Anda di halaman 1dari 22

RESUME PRAKTIKUM

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNVERSITAS JEMBER

PRAKTIKUM PANGAN FUNGSIONAL (SERAT LARUT DAN TIDAK LARUT


AIR)

Nama : Livia Wahyuni

Nim : 161710101007

Kelompok/Kelas : 7/THP C

Acara : Uji serat larut dan tidak larut

Hari/Tgl. Praktikum : Kamis, 4 Oktober 2018

Asisten :

1. Oriza Krisnata Wiwata


2. Rizka Dwi Khairunnisa
3. Sayyidah Nilatul Fauziyah
4. Dewi Astuti Purnama S
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serat pangan adalah makanan berbentuk karbohidrat kompleks yang
banyak terdapat pada dinding sel tanaman pangan. Serat makanan (dietary fiber)
adalah bagian yang dapat dimakan dari tanaman atau karbohidrat analog yang
resisten terhadap pencernaan dan penyerapan di usus kecil manusia dengan
fermentasi lengkap atau sebagian dalam usus besar. Serat makanan tersebut
meliputi polisakarida, oligosakarida, lignin dan substansi tanaman. Serat makanan
memberikan efek fisiologis yang menguntungkan yang berguna untuk meredam
kolesterol dan glukosa darah. Serat pangan sering kali diabaikan oleh masyarakat
yang mengkonsumsi pangan. Hal ini disebabkan serat pangan tidak menghasilkan
energi. Selain itu, kekurangan serat dalam tubuh tidak menimbulkan gejala
spesifik seperti halnya yang terjadi pada kekurangan zat–zat gizi tertentu.
Hasil riset puslitbang gizi Depkes RI (2001) dalam Astawan & Wresdiyati
(2004), menunjukkan rata-rata konsumsi serat pangan penduduk Indonesia adalah
10,5 g/hari. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi
kebutuhan seratnya sekitar sepertiga dari kebutuhan ideal sebesar 30 g setiap hari.
Konsumsi serat tidak terkait dengan tempat penduduk tinggal (di kota/desa),
melainkan lebih pada masalah status ekonomi dan pengetahuan. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah ketersediaan makanan yang berserat serta pola dan
kebiasaan makan (Soerjodibroto, 2004).
Serat pangan tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan
manusia. Namun memiliki fungsi yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit serta komponen penting dalam terapi gizi
(Astawan & Wresdiyati, 2004). Menurut Soekarto (2001) menyatakan bahwa ada
dua jenis serat makanan yang dibedakan berdasarkan karakteristik kelarutannya
dalam air panas, yaitu serat yang dapat larut (soluble dietary fiber, SDF) dan serat
yang tidak dapat larut (insoluble dietary fiber, IDF). Serat makanan yang tidak
larut (IDF) merupakan komponen terbesar (sekitar 70%) penyusun serat makanan
dan sisanya (sekitar 30%) adalah komponen serat makanan yang dapat larut
(SDF). Selain itu, terdapat beberapa perbedaan prosentase serat dalam makanan.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum serat larut dan tidk larut dalam makanan
yang bertujuan untuk menghitung serat tersebut dan membandingkan jumlah serat
terbanyak dalam sampel.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui perbedaan serat larut dan tidak larut
2. Mengetahui prosentase atau perbandingan antara serat larut dan tidak larut
BAB 2. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat yang digunakan saat melakukan praktikum yaitu :

1. Timbangan Analitis
2. Ayakan 80 mesh
3. Beaker glass 50 ml
4. Beaker glass 100 ml
5. Erlenmeyer 250 ml
6. Erlenmeyer 500 ml
7. Labu ukur 100 ml
8. Gelas ukur 100 ml
9. Pipet tetes
10. Spatula
11. Corong kaca
12. Pipet mikro 10 ml
13. Kertas saring
14. Termometer
15. Kurs porselin
16. Mortal dan alu
17. Shaker waterbath
18. Hot plate
19. Oven
20. Tanur
21. Bulb pipet
2.1.2 Bahan yang digunakan saat melakukan praktikum yaitu :

1. Edamame
2. Kacang Merah
3. Kacang Hijau
4. Kacang Tunggak
5. HCl
6. Etanol 95%
7. NaOH
8. Pepsin
9. Pankreatin
10. Aquades
11. Etanol Asetan
2.2 Fungsi Perlakuan dan Skema Kerja

