Anda di halaman 1dari 22

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut The American Association of Cereal Chemist (AACC, 2001)
serat pangan (dietary fiber) merupakan bagian yang dapat dimakan dari tanaman
atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus
halus dengan fermentasi lengkap atau parsial pada usus besar. Herminingsih A
(2010), mendefinisikan serat pangan adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang
tidak terhidrolisis atau tercerna oleh enzim pencernaan manusia seperti
hemiselulosa, selulosa, lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan lilin. Istilah
serat pangan harus dibedakan dari istilah serat kasar (crude fiber) yang biasanya
digunakan dalam analisis proksimat bahan pangan. Serat kasar ialah bagian dari
bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia tertentu, yaitu
asam sulfat (H2SO4) dan NaOH, sedangkan serat pangan adalah bagian dari
bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan
(Muchtadi, 2001).
Berdasarkan jenisnya, serat dibedakan menjadi dua macam yaitu serat
pangan tak larut dalam air (insoluble dietary fiber) dan serat pangan larut dalam
air (soluble dietary fiber). Serat pangan tak larut dalam air mencakup selulosa,
hemiselulosa, maupun lignin. Serat pangan larut dalam air meliputi pektin, gum,
maupun musilase. Sifat kelarutan serat sangat menentukan pengaruh fisiologis
serat pada proses di dalam pencernaan dan metabolisme zat-zat gizi (Sulistijani
dan Firdaus, 2001).
Pada setiap bahan pangan memiliki kadar serat yang berbeda-beda
sehingga bioavailabilitasnya dalam tubuh manusia juga akan berbeda. Oleh sebab
itu, diperlukan percobaan analisis kadar serat pada beberapa jenis sampel biji-
bijian.

1.2. Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk menganalisis kadar serat
pangan yaitu kadar serat larut air (melalui nilai SDF) dan serat tidak larut air
(melalui nilai IDF).
BAB 2. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
Alat yang digunakan pada analisa serat pangan meliputi:
1. Erlenmeyer
2. Beaker glass
3. Water shaker bath
4. Neraca
5. Oven
6. Tanur
7. pH meter
8. Ayakan mesh
9. Desikator
10. Spatula
11. Pipet
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada analisa serat pangan meliputi:
1. Kacang edamame
2. Kacang tunggak
3. Kacang hijau
4. Koro kratok
5. Kacang merah
6. Heksan
7. Aquades
8. HCl 4M
9. NaOH
10. Etanol 95%
11. Aseton etanol
12. Pankreatin
13. Pepsin
2.2. Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
2.2.1. Persiapan sampel
Pada persiapan analisa kadar serat pangan dilakukan persiapan sampel
dengan beberapa tahap. Tahap yang pertama yaitu menyiapkan sampel kacang –
kacangan yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan pengecilan ukuran
kacang-kacangan dengan menggunakan blender. Sampel yang telah dilakukan
pengecilan ukuran selanjutnya dilakukan pengayakan dengan ukuran 80 mesh.
Tahap berikutnya dilakukan penimbangan sesuai masing-masing perlakuan.
Sampel yang telah ditimbang kemudian dilakukan proses Defatting. Defatting
dilakukan untuk memisahkan lemak yang terkandung di dalam tepung kacang-
kacangan. Tahap terakhir yaitu penimbangan tepung bebas lemak seberat 1 gram
untuk dilakukan analisa kadar serat pangan.

