Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS

KADAR SERAT
KASAR
III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Serat kasar

Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang telah dipisahkan dengan

BETN yangterutama terdiri dari pati, dengan analisis kimia sederhana. Serat kasar

terdiri dari atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Fraksi serat kasar dapat diukur

berdasarkan kelarutannya ( Tillman et al., 1998). Serat kasar merupakan residu

dari bahan makanan atau hasil pertanian setelah diperlakukan dengan asam atau

alkali mendidih.

Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai

fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium

hidroksida pada kondisi terkondisi. Serat kasar sebagian besar berasal dari sel

dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin Peran serat

pakan sebagai sumber energi erat kaitannya dengan proporsi penyusun komponen

serat seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin (Suparjo, 2010).

Serat merupakan senyawa karbohidrat yang tidak dapat dicerna, fungsi

utamanya untuk mengatur kerja usus (Sitompul dan martini, 2005). Faktor bahan

pakan, khususnya serat selain menentukan kecernaan juga menentukan kecepatan

aliran pakan meninggalkan rumen. Bahan pakan yang mengandung serat kasar

tinggi sukar dicerna sehingga kecepatan alirannya rendah (Susanti dan

Marhaeniyanto, 2007)

Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai

fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium
hidroksida pada kondisi yang terkontrol ( Suparjo, 2010). Serat kasar ditentukan

dengan cara mendidihkan sisa makanan dari ekstraksi eter secara bergantian

dengan asam dan alkali dengan konsentrasi tertentu; sisa bahan organiknya

merupakan serat kasar (Hernawati, 2010).

Serat ataupun senyawa-senyawa yang termasuk dalam serat mempunyai

sifat kimia yang tidak larut dalam air, asam atau basa meskipun dengan

pemanasan atau hidrolisis (Sitompul dan Martini, 2005). Serat kasar (SK) / Crude
fiber (CF) adalah Bagian karbohidrat yang tidak larut setelah pemasakan berturut-

turut (Tim Laboratorium IPB, 2003).

3.2 Analisis serat kasar

Analisis serat kasar merupakan kumpulan dari semua serat yang tidak bisa

dicerna. Komponen dari serat kasar ini yaitu mempunyai gizi akan tetapi serat ini

sangat penting untuk proses memudahkan dalam pencernaan didalam tubuh agar

proses tersebut lancar (Hermayati,dkk. 2006). Langkah pertama metode


pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang

terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut

dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam sodium alkali. Residu yang

tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).

Pada analisis penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak

larut dalam asam encer atau basa encer dengan kondisi tertentu. Penentuan dengan

metode ini dibagi menjadi 3 tahapan besar yaitu deffeating, digestion, dan

penyaringan. Menurut Sudarmadji, dkk. (1989), langkah - langkah dalam analisis

adalah sebagai berikut:


1) Deffating, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sample

menggunakan pelarut lemak.

2) Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan

pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam

keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin

dihilangkan dari pengaruh luar.

3) Penyaringan, harus segera dilakukan setelah digestion selesai karena

penundaan penyaringan dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil

analisis karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang

dipakai. Untuk bahan yang mengandung banyak protein sering mengalami

kesulitan dalam penyaringan, maka sebaiknya dilakukan digesti

pendahuluan dengan menggunakan enzim.


IV

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR PERCOBAAN

4.1 Alat

1. Gelas piala khusus 600 ml, berfungsi untuk sebagai wadah untuk

melarutkan suatu zat atau bahan kimia, untuk menampung zat kimia yang

bersifat korosif, dan sebagai wadah untuk mencampur dan memanaskan

cairan.

2. Cawan porselen 30 ml, berfungsi untuk meratakan panas sehingga panas

menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik

lewat didih.

3. Corong Buchner  4.5 cm, berfungsi untuk menyaring sebuah sampel.

4. Satu set alat pompa vakum, berfungsi untuk memepercepat proses

penyaringan.

5. Eksikator, berfungsi untuk menyimpan bahan atau wadah sebelum

dilakukan penimbangan. Selain itu juga untuk menyimpan bahan agar

tetap dalam kondisi kering.

6. Kertas Saring bebas abu (Merek Whatman No 41), berfungsi untuk tempat

sampel dan memisahkan partikel suspensi dengan cairan atau untuk

memisahkan antara zat terlarut dengan zat padat.

7. Tanur listrik, berfungsi untuk mengabukan atau mengarangkan suatu zat.

8. Hot plate, berfungsi untuk untuk memanaskan dan menghomogenkan

suatu larutan dengan pengadukan. yang penjepit, berfungsi untuk

membawa alat agak tidak terkena panas.


9. Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang sampel atau bahan yang

akan digunakan.

4.1 Bahan (zat kimia)

1. H2SO4 1.25 %, berfungsi untuk membilas bahan dalam proses

penyaringan.

2. NaOH 1.25 %, berfungsi untuk membasakan larutan pada proses

pemanasan.

3. Aseton, berfungsi untuk membilas bahan dalam proses penyaringan.


4. Sampel (sorghum), berfungsi untuk bahan yang akan di uji kandungan

serat kasarnya.

4.1 Prosedur Percobaan

 Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, catat

sebagai A gram

 Menyiapkan cawan porselen kering oven


 Memasukkan sampel ke dalam gelas piala khusus sebanyak B gram

 Menambah asam sulfat 1,25 % sebanyak 100 mL kemudian pasang

pada alat pemanas khusus tepat di bawah kondensor

 Mengalirkan airnya dan menyalakan pemanas tersebut

 Mendidihkan selama 30 menit dihitung saat mulai mendidih

 Menambahkan NaOH 1,25 % sebanyak 100 mL

 Mendidihkan selama 30 menit lagi dihitung saat mulai mendidih

 Meletakkan kertas saring pada corong buchner kemudian masukkan

residu dan nyalakan pompa vacum


 Secara berturut-turut membilas dengan :

- Air panas 100 mL

- Asam sulfat panas 0,3 N (1,25%) 50 mL

- Air panas 100 mL

- Aseton 50 mL

 Memasukkan kertas saring dan isinya ke dalam cawan porselen

menggunakan pinset

 Mengeringkan dalam oven 100-105°C selama ± 24 jam

 Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit lalu timbang sebagai

C gram

 Memanaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian

memasukkan ke dalam tanur listrik 600°C-700°C selama minimal 3

jam sampai abunya berwarna putih. Disini serat kasar dibakar sampai

habis

 Mendinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu timbang dan catat

sebagai D gram
V

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan


 Data pengamatan

a) Berat sampel = 0.547 gr

b) Berat kertas saring = 0,246 gr (A)

c) Berat cawan + sampel setelah di oven = 21.79 gr (C)

d) Berat cawan + sampel setelah di tanur = 21,45 gr (D)

Perlakuan : perendaman mengunakan NaOH 15% 10 menit

 Hasil Perhitungan

SK = (C-D-A) / berat sampel x 100 = ...........%

= 21,719 - 21,43 – 0.246 / 0,547 x 100

= 4,204 %

5.2 Pembahasan
Pada perendaman NaOH dilakukan agar kadar tanin pada pada biji sorgum
berkurang. Didapatkan literatur dengan kadar SK 0,70 – 1,68 % dengan
perendaman aquades selama 24, 48, 72 jam.
Hal ini memiliki perbedaan yang cukup besar dibandingkan antara literatur
yang ditemukan dengan data yang ada pada pengamatan. Pada pengamatan
didapatkan kadar serat kasar 4,024%. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan
perlakuan pada saat perendaman.
41

Anda mungkin juga menyukai