Kacang-
kacangan

Pengecilan ukuran

Pengayakan 80 mesh

Penimbangan

Heksan Defatting Lemak

Tepung
tanpa lemak

Penimbangan 1 gr
Gambar 1. Diagram Alir Persiapan Sampel

Pada persiapan analisa kadar serat pangan dilakukan persiapan sampel


dengan beberapa tahap. Tahap yang pertama yaitu menyiapkan sampel kacang –
kacangan yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan pengecilan ukuran
kacang-kacangan dengan menggunakan blender. Sampel yang telah dilakukan
pengecilan ukuran selanjutnya dilakukan pengayakan dengan ukuran 80 mesh.
Tahap berikutnya dilakukan penimbangan sesuai masing-masing perlakuan.
Sampel yang telah ditimbang kemudian dilakukan proses Defatting. Defatting
dilakukan untuk memisahkan lemak yang terkandung di dalam tepung kacang-
kacangan. Tahap terakhir yaitu penimbangan tepung bebas lemak seberat 1 gram
untuk dilakukan analisa kadar serat pangan.
Filtrasi Residu
1 gr
sampel
Filtrat Pencucian 2x10 mL aquades

Penambahan Peneraan 100 mL aquades Pencucian 2x10


aquades 20 mL mL etanol 95%
Penambahan 280
Penambahan HCl mL etanol 95% Pencucian 2x10
4M (hingga pH 1,5) (60ºC) mL etanol aseton
Pengendapan 1 jam
Penambahan Pengeringan (105ºC, 24 jam)
100 mg pepsin
Filtrasi Filtrat
Pendinginan (desikator)
Inkubasi + agitasi
(40ºC, 60 menit) Residu
Penimbangan

Penambahan Pencucian 2x10 mL aquades


aquades 20 mL Pengabuan

Pencucian 2x10 Pendinginan


Penambahan NaOH mL etanol 95%
(hingga pH 6,5)
Penimbangan
Pencucian 2x10
Penambahan 100 mL etanol aseton
mg pankreatin IDF
Pengeringan (105ºC, 24 jam)
Penutupan
erlenmeyer
Pendinginan (desikator)

Inkubasi + agitasi
(40ºC, 60 menit) Penimbangan

Penambahan HCl Pengabuan


4M (hingga pH 4,5)
Pendinginan

Penimbangan SDF

Gambar 2. Diagram Alir Analisa Kadar Serat Pangan


Tahap pertama yaitu menyiapkan sampel kacang masing-masing 1 gr. Tahap
kedua dilakukan penambahan aquades sebanyak 20 ml. Selanjutnya dilakukan
penambahan HCL 4m untuk mendapatkan pH sampai 1,5. Kemudian dilakukan
pencampuran dengan ditambahkan 100 mg pepsin dan ditutup, tujuan
ditambahkan pepsin untuk menguraikan protein pada sampel, diinkubasi dan
diagitasi dilakukan pengadukan pada sampel dengan menggunakan suhu 40⁰C
selama 60 menit. Selanjutnya ditambahkan 20 ml aquades dan ditambahkan
NaOH hingga pH 6,5. Selanjutnya, ditambahkan 100 mg pankreatin, ditutup dan
diinkubasi pada suhu 40⁰C selama 60 menit sambil diagitasi. Lalu, pH diatur 4,5
dengan penambahan HCl 4M dan disaring dengan kertas saring yang sudah
diketahui beratnya. Kemudian dicuci dengan 2x10ml air destilat tujuannya untuk
mengetahui jernihnya pada sampel. Dilakukan pencucian 2x10ml etanol 95%
tujuannya untuk melarutkan residu pada sampel. Pencucian 2x 10ml dengan
etanol aseton. Kemudian, dilakuakan penyaringan pada sampel untuk
mendapatkan filtrat. Kemudian filtrat ditera dengan 100 ml aquades. Kemudian
ditambahkan 280 ml etanol 95% dan diendapkan selama 1jam. Selanjutnya,
disaring dengan kertas saring dicuci dengan 2x10 ml air destilat, 2x10 pencucian
dengan etanol 95% dan 2x10ml pencucian dengan eatnol aseton, lalu dikeringkan
pada suhu 105⁰C selama 24 jam sampai berat konstan tujuan pengeringan untuk
menguapkan etanol aseton. Pendinginan dalam desikator tujuannya agar berat
kertas saring dan residu stabil. Kemudian, dilakukan penimbangan. Pengabuan
dengan suhu 500⁰C waktu 5 jam. Pendingan dengan resikator, penimbangan dan
menghasilkan SDF (uji serat larut air). Pada IDF (uji serat tidak larut air)
dilakukan penyaringan pada residu dilakukan pencucian 2x10ml air destilat,
pencucian 2x10ml etanol 95% dan pencucian 2x10ml etanol aseton. Kemudian
dilakukan pengeringan dengan suhu 105⁰C semalam tujuannya utnuk
menguapkan etanol dan untuk menghilangjan kadar air pada kertas saring dan
residu. Dilakukan pendinginan dengan waktu 15 menit dan penimbangan sampel.
Dilakukan pengabuan dengan suhu 500⁰C waktu 5 jam. Pendinginan dan
penimbangan pada sampel
BAB 3. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

