2g Asam Sitrat +
100ml air minum
0,18%
4X
9 ml 0,12%
4X
6 ml
0,10%
4X
5 ml
0,08%
4 ml 4X
dipipet
0,06%
et
3 ml 4X
0,04%
2 ml 4X
Larutan
Stock 0,02%
1 ml 4X
0,01%
0,5 ml 4X
mlmlet 0,0%
4X
0 mlet
2.2.1.2 Uji Ambang Batas Asin
1,8%
4X
60
1,5%
mmlm
mlmlet 4X
50 ml
1,2%
4X
40 mlet
0,9%
30 mlet 4X
dipipet
et 0,6%
20 4X
mlet
0,3%
10 mlet 4X
Larutan Stock
0,2%
0,6 4X
mlet
0,1%
0,5 4X
mlet
0,0%
4X
0 mlet
2.2.1.3 Uji Ambang Batas Manis
1,8%
4X
60 mlet
1,5%
4X
50 ml
1,2%
4X
40 mlet
0,9%
30 mlet 4X
dipipet
et 0,6%
20 4X
mlet
0,3%
10 mlet 4X
Larutan Stock
0,2%
0,6 4X
mlet
0,1%
0,5 4X
mlet
0,0%
4X
0 mlet
2.2.2 Penyiapan Contoh Uji
2.2.2.1 Uji Ambang Asam/manis/asin
Berkode
Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Jenis Contoh Uji :
Intruksi : Setelah mencicipi contoh uji, nyatakan respon Anda
dengan memberi tanda (v) pada kolom yag sesuai.
Kode Contoh Tidak ada rasa Ada rasa
asam/manis/asin asam/manis/asin
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Ambang Rangsang
Uji threshold atau uji ambang rangsang merupakan salah satu pengujian
inderawi yang dilakukan untuk mengetahui ambang batas konsentrasi sebuah sampel.
Menurut Afrianto (2008), Penentuan threshold digunakan untuk menentukan tingkat
konsentrasi terendah suatu substansi yang masih dapat dideteksi (absolute treshold)
atau perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang masih dapat dideteksi
perubahannya (difference threshold). Metode ini juga dapat digunakan untuk
mengenal macam stimulus (recognition threshold), seperti asin, manis atau asam.
Tujuan dilakukannya uji thresholdyaitu untuk mengetahui nilai ambang batas suatu
substansi guna menentukan range konsentrasi pada suatu penelitian.
Rangsangan penyebab timbulnya kesan menurut Setyaningsih et al. (2010),
dikategorikan dalam beberapa tingkatan yang disebut ambang rangsangan
(threshold), antara lain ambang pengenalan (recognition threshold), ambang
pembedaan (difference threshold) dan ambang mutlak (absolute threshold). Dikenal
beberapa threshold, antara lain:
1. Ambang Mutlak
Ambang mutlak yaitu jumlah benda perangsang terkecil yang dapat menghasilkan
kesan atau tanggapan. Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi bahwa
setengah (50%) dari jumlah panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan
tepat akan sifat sensoris yang dinilai.
2. Ambang Pengenalan
Ambang pengenalan juga disebut recognition threshold. Ambang pengenalan dapat
dikacaukan dengan ambang mutlak. Jika pada ambang mutlak mengenai kesan yang
mulai diperoleh atau dirasakan maka pada ambang pengenalan meliputi pengenalan
atau identifikasi jenis kesan.
3. Ambang Pembedaan
Ambang pembedaan juga disebut difference threshold, yang berbeda dengan ambang
pengenalan dan juga ambang mutlak. Ambang pembedaan merupakan perbedaan
terkecil dari rangsangan yang masih dapat dikenali. Besarnya ambang pembedaan
tergantung dari jenis rangsangan, jenis penginderaan dan besarnya rangsangan itu
sendiri. Ambang pembedaan menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama.
