Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA FISIK PANGAN

“ADSORPSI, ABSORPSI DAN NUKLEASI”

OLEH :

NAMA : SALMAN ALFARISI

KELAS : ITP A 2019

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Absorpsi atau terpenting untuk akhirnya menentukan efektivitas obat (Joenoes,


2002). Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat tersebut
harus melewati berbagai membran sel. Membran sel mempunyai pori yang bergaris tengah
antara 3,5 - 4,2 Ǻ, merupakan saluran berisi air dan dikelilingi oleh rantai samping molekul
protein yang bersifat polar. Zat terlarut dapat melewati pori ini secara difusi karena kekuatan
tekanan darah (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu
obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan serta cepat-lambatnya melarut menentukan
banyaknya obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat per oral, cairan biologis utama adalah
cairan gastrointestinal, dari sini melalui membran biologis obat masuk ke peredaran sistemik
(Joenoes, 2002).
Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika
suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap,
adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat teryerap, adsorbat) pada
permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida
lainnya membentuk suatu larutan. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan
substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
di mana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Nukleasi adalah langkah awal dimana molekul padatan yang terdispersi di dalam
larutan akan berkumpul dan membentuk ikatan, berkumpulnya padatan ini membentuk bibit
kristal berukuran nanometer (sangat kecil), tetapi bibit kristal ini belum stabil, diperlukan
besar ukuran tertentu sehingga bibit-bibit kristal ini berada dalam keadaan stabil. Peristiwa
nulkleasi ini merupakan proses perombakan struktur atomnya, jadi bukan hanya pada
tingkatan sifat makroskopisnya, melainkan terjadi penata ulangan atom-atom dalam senyawa
tersebut membentuk struktur kristal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan adsorpsi, absorpsi dan nukleasi?
2. Apa perbedaan antara adsorpsi dan absorpsi?
3. Bagaimana pemanfaatan adsorpsi, absorpsi dan nukleasi dalam kehidupan
sehari-hari?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari adsorpsi, absorpsi dan nukleasi.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara adsorpsi dan absorpsi.
3. Untuk mengetahui pemanfaatan adsorpsi, absorpsi dan nukleasi dalam
kehidupan sehari-hari
BAB II

PEMBAHASAN

A. Adsorpsi
1. Definisi Adsorpsi

Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika


suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap,
adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat teryerap, adsorbat) pada
permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida
lainnya membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, di mana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan
permukaan atau antar fasa, di mana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan
pengadsorpsi atau absorben.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya
Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada
permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan
adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang
merupakan fungsi tekanan dan suhu).

a. Adsorpsi fisika
Adsorpsi fisis adalah adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya Van Der Waals (gaya
tarik-menarik yang relatif lemah) antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Adsorpsi ini
terjadi apabila suatu adsorbat dialirkan pada permukaan adsorben yang bersih. Pada adsorpsi
fisis, adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak
dari suatu bagian permukaan kebagian permukaan lainnya, dan pada permukaan yang
ditinggalkan oleh adsorbat yang satu dapat digantikan oleh adsorbat lainnya. Adsorpsi fisis
adalah suatu peristiwa yang reversibel, sehingga jika kondisi operasinya diubahakan
membentuk kesetimbangan baru. Peristiwa adsorpsi gas terjadi sangat cepat. Proses adsorpsi
disertai dengan pengeluaran panas sesuai dengan prinsip Le Chatelier.
Panas yang terjadi atau dikeluarkan pada peristiwa adsorpsi disebut panas adsorpsi.
Panas adsorpsi fisis umumnya rendah (5 – 10 kkal/gmol gas) dan terjadi pada temperatur
rendah yaitu di bawah temperatur didih adsorbat. Hal ini yang menyebabkan kesetimbangan
dari proses adsorpsi fisis reversibel dan berlangsung sangat cepat. Proses adsorpsi fisis terjadi
tanpa memerlukan energi aktivasi, sehingga pada proses tersebut akan membentuk lapisan
multilayer pada permukaan adsorben. Ikatan yang terbentuk dalam adsorpsi fisika dapat
diputuskan dengan mudah, yaitu dengan cara pemanasan pada temperatur 150 – 200oC
selama 2 – 3 jam.