Kacang-
kacangan

Pengecilan ukuran

Pengayakan 80 mesh

Penimbangan

Heksan Defatting Lemak

Tepung
tanpa lemak

Penimbangan 1 gr

Gambar 1. Diagram alir persiapan sampel


2.2.2. Analisa kadar serat pangan
Tahap pertama yaitu menyiapkan sampel kacang masing-masing 1 gr. Tahap
kedua dilakukan penambahan aquades sebanyak 20 ml. Selanjutnya dilakukan
penambahan HCL 4m untuk mendapatkan pH sampai 1,5. Kemudian dilakukan
pencampuran dengan ditambahkan 100 mg pepsin dan ditutup, tujuan
ditambahkan pepsin untuk menguraikan protein pada sampel, diinkubasi dan
diagitasi dilakukan pengadukan pada sampel dengan menggunakan suhu 40⁰C
selama 60 menit. Selanjutnya ditambahkan 20 ml aquades dan ditambahkan
NaOH hingga pH 6,5. Selanjutnya, ditambahkan 100 mg pankreatin, ditutup dan
diinkubasi pada suhu 40⁰C selama 60 menit sambil diagitasi. Lalu, pH diatur 4,5
dengan penambahan HCl 4M dan disaring dengan kertas saring yang sudah
diketahui beratnya. Kemudian dicuci dengan 2x10ml air destilat tujuannya untuk
mengetahui jernihnya pada sampel. Dilakukan pencucian 2x10ml etanol 95%
tujuannya untuk melarutkan residu pada sampel. Pencucian 2x 10ml dengan
etanol aseton. Kemudian, dilakuakan penyaringan pada sampel untuk
mendapatkan filtrat. Kemudian filtrat ditera dengan 100 ml aquades. Kemudian
ditambahkan 280 ml etanol 95% dan diendapkan selama 1jam. Selanjutnya,
disaring dengan kertas saring dicuci dengan 2x10 ml air destilat, 2x10 pencucian
dengan etanol 95% dan 2x10ml pencucian dengan eatnol aseton, lalu dikeringkan
pada suhu 105⁰C selama 24 jam sampai berat konstan tujuan pengeringan untuk
menguapkan etanol aseton. Pendinginan dalam desikator tujuannya agar berat
kertas saring dan residu stabil. Kemudian, dilakukan penimbangan. Pengabuan
dengan suhu 500⁰C waktu 5 jam. Pendingan dengan resikator, penimbangan dan
menghasilkan SDF (uji serat larut air). Pada IDF (uji serat tidak larut air)
dilakukan penyaringan pada residu dilakukan pencucian 2x10ml air destilat,
pencucian 2x10ml etanol 95% dan pencucian 2x10ml etanol aseton. Kemudian
dilakukan pengeringan dengan suhu 105⁰C semalam tujuannya utnuk
menguapkan etanol dan untuk menghilangjan kadar air pada kertas saring dan
residu. Dilakukan pendinginan dengan waktu 15 menit dan penimbangan sampel.
Dilakukan pengabuan dengan suhu 500⁰C waktu 5 jam. Pendinginan dan
penimbangan pada sampel
Filtrasi Residu
1 gr
sampel
Filtrat Pencucian 2x10 mL aquades

Penambahan Pencucian 2x10


Peneraan 100 mL aquades
aquades 20 mL mL etanol 95%
Penambahan 280
Penambahan HCl Pencucian 2x10
mL etanol 95%
4M (hingga pH 1,5) mL etanol aseton
(60ºC)
Pengendapan 1 jam
Penambahan Pengeringan (105ºC, 24 jam)
100 mg pepsin
Filtrasi Filtrat
Pendinginan (desikator)
Inkubasi + agitasi
(40ºC, 60 menit) Residu
Penimbangan

Penambahan Pencucian 2x10 mL aquades Pengabuan


aquades 20 mL
Pencucian 2x10 Pendinginan
Penambahan NaOH mL etanol 95%
(hingga pH 6,5)
Penimbangan
Pencucian 2x10
Penambahan 100 mL etanol aseton
mg pankreatin IDF
Pengeringan (105ºC, 24 jam)
Penutupan
erlenmeyer
Pendinginan (desikator)

Inkubasi + agitasi
Penimbangan
(40ºC, 60 menit)

Penambahan HCl Pengabuan


4M (hingga pH 4,5)
Pendinginan

Penimbangan SDF
Gambar 2. Diagram alir analisa kadar serat pangan
BAB 3. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

