisang
2 13.60 1.1960 11.8480
batu
3 13.80 1.1782 11.6717
Rerata 1.1901 11.7892
Blanko 1 27.05
Keterangan :
Bobot contoh pisang raja = 10.2175 g
Bobot contoh pisang siam = 10.0420 g
Bobot contoh pisang batu = 10.0945 g

Contoh perhitungan :
pisang batu :
Bobot glukosa (g) = (V V ) N BE fp
b c tiosulfat glukosa
0,0988 mol 90 g 50ml 1L
= (27.05 - 13.60) ml ekiv ekiv = 1.960 g
1L mol 5ml 1000 ml
Lanjutan Lampiran 10

bobot glukosa
Kadar gula pereduksi (%b/b) = 100%
bobot contoh
1.1960 g
= 100%
10.0945 g
= 11.8480 % b/b

Data standardisasi Na2S2O3 oleh KIO3 pada penentuan kadar gula pereduksi
pisang raja dan pisang siam
Volume Na2S2O3 Konsentrasi
Ulangan
(ml) Na2S2O3 (N)
1 10.30 0.0972
2 10.35 0.0967
3 10.35 0.0967
Rerata 0.0969
volume KIO3 = 10 ml

Bobot kristal KIO3 = 0.1783 g


bobot kristal (g)
Konsentrasi KIO3 =
bobot ekivalen (mol/L ekiv) volume larutan (ml)
0.1785 g
=
1 1L
214.02 g/mol ekiv 50 ml
6 1000 ml
= 0.1001 N

(V N)
Konsentrasi Na2S2O3 (N) = KIO
3
V
Na S O
2 2 3

Data standardisasi Na2S2O3 oleh KIO3 pada penentuan gula pereduksi pisang batu
Volume Na2S2O3 Konsentrasi
Ulangan
(ml) Na2S2O3 (N)
1 10.20 0.0985
2 10.15 0.0990
3 10.15 0.0990
Rerata 0.0988
volume KIO3 = 10 ml
bobot kristal KIO3 = 0.1792 g
Lampiran 11 Data penentuan asam amino contoh dengan KCKT
Rt (menit) Luas Area Konsentrasi (%b/b)
AA
Standar P. raja P. siam P. batu Standar P. raja P. siam P. batu P. raja P. siam P. batu
Asp 1.450 1.472 1.462 1.462 469865 472378 306087 373706 0.36 0.21 0.26
Glu 1.883 1.925 1.912 1.905 497474 463813 363868 322941 0.37 0.26 0.23
Ser 4.375 4.343 4.317 4.318 534275 320742 228306 287649 0.17 0.11 0.14
His 5.592 5.455 5.403 5.397 428757 127313 94307 85394 0.09 0.06 0.06
Gly 6.958 6.740 6.648 6.628 472783 370846 254499 370765 0.16 0.10 0.15
Thr 7.442 7.303 7.238 7.225 480063 192759 137913 197053 0.13 0.08 0.12
Arg 9.358 9.213 9.157 9.157 471224 176574 104300 129845 0.18 0.09 0.12
Ala 10.033 9.885 9.837 9.827 432637 299054 227453 290986 0.17 0.11 0.15
Tir 11.500 11.392 11.368 11.357 414511 35496 24807 24437 0.04 0.03 0.03
Met 14.900 14.855 14.847 14.845 400989 32976 15285 21785 0.03 0.01 0.02
Val 15.175 15.145 15.147 15.143 473555 317522 164633 196136 0.21 0.10 0.12
Phe 16.142 16.155 16.178 16.177 356742 120621 83986 112980 0.15 0.10 0.13
Ile 17.625 17.668 17.697 17.705 444972 144845 108614 131739 0.12 0.08 0.10
Leu 18.292 18.318 18.355 18.375 383628 277470 169725 196371 0.26 0.14 0.16
Lys 21.675 20.968 21.018 21.02 8229 73256 60511 54627 0.14 0.10 0.09

Data bobot contoh pisang pada penentuan asam amino buah pisang dengan KCKT
Contoh Bobot Contoh (mg)
Pisang raja 92.10
Pisang siam 102.40
Pisang batu 102.30
Contoh Perhitungan :
Asam Aspartat