b. Adsorpsi kimia

Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang terjadi karena terbentuknya ikatan kovalen dan
ion antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben. Ikatan yang terbentuk merupakan
ikatan yang kuat sehingga lapisan yang terbentuk adalah lapisan monolayer. Untuk adsorpsi
kimia, yang paling penting adalah spesifikasi dan kepastian pembentukan monolayer.
Pendekatannya adalah dengan menentukan kondisi reaksi, sehingga hanya adsorpsi kimia
yang terjadi dan hanya terbentuk monolayer. Adsorpsi kimia bersifat tidak reversible dan
umumnya terjadi pada temperatur tinggi di atas temperatur kritis adsorbat, sehingga panas
adsorpsi yang dilepaskan juga tinggi (10 – 100 kkal/grmol). Sedangkan untuk dapat
terjadinya peristiwa desorpsi dibutuhkan energi lebih tinggi untuk memutuskan ikatan yang
terjadi antara adsorben dan adsorbat. Energi aktivasi pada adsorpsi kimia berkis arantara 10 –
60 kkal/gmol.
Adapun Perbedaan adsorpsi fisika serta kimia (Atkin, 1999: 437-438) bisa atau dapat
dilihat pada tabel, diantaranya sebagai berikut :

Adsorpsi fisika Adsorpsi kimia

Molekul terikat di adsorben oleh gaya Van Molekul ini terikat pada adsorben oleh ikatan
der Walls kimia
Memiliki entalpi reaksi -4 itu sampai -40 Memiliki entalpi reaksi -40 sampai
kJ/mol 800kJ/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan Monolayer
Adsorpsi ini hanya terjadi di suhu dibawah Adsorpsi ini bisa atau dapat terjadi di suhu
titik didih adsorbat tinggi
Jumlah adsorpsi pada permukaan ialah Jumlah adsorpsi pada permukaan ialah suatu
fungsi adsorbat karakteristik adsorben serta adsorbat
Tidak melibatkan energiaktivasi tertentu Melibatan energi aktivasi tertentu
Sifatnya tidak spesifik Sifatnya sangat spesifik

2. Kinetika Adsorpsi
Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi.
Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari
permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam
suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur
perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa
slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh
kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang
teradsorpsi per satuan waktu. Seperti halnya laju reaksi, banyak faktor yang mempengaruhi
kinetika adsorpsi atau cepat atau lambatnya penyerapan terjadi. Kecepatan atau besar
kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:

• Macam adsorben
contoh adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon aktif.
• Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
Macam zat yang diadsopsi juga sangat berpengaruh karena semakin banyak zat-zat impuritis
(zat pengotor) pada suatu fluida atau larutan maka semakin lambat kinetika atau kecepatan
penyerapannya (adsorpsi).

• Luas permukaan adsorben


semakin luas permukaan adsorben maka semakin cepat efektif kemampuan menyerap zat-zat
impuritis sehingga larutan menjadi lebih murni dan cenderung lebih bersih dari zat-zat
impuritis atau zat-zat pengotor tersebut.

• Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)


Semakin tinggi konsentrasi maka ion yang dihasilkan juga semakin banyak sehingga
mempengaruhi adsorpsi atau penyerapan larutan tersebut.

• Temperatur
Semakin tinggi temperatur semakin sulit untuk menyerap zat, temperatur lebih efektif
digunakan untuk adsopsi adalah temperatur kamar (suhu ruang: 298 K).

• Kecepatan putar sentrifugasi


Semakin cepat kecepatan sentrifugasi maka semakin cepat larutan tersebut murni dan hal
tersebut biasa dilakukan pada percobaan konduktometri, yaitu daya hantar listriknya yang
semakin tinggi pula.
3. Aplikasi Adsorpsi
a. Penjernihan air
b. Penghilangan kotoran pd proses pembuatan sirup
c. Proses menghilangkan bau badan
d. Pengguanaan arang aktif d. Koagulasi
e. Pemutihan gula tebu.
f. Norit
g. Pencelupan serat wol, kapas atau sutra.
h. Adsorpsi gas oleh zat padat, misalnya pada masker gas.
i. Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
Sedangkan koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2