Jika dua rangsangan tersebut terlalu kecil bedanya maka akan menjadi tidak dapat
dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat rangsangan itu terlalu besar akan
dengan mudah dikenali. Difference threshold dapat ditentukan dengan menggunakan
standar lebih dari satu, biasanya sekitar empat standar. Masing-masing standar akan
dibandingkan dengan sampel-sampel pada interval konsentrasi tertentu.
4. Ambang Batas
Ambang batas juga disebut terminal threshold yang merupakan rangsangan terbesar
yang jika kenaikan tingkat rangsangan dapat menaikan intensitas kesan. Apabila pada
ketiga ambang tersebut diatas diterapkan batas terendah maka pada ambang batas
diterapkan batas atas. Kemampuan manusia memperoleh kesan dari adanya
rangsangan tidak selamanya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diterima.
Rangsangan yang terus menerus dinaikan pada suatu saat tidak akan menghasilkan
kenaikan intensitas kesan. Rangsangan terbesar jika kenaikan tingkat rangsangan
menaikkan intensitas kesan disebut ambang batas. Ambang batas juga bisa ditentukan
dngan menetapkan rangsangan terkecil yaitu jika kenaikan tingkat rangsangan tidak
lagi mempengaruhi tingkat intensitas kesan.
Menurut Susiwi (2009), penggunaan uji threshold pada bidang pangan adalah
apabila kita akan membuat suatu formulasi baru untuk suatu produk denga tingkatan
konsentrasi yang berbeda maka dapat dilakukan uji threshold untuk dapat
mengetahui sejauh mana konsumen mengetahui perubahan pengenalan rangsangan
yang berasal dari produk baru yang akan dibuat. Menurut Clark (2009)
uji threshold digunakan untuk menentukan ada tidaknya komponen yang diinginkan
atau tidak diinginkan dalam pangan.
Jumlah 26 3 12 21 24 26 26 24 26
benar
Jumlah 0 23 14 5 2 0 0 0 0
salah
Jumlah 26 26 26 26 26 26 26 26 26 rata-
Panelis rata
Jumlah 0 3 12 21 24 26 26 26 26 0.03
Respon
Frekuensi 0% 12% 46% 81% 92% 100% 100 100% 100%
%
Grafik 1. Setelah Perbaikan
3.1.2 Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam uji ambang asam ini adalah larutan asam sitrat
dengan konsetrasi yang berbeda. Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang
ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini
merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah
rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Keasaman asam sitrat didapatkan
dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal
ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan
dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat
bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat
mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan
sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air .
Berdasarkan hasil uji ambang rasa asam pada sampel dengan beberapa
konsentrasi yaitu 0%, 0.01%, 0.02%, 0.04%, 0.06%, 0.08%, 0.1%, 0.12 dan 0.14%.
Tabel perbaikan data merupakan tabel yang sudah diperbaiki dari kesalahan
sebelumnya dan nantinya akan mejadi acuan dalam pembuatan grafik. Perbaikan
dilakukan agar data yang diterima lebih akurat. Tabel sebelum perbaikan akan
dilampirkan dalam laporan. Pengujian ini dilakukan pada 26 panelis yag dianggap
sudah terlatih. Jumlah respon pada konsentrasi 0% sebanyak 0 panelis, konsentrasi
0.01% sebanyak 3 panelis (12%), 0.02% sebanyak 12 panelis, 0.04% sebanyak 21
panelis, 0.06% sebanyak 24 panelis, 0.08% sebanyak 26 panelis, 0.1% sebanyak 26
panelis, 0,12 sebanyak 26 panelis, dan 0.14% sebanyak panelis. Hal ini menyatakan
bahwa para panelis belum dapat merasakan rasa asam dengan konsentrasi yang sangat
rendah.