3.1 Hasil Pengamatan


3.1.1 Uji Serat Tidak Larut Air (IDF)
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Serat Tidak Larut Air (IDF)
Berat Berat
Berat (B) Kurs + Kertas
Berat (A) Berat
Sampel Sampel kertas Kertas Saring
No. Grup Kertas Kurs
Kacang Awal (g) saring + saring yang
Saring (g) (D) (g)
residu Residu Diabukan
(E) (G)
1 1 0,8335 2,0312 22,7002 23,7019 0,448430493
1. Edamame 2 1 0,8329 2,0507 32,2412 33,2457 0,448430493
3 1 0,8316 2,0148 15,9556 16,9573 0,448430493
4 1 0,8343 2,1772 14,6815 15,6834 0,448430493
2. Tunggak 5 1 0,8477 2,1916 15,491 16,493 0,448430493
6 1 0,848 2,0949 34,2532 35,2563 0,448430493
7 1 0,8365 2,0622 14,2117 15,2177 0,448430493
3. Merah 8 1 0,8589 2,1856 14,2561 15,2588 0,448430493
9 1 0,8339 2,2022 16,8913 17,894 0,448430493
10 1 0,8427 2,1607 12,9448 13,9522 0,448430493
4. Hijau 11 1 0,8232 1,9844 18,2062 19,2104 0,448430493
12 1 0,852 2,2093 19,5635 20,567 0,448430493
13 1 0,8835 2,2613 33,4861 34,4879 0,448430493
5. Koro Kratok
14 1 0,8446 2,089 33,2177 34,2214 0,448430493
3.1.2 Uji Serat Larut Air (SDF)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Serat Larut Air (SDF)

Berat Berat
Berat (B) Kurs + Kertas
Berat (A) Berat
Sampel Kelo Sampel kertas Kertas Saring
No. Kertas Kurs (D)
Kacang mpok Awal (g) saring + saring yang
Saring (g) (g)
residu Residu Diabukan
(E) (G)
1 1 0,8508 1,8833 33,1402 34,1487 0,448430493
1. Edamame 2 1 0,8707 1,9233 33,7018 34,7124 0,448430493
3 1 0,7641 1,8275 12,8938 13,9081 0,448430493
4 1 0,747 1,7743 25,8825 26,8842 0,448430493
2. Tunggak 5 1 0,7093 1,7477 26,1936 27,2016 0,448430493
6 1 0,7573 1,8053 15,9184 16,9232 0,448430493
7 1 1.) 0,7485 2,5508 25,3373 26,3479 0,896860987
3. Merah 8 1 2.) 0,7205 2,6368 17,9035 18,9124 0,896860987
9 1 1.) 0,7677 2,6335 16,247 17,2612 0,896860987
10 1 2.) 0,7786 1,7605 22,9043 23,9048 0,448430493
4. Hijau 11 1 1.) 0,7629 1,7076 34,3256 35,3276 0,448430493
12 1 2.) 0,7997 1,7649 32,4106 33,4126 0,448430493
13 1 0,7275 1,765 33,5291 34,5305 0,448430493
5. Koro Kratok
14 1 0,7082 2,6116 23,2873 24,2941 0,896860987
3.2 Hasil Perhitungan
3.2.1 Uji Serat Tidak Larut Air (IDF)
Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Serat Tidak Larut Air (IDF)

Blanko IDF =
Sampel (C) = (F) = (H) = (E – Rata-rata
No. Grup (I) = (A (C-H-I)/
Kacang (B - A) (E - D) G – D) IDF
– G) Wx100

1 1,1977 1,0017 0,553269507 0,38507 25,93609865


1. Edamame 2 1,2178 1,0045 0,556069507 0,38447 27,72609865 26,11277
3 1,1832 1,0017 0,553269507 0,38317 24,67609865
4 1,3429 1,0019 0,553469507 0,38587 40,35609865
36,24277
2. Tunggak 5 1,3439 1,002 0,553569507 0,39927 39,10609865
6 1,2469 1,0031 0,554669507 0,39957 29,26609865
7 1,2257 1,006 0,557569507 0,38807 28,00609865
35,6861
3. Merah 8 1,3267 1,0027 0,554269507 0,41047 36,19609865
9 1,3683 1,0027 0,554269507 0,38547 42,85609865
10 1,318 1,0074 0,558969507 0,39427 36,47609865
33,1361
4. Hijau 11 1,1612 1,0042 0,555769507 0,37477 23,06609865
12 1,3573 1,0035 0,555069507 0,40357 39,86609865
Koro 13 1,3778 1,0018 0,553369507 0,43507 38,93609865 34,1161
5.
Kratok 14 1,2444 1,0037 0,555269507 0,39617 29,29609865

3.2.2 Hasil Perhitungan Uji Serat Larut Air (SDF)


Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Serat Larut Air (SDF)

Blanko SDF =
Sampel (C) = (F) = (H) = (E – Rata-rata
No. Grup (I) = (A (C-H-I)/
Kacang (B - A) (E - D) G - D) SDF
– G) W*100