Luas puncak standar = 469865


Luas puncak contoh = 472378
Bobot contoh pisang = 92.10 mg = 92100 g
Mr asam aspartat = 133.1 g/mol
Konsentrasi standar = 0.5 mol/ml
Volume contoh = 5 ml

luas puncak contoh


mol AA = konsentrasi standar volumecontoh
luas puncak standar
472378
= 0.5 mol/ml 5 ml
469865
= 2.5134 mol

mol AA Mr AA
% AA dalam contoh = 100%
g contoh
2.5134 mol 133.1 g/mol
= 100%
92100 g
= 0.36 %b/b
Lampiran 12 Kromatogram KCKT asam amino (a) standar, (b) pisang raja, (c) pisang
siam, dan (d) pisang batu

a b

c d
Lampiran 13 Data penentuan mineral daging buah dan biji pisang dengan
spektrofotometri
Konsentrasi Terbaca (ppm) Konsentrasi Mineral Dalam Bobot Kering
Bobot Mineral (mg)
dari Spektrofotometer
ner

Ulangan
Mi

%b/b ppm
al

raja siam batu biji raja siam batu biji raja siam batu biji raja siam batu biji
1 5.12 3.78 6.68 82.95 0.2560 0.1890 0.3340 4.1475 0.0128 0.0094 0.0167 0.2065 127.96 94.50 166.72 2064.67
Ca 2 5.19 3.76 6.75 84.94 0.2595 0.1880 0.3375 4.2470 0.0129 0.0094 0.0167 0.2117 129.50 93.70 167.37 2117.47
Rerata 0.2578 0.1885 0.3358 4.1973 0.0129 0.0094 0.0167 0.2091 128.73 94.10 167.04 2091.07
1 1.26 1.10 3.30 1.73 0.0630 0.0550 0.1650 0.0865 0.0031 0.0027 0.0082 0.0043 31.49 27.50 82.36 43.06
Fe 2 1.45 1.14 3.35 1.58 0.0725 0.570 0.2175 0.0790 0.0036 0.0028 0.0108 0.0039 36.18 28.41 107.86 39.39
Rerata 0.0678 0.0560 0.1913 0.0828 0.0034 0.0028 0.0095 0.0041 33.84 27.95 95.11 41.22
1 54.46 39.09 65.34 59.21 2.7230 1.9545 3.2373 2.2905 0.1361 0.0977 0.1631 0.1474 1361.09 977.20 1630.73 1473.77
Mg 2 54.69 39.96 65.09 59.09 2.7345 1.9980 3.2545 2.9545 0.1365 0.0996 0.1614 0.1473 1364.59 995.76 1613.94 1473.05
Rerata 2.7288 1.9763 3.2608 2.9575 0.1363 0.0986 0.1622 0.1473 1362.82 986.48 1622.33 1473.41
1 111.69 196.81 168.56 142.56 5.5845 9.8405 8.4280 7.1280 0.2791 0.4920 0.4207 0.3548 2791.41 4920.00 4206.85 3548.39
K 2 111.31 197.56 169.81 141.82 5.5655 9.8780 8.4905 7.0910 0.2777 0.4923 0.4211 0.3535 2777.33 4923.00 4210.51 3535.41
Rerata 5.5750 9.8593 8.4593 7.1095 0.2784 0.4922 0.4209 0.3542 2784.37 4921.50 4208.68 3541.91
1 11.88 23.38 20.88 18.13 0.5940 1.1690 1.0440 0.9065 0.0297 0.0584 0.0521 0.0451 296.91 584.47 521.11 451.26
Na 2 11.75 23.63 20.07 18.12 0.5875 1.1815 1.0035 0.9060 0.0293 00589 0.0498 0.0452 293.18 588.84 497.64 451.71
Rerata1 0.4408 1.1753 1.0238 0.9063 0.0295 0.0587 0.0509 0.0452 295.04 586.65 509.38 451.49
1 1.57 2.46 <0.01 0.09 0.0785 0.1230 <0.0001 0.0045 0.0039 0.0061 0.0000 0.0002 39.24 61.50 <0.25 2.24
Zn 2 1.56 2.50 <0.01 0.09 0.0780 0.1250 <0.0001 0.0045 0.0039 0.0062 0.0000 0.0002 38.92 62.30 <0.25 2.24
Rerata 0.0780 0.1240 <0.0001 0.0045 0.0039 0.0062 0.0000 0.0002 39.08 61.90 <0.25 2.24
1 0.76 0.53 0.45 0.75 0.0380 0.0265 0.0225 0.0375 0.0019 0.0013 0.0011 0.0019 18.99 13.25 11.23 18.67
Cu 2 0.77 0.52 0.46 0.76 0.0385 0.0260 0.0230 0.0375 0.0019 0.0013 0.0011 0.0019 19.21 12.96 11.41 18.70
Rerata 0.0383 0.0263 0.0228 0.0375 0.0019 0.0013 0.0011 0.0019 19.10 13.10 11.32 18.68
1 <0.002 <0.002 <0.002 <0.002 <0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
Se 2 <0.002 <0.002 <0.002 <0.002 <0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
Rerata <0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
1 0.99 1.50 1.14 2.17 0.0495 0.0750 0.0570 0.1085 0.0025 0.0037 0.0028 0.0054 24.74 37.50 28.45 54.01
Mn 2 0.91 1.53 1.19 2.06 0.0455 0.0765 0.0595 0.1030 0.0023 0.0038 0.0030 0.0051 22.71 38.13 29.51 51.35
Rerata 0.0475 0.0758 0.0583 0.1058 0.0024 0.0038 0.0029 0.0053 23.72 37.81 28.98 52.68
1 47.31 67.58 404.76 393.91 0.9463 1.3517 8.0952 7.8782 0.0373 0.0540 0.3214 0.3119 372.69 539.66 3214.17 3119.09
P 2 47.11 67.12 404.76 392.57 0.9423 1.3424 8.0952 7.8513 0.0371 0.0536 0.3214 0.3108 371.11 535.95 3214.17 3108.46
Rerata 0.9443 1.3471 8.0952 7.8648 0.0371 0.0538 0.3214 0.3114 371.90 537.81 3214.17 3113.77
Lampiran 14 Data penentuan konsentrasi mineral daging buah dan biji buah pisang
secara spektrofotometri serapan atom (SSA)