Pada uji ambang asam diperoleh nilai ambang mutlaknya yaitu pada
konsentrasi di antara 0.02% dan 0.04% dimana pada kosentrasi tersebut sebanyak
50% panelis dapat mendeteksi adanya rasa asam. Untuk nilai ambang pengenalannya
yaitu kosentrasi di antara 0.04% dan 0.06% dimana pada konsentrasi tersebut
sebanyak 75% panelis dapat mendeteksi adanya rasa asam.
Pada grafik menunjukkan nilai ambang rata-ratanya atau nilai ambang
mutlaknya berada di angka 0,021. Sedangkan pada tabel 2 didapatkan nilai ambang
mutlak 0.03. Lalu dilakukan perhitungan manual dengan menggunakan rumus
interpolasi dan didapatkan angka 0.022. Angka ini menyatakan bahwa rata-rata
panelis mampu mendeteksi rasa asam yang dimulai pada konsentrasi 0.02%.
Berikut perhitungan dengan rumus interpolasi :
(Y-Y1) / (Y2-Y1) = (X-X1) / (X2-X1)
X(konsentrasi) = X1 + [(Y-Y1) / (Y2-Y1)] (X2-X1)
X= 0.02 + [(50% - 46%)/ (81% - 46%)] (0.04 – 0.02)
X = 0,022
Nilai ambang pengenalan (recognition threshold) pada grafik menunjukkan
angka 0.037%. Sedangkan dengan perhitungan rumus interpolasi didapatkan angka
0.0365% yang angkanya tidak berbeda jauh. Ini berarti 75% panelis dapat merasakan
asam pada konsentrasi 0.037%.
3.2.2 Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam uji ambang manis ini adalah larutan gula
dengan konsetrasi yang berbeda. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang
menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak
diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana,
seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam),
menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Berdasarkan hasil uji ambang rasa asam pada sampel dengan beberapa
konsentrasi yaitu 0%, 0.25%, 0.5%, 1.0%, 1.5%, 2.0%, 2.5%, 3.0%, dan 3.5%. Tabel
perbaikan data merupakan tabel yang sudah diperbaiki dari kesalahan sebelumnya
dan nantinya akan mejadi acuan dalam pembuatan grafik. Perbaikan dilakukan agar
data yang diterima lebih akurat. Tabel sebelum perbaikan akan dilampirkan dalam
laporan. Pengujian ini dilakukan pada 26 panelis yag dianggapsudah terlatih. Jumlah
respon terhadap rasa manis dengan konsentrasi 0% yaitu sebanyak 0 panelis dengan
persentasi 0%, konsentrasi 0.25% yaitu sebanyak 2 panelis dengan persentasi 8%,
konsentrasi 0.5% yaitu sebanyak 7 panelis dengan persentasi 27%, konsentrasi 1%
yaitu sebanyak 20 panelis dengan persentasi 77%, konsentrasi 1.5%, yaitu sebanyak
23 panelis dengan persentasi 88%, konsentrasi 2.0% yaitu sebanyak 24 panelis
dengan persemtase 92%, konsentrasi 2.5% yaitu sebanyak 25 panelis dengan
persentase 96%, konsentrasi 3.0%, dan 3.5% yaitu sebanyak 26 panelis dengan
persentasi 100%. Hal ini menunjukkan beberapa panelis masih belum dapat
merasakan rasa manis pada beberapa konsentrasi, dan semua paneis dapat merasakan
manis pada konsentrasi 3% dan 3.5% yang dimana semakin konsentrasi bertambah
makan rasa manis pun akan semakin kuat.
Pada uji ambang manis diperoleh nilai ambang mutlaknya yaitu pada
konsentrasi di antara 0.5% dan 1% dimana pada kosentrasi tersebut sebanyak 50%
panelis dapat mendeteksi adanya rasa manis. Untuk nilai ambang pengenalannya
yaitu kosentrasi di antara 0.5% dan 1% dimana pada konsentrasi tersebut sebanyak
75% panelis dapat mendeteksi adanya rasa manis.