1 1,0325 1,0085 0,560069507 0,40237 7,006098655


10,66943
1. Edamame 2 1,0526 1,0106 0,562169507 0,42227 6,816098655
3 1,0634 1,0143 0,565869507 0,31567 18,18609865
4 1,0273 1,0017 0,553269507 0,29857 17,54609865
19,2061
2. Tunggak 5 1,0384 1,008 0,559569507 0,26087 21,79609865
6 1,048 1,0048 0,556369507 0,30887 18,27609865
7 1,0818 1,0106 0,113739013 0,572139 39,59219731
33,75886
3. Merah 8 1,0905 1,0089 0,112039013 0,649439 32,90219731
9 1,0709 1,0142 0,112039013 0,665739 28,78219731
BAB 4. PEMBAHASAN

Serat pangan (dietary fiber) merupakan bagian yang dapat dimakan dari
tanaman atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi
pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau parsial pada usus besar.
Herminingsih a (2010), mendefinisikan serat pangan adalah sisa dari dinding sel
tumbuhan yang tidak terhidrolisis atau tercerna oleh enzim pencernaan manusia
seperti hemiselulosa, selulosa, lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan lilin.
Berdasarkan kelarutannya, serat pangan dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu
SDF (Soluble Dietray Fiber) dan IDF (Insoluble Dietary Fiber). SDF dapat
difermentasi oleh bakteri usus menghasilkan gas hidrogen, metana, dan CO2, serta
SCFA (Short Chain Fatty Acid). SCFA yang dihasilkan adalah asam format,
asetat, asam butirat, asam propionate akan diserap usus dan menghasilkan energi
(2 kkal/g serat (kisaran: 0–3 kkal/g serat) (Slavin 2005). Pada praktikum yang
telah dilakukan, dapat diketahui kandungan serat pangan yang terlarut dan tidak
terlarut pada kacang-kacangan sebagai berikut.

40 36.24277 35.6861
33.75886 33.1361 34.1161
35
30 26.11277 27.29915
25
19.2061 17.70943
20
15 10.66943
10
5
0
Edamame Tunggak Merah Hijau Koro Kratok
IDF SDF

Gambar 3. Kandungan SDF dan IDF pada sampel.

Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan pada
praktikum analisa serat antara lain edamame, kacang tunggak, kacang merah,
kacang hijau, dan koro kratok yang telah ditepungkan. Grafik di atas
menunjukkan bahwa nilai IDF dari sampel yang telah di analisa memiliki nilai
yang lebih tinggi dibandingkan nilai SDF. Dapat dilihat nilai IDF dari setiap
sampel dari yang tertinggi ke terendah secara berturut-turut yaitu kacang tunggak,
kacang merah, koro kratok, kacang hijau, dan edamame sedangkan untuk nilai
SDF dari tertinggi ke terendah berturut-turut kacang merah, koro kratok, kacang
tunggak, kacang hijau, dan edamame. Perbandingan nilai IDF yang lebih tinggi
dari SDF ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa serat tidak larut
seperti selulosa, hemiselulosa yang banyak terdapat pada sayuran; buah; serelea,
dan lignin yang banyak terdapat pada serelea dan kacang-kacangan (Tensiska,
2008).
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh kadar serat
larut air pada edamame lebih rendah (10,67) dari pada kadar serat tidak larut air
(26,11). Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniawati, et al. (2016) yang
menunjukkan bahwa nilai IDF pada kacang edamame segar (8,57%) lebih tinggi
daripada nilai SDF (0,46%). Alasannya, serat tidak larut air berupa selulosa dalam
edamame sangat banyak. Pada kacang tunggak, kadar serat tidak larut air (36,243)
lebih tinggi dibandingkan kadar serat larut air (19,206), hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Cabrejas ,et.al (2008) yang menunjukkan bahwa
nilai IDF pada kacang tunggak (303,2 g/Kg DM) lebih tinggi dari pada nilai SDF
kacang tunggak (9,0 g/Kg DM). Pada kacang merah, kadar serat tidak larut
(35,68) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar saerat larut air (33,7) hal ini
sesuai dengan penelitian Tan dan Azrina (2017) yang menunjukkan bahwa nilai
IDF kacang merah (25,21 g) lebih tinggi dibandingkan nilai SDF kacang merah
(2,45) , hal ini juga terjadi pada kacang hijau dan koro kratok yang memiliki kadar
serat tidak larut air ( hijau=33,163; koro kratok=27,3) yang lebih tinggi dari pada
serat larut (hijau =17,79; koro kratok= 27,299). Hal ini dapat disebabkan karena
kandungan seperti selulosa hemiselulosa, dan lignin lebih tinggi dibandingkan pati
yang merupakan serat yang larut (Wang et.al 2008).
Menurut literatur, edamame memiliki kadar serat total 4 gram/100 gram
(Soyfoods Association of North America, 2005), kacang tunggak memiliki kadar
serat total 3,7 gram/100 gram (Winarto Kasno 1998), kacang merah memiliki
kadar serat total 4 gram/100 gram (Mahmud, et al., 2008), kacang hijau memiliki
kadar serat total 4,6 gram/100 gram, dan koro kratok memiliki kadar serat total
3,7 gram/100gram. Untuk TDF (total kadar serat) melalui data IDF dan SDF hasil
praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa TDF untuk edamame,
kacang tunggak, kacang merah, kacang hijau, dan koro kratok berturut-turut
26,1127 + 10,66943 = 36,78213 ; 36,24277 + 19,2061 = 55,44887 ; 35,6861 +
33,75886 = 69,44496 ; 33,1361 + 17,70943 = 50,84553 ; dan 34,1161 + 27,29915
= 62,41525. Maka, nilai TDF dari tertinggi ke terendah yaitu kacang merah, koro
kratok, kacang tunggak, kacang hijau, dan edamame. Data yang diperoleh tidak
sesuai dengan literatur dimana seharusnya, kacang hijau justru memiliki kadar
serat tertinggi dan koro kratok memiliki kadar serat terendah, meskipun hasil
kadar serat total tidak berbeda secara signifikan. Adanya perbedaan nilai
kemungkinan disebabkan karena perbedaan varietas dan kualitas bahan baku.
Selain itu, ada kemungkinan abu yang keluar dari cawan karena cawan porselen
tidak tertutup dengan baik saat melakukan pengabuan serta hidrolisis pati yang
kurang sempurna, sehingga mengakibatkan kesalahan positif karena nilai hasil
pengujian yang diperoleh lebih besar daripada nlai yang sebenarnya. Hal ini
kemungkinan disebabkan adanya fluktuasi suhu selama proses inkubasi serta
kualitas sampel yang kurang baik selama penyiapan dan penyimpanan.
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa serat pangan yang telah dilakukan dapat
diketahui nilai IDF dan SDF untuk edamame, kacang tunggak, kacang merah,
kacang hijau, dan koro kratok berturut-turut 26,1127 dan 10,66943; 36,24277 dan
19,2061; 35,6861 dan 33,75886; 33,1361 dan 17,70943; serta 34,1161 dan
27,29915. Hasil IDF dari tertinggi ke terendah berturut-turut kacang tunggak,
kacang merah, koro kratok, kacang hijau, dan edamame. Hasil SDF dari tertinggi
ke terendah berturut-turut kacang merah, koro kratok, kacang tunggak, kacang
hijau, dan edamame.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini yaitu sebaiknya proses
praktikum dilakukan dengan teliti terutama pada saat proses penyaringan untuk
menghindari penyimpangan yang terjadi pada hasil analisis kadar serat pangan.
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Cereal Chemist (AACC). 2001. The Definition of


Dietary Fiber. Cereal Food. World.

Anik Herminingsih, 2010. Manfaat Serat dalam Menu Makanan. Jakartra:


Universitas. Mercu Buana, Jakarta. Jurnal Ir.Agus Santoso,MP.

Joseph, G. 2002. Manfaat Serat Makanan bagi Kesehatan Kita. Makalah Falsafah
Sains. Program Pasca Sarjana/S3. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kurniawati M, Budijanto S, Yuliana ND. 2016. Karakterisasi dan indeks glikemik


beras analog berbahan dasar tepung jagung. J Gizi Pangan 11(3):169-174.

Mahmud, M. K., N. A. Hermana, I. Zulfianto, R. R. Ngadiarti, B. Apriyantono,


Hartati, Bernadus dan Tinexelly. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Kompas Gramedia

Muchtadi, D. 2001. Sayuran sebagai sumber serat pangan untuk mencegah


timbulnya penyakit degeneratif. Teknologi dan Industri Pangan 12:1-2.