Bobot contoh :
Pisang raja ulangan 1 = 2.0006 g Pisang raja ulangan 2 = 2.0039 g
Pisang siam ulangan 1 = 2.0001 g Pisang siam ulangan 2 = 2.0065 g
Pisang batu ulangan 1 = 2.0034 g Pisang batu ulangan 2 = 2.0165 g
Biji pisang batu ulangan 1 = 2.0088 g Biji pisang batu ulangan 2 = 2.0057 g

Keterangan :
Semua contoh diabukan, lalu abu yang diperoleh dilarutkan dengan 10 ml HNO3 pekat
lalu diencerkan dengan air deionisasi sampai volumenya tepat 50 ml. Jadi data pada tabel
diatas hanya menyatakan konsentrasi mineral di dalam 50 ml contoh. Sedangkan
konsentrasi masing-masing mineral dalam tiap contoh kering (sebelum diabukan) dapat
diketahui dengan cara mengkonversikannya ke dalam bobot contoh kering:

Contoh Perhitungan : pisang batu ulangan 1

1L
bobot Mn = 50 ml ppm Mn
1000 ml
1L
= 50 ml 1.14 mg/L
1000 ml
= 0.0570 mg

bobot Mn
%b/b = 100%
bobot contoh
0.0570 mg 1g
= 100%
2.0034 g 1000 mg
= 0.0028 %

ppm Ca = %b/b 10000 = 28.45 ppm

Data konsentrasi larutan standar pada penentuan Mn


dalam daging buah dan biji pisang dengan SSA
Contoh Konsentrasi (ppm) Absorbans
Blanko 0.000 0.000
Standar 1 1.000 0.134
Standar 2 2.000 0.252
Standar 3 3.000 0.369
Standar 4 4.000 0.493
Standar 5 5.000 0.607
Lanjutan Lampiran 14

Kurva standar Mn pada penentuan mineral dalam daging buah dan biji pisang dengan
SSA

0.700
0.600 y = 0.1208x - 0.1137
R2 = 0.9995
0.500
Absorbans

0.400

0.300
0.200
0.100
0.000
0 1 2 3 4 5

Konsentrasi Standar Mn

Lampiran 15 Data penentuan P tersedia contoh dengan metode Bray I

absorbans larutan standar penentuan P dengan metode Bray I


Konsentrasi Larutan
%T A
Standar P (ppm)
0.0 90.6 0.0429
1.0 63.2 0.1993
2.0 39.2 0.4067
3.0 24.8 0.6055
4.0 10.8 0.9666
5.0 7.4 1.1308
Contoh perhitungan :
T 90.6
A = log = log = 0.0429
100 100