3.1 Hasil Pengamatan


3.1.1 Uji Serat Tidak Larut Air (IDF)
Berat Berat
Sampel Berat kertas Kurs + Berat Kertas
Berat
Kelompok Awal kertas saring + Kertas Saring yang
Kurs (g)
(g) saring (g) residu Saring + Diabukan
(g) Residu (g)
1 1 0.683 2.099 182.068 183.35 0.448517941
2 1 0.688 2.137 226.986 228.311 0.448430493
3 1 0.6912 1.5887 159.588 160.3662 0.448430493
4 1 0.6713 2.058 334.863 336.0923 0.448430493
5 1 0.6367 1 154.866 156.0527 0.896860987
6 1 0.6744 1.873 195.626 196.6734 0.448430493
7 1 0.6983 1.94 332.175 333.3133 0.448430493
8 1 0.6855 0.815 253.375 254.3755 0.896860987
9 1 0.6974 1.82 168.896 171 0.896860987
10 1 0.6718 1.882 146.802 147.8558 0.448430493

3.1.2 Uji Serat Larut Air (SDF)


Berat Berat
Berat
Sampel kertas Kurs + Berat Kertas
kertas Berat
Kelompok Awal saring + Kertas Saring yang
saring Kurs (g)
(g) residu Saring + Diabukan
(g)
(g) Residu (g)
1 1 0.6792 0.706 331.391 331.097 0.448430493
2 1 0.6799 0.762 232.839 232.601 0.448430493
3 1 0.6552 0.802 343.273 343.075 0.448430493
4 1 0.6829 0.71 336.998 336.708 0.448430493
5 1 1.1262 0.735 261.907 261.642 0.896860987
6 1 0.6838 0.723 159.18 158.903 0.448430493
7 1 0.6575 0.789 142.124 141.913 0.448430493
8 1 1.0879 0.78 179.012 178.792 0.896860987
9 1 1.0836 0.695 162.438 162.133 0.896860987
10 1 0.6977 0.76 228.973 228.733 0.448430493
3.2 Hasil Perhitungan
3.2.1 Uji Serat Tidak Larut Air (IDF)
Residu
Residu setelah Rata-rata
Kel. Bahan Blanko (g) IDF (%)
(gr) dikeringka (%)
n

1 Kacang 1.416 0.83348206 0.234482059 34.80358814 34,0448


2 Hijau 1.449 0.87656951 0.239569507 33.28609865
3 Kacang 0.8975 0.32976951 0.242769507 32.49609865 35,3961
4 Tunggak 1.3867 0.78086951 0.222869507 38.29609865
5 Koro 0.3633 0.28983901 -0.260160987 33.36219731 35,3642
6 Kratok 1.1986 0.59896951 0.225969507 37.36609865
7 Kacang 1.2417 0.68986951 0.249869507 30.19609865 26,9592
8 Merah 0.1295 0.10363901 -0.211360987 23.72219731
9 Edamame 1.1226 1.12053901 -0.199460987 20.15219731 29,1492
10 1.2102 0.60536951 0.223369507 38.14609865

3.2.2 Uji Serat Larut Air (SDF)


Residu setelah Rata-
Residu
Ke Sampel dikeringkan Blanko (gr) SDF (%)
(gr) rata (%)
l. (gr)