Piliang, W.G. dan Djojosoebagio, S. 1996. Fisiologi Nutrisi. Edisi Kedua. Jakarta:
UI Press.

Slavin, J. L. 2005. Dietary fiber and body weight. Journal of Nutrition 21(3):
411−418.

Soyfoods Association of North America. 2005. Whole Soybean.


http://www.soyfoods.org/wp-content/uploads/2006/12/whole_soybean.
Diunduh pada 27 Oktober 2018.

Sulistijani, D.A. dan Firdaus, H. 2001. Sehat dengan Menu Berserat. Jakarta:
Trubus Agriwidya.

Tensiska, 2008. Serat Makanan. Bandung : UNPAD Press.


Wang et.al 2008. Dietary Intake of Dairy Products, Calcium, and Vitamin D and
The Risk of Hypertension in Middle-Aged and Older Women Hypertension.
51, 1073-1079. http://hyper.ahajounals.org/content/51/4/1073. Diunduh
pada 28 Oktober 2018.
CARA PERHITUNGAN
1. Residu pada berat kertas saring (C) = Berat kertas saring +residu (B) - berat
kertas saring (A)
2. (Berat kertas saring +residu) setelah pengeringan (F) = berat kurs+kertas
saring+ residu (E) – berat kurs (D)
3. Berat residu setelah pengabuan (H) = (berat kertas saring +residu) setelah
pengeringan (F) – berat kertas saring yang diabukan (G)
4. Blanko (I) = Kertas saring awal (A) – berat kertas saring yang diabukan (G)
5. IDF dan SDF = (C-H-I) /(W)*100
Keterangan : W = berat awal

A. Perhitungan Kadar Serat Tidak Larut Air (IDF)


1. `Sampel Kacang Edamame
Ulangan 1
C = 2,0312 -0,8335 = 1,1977
F = 23,7019 - 22,7002 = 1,0017
H = 1,0017 - 0,448430493 = 0,553269507
I = 0,8335 - 0,448430493 = 0,38507
(1,1977− 0,553269507−0,38507)
IDF = 𝑥100 = 25,93609865
1

Ulangan 2
C = 2,0507 - 0,8329 = 1,2178
F = 33,2457 - 32,2412 = 1,0045
H = 1,0045 - 0,448430493 = 0,556069507
I = 0,8329 - 0,448430493 = 0,38447
(1,2178−0,556069507−0,38447)
IDF = 𝑥100 = 27,72609865
1
Ulangan 3
C = 2,0148- 0,8316 = 1,1832
F = 16,9573 - 15,9556 = 1,0017
H = 1,0045 - 0,448430493 = 0,553269507
I = 0,8329 - 0,448430493 = 0,38447
( 1,1832−0,553269507−0,38447)
IDF = 𝑥100 = 24,67609865
1
( 25,93609865+ 27,72609865 + 24,67609865)
Rata-rata IDF = = 26,11277
3

2. Sampel Kacang Tunggak


Ulangan 1
C = 2,1772 - 0,8343 = 1,3429
F = 15,6834 - 14,6815 = 1,0019
H = 1,0019 - 0,448430493 = 0,553469507
I = 0,8343 - 0,448430493 = 0,38587
(1,3429− 0,553469507 −0,38587)
IDF = 𝑥100 = 40,35609865
1

Ulangan 2
C = 2,1916 - 0,8477 = 1,3439
F = 16,493 - 15,491 = 1,002
H = 1,002 - 0,448430493 = 0,553569507
I = 0,8477- 0,448430493 = 0,39927
(1,3439−0,553569507−0,39927)
IDF = 𝑥100 = 39,10609865
1

Ulangan 3
C = 2,0949 - 0,848 = 1,2469
F = 35,2563- 34,2532 = 1,0031
H = 1,0031 - 0,448430493 = 0,554669507
I = 0,848 - 0,448430493 = 0,39957
(1,2469− 0,554669507−0,39957)
IDF = 𝑥100 = 29,2660986
1
( 40,35609865+ 39,10609865 + 29,26609865)
Rata-rata IDF = = 36,24277
3
3. Sampel Kacang Merah
Ulangan 1
C = 2,0622 - 0,8365= 1,2257
F = 15,2177- 14,2117 = 1,006
H = 1,006 - 0,448430493 = 0,557569507
I = 0,8365 - 0,448430493 = 0,38807
(1,2257− 0,553469507 − 0,38807)
IDF = 𝑥100 = 28,00609865
1