Data penentuan panjang gelombang maksimum pada penentuan P Tersedia daging buah
dan biji pisang dengan Metode Bray I
8.0

7.0

6.0

5.0
Absorbans

4.0

3.0

2.0

1.0 maks = 693


0.0
5 7 9 1 3 5 7 9
68 68 68 69 69 69 69 69
Panjang Gelom bang (nm )
Lanjutan Lampiran 15

Kurva standar P pada penentuan P tersedia dalam daging buah dan biji pisang
dengan metode Bray I

1.2000 y = 0.2269x - 0.2354


R2 = 0.9852
1.0000

0.8000
Absorban

0.6000

0.4000

0.2000

0.0000
0.5 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
-0.2000

Konsentrasi Standar P (ppm)

Data transmitan dan absorbans larutan pada penentuan P tersedia dalam contoh
dengan metode Bray I
dengan metode Konsentrasi
Bray I Ulangan fp %T A (ppm)
Contoh
1 12.5 23.8 0.6234 47.3129
Pisang raja
2 12.5 24.0 0.6198 47.1126
Rerata 47.2128
1 12.5 10.2 0.9914 67.5848
Pisang siam
2 12.5 10.4 0.9830 67.1202
Rerata 67.3525
1 312.5 87.4 0.0585 404.7606
Pisang batu
2 312.5 87.4 0.0585 404.7606
Rerata 404.7606
1 312.5 89.0 0.0506 393.9098
Biji pisang batu
2 312.5 89.2 0.0496 392.5671
Rerata 393.2384
volume ekstrak = 20 ml

Berdasarkan kurva standar P diperoleh persamaan garis linear yaitu :


y = 0.2269x -0.2354, dengan y adalah nilai absorbans larutan dan x adalah konsentrasi
larutan. Berdasarkan persamaan garis ini dapat diperoleh konsentrasi contoh.

Contoh Perhitungan :
Pisang Raja :
y = 0.2269 -0.2354
y + 0.2354
= fp
0.2269
0.6234 + 0.2354 25
=
0.2269 2
= 47.3129 ppm
Lanjutan Lampiran 15

Data konversi kandungan ppm P tersedia dalam contoh


ke dalam bobot kering
P per bobot kering :
ppm P
Contoh Ulangan Bobot P Konsentrasi
(dalam larutan) ppm P
(mg) (%b/b)
Pisang 1 47.3129 0.9463 0.0373 372.69
raja 2 47.1126 0.9423 0.0371 371.11
Rerata 0.9443 0.0372 371.90
Pisang 1 67.5848 1.3517 0.0540 539.66
siam 2 67.1202 1.3424 0.0536 535.95
Rerata 1.3471 0.0538 537.81
Pisang 1 404.7606 8.0952 0.3214 3214.17
batu 2 404.7606 8.0952 0.3214 3214.17
Rerata 8.0952 0.3214 3214.17
Biji p. 1 393.9098 7.8782 0.3119 3119.09
batu 2 392.5671 7.8513 0.3108 3108.46
Rerata 7.8648 0.3114 3113.77

Bobot contoh :
Pisang raja = 2.5390 g Pisang batu = 2.5186 g
Pisang siam = 2.5047 g Biji pisang batu = 2.5258 g

Contoh perhitungan :
Pisang raja :
1L
bobot P = 20 ml konsentrasi P (ppm)
1000 ml
1L
= 20 ml 47.3129 mg/L
1000 ml
= 0.9463 mg

bobot P (mg)
% b/b = 100%
bobot contoh (mg)
0.9463 mg
= 100% = 0.0373 %
2539 mg

ppm P = %b/b 10000


Lampiran 16 Data pengujian statistika dengan program SPSS

Analisis statistika kadar abu pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar abu


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 3 1.7633 1.52810-2
pisang siam 3 1.7200 1.00010-2
pisang batu 3 2.0800 3.46410-2
Total 9 1.8544 0.1713

Data uji homogenitas varian


Nilai Levene dB1 dB2 Signifikansi
4.621 2 6 0.061

Ho: diduga bahwa ketiga varian adalah sama


Hi: diduga ketiga varian berbeda
Pengujian hipotesis:
jika signifikansi>0.05, maka Ho diterima
jika signifikansi<0.05, maka Ho ditolak

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai uji Levene adalah 4.621 dengan signifikansi
0.061. Jadi signifikansi>0.05, dengan demikian Ho diterima.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga varian tersebut adalah sama.