1 Kacang 0.0268 -0.74243049 0.230769507 53.84609865 53,7761


2 Hijau 0.0821 -0.68643049 0.231469507 53.70609865
3 Kacang 0.1468 -0.64643049 0.206769507 58.64609865 55,8761
4 Tunggak 0.0271 -0.73843049 0.234469507 53.10609865
5 Koro -0.3912 -1.16186099 0.229339013 54.13219731 53,5291
6 Kratok 0.0392 -0.72543049 0.235369507 52.92609865
7 Kacang 0.1315 -0.65943049 0.209069507 58.18609865 59,9891
8 Merah -0.3079 -1.11686099 0.191039013 61.79219731
9 -0.3886 -1.20186099 0.186739013 62.65219731 56,3991
Edamame
10 0.0623 -0.68843049 0.249269507 50.14609865
BAB 4 PEMBAHASAN

1
2
3
4
Serat makanan (dietary fiber) adalah bagian yang dapat dimakan dari
tanaman atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan
penyerapan di usus kecil manusia dengan fermentasi lengkap atau sebagian dalam
usus besar. Serat makanan tersebut meliputi polisakarida, oligosakarida, lignin
dan substansi tanaman. Menurut Soekarto (2001) menyatakan bahwa ada dua
jenis serat makanan yang dibedakan berdasarkan karakteristik kelarutannya dalam
air panas, yaitu serat yang dapat larut (soluble dietary fiber, SDF) dan serat yang
tidak dapat larut (insoluble dietary fiber, IDF). Serat makanan yang tidak larut
(IDF) merupakan komponen terbesar (sekitar 70%) penyusun serat makanan dan
sisanya (sekitar 30%) adalah komponen serat makanan yang dapat larut (SDF).
SDF dapat difermentasi oleh bakteri usus menghasilkan gas hidrogen, metana, dan
CO2, serta SCFA (Short Chain Fatty Acid). Berikut data hasil praktikum yang
telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 3

Chart Title
IDF SDF

59.9891
56.3991 55.8761 53.7761 53.5291

35.3961 34.0448 35.3642


29.1492 26.9592

Edamame Tunggak Merah Hijau Koro Kratok


Gambar 3. Kandungan SDF dan IDF pada sampel.

