ANALISIS PANGAN
“PENETAPAN KADAR SERAT KASAR”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Analisis Pangan
Disusun oleh :
Nama : Rera Haiefinah
NIM : 4444190009
Kelas : 4C
Kelompok : 3 (Tiga)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
Penyayang Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, sebagai penerang bagi
seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang yang bertakwa. Segala
puji dan syukur penulis panjatkan khadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan keselamatan kepada penulis dalam melaksanakan Praktikum
Analisis Pangan yang berjudul “Penetapan Kadar Serat Kasar” bertempat di
rumah masing-masing mahasiswa. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada
junjungan kita yang telah mengangkat harkat dan martabat kita semua yaitu Nabi
Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa syukur dan terimakasih
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan praktikum
khususnya kepada :
1. Bapak Rifqi Ahmad Riyanto, M.Sc, Ibu Winda Nurtiana S.T.P, M.Si dan
Ibu Puji Wulandari, S.TP., M.Sc. Selaku dosen pembimbing pengampu
mata kuliah Analisis Pangan.
2. Saudari Sahwa Fardhiatunajah selaku asisten laboratorium mata kuliah
Analisis Pangan.
3. Serta Teman-Teman yang telah memberikan bantuan ilmu pengetahuan.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah serta
memperluaspengetahuan bagi penulis. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan sehingga kritik dan saran membangun sangat diarapkan untuk
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Analisis Kadar Serat Kasar adalah untuk
mengetahui kadar serat kasar pada suatu produk pangan
1.3 Prinsip
Prinsip analisis serat kasar yaitu untuk mengetahui kadar serat kasar dalam
pangan dengan metode gravimetri menggunakan perlakuan asam dan alkali yang
mendidih (Hardiyanti dan Nisah, 2019).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung zat karbon (C) dalam
ikatan dengan hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu perbandingan 1:2:1.
Karbohidrat tersebar luas di dalam tumbuhan dan hewan. Pada tumbuhan
pembentukan karbohidrat terjadi melalui proses fotosintesis senyawa air dari
tanah dan karbondioksida dari udara bereaksi dengan bantuan sinar matahari dan
pigmen klorofil, sehingga menghasilkan glukosa dan oksigen (Asmadi 2008).
Karbohidrat, yang lazim dikenal sebagai gula, berdasarkan ukurannya terbagi
menjadi empat kelas yang berbeda yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida,
dan polisakarida. Monosakarida misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa,
adalah gula-gula yang paling kecil. Mereka dapat disatukan bersama-sama oleh
ikatan glikosidat untuk membentuk kelas karbohidrat yang lain. Disakarida,
misalnya sukrosa, maltosa, dan laktosa, masing-masing terdiri dari dua
monosakarida yang disatukan oleh sebuah ikatan glikosidat. Oligosakarida,
misalnya komponen karbohidrat glikoprotein dan glikolipid, mengandung tiga
sampai sekitar dua belas unit monosakarida. Polisakarida, misalnya kanji dan
glikogen, mengandung puluhan ribu unit monosakarida (Marks dkk. 2000).
Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton atau zatzat
yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa tersebut. Suatu
kharbohidrat tergolong aldehida ( CHO ), jika oksigen karbonil berikantan dengan
suatu atom karbon terminal dan suatu keton ( C = O ) jika oksigen karbonil
berikatan dengan suatu karbon internal. Pada umumnya karbohidrat merupakan
zat padat berwarna putih, yang sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut
dalam air ( kecuali beberapa sakarida ). Sebagian besar karbohidrat dengan berat
melekul yang rendah, manis rasanya. Karena itu, juga digunakan istilah gula
untuk zat-zat yang tergolong karbohidrat (Wibawa, 2017).
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat
adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi
2
akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan
otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau
bekerja (Irawan, 2007).
3
serat ini sangat penting untuk proses memudahkan dalam pencernaan didalam
tubuh agar proses pencernaan tersebut lancer (peristaltik) (Tilawati, 2016).
Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar
bahan baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui
karena terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan,
ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi.
Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar
yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan (Tilawati, 2016)
4
7. Pindahkan secara kuantitatif residu dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer
kembali dengan spatula. Sisinya dicuci kembali dengan 200 ml larutan
NaOH 1.25% mendidih, sampai semua residu masuk ke dalam
Erlenmeyer.
8. Didihkan dengan dengan pendingin balik selama 30 menit sambil kadang-
kadang digoyang-goyangkan.
9. Saring kembali melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya atau
krus gooch yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya, sambil dicuci
dengan larutan K2 SO4 10%.
10. Cuci lagi residu dengan air mendidih. Kemudian dengan alkohol 95%
sekitar 15 ml.
11. Keringkan kertas saring atau krus dengan isinya pada oven 110○C sampai
berat konstan (1 – 2 jam), dinginkan dalam desikator dan timbang. Jangan
lupa mengurangi berat asbes (sekali digunakan) (Yenrina, 2015).
5
factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral
dalam substrat akan membantu meningkatkan aktivitas enzim kinase dalam
metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Kadar serat kasar pada nata de coco bervariasi tergantung varietas kelapa yang
airnya digunakan, dan juga waktu penyimpanan air tersebut (Lubis & Harahap,
2018).
2.7 Cincau
Tanaman cincau hijau umum ditemukan di Indonesia. Penyebaran cincau
hijau tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, Lombok, dan Sumba.