Data ANOVA kadar abu


Jumlah Rerata
Variabel dB Fhitung Signifikansi
Kuadrat Kuadrat
kombinasi
semua 0.232 2 0.116 226.717 0.000
pisang

Perhitungan Anova baru bisa dilanjutkan jika ketiga varian dari ketiga variabel (contoh
pisang) adalah sama. Untuk kadar abu varian ketiga variabel sama, ini terbukti dari uji
Levane.

Uji F:
Ho: diduga bahwa nilai rerata dari ketiga contoh pisang adalah sama
Hi: diduga bahwa nilai rerata dari ketiga contoh pisang berbeda
Pengujian hipotesis:
jika Fhitung>Ftabel, maka Ho ditolak
jika Fhitung<Ftabel, maka Ho diterima
Ftabel pada pada tingkat signifikansi 0.05 (95%) dengan numerator (jumlah varibel 1) =
2, dan denumerator (jumlah cacah/kasus jumlah variabel) yaitu 9-3 = 6 adalah 5.143.
Dari hasil perhitungan diperoleh F hitung = 226.717 dengan signifikansi 0.0000.
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rerata kadar abu pada ketiga jenis pisang secara
signifikan berbeda.
Dari pengujian anova (uji F) diketahui bahwa kadar abu dari ketiga jenis pisang memiliki
perbedaan, untuk mengetahui lebih lanjut sejauh mana tingkat perbedaan antara nilai
rerata kadar abu pisang batu terhadap pisang raja, dan pisang batu terhadap pisang siam,
maka dilakukan uji LSD (least significant difference).

Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)


(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam 4.33310-2 1.84610-2 0.057
P. batu -0.3167* 1.84610-2 0.000
P. siam P. raja -4.333310-2 1.84610-2 0.057
P. batu -0.3600* 1.84610-2 0.000
P. batu P. raja 0.3167* 1.84610-2 0.000
P. siam 0.3600* 1.84610-2 0.000
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar abu pisang batu terhadap pisang raja:

Ketentuan uji signifikansi:


Jika signifikansi>0.05, maka Ho diterima
Jika signifikansi<0.05, maka Ho ditolak

Dari signifikansi tercantum nilai 0.000. Jadi signifikansi 0.000<0.05, dengan


demikian Ho ditolak. Ini menunjukkan bahwa nilai rerata kadar abu pisang batu
terhadap pisang raja adalah berbeda.

Perbedaan nilai rerata kadar abu pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar abu pisang batu berbeda terhadap kadar abu pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar abu pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.057)>0.05, maka terima Ho.
Jadi nilai rerata kadar abu pisang raja tidak berbeda terhadap kadar abu pisang siam.

Analisis statistika kadar protein pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar protein


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 2.6550 0.1626
pisang siam 2 1.5150 0.1061
pisang batu 2 1.8950 3.53610-2
Total 6 2.0217 0.5266
Data ANOVA kadar protein
Jumlah Rerata
Variabel dB Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat Kuadrat
kombinasi
1.348 2 0.674 51.902 9.552 0.005
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar protein pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.

Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)


(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam 1.1400* 0.1139 0.002
P. batu 0.7600* 0.1139 0.007
P. siam P. raja -1.1400* 0.1139 0.002
P. batu -0.3800* 0.1139 0.045
P. batu P. raja -.7600* 0.1139 0.007
P. siam 0.3800* 0.1139 0.045
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar protein pisang batu terhadap pisang raja:
signifikansi (0.007)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar protein pisang batu berbeda terhadap protein abu pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar protein pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.045)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar protein pisang batu berbeda terhadap kadar protein pisang
siam.

Perbedaan nilai rerata kadar protein pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.002)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar protein pisang raja berbeda terhadap kadar protein pisang
siam.