sampel yang digunakan pada praktikum ini antara lain edamame, kacang
tunggak, kacang merah, kacang hijau, dan koro kratok yang mengalami proses
penepungan terlebih dahulu. Berdasarkan grafik menunjukkan bahwa nilai IDF
memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan nilai SDF. Nilai SDF dari setiap
sampel dari yang tertinggi ke terendah secara berturut-turut yaitu kacang merah,
edamame, tunggak, kacang hijau, dan koro kratok sedangkan untuk nilai IDF dari
tertinggi ke terendah berturut-turut tunggak, koro kratok, kacang hijau, edamame
dan merah. Perbandingan nilai SDF yang lebih tinggi dari IDF tidak sesuai
dengan literatur. Hal ini dikarenakan banyak sampel yang lebih larut didalam air.
Larutnya sampel dalam air dikarenakan saat praktikum sering terjadi kebocoraan
saringan. Sehingga sampel yang harusnya tidak larut menjadi larut. Menurut
literatur Tensiska (2008) yang menyatakan bahwa serat tidak larut seperti
selulosa, hemiselulosa yang banyak terdapat pada sayuran; buah; serelea, dan
lignin yang banyak terdapat pada serelea dan kacang-kacangan.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh kadar serat
larut air pada edamame yaitu (56,3991) serat tidak larut air (29,1492). Menurut
penelitian Kurniawati, et al. (2016) menunjukkan bahwa nilai IDF pada kacang
edamame segar (8,57%) serta nilai SDF (0,46%). Dalam hal ini data praktkum
tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Pada kacang tunggak, kadar
serat tidak larut air (35,396) kadar serat larut air (55,8761). Pada kacang merah,
kadar serat tidak larut (26,9552) kadar saerat larut air (59,9891). hal ini tidak
sesuai denagn literatur. Menurut penelitian Tan dan Azrina (2017) yang
menunjukkan bahwa nilai IDF kacang merah (25,21 g) lebih tinggi dibandingkan
nilai SDF kacang merah (2,45). Kacang hijau memiliki nilai IDF yang lebih
rendah dari pada SDF yaitu 34,044 dan 53,7761 serta koro kratol yang memiliki
nilai IDF 35,364 dan SDF 53,5291.
Menurut literatur, edamame memiliki kadar serat total 4 gram/100 gram
(Soyfoods Association of North America, 2005), kacang tunggak memiliki kadar
serat total 3,7 gram/100 gram (Winarto Kasno 1998), kacang merah memiliki
kadar serat total 4 gram/100 gram (Mahmud, et al., 2008), kacang hijau memiliki
kadar serat total 4,6 gram/100 gram, dan koro kratok memiliki kadar serat total
3,7 gram/100gram. Data yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur dimana
seharusnya, kacang hijau justru memiliki kadar serat tertinggi dan koro kratok
memiliki kadar serat terendah, Adanya perbedaan nilai kemungkinan hidrolisis
pati yang kurang sempurna, sehingga mengakibatkan kesalahan positif karena
nilai hasil pengujian yang diperoleh lebih besar daripada nlai yang sebenarnya.
Hal ini kemungkinan disebabkan adanya fluktuasi suhu selama proses inkubasi
serta kualitas sampel yang kurang baik selama penyiapan dan penyimpanan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Serat makanan yang tidak larut (IDF) merupakan komponen terbesar
(sekitar 70%) penyusun serat makanan dan sisanya (sekitar 30%) adalah
komponen serat makanan yang dapat larut (SDF).
2. kadar serat larut air pada edamame yaitu (56,3991) serat tidak larut air
(29,1492). Pada kacang tunggak, kadar serat tidak larut air (35,396) kadar
serat larut air (55,8761). Pada kacang merah, kadar serat tidak larut
(26,9552) kadar saerat larut air (59,9891). Kacang hijau memiliki nilai IDF
yang lebih rendah dari pada SDF yaitu 34,044 dan 53,7761 serta koro
kratol yang memiliki nilai IDF 35,364 dan SDF 53,5291.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu bahan yang digunakan lebih
bervariasi lagi sehingga tidak hanya kacang kacangan yang dibandingkan serta
saat praktikum setiap proses harus dilakukan dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. Wresdiyati. 2004. Diet Sehat Dengan Makanan Berserat. Surakarta:
Tiga Serangkai
Kurniawati M, Budijanto S, Yuliana ND. 2016. Karakterisasi dan indeks glikemik
beras analog berbahan dasar tepung jagung. J Gizi Pangan 11(3):169-174.

Mahmud, M. K., N. A. Hermana, I. Zulfianto, R. R. Ngadiarti, B. Apriyantono,


Hartati, Bernadus dan Tinexelly. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Kompas Gramedia
Mahmud et al. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Jakarta: Elex
Media Komputindo
Soerjodibroto, 2004. Asupan Serat Makan Remaja di Jakarta. Majalah Kedokteran
Indonesia. Jakarta Volumen 54 Nomor 10. Oktober 2004:397- 401
Soyfoods Association of North America. 2005. Whole Soybean.
http://www.soyfoods.org/wp-content/uploads/2006/12/whole_soybean.
Diunduh pada 27 Oktober 2018.

Wang et.al 2008. Dietary Intake of Dairy Products, Calcium, and Vitamin D and
The Risk of Hypertension in Middle-Aged and Older Women Hypertension.
51, 1073-1079. http://hyper.ahajounals.org/content/51/4/1073. Diunduh
pada 28 Oktober 2018.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Perhitungan serat tidak larut air (IDF)

 Residu sebelum pengeringan (C)


= [Berat kertas saring+residu (B)] – [Berat kertas saring (A)]
 Residu pengabuan (G)
= [Berat Kurs+Kertas saring+Residu (E)] - [Berat kertas saring yang
dikeringkan (F)] - [Berat kurs (D)]
 Blanko (H)
= [Berat kertas saring (A)] - [Berat kertas saring yang dikeringkan (F)]
 Serat tidak larut air (IDF)
(C−G−H )
= x 100
W

a. Kacang hijau
Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1=2,099−0,683 = 1,416 gr
2. Ulanga n 2=2,137−0,688=1,449 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1=183,35−0,448517941−182,068=0,8334 gr
2. Ulangan 2=228,311−0,448430493−226,986=0,8765 gr
Blanko (H)
1. Ulangan 1 ¿ 0,683−0,4485=0,2344 gr
2. Ulangan 2 ¿ 0,688−0,4484=0,2395 gr
IDF
(1,416−0,8334−0,2344)
1. Ulangan 1 = x 100 = 34,8035
1
(1,449−0,8765−0,2395)
2. Ulangan 2 ¿ x 100 = 33,2861
1
34,8035+33,2861
Rata rata IDF = =34,0448
2

