Oleh:
FEBI NURADINA
1710516220007
2020
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pati adalah karbohidrat yang terdiri atas amilosa dan amilopektin. Pati dapat
diperoleh dari biji-bijian, umbi-umbian, sayuran, maupun buah-buahan. Sumber
alami pati antara lain adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, beras,
sagu, amaranth, ubi jalar, ganyong dan sorgum. Pemanfaatan pati masih sangat
terbatas kerena sifat fisik dan kimianya kurang sesuai untuk digunakan secara
komersial. Salah satu komoditi yang banyak mengandung pati adalah ubi kayu
dan berpotensi sebagai bahan pangan yang cukup baik dalam diversifikasi pangan
di Indonesia. Salah satu produk yang dihasilkan berbahan dasar pati ubi kayu
adalah tapioka (Koswara, 2009).
Pati yang sering digunakan dalam industri makanan dan farmasi ada dua
macam yaitu pati alami (native starch) dan pati termodifikasi. Pati dalam bentuk
alami (native starch) adalah pati yang belum mengalami perubahan sifat fisik dan
kimia atau diolah secara kimia-fisika. Pati ini banyak digunakan sebagai bahan
pengisi (filler) dan pengikat (binder) pada industri farmasi dan industri makanan,
walaupun demikian pati ini mempunyai keterbatasan. Pati alami menyebabkan
beberapa permasalahan yang berhubungan dengan retrogradasi, kestabilan rendah,
dan ketahanan pasta yang rendah. Untuk memperbaiki dan mensiasati
keterbatasan tersebut, maka dilakukan modifikasi pati baik secara fisik maupun
secara kimia (Fortuna et al., 2001).
Variasi sifat fungsional pati di dalam suatu spesies menyebabkan masalah
dalam pengolahan karena inkonsistensi bahan baku. Karakterisasi dan studi
kompratif sifat fungsional dan kimia pati dalam suatu varietas di perlukan untuk
memprediksi kesamaan dan perbedaan perilakunya pada tahap aplikasi. Aplikasi
pati dalam suatu produk dipengaruhi oleh kemampuannya untuk memebentuk
karakteristik produk akhir yang diinginkan. Perbedaan karakteristik fisikokimia
seperti bentuk granula, rasio amilosa/amilopektin, karakteristik molekuler pati dan
keberdaan komponen lain merupakan penyebab perbedaan sifat fungsional
(Copeland et al., 2009).
Pati merupakan komponen utama dalam ubi kayu. Pati merupakan
karbohidrat yang tersedia dalam jumlah besar sebagai makanan cadangan dalam
tanaman. Terdapat sebagai granula dalam platisda sel dan terpisah dari sitoplasma.
Pati yang terkandung dalam ubi kayu mencapai 64 sampai 72 % dari total
karbohidrat, sedangkan kandungan amilosa mencapai 17 sampai 20 % dari pati
tersebut (Wijayanti dan Kumalasari, 2011).
Tapioka atau pati ketela pohon merupakan hasil ekstraksi ubi kayu yang
telah mengalami proses ekstraksi sempurna dan dilanjutkan dengan proses
pengeringan. Tapioka ini mempunyai sifat-sifat yang sangat potensial untuk
dimanfaatkan dalam industri pangan antara lain sebagai pengental (thickener),
pengisi (filler), bahan pengikat (binder) dan sebagai bahan penstabil (stabilizer),
bahan pembentuk edible film serta dalam industri farmasi (Tri dan Agusto, 1990).
Tapioka diperoleh dengan proses pengendapan filtrat ubi kayu. Proses
pengolahan yang ada saat ini memiliki kelemahan yaitu proses pengolahan
tapioka masih dilakukan secara tradisional karena pada umumnya industri tapioka
yang ada di Indonesia adalah industri skala kecil dan menengah. Hal ini
menyebabkan mutu tapioka yang dihasilkan tidak seragam, baik dari bentuk fisik
maupun keamanan pangan tidak terjamin (Supraprti, 2005).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses ekstraksi pati
dari berbagai macam bahan, rendemen pati yang dihasilkan, kadar air, granula pati
dan mengetahui sifat fisik pati (warna, densitas kamba, densitas padat, kelarutan,
swelling water) serta sifat kimia dan fisikokimia pada pati.
METODOLOGI
Prosedur Kerja
Bahan yang telah disiapkan dikupas, dicuci dan diiris hingga ukurannya
menjadi kecil. Kemudian dihaluskan menggunakan blender atau parutan
dengan menambahkan air sebanyak 4 kali lebih banyak dibandingkan
dengan bahan yang telah dikecilkan tadi.
Hasil
2. Kadar Air dan Sifat Fisik Pati
a. kadar air
Dikeringkan cawan aluminium dengan oven pada suhu 105°C selama 15
menit. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 10 menit
Ditimbang sekitar 2,0 g beras atau tepung beras ke dalam cawan tersebut.
Kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C selama 6 jam.
Hasil
b. Perbandingan warna
Ditimbang 10 gr pati dari masing-masing bahan.
Hasil
c. Densitas kamba
Dihitung dengan cara membagi berat sampel dengan volume ruang yang
ditempati dalam satuan gram /ml.
Hasil
d. Densitas padat
Dihitung dengan cara membagi berat sampel dengan volume ruang yang
ditempati dalam satuan gram /ml.
Hasil
e. Kelarutan (Solubility) dan Swelling Power
Disiapkan yaitu 0,5 g sampel dicampur dengan 50 ml aquades dalam
labu erlenmeyer 100 ml.
Hasil
3. Granula Pati
Hasil
A
A
Diamati suhu pada saat mulai terjadi pemanasan sampai mulai mengental
dan jernih serta saat suhu gelatinisasi sempurna terjadi.
Dicatat waktu dan suhu mulai mengental dan waktu dan suhu ketika
semua suspensi pati telah mengental dan jernih.
Dilakukan pengamatan setiap hari terhadap sifat fisik gel yang meliputi
retrogradasi dan sineresis. Retrogradasi dapat dilihat dari perubahan
tekstur gel, sedang sineresis diamati dengan keluarnya air dari gel
(setelah diamati air dibuang dan selanjunya dilakukan penimbangan gel).
Pengurangan berat merupakan jumlah air yang keluar dari gel (sineresis).
Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Keterangan :
1 : Sama
2 : Agak sama
3 : Cukup sama
4 : Kurang sama
5 : Tidak sama
Tabel 3. Granula Pati
No. Sampel Gambar
1. Ubi kayu 1x pencucian tanpa
perlakuan
Kesimpulan
Saran
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.