B. Absorpsi
1. Definisi Absorpsi

Dalam ilmu kimia, absorpsi atau penyerapan adalah fenomena fisika atau kimia atau
suatu proses di mana atom, molekul atau ion memasuki fase ruah – bahan cair atau padat.
Absorpsi berbeda dengan adsorpsi, karena molekul-molekul yang mengalami absorpsi
memasuki volume, tidak hanya di permukaan saja (seperti yang terjadi pada adsorpsi). Istilah
yang lebih umum adalah serapan (bahasa Inggris: sorption), yang meliputi absorpsi, adsorpsi,
dan pertukaran ion. Absorpsi adalah suatu kondisi di mana sesuatu memasuki zat lain
Dalam banyak proses teknologi penting, absorpsi kimia digunakan untuk proses
fisika, misalnya absorpsi karbon dioksida oleh natrium hidroksida – semacam proses asam-
basa yang tidak mematuhi hukum partisi Nernst.
Beberapa contoh efek ini dapat dilihat pada artikel ekstraksi cair-cair. Adalah hal
yang mungkin untuk mengekstraksi suatu zat terlarut (solut) dari sastu fase cair ke fase cair
lainnya tanpa reaksi kimia. Contoh solut semacam ini adalah gas mulia dan osmium
tetroksida.[1]
Proses absorpsi berarti bahwa zat menangkap dan memindahkan
energi. Absorben mendistribusikan bahan yang ditangkapnya secara menyeluruh,
sementara adsorben hanya mendistribusikannya di permukaan saja.
Proses gas atau cair yang menembus ke dalam badan adsorben secara umum dikenal
sebagai absorpsi.
2. Jenis-jenis absorpsi
a. Absorbsi Fisika (PHYSISORPTION)
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak disertai
dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam
air, atau pelarutan gas ke fase cair. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air,
metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas
ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair.

Dari asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya, yaitu :
1. Teori model film
2. Teori penetrasi
3. Teori permukaan yang diperbaharui.

b. Absorbsi Kimia (CHEMISORPTION)


Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap disertai
dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi kimia ini adalah absorbsi dengan adanya
larutan MEA, NaOH. K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai
pada ion exchangers, juga proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan
absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara
lebih sempurna dari campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya
koefisien perpindahan massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya
luas efektif permukaan. Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir
stagnan disamping penangkapan dinamik.
3. Aplikasi absorpsi
a. Proses Pembuatan Formalin

Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan
melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin Formaldehid sebagai gas input
dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu
1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 55oC,dimasukkan ke dalam absorber.
Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar
formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid
dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa
metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current
contact dengan air proses.

b. Proses Pembuatan Asam Nitrat

Pembuatan asam nitrat (absorbsi NO dan NO2). Proses pembuatan asam nitrat tahap
akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorbsi. Pada setiap
tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan reaksi absorbsi NO2 oleh air
menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar.
Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah.
Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk
menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak
lebih dari 200 ppm.

Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea,produksi ethanol, minuman


berkarbonasi, fire extinguisher,dry ice,supercritical carbon dioxide dan masih banyak lagi
aplikasi absorbsi dalam industri. Selain itu absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan
gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan
NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi
dengan NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar
untuk konsentrasi CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat
dilukiskan sebagai berikut:

CO2(g) + NaOH(aq) → NaHCO3(aq)

NaOH(aq) + NaHCO3 → Na2CO3(s) + HO(l) +

CO2(g) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(s) + H2O(l)

Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena bikarbonat
bereaksi dengan OH- membentuk CO32

4. Faktor-faktor yang berpengaruhi pada proses absorbsi


a. Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik.
b. Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2
(misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
c. Suhu operasi.Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
d. Tekanan operasi.Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada
batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa),
penyerapan lebih buruk.
e. Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas,penyerapan semakin buruk.

Perbedaan absorpsi dan adsorpsi


Parameter Absorpsi Adsorpsi
Gejala Fenomena ruah Fenomena dipermukaan
Pertukaran suhu Endotermik Eksotermik
Suhu Tidak diakui oleh suhu Dipengaruhi oleh suhu
Laju reaksi Seragam Terus meningkat hingga
tercapai kesetimbangan
Konsentrasi Sama Konsentrasi pada permukaan
pada adsorben berbeda dari
ruah

C. Nukleasi
1. Definisi nukleasi

Nukleasi adalah munculnya fase stabil baru. Ini adalah proses yang penting dan perlu
untuk memahami proses termal polimer. Nukleasi juga dapat didefinisikan sebagai
pembentukan multimer, menjadi nukleasi cara terbaik untuk menengah dalam proses
polimerisasi, membantu menstabilkan nuklei.