b. Kacang tunggak
Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1 = 1,5887-0,6912 = 0,8975 gr
2. Ulangan 2 = 2,058 – 0,6173 = 1,3867 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 160,3662 - 0,4484 - 159,558 = 0,3297 gr
2. Ulangan 2 = 336,0923 – 0,4484 – 334,863 = 0,7808 gr
Blanko (H)
1. Ulangan 1 ¿ 0,6912−0,4484=0,2427 gr
2. Ulangan 2 ¿ 0,6713−0,4484=0,2228 gr
IDF
(0,8975−0,3297−0,2427)
1. Ulangan 1 = = 32,4961 gr
1
(1,3867−0,7808−0,2228)
2. Ulangan 2 = = 38,2961 gr
1
32,4961+38,2961
Rata rata IDF = =¿ 35,3961 gr
2

c. Kacang koro kratok


Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1=1−0,6367 = 0,3633 gr
2. Ulangan 2=1,873−0,6744=1,1986 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 156,0527 – 0,8968 – 154,866 = 0,2898 gr
2. Ulangan 2 = 196, 6734 – 0,4484 – 195,626 = 0,5989 gr
Blanko
1. Ulangan 1 ¿ 0,6367−0,8968=−0,2601 gr
2. Ulangan 2 ¿ 0,6744−0,4484=0,2259 gr
IDF
1. Ulangan 1= ¿ ¿ = 33,3621 gr
(1,1986−0,5989−0,2259)
2. Ulangan 2 = = 37, 3661 gr
1
33,3621+37,3661
Rata rata IDF = = 35, 3642 gr
2

d. Kacang merah
Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1 = 1,94 – 0,6983 = 1,2417 gr
2. Ulangan 2 = 0,815-0,6855 = 0,1295 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 333,3133 – 0,4484 – 332,175 = 0,6898 gr
2. Ulangan 2 = 254,3755 – 0,8968 – 253,375 = 0,1036 gr
Blanko
1. Ulangan 1 ¿ 0,6983−0,4484=0,2498 gr
2. Ulangan 2 ¿ 0,6855−0,8968=−0,2114 gr
IDF
(1,2417−0,6898−0,2498)
1. Ulangan 1 = = 33,3622 gr
1
(0,1295−0,1036−(−0,2114 ) )
2. Ulangan 1= = 23,7222 gr
1
33,3622+ 23,7222
Rata rata IDF = =¿ 26,9592 gr
2
e. Edamame
Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1 = 1,82 – 0,6974 = 1,1226 gr
2. Ulangan 2 = 1,882 – 0,6718 = 1,2102 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 171 – 0,8986 – 168,896 = 1,1205 gr
2. Ulangan 2 = 147,8558 – 0,4484 – 146,802 = 0,6054 gr
Blanko
1. Ulangan 1 = 0,6974 – 0,8968 = - 0,1994
2. Ulangan 2 = 0,6718 – 0,4484 = 0,2234
IDF
1. Ulangan 1 = ¿ ¿ = 20,1522 gr
(1,2102−0,6054−0,2234)
2. Ulangan 2 = = 38,1461 gr
1
20,1522+ 38,1461
Rata rata IDF = =¿ 29.1492 gr
2

2. Perhitungan serat larut air (SDF)


 Residu sebelum pengeringan (C)
= [Berat kertas saring+residu (B)] – [Berat kertas saring (A)]
 Residu pengabuan (G)
= [Berat Kurs+Kertas saring+Residu (E)] - [Berat kertas saring yang
dikeringkan (F)] - [Berat kurs (D)]
 Blanko (H)
= [Berat kertas saring (A)] - [Berat kertas saring yang dikeringkan (F)]
 Serat larut air (SDF)
(C−G−H )
= x 100
W