Pada grafik menunjukkan nilai ambang rata-ratanya atau nilai ambang
mutlaknya berada di angka 0,74%. Sedangkan pada tabel 2 didapatkan nilai ambang
mutlak 0.86%. Lalu dilakukan perhitungan manual dengan menggunakan rumus
interpolasi dan didapatkan angka 0.73% . Angka ini menyatakan bahwa rata-rata
panelis mampu mendeteksi rasa asam yang dimulai pada konsentrasi 0.73%.
Berikut perhitungan dengan rumus interpolasi :
(Y-Y1) / (Y2-Y1) = (X-X1) / (X2-X1)
X(konsentrasi) = X1 + [(Y-Y1) / (Y2-Y1)] (X2-X1)
X= 0.5 + [(50% - 27%)/ (77% - 27%)] (1 – 0.5)
X = 0.73
Nilai ambang pengenalan (recognition threshold) pada grafik menunjukkan
angka 1.0%. Sedangkan dengan perhitungan rumus interpolasi didapatkan angka
1.0% yang dimana angka yang didapat sama. Ini berarti 75% panelis dapat merasakan
asam pada konsentrasi 1%.
3.3.2 Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam uji ambang asin ini adalah larutan garam dapur
(NaOH) dengan konsetrasi yang berbeda-beda. Dalam ilmu kimia, garam
adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion),
sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari
hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa
anorganik seperti klorida (Cl−), dan bisa juga berupa senyawa
organik seperti asetat (CH3COO−) dan ion monoatomik seperti fluorida (F−), serta ion
poliatomikseperti sulfat (SO42−). Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam
dapur adalah suatu garam. Pada garam NaOH dihasilkan rasa yang asin.
Berdasarkan hasil uji ambang rasa asam pada sampel dengan beberapa
konsentrasi yaitu 0%, 0.1%, 0.2%. 0.3%, 0.6%, 0.9%, 1.2%, 1.5%, dan 1.8%. Tabel
perbaikan data merupakan tabel yang sudah diperbaiki dari kesalahan sebelumnya
dan nantinya akan mejadi acuan dalam pembuatan grafik. Perbaikan dilakukan agar
data yang diterima lebih akurat. Tabel sebelum perbaikan akan dilampirkan pada
halaman lampiran laporan. Pengujian ini dilakukan pada 26 panelis yag
dianggapsudah terlatih. Jumlah respon terhadap rasa asin dengan konsentrasi 0%
yaitu sebanyak 0 panelis dengan persentasi 0%, konsentrasi 0.1% yaitu sebanyak 8
panelis dengan persentasi 31%, konsentrasi 0.2% yaitu sebanyak 22 panelis dengan
persentasi 85%, konsentrasi 0.3%, yaitu sebanyak 25 panelis dengan persentasi 96%,
konsentrasi 0.6%, 0.9%, 1.2%, 1.5%, dan 1.8%. yaitu sebanyak 26 panelis dengan
persentase 100%. Hal ini menunjukkan beberapa panelis masih belum dapat
merasakan rasa manis pada beberapa konsentrasi, dan semua paneis dapat merasakan
manis pada konsentrasi 3% dan 3.5% yang dimana semakin konsentrasi bertambah
makan rasa manis pun akan semakin kuat.
Pada uji ambang manis diperoleh nilai ambang mutlaknya yaitu pada
konsentrasi di antara 0.1% dan 0.2% dimana pada kosentrasi tersebut sebanyak 50%
panelis dapat mendeteksi adanya rasa manis. Untuk nilai ambang pengenalannya
yaitu kosentrasi di antara 0.1% dan 0.2% dimana pada konsentrasi tersebut sebanyak
75% panelis dapat mendeteksi adanya rasa manis.
Pada grafik menunjukkan nilai ambang rata-ratanya atau nilai ambang
mutlaknya berada di angka 0,14%. Sedangkan pada tabel 3 didapatkan nilai ambang
mutlak 0.14%. Lalu dilakukan perhitungan manual dengan menggunakan rumus
interpolasi dan didapatkan angka 0.135% . Angka ini menyatakan bahwa rata-rata
panelis mampu mendeteksi rasa asam yang dimulai pada konsentrasi 0.14%.