Analisis statistika kadar lemak pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar lemak


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 0.7600 1.41410-2
pisang siam 2 0.7750 2.12110-2
pisang batu 2 0.4550 2.12110-2
Total 6 0.6633 0.1622

Data ANOVA kadar lemak


Jumlah
Variabel dB Rerata Kuadrat Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat
kombinasi
0.130 2 6.52210-2 177.864 9.552 0.001
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar lemak pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
ta perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam -1.500010-2 1.91510-2 0.491
0.3050* -2 0.001
P. batu 1.91510
-2 -2
P. siam P. raja 1.500010 1.91510 0.491
0.3200* -2 0.000
P. batu 1.91510
-0.3050* -2 0.001
P. batu P. raja 1.91510
P. siam -0.3200* 1.91510-2 0.000
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar lemak pisang batu terhadap pisang raja:
signifikansi (0.001)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar lemak pisang batu berbeda terhadap kadar lemak pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar lemak pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar lemak pisang batu berbeda terhadap kadar lemak pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar lemak pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.0491)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar lemak pisang raja berbeda terhadap kadar lemak pisang siam.

Analisis statistika kadar serat kasar pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar serat kasar


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 3 4.0767 3.78610-2
pisang siam 3 4.7467 4.50910-2
pisang batu 3 6.8967 3.05510-2
Total 9 5.2400 1.2764

Data ANOVA kadar serat kasar


Jumlah Rerata
Variabel dB Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat Kuadrat
kombinasi
13.024 2 6.512 4439.932 5.143 0.000
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar serat kasar pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam -0.6700* 3.12710-2 0.000
-2.8200* -2 0.000
P. batu 3.12710
-2 0.000
P. siam P. raja 0.6700* 3.12710
-2.1500* -2 0.000
P. batu 3.12710
2.8200* -2 0.000
P. batu P. raja 3.12710
P. siam 2.1500* 3.12710-2 0.000
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar serat kasar pisang batu terhadap pisang raja:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar serat kasar pisang batu berbeda terhadap kadar serat kasar
pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar serat kasar pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar serat kasar pisang batu berbeda terhadap kadar serat kasar
pisang siam.

Perbedaan nilai rerata serat kasar pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar serat kasar pisang raja berbeda terhadap kadar serat kasar
pisang siam.

Analisis statistika kadar gula pereduksi pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar gula pereduksi


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 3 8.3067 2.30910-2
pisang siam 3 5.8333 2.30910-2
pisang batu 3 11.7900 0.1039
Total 9 8.6433 2.5922

Data ANOVA kadar gula pereduksi


Jumlah Rerata
Variabel dB Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat Kuadrat
kombinasi
53.733 2 26.866 6792.076 5.143 0.000
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar gula pereduksi pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam 2.4733* 5.13510-2 0.000
-3.4833* -2 0.000
P. batu 5.13510
-2 0.000
P. siam P. raja -2.4733* 5.13510
-5.9567* -2 0.000
P. batu 5.13510
3.4833* -2 0.000
P. batu P. raja 5.13510
P. siam 5.9567* 5.13510-2 0.000
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar gula pereduksi pisang batu terhadap pisang raja:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar gula pereduksi pisang batu berbeda terhadap kadar gula
pereduksi pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar gula pereduksi pisang batu terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar gula pereduksi pisang batu berbeda terhadap kadar gula
pereduksi pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar gula pereduksi pisang raja terhadap pisang siam:
signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar gula pereduksi pisang raja berbeda terhadap kadar gula
pereduksi pisang siam.

Analisis statistika kadar Ca pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar Ca


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 128.7300 1.0889
pisang siam 2 94.1000 0.5657
pisang batu 2 167.0450 0.4596
Total 6 129.9583 32.6411

Data ANOVA kadar Ca


Jumlah Rerata
Variabel dB Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat Kuadrat
kombinasi
5325.499 2 2662.750 4652.310 9.552 0.000
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar Ca pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam 34.6300* 0.7565 0.000
P. batu -38.3150* 0.7565 0.000
P. siam P. raja -34.6300* 0.7565 0.000
P. batu -72.9450* 0.7565 0.000
P. batu P. raja 38.3150* 0.7565 0.000
P. siam 72.9450* 0.7565 0.000
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar Ca pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Ca pisang batu berbeda terhadap kadar Ca pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar Ca pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Ca pisang batu berbeda terhadap kadar Ca pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar Ca pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Ca pisang raja berbeda terhadap kadar Ca pisang siam.