Nukleasi adalah pembentukan inti-inti kristal baru. Nukleasi dapat dibagi menjadi dua
jenis berdasarkan pembentukannya, yaitu nukleasi primer dan nukleasi sekunder. Nukleasi
primer terjadi dalam sistem yang belum terdapat kandungan kristal sama sekali. Nukleasi
primer yang terjadi secara spontan disebabkan tercapainya supersaturasi disebut nukleasi
homogen, sedang nukleasi primer yang terjadi karena induksi partikel lain disebut nukleasi
heterogen. Jenis nukleasi yang lain adalah nukleasi sekunder, merupakan nukleasi yang
terjadi karena induksi dari kristal yang sudah terkandung dalam larutan induk. Selain
dikarenakan kontak dengan sesama partikel kristal, nukleasi sekunder dapat terjadi
disebabkan oleh tumbukan kristal dengan dinding crystallizer dan agitator, maupun shear
stress fluida.
Kondisi supersaturasi yang cukup tinggi akan mendorong adanya nukleasi.
Pengadukan, mechanical shock, friksi dan tekanan ekstrem dapat menginduksi nukleasi.
Nukleasi juga dipengaruhi oleh temperatur, bibit, dan impurities.
Nukleasi adalah langkah pertama dalam pembentukan baik baru fase
termodinamika atau struktur baru melalui self-assembly atau self-organisasi . Nuklir biasanya
didefinisikan sebagai proses yang menentukan berapa lama pengamat harus menunggu
sebelum fase baru atau struktur yang diatur sendiri muncul. Misalnya, jika volume air
didinginkan (pada tekanan atmosfer) di bawah 0°C, itu akan cenderung membeku menjadi es,
tetapi volume air yang didinginkan hanya beberapa derajat di bawah 0°C seringkali tetap
benar-benar bebas dari es untuk waktu yang lama. . Pada kondisi ini, nukleasi es berlangsung
lambat atau tidak terjadi sama sekali. Namun, pada suhu yang lebih rendah kristal es muncul
setelah sedikit atau tanpa penundaan. Pada kondisi ini nukleasi es berlangsung
cepat. Nukleasi biasanya merupakanawal transisi fase orde pertama , dan kemudian
merupakan awal dari proses pembentukan fase termodinamika baru. Sebaliknya, fase baru
pada transisi fase kontinumulai segera terbentuk.
Nukleasi biasanya merupakan proses stokastik (acak), sehingga bahkan dalam dua
sistem yang identik, nukleasi akan terjadi pada waktu yang berbeda. Mekanisme umum
diilustrasikan dalam animasi di sebelah kanan. Ini menunjukkan nukleasi fase baru
(ditunjukkan dengan warna merah) dalam fase yang ada (putih). Dalam fase yang ada
fluktuasi mikroskopis dari fase merah muncul dan membusuk secara terus menerus, sampai
fluktuasi yang luar biasa besar dari fase merah baru menjadi begitu besar sehingga lebih
disukai untuk tumbuh daripada menyusut kembali ke ketiadaan. Inti fase merah ini kemudian
tumbuh dan mengubah sistem ke fase ini. Teori standar yang menjelaskan perilaku nukleasi
fase termodinamika baru ini disebut teori nukleasi klasik. Namun, CNT gagal dalam
menggambarkan hasil eksperimen dari uap menjadi cairan nukleasi bahkan untuk zat model
seperti argon dengan beberapa kali lipat.