Berikut perhitungan dengan rumus interpolasi :
(Y-Y1) / (Y2-Y1) = (X-X1) / (X2-X1)
X(konsentrasi) = X1 + [(Y-Y1) / (Y2-Y1)] (X2-X1)
X= 0.1 + [(50% - 31%)/ (85% - 31%)] (0.2 – 0.1)
X = 0.135
Nilai ambang pengenalan (recognition threshold) pada grafik menunjukkan
angka 0.18%. Sedangkan dengan perhitungan rumus interpolasi didapatkan angka
0.18% yang dimana angka tersebut sama dengan angka di grafik. Ini berarti 75%
panelis dapat merasakan asam pada konsentrasi 0.18%.
3.4 Faktor-Faktor pada Uji Ambang Rasa
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan uji ambang rangsangan antara
lain tingkat kenaikan rasa, kesan, konsentrasi, atau rangsangan telah terpikirkan dan
atau dengan penalaran praktikan sebagai panelis sehingga tingkat nilai hasil
pengujian terlihat sangat bagus, panelis melakukan uji ambang rasa dengan teknik
yang benar misalnya untuk rasa manis menggunakan ujung lidah, rasa asin pada
tengah dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah, dan rasa pahit pada bagian
belakang lidah, bisa juga karena panelis memiliki kepekaan terhadap rasa yang baik.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan uji ambang rangsangan yaitu
panelis yang melakukan uji sedang tidak dalam kondisi prima, panelis belum makan
sesuatu apapun untuk sarapan, panelis tidak melakukan respon yang spontan terhadap
kesan yang didapat sehingga perlu berulang kali mencoba, bisa juga karena panelis
belum terbiasa atau berpengalaman sehingga kurang dapat membedakan kesan dari
alat indera terhadap reaksi atau rangsangan yang diterima (Soekarto 1985).
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan yaitu pada uji ambang
asam, uji ambang manis, dan uji ambang asin didapatkan nilai ambang mutlak dan
nilai ambang pengenalan. Pada uji ambang asam, nilai ambang mutlak yang diperoleh
adalah 0.02% dan nilai ambang pengenalan yang diperoleh yaitu 0.037%. Pada uji
ambang manis nilai ambang mutlak yang diperoleh adalah 0.73% dan nilai ambang
pengenalan yang diperoleh yaitu 1%. Pada uji ambang asin, nilai ambang mutlak
yang diperoleh adalah 0.14% dan nilai ambang pengenalan yang diperoleh yaitu
0.18%. Hal ini dapat disimpulkan rata-rata para panelis dapat merasakan rasa asam,
manis, dan asin pada konsentrasi yang cukup rendah.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam pengujian, panelis benar-benar melakukan pengujian dengan
teliti karena panelis sudah dianggap terlatih, memperhatikan instruksi. Para panelis
maupun penguji diharuskan teliti terhadap hasil rekapitulasi data dari semua panelis
agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy. 2008. Pengawasan Mutu Bahan atau Produk Pangan Jilid 2. Jakarta.
Clark,S. 2009. The Sensory Evaluation of Diary Product. Springer Science and
Business Media. New York
Lawless, H, T and Heyman, H. 1998. Sensory Evaluation of Food: Principles and
Pratices Chapman and Hall. London.
Setyaningsih, D., Apryanto, A. & Sari, M. P. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor.
Soekarto, S.T.1985. Penilaian Organoleptik (Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian). Penerbit Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Susiwi. 2009. Handout Penilaian Oragnoleptik. FPMIPA. Universitas Pendidikan
Indonesia. Jakarta.
LAMPIRAN
Data sebelum perbaikan ;
Data Setelah Perbaikan