Ulangan 2
C = 2,1856 - 0,8589 = 1,3267
F = 15,2588 - 14,2561= 1,0027
H = 1,0027 - 0,448430493 = 0,554269507
I = 0,8589 - 0,448430493 = 0,41047
(1,3267−0,554269507−0,41047)
IDF= 𝑥100= 36,19609865
1

Ulangan 3
C = 2,2022 - 0,8339 = 1,3683
F = 17,894 - 16,8913 = 1,0031
H = 1,0031 - 0,448430493 = 0,554669507
I = 0,8339 - 0,448430493 = 0,38547
(1,2469− 0,554669507−0,39957)
IDF = 𝑥100 = 42,85609865
1
( 28,00609865+ 36,19609865+ 42,85609865
Rata-rata IDF = = 35,68609865
3

4. Sampel Kacang Hijau


Ulangan 1
C = 2,1607 - 0,8427 = 1,318
F = 13,9522 - 12,9448 = 1,0074
H = 1,0074 - 0,448430493 = 0,558969507
I = 0,8427 - 0,448430493 = 0,39427
(1,318− 0,553469507 − 0,39427)
IDF = 𝑥100 = 36,47609865
1
Ulangan 2
C = 1,9844 - 0,8232 = 1,1612
F = 19,2104 - 18,2062 = 1,0042
H = = 1,0042 - 0,448430493 = 0,553569507
I = 0,8232 - 0,448430493 = 0,37477
(1,1612−0,553569507−0,37477)
IDF= 𝑥100= 23,06609865
1

Kelompok 12
C = 2,2093 - 0,852 = 1,3573
F = 20,567 - 19,5635 = 1,0035
H = 1,0035 - 0,448430493 = 0,554669507
I = 0,852 - 0,448430493 = 0,40357
(1,3573− 0,554669507−0,40357)
IDF = 𝑥100 = 39,86609865
1
(36,47609865 + 23,06609865+ 39,86609865)
Rata-rata IDF = = 35,6861
3

5. Koro Kratok
Ulangan 1
C = 2,2613 - 0,8835 = 1,3778
F = 34,4879 - 33,4861 = 1,0018
H = 1,0018 - 0,448430493 = 0,553369507
I = 0,8835 - 0,448430493 = 0,43507
(1,3778− 1,0018 − 0,43507)
IDF= 𝑥100= 38,93609865
1

Ulangan 2
C = 2,089 - 0,8446 = 1,2444
F = 34,2214 - 33,2177= 1,0037
H = 1,0037 - 0,448430493 = 0,553569507
I = 0,8446- 0,448430493 = 0,39617
(1,2444−0,553569507−0,39617)
IDF = 𝑥100 = 29,29609865
1
(38,93609865+ 29,29609865=
Rata-rata IDF = = 34,1161
2
B. Perhitungan Kadar Serat Larut Air (SDF)
1. Sampel Kacang Edamame
Ulangan 1
C = 1,8833 - 0,8508 = 1,0325
F = 34,1487 - 33,1402 = 1,0085
H = 1,0085 - 0,448430493 = 0,560069507
I = 0,8508 - 0,448430493 = 0,40237
(1,0325− 0,560069507−0,40237)
SDF = 𝑥100 = 7,006098655
1

Ulangan 2
C = 1,9233 - 0,8707 = 1,0526
F = 34,7124 - 33,7018 = 1,0106
H = 1,0106 - 0,448430493 = 0,562169507
I = 0,8707 - 0,448430493 = 0,42227
(1,0526− 0,562169507−0,42227)
SDF = 𝑥100 = 6,816098655
1

Ulangan 3
C = 1,8275 - 0,7641 = 1,0634
F = 13,9081 - 12,8938 = 1,0143
H = 1,0143 - 0,448430493 = 0,565869507
I = 0,7641 - 0,448430493 = 0,31567
(1,0634− 0,565869507−0,31567)
SDF = 𝑥100 = 18,18609865
1
( 7,006098655+ 6,816098655 + 18,18609865)
Rata-rata SDF = = 10,66943
3