a. Kacang hijau
Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1 = 0,706-0,6792 = 0,0268 gr
2. Ulangan 2 = 0,762- 0,6799 = 0,0821 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 331,097 – 0,4484 – 331,391 = -0,7424 gr
2. Ulangan 2 = 232,601-0,4484 – 232,839 = -0,6864 gr
Blanko (H)
1. Ulangan 1 ¿ 0,6792 – 0,4484 = 0,2308 gr
2. Ulangan 2 ¿ 0,6799– 0,4484 = 0,2315 gr
SDF
(0,0268−(−0,7424 )−0,2308)
3. Ulangan 1 = x 100 = 53,8461 gr
1
(0,0821−(−0,6864 ) −0,2315)
4. Ulangan 2 = x 100 = 53,7061 gr
1
53,8461+53,7061
Rata rata SDF = =¿ 53,7761 gr
2

b. Kacang Tunggak
Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1 = 0,802-0,6552 = 0,1468 gr
2. Ulangan 2 = 0,71 – 0,6829 = 0,0271 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 0343,075 – 0,4484 – 343,273 = -0,6464 gr
2. Ulangan 2 = 336,708 – 0,4484 – 336,998 = -0,7384 gr
Blanko (H)
1. Ulangan 1 ¿ 0,6552 – 0,4484 = 0,2068 gr
2. Ulangan 2 ¿ 0,6829 – 0,4484 = 0.2345 gr
SDF
1. Ulangan 1 = ¿ ¿ x 100= 58,6461 gr
2. Ulangan 2 = ¿ ¿ x 100 = 53,1061gr
58,6461+53,1061
Rata rata SDF = =¿ 55,8761 gr
2

c. Kacang Koro Kratok


Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1 = 0,735 – 1,1262 = -0,3912 gr
2. Ulangan 2 = 0,723 – 0,6838 = 0,0392 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 261,642 – 0,8969 – 261,907 = -1,1619 gr
2. Ulangan 2 = 158,903 – 0,4484 – 159,18 = -0,7254 gr
Blanko (H)
1. Ulangan 1 ¿1,1262 - 0,8969 = 0,2293 gr
2. Ulangan 2 ¿ 0,6838−0,4484=0,2354 gr
SDF
1. Ulangan 1 = ¿ ¿ x 100 = 54,1322 gr
(0,0392−(−0,7254)−0,2354)
2. Ulangan 2 = x 100 = 52,9261 gr
1
54,1322+52,9261
Rata rata SDF = =¿ 53,5291 gr
2

d. Kacang Merah
Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1 = 0,789 – 0,6575 = 0,1315 gr
2. Ulangan 2 = 0,78 – 1,0879 = - 0,3079 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 141,913 – 0,4484 – 142,124 = -0,6594 gr
2. Ulangan 2 = 178,792 – 0,8969 – 179,012 = -1,1169 gr
Blanko (H)
1. Ulangan 1 ¿ 0,6575−0,4484=0,2091gr
2. Ulangan 2 ¿ 1,0879−0,8969=0,1910 gr
SDF
(0,1315−(−0,6594)−0,2091)
1. Ulangan 1 = x 100 = 58,1861 gr
1
(−0,3079−(−1,1169)−0,1910)
2. Ulangan 2 = x 100 = 61,7922 gr
1
58,1861+ 61,7922
Rata rata SDF = =¿ 59,9891 gr
2

e. Edamame
Residu sebelum pengeringan (C)
1. Ulangan 1 = 0,76 – 1,0836 = - 0,3886 gr
2. Ulangan 2 = 0,76 – 0,6977 = 0,0623 gr
Residu setelah diabukan (G)
1. Ulangan 1 = 162,133 – 0,8969 – 162,438 = -1,2016 gr
2. Ulangan 2 = 228,733 – 0,4484 – 228,973 = -0,6884 gr
Blanko (H)
1. Ulangan 1 ¿ 1,0836−0,8969=0,1867 gr
2. Ulangan 2 ¿ 0,6977−0,4484=0,2493gr
SDF
(−0,3886−(−1,2016)−0,1867)
1. Ulangan 1 = x 100 = 62,6522 gr
1
(0,0623−(−0,6884)−0,2493)
2. Ulangan 2 = x 100 = 50,1461 gr
1
62,6522+ 50,1461
Rata rata SDF = =¿ 56,3991 gr
2
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Penambahan HCL

Penuangan Sampel

Pengukuran pH Penutupan erlenmeyer dan di inkubasi


Penyaringan sampel Penambahan aquadest hingga 100 ml

Hasil serat Penimbangan Residu

Anda mungkin juga menyukai