Waktu hingga kemunculan kristal pertama disebut juga waktu nukleasi primer, untuk
membedakannya dengan waktu nukleasi sekunder. Inti primer di sini mengacu pada inti
pertama yang terbentuk, sedangkan inti sekunder adalah inti kristal yang dihasilkan dari
kristal yang sudah ada sebelumnya. Nukleasi primer menggambarkan transisi ke fase baru
yang tidak bergantung pada fase baru yang sudah ada, baik karena itu adalah inti pertama dari
fase tersebut yang terbentuk, atau karena inti terbentuk jauh dari bagian baru yang sudah ada
sebelumnya. tahap. Khususnya dalam studi kristalisasi, nukleasi sekunder bisa menjadi
penting. Ini adalah pembentukan inti kristal baru yang secara langsung disebabkan oleh
kristal yang sudah ada sebelumnya.
Misalnya, jika kristal berada dalam larutan dan sistem terkena gaya geser, inti kristal
kecil dapat terpotong dari kristal yang tumbuh, sehingga meningkatkan jumlah kristal dalam
sistem. Jadi nukleasi primer dan sekunder meningkatkan jumlah kristal dalam sistem tetapi
mekanismenya sangat berbeda, dan nukleasi sekunder bergantung pada kristal yang sudah
ada.

2. Jenis nukleasi
Proses pemadatan logam didasarkan pada tiga tahap yang berbeda dan penting;
pembentukan inti stabil dalam lelehan, pertumbuhan inti sampai memberikan asal kristal dan
pembentukan struktur granular. Tampilan masing-masing butiran ini setelah pemadatan
logam akan tergantung pada beberapa faktor, salah satu yang paling penting adalah gradien
termal.

Ada dua jenis yang berbeda sehubungan dengan pemadatan logam dan mereka adalah
sebagai berikut:
▪ Nukleasi Homogen: Jenis ini terjadi dalam cairan leleh ketika logam itu sendiri
memberikan atom untuk mencapai pembentukan inti. Ketika logam cair murni mendingin di
bawah suhu pemadatan kesetimbangannya dengan cara yang benar dan dalam jumlah yang
cukup, inti homogen dibentuk oleh gerakan atom lambat yang cenderung tetap
dikelompokkan. Untuk mencapainya diperlukan tingkat pendinginan tinggi, yang bahkan bisa
ratusan derajat Celcius untuk logam. Agar nukleus stabil menjadi kristal, ukuran kritis harus
dicapai. Himpunan atom yang saling terkait satu sama lain disebut embrio. Kelompok yang
merupakan ukuran kritis terbesar disebut nukleus.
▪ Nukleasi heterogen: Inilah yang terjadi dalam cairan pada permukaan bejana yang
mengandung pengotor tak larut, atau beberapa bahan struktural lain yang mengurangi energi
bebas untuk membentuk nukleus yang stabil. Agar jenis nukleasi ini terjadi, zat nukleasi
padat harus dibasahi oleh logam cair. Ini terjadi di atas agen nukleasi karena energi
permukaan yang diperlukan untuk membentuk nukleus stabil di atas material lebih rendah
daripada jika nukleus dibuat di atas nukleusnya sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika


suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap,
adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat teryerap, adsorbat) pada
permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida
lainnya membentuk suatu larutan.
Absorpsi atau penyerapan adalah fenomena fisika atau kimia atau suatu proses di
mana atom, molekul atau ion memasuki fase ruah – bahan cair atau padat.
Nukleasi adalah langkah pertama dalam pembentukan baik baru fase
termodinamika atau struktur baru melalui self-assembly atau self-organisasi .
TINJAUAN PUSTAKA

Fachry A L, Tumanggor J, Yuni N P E. 2008. Pengaruh Waktu Kristalisasi Dengan


Proses Pendinginan Terhadap Pertumbuhan Kristal Amonium Sulfat Dari Larutannya. Jurnal
Teknik Kimia. Inderalaya 30662. 2 (15) : 9 - 16
http://semestapikiranku.blogspot.com/2018/12/absorbsi-pemisahan-dengan-penyerapan.html

https://brainly.co.id/tugas/6282330

https://id.wikipedia.org/wiki/Absorpsi_(kimia)

https://id.wikipedia.org/wiki/Adsorpsi

https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Nucleation&hl=
id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search

https://www.ilmukimia.org/2016/01/adsorpsi-dan-absorpsi.html

https://adalah.top/nukleasi/#:~:text=Contoh%20nukleasi%20cairan%20(gas%20dan%
20cairan)&text=Jumlah%20uap%20air%20yang%20dapat,disebut%20sebagai%20inti%20ko
ndensasi%20awan.

Anda mungkin juga menyukai