Analisis statistika kadar Fe pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar Fe


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 33.8350 3.3163
pisang siam 2 27.9550 0.6435
pisang batu 2 95.1100 18.0312
Total 6 52.3000 34.2613

Data ANOVA kadar Fe


Jumlah Rerata
Variabel dB Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat Kuadrat
kombinasi
5532.663 2 2766.331 24.660 9.552 0.014
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar Fe pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam 5.8800 10.5915 0.617
P. batu -61.2750* 10.5915 0.010
P. siam P. raja -5.8800 10.5915 0.617
P. batu -67.1550* 10.5915 0.008
P. batu P. raja 61.2750* 10.5915 0.010
P. siam 67.1550* 10.5915 0.008
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar Fe pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.010)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Fe pisang batu berbeda terhadap kadar Fe pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar Fe pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.008)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Fe pisang batu berbeda terhadap kadar Fe pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar Fe pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.617)>0.05, maka terima Ho.
Jadi nilai rerata kadar Fe pisang raja tidak berbeda terhadap kadar Fe pisang siam.

Analisis statistika kadar Mg pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar Mg


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 1362.8400 1.75000
pisang siam 2 986.4800 9.2800
pisang batu 2 1622.3350 8.3950
Total 6 1323.8850 116.7880

Data ANOVA kadar Mg


Jumlah Ftabel (2 ;
Variabel dB Rerata Kuadrat Fhitung Signifikansi
Kuadrat 3)
kombinasi
408864.1 2 204432.029 1920.669 9.552 0.000
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar Mg pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam 376.3600* 10.3169 0.000
P. batu -259.4950* 10.3169 0.000
P. siam P. raja -3.76.3600* 10.3169 0.000
P. batu -635.8550* 10.3169 0.000
P. batu P. raja 259.4950* 10.3169 0.000
P. siam 635.8550* 10.3169 0.000
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar Mg pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Mg pisang batu berbeda terhadap kadar Mg pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar Mg pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Mg pisang batu berbeda terhadap kadar Mg pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar Mg pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Mg pisang raja berbeda terhadap kadar Mg pisang siam.

Analisis statistika kadar K pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar K


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 2784.3700 9.9561
pisang siam 2 4606.5000 447.5986
pisang batu 2 4208.6800 2.5880
Total 6 3866.5167 879.9813

Data ANOVA kadar K


Jumlah
Variabel dB Rerata Kuadrat Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat
kombinasi
3671385 2 183592.488 27.474 9.552 0.012
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar K pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam -1822.1300* 258.4894 0.006
P. batu -1424.3100* 258.4894 0.012
P. siam P. raja 1822.1300* 258.4894 0.006
P. batu 397.8200 258.4894 0.221
P. batu P. raja 1424.3100* 258.4894 0.012
P. siam -397.8200 258.4894 0.221
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar K pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.012)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar K pisang batu berbeda terhadap kadar K pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar K pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.221)>0.05, maka terima Ho.
Jadi nilai rerata kadar K pisang batu tidak berbeda terhadap kadar K pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar K pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.006)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar K pisang raja berbeda terhadap kadar K pisang siam.

Analisis statistika kadar Na pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar Na


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 295.0450 2.6375
pisang siam 2 586.6550 3.0901
pisang batu 2 509.3750 16.5958
Total 6 463.6917 135.3434

Data ANOVA kadar Na


Jumlah
Variabel dB Rerata Kuadrat Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat
kombinasi
91297.293 2 45648.646 469.113 9.552 0.000
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar Na pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam -291.6100* 9.8645 0.000
P. batu -214.3300* 9.8645 0.000
P. siam P. raja 291.6100* 9.8645 0.000
P. batu 77.2800* 9.8645 0.004
P. batu P. raja 214.3300* 9.8645 0.000
P. siam -77.2800* 9.8645 0.004
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar Na pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Na pisang batu berbeda terhadap kadar Na pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar Na pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.004)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Na pisang batu berbeda terhadap kadar Na pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar Na pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Na pisang raja berbeda terhadap kadar Na pisang siam.

Analisis statistika kadar Zn pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar Zn


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 39.0800 0.2263
pisang siam 2 61.9000 0.5657
pisang batu 2 0.2500 0.0000
Total 6 33.7433 27.8802

Data ANOVA kadar Zn


Jumlah
Variabel dB Rerata Kuadrat Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat
kombinasi
3886.163 2 1943.081 15703.782 9.552 0.000
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar Zn pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam -22.8200* 0.3518 0.000
P. batu 38.8300* 0.3518 0.000
P. siam P. raja 22.8200* 0.3518 0.000
P. batu 61.6500* 0.3518 0.000
P. batu P. raja -38.8300* 0.3518 0.000
P. siam -61.6500* 0.3518 0.000
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar Zn pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Zn pisang batu berbeda terhadap kadar Zn pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar Zn pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Zn pisang batu berbeda terhadap kadar Zn pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar Zn pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Zn pisang raja berbeda terhadap kadar Zn pisang siam.