2. Sampel Kacang Tunggak


Ulangan 1
C = 1,7743 – 0,747 = 1,0273
F = 26,8842 – 25,8825 = 1,0017
H = 1,0017 – 0,448430493 = 0,553269507
I = 0,747 - 0,448430493 = 0,29857
(1,0273− 0,553269507 − 0,29857)
SDF = 𝑥100 = 17,54609865
1
Ulangan 2
C = 1,7477 – 0,7093 = 1,0384
F = 27,2016 - 26,1936 = 1,008
H = 1,008 - 0,448430493 = 0,559569507
I = 0,7093 - 0,448430493 = 0,26087
(1,0384−0,559569507−0,26087)
SDF = 𝑥100 = 21,79609865
1

Ulangan 3
C = 1,8053 - 0,7573 = 1,048
F = 16,9232 - 15,9184 = 1,0048
H = 1,0048 - 0,448430493 = 0,556369507
I = 0,7573 - 0,448430493 = 0,30887
(1,048 − 0,556369507 − 0,30887)
SDF = 𝑥100 = 18,27609865
1
( 17,54609865+ 21,79609865 + 18,27609865)
Rata-rata SDF = = 19,20609
3

3. Sampel Kacang Merah


Ulangan 1
C = 2,5508 – 1,469 = 1,0818
F = 26,3479 – 25,3373 = 1,0106
H = 1,0106 – 0,896860987 = 0,113739013
I = 1,469 - 0,896860987 = 0,572139
(1,0818− 0,113739013 − 0,572139)
SDF= 𝑥100 = 39,59219731
1

Ulangan 2
C = 2,6368 – 1,5463 = 1,0905
F = 18,9124 – 17,9035 = 1,0089
H = 1,0027 - 0,896860987 = 0,112039013
I = 1,5463 - 0,896860987 = 0,649439
(1,0905 −0,112039013−0,649439)
SDF = 𝑥100 = 32,90219731
1

Ulangan 3
C = 2,63335 – 1,5626 = 1,0709
F = 17,2612 – 16,247 = 1,0142
H = 1,0031 - 0,896860987 = 0,117339013
I = 1,5463 - 0,896860987 = 0,665739
(1,0709− 0,117339013−0,665739)
SDF = 𝑥100 = 28,78219731
1
( 39,59219731+ 32,90219731 + 28,78219731)
Rata-rata SDF = = 33,75886
3

4. Sampel Kacang Hijau


Ulangan 1
C = 1,7605 - 0,7275 = 1,033
F = 23,9048 - 22,9043 = 1,0005
H = 1,0005 - 0,448430493 = 0,552069507
I = 0,7275 - 0,448430493 = 0,27907
(1,033 − 0,552069507−0,27907)
SDF= 𝑥100 = 20,18609865
1

Ulangan 2
C = 1,7076 - 0,7082 = 0,9994
F = 35,3276 - 34,3256 = 1,002
H = 1,002 - 0,448430493 = 0,553569507
I = 0,7082 - 0,448430493 = 0,25977
(0,9994− 0,553569507−0,25977)
SDF = 𝑥100 = 18,60609865
1

Ulangan 3
C = 1,7649 - 0,7582 = 1,0067
F = 33,4126 - 32,4106 = 1,002
H = 1,002 - 0,448430493 = 0,553569507
I = 0,7582 - 0,448430493 = 0,30977
(1,0067− 0,553569507−0,30977)
SDF = 𝑥100 = 14,33609865
1
( 20,18609865+ 18,60609865 + 14,33609865)
Rata-rata SDF = = 17,70943
3

5. Sampel Koro Krotok


Ulangan 1
C = 1,765 - 0,7319 = 1,0331
F = 34,5305 - 33,5291 = 1,0014
H = 1,0014 - 0,448430493 = 0,552969507
I = 0,7319 – 0,448430493 = 0,283469507
(1,0331− 0,552969507−0,283469507)
SDF = 𝑥100 = 19,6660986
1

Ulangan 2
C = 2,6116 – 1,5246 = 1,087
F = 24,2941 – 23,2873 = 1,0068
H = 1,0068 – 0,896860987 = 0,10994
I = 1,5246 - 0,896860987 = 0,62774
(1,087 − 0,10994 −0,62774)
SDF = 𝑥100 = 34,93219731
1
( 19,6660986+34,93219731 )
Rata-rata SDF = = 27,29905
2

Anda mungkin juga menyukai