Analisis statistika kadar Cu pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar Cu


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 19.1000 0.1556
pisang siam 2 13.1050 0.2051
pisang batu 2 11.3200 0.1273
Total 6 14.5083 3.6374

Data ANOVA kadar Cu


Jumlah
Variabel dB Rerata Kuadrat Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat
kombinasi
66.436 2 33.218 1208.668 9.552 0.000
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar Cu pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam 5.9950* 0.1658 0.000
P. batu 7.7800* 0.1658 0.000
P. siam P. raja -5.9950* 0.1658 0.000
P. batu 1.7850* 0.1658 0.002
P. batu P. raja -7.7800* 0.1658 0.000
P. siam -1.7850* 0.1658 0.002
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar Cu pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Cu pisang batu berbeda terhadap kadar Cu pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar Cu pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.002)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Cu pisang batu berbeda terhadap kadar Cu pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar Cu pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Cu pisang raja berbeda terhadap kadar Cu pisang siam.

Analisis statistika kadar Mn pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar Mn


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 23.7250 1.4354
pisang siam 2 37.8150 0.4455
pisang batu 2 28.9800 0.7495
Total 6 30.1733 6.4128

Data ANOVA kadar Mn


Jumlah Rerata
Variabel dB Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat Kuadrat
kombinasi
202.800 2 101.400 107.846 9.552 0.002
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar Mn pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam -14.0900* 0.9697 0.001
P. batu -5.2550* 0.9697 0.012
P. siam P. raja 14.0900* 0.9697 0.001
P. batu 8.8350* 0.9697 0.003
P. batu P. raja 5.2550* 0.9697 0.012
P. siam -8.8350* 0.9697 0.003
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar Mn pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.012)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Mn pisang batu berbeda terhadap kadar Mn pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar Mn pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.003)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Mn pisang batu berbeda terhadap kadar Mn pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar Mn pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.001)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar Mn pisang raja berbeda terhadap kadar Mn pisang siam.

Analisis statistika kadar P pisang dengan aplikasi uji anova satu arah

Data deskripsi kadar P


Contoh N Rerata Std. Dev
pisang raja 2 371.9000 1.1172
pisang siam 2 537.8050 2.6234
pisang batu 2 3214.1700 0.0000
Total 6 1374.6250 582.5035

Data ANOVA kadar P


Jumlah
Variabel dB Rerata Kuadrat Fhitung Ftabel (2 ; 3) Signifikansi
Kuadrat
kombinasi
10179302 2 5089650.945 1878042 9.552 0.000
semua pisang
Jadi Fhitung>Ftabel, dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima.
Jadi nilai rerata kadar P pada ketiga jenis pisang secara signifikan berbeda.
Data perbandingan secara keseluruhan (multiple comparison)
(I) (J) Perbedan nilai
Std. error signifikansi
pisang pisang rerata (I-J)
LSD P. raja P. siam -165.9050* 0.6462 0.000
P. batu -2842.2700* 0.6462 0.000
P. siam P. raja 165.9050* 0.6462 0.000
P. batu -2676.3650* 0.6462 0.000
P. batu P. raja 2842.2700* 0.6462 0.000
P. siam 2676.3650* 0.6462 0.000
*) perbedaan nilai rerata signifikan pada tingkat kepercayaan 0.05

Perbedaan nilai rerata kadar P pisang batu terhadap pisang raja:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar P pisang batu berbeda terhadap kadar P pisang raja.

Perbedaan nilai rerata kadar P pisang batu terhadap pisang siam:


signifikansi (0.002)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar P pisang batu berbeda terhadap kadar P pisang siam.

Perbedaan nilai rerata kadar P pisang raja terhadap pisang siam:


signifikansi (0.000)<0.05, maka tolak Ho.
Jadi nilai rerata kadar P pisang raja berbeda terhadap kadar P pisang siam.

Anda mungkin juga menyukai