Cincau hijau banyak diolah menjadi berbagai macam olahan pangan di antaranya
diolah menjadi campuran isian minuman segar, serbuk daun cincau hijau, dan
pektin digunakan sebagai edible film. Selain itu cincau hijau mengandung
komponen bioaktif yang mempunyai fungsi sebagai antidiabetes,
imunomodulator, antihipertensi, antimutagenik, serta antioksidan (Atmaka,
Akbar, Yudhistira, & Prabawa, 2020). Cincau hijau memiliki beberapa kandungan
gizi cincau antara lain karbohidrat sebanyak 26%, Protein sebanyak 6%, lemak
sebanyak 1%, air sebanyak 66%, dan serat kasar sebanyak 6% (Hermawan, 2020).
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah blender, mortar,
beaker glass, labu ukur, gelas ukur, labu erlenmeyer, corong gelas, pipet volume,
bulb, waterbath, oven, cawan aluminium, neraca analitik, krustang, dan spatula.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah etanol 96%, asam sulfat 1,25%, NaOH
3,25%, dan kertas saring.
3.2 Cara Kerja
Mulai
2,5g sampel
Ditimbang
halus
Dimasukan ke desikator
Ditimbang
7
Disaring dengan kertas saring kosntan
Selesai
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
adapun hasil diperoleh pada praktikum ini sebagai berikut
Tabel 1. Data Analisis Kadar Serat Pangan
K. K. K.
Kertas Kertas Kertas
W saring saring saring Serat
saring saring saring
Sampel Sampel + + + kasar Rataan SD
kosong kosong kosong
(g) sampel sampel sampel (%)
1 (g) 2 (g) 3 (g)
1 (g) 2 (g) 3 (g)
Kolang 2.4947 0.6337 0.626 0.6234 0.6567 0.649 0.6464 0.922
1.129 0.293
kaling 2.5063 0.6245 0.619 0.6116 0.6678 0.648 0.6451 1.227
Rumput 2.4965 0.6345 0.6298 0.6265 0.6789 0.659 0.6545 1.122
1.144 0.032
laut 2.4928 0.6221 0.6112 0.6108 0.6675 0.6412 0.6399 1.167
Nata de 2.5103 0.6545 0.6401 0.6398 0.6889 0.679 0.674 1.362
1.341 0.030
coco 2.5009 0.6229 0.6198 0.6128 0.6556 0.649 0.6458 1.320
2.5078 0.6456 0.6389 0.6354 0.6558 0.649 0.6421 0.267
Cincau 0.507 0.340
2.5144 0.632 0.6289 0.6215 0.6678 0.649 0.6403 0.748
Lidah 2.5336 0.6315 0.6289 0.6217 0.6598 0.639 0.6335 0.466
0.434 0.045
buaya 2.516 0.6446 0.638 0.6336 0.6578 0.649 0.6437 0.401
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Penetapan Kadar Serat Kasar”
praktikan melihat video tentang orang yang sedang melakukan analisis
kadarserat kasr yang sudah dibagian dispada. Tujuan dari praktikum analisis kadar
serat kasar ini untuk mengetahui kadar serat kasar pada suatu bahan atau produk
pangan. Dalam praktikum kali ini menggunakan sampel kolang kaling, rumput
laut, nata de coco, cincau, dan lidah buaya. Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu blender, mortar, beaker glass, labu ukur, labu erlenmeyer, gelas
ukur, corong glass, pipet volume, waterbath, bulb, oven, cawan alumunium, neraca
analitik, krustang, dan spatula. Sedangkan bahan yang dibutuhkannya yaitu etanol
96%, asam sulfat 1,25%, NaOH 3,25%, kertas saring, dan beberapa sampel seperti
rumput laut, nata de coco, kolang-kaling, cincau, dan lidah buaya.
9
Menurut Tilawati (2016) serat kasar merupakan residu dari bahan makanan
atau hasil pertanian setelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan
terdiri dari selulosa, dengan sedikit lignin dan pentosa. Serat kasar juga
merupakan kumpulan dari semua serat yang tidak bisa dicerna, komponen dari
serat kasar ini yaitu terdiri dari selulosa, pentosa, lignin, dan komponen-
komponen lainnya. Komponen dari serat kasar ini serat ini tidak mempunyai nilai
gizi akan tetapi serat ini sangat penting untuk proses memudahkan dalam
pencernaan didalam tubuh agar proses pencernaan tersebut lancer (peristaltik).
Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar bahan
baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena
terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan,
ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi.
Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar
yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan.
Pada prosedur percobaan, pertama-tama dilakukan penimbangan sebanyak
2,5 gram masing-masing sampel yang sudah dihaluskan dan dimasukkan ke dalam
beaker glass lalu ditambahkan 15 ml etanol 96% dan diaduk selama 30 detik, lalu
larutan masing-masing sampel tersebut didiamkan selama 15 menit, setelahnya
masing-masing sampel disaring menggunakan kertas saring yang konstan dan
telah diketahui beratnya, dan endapan ditambahkan 45 ml etanol 96% dan
disaring. Lalu kertas saring dikeringkan hingga filtrate kering pada oven T=105℃
dan dimasukkan pada desikator selama 15 menit. Kertas saring ditimbang untuk
mengetahui berat filtrate, setelahnya filtrate yang kering dikerok kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 50 ml H2SO4 1,25%, larutan
tersebut ditutup menggunakan alumunium foil dan dipanaskan dengan waterbath
pada suhu 60℃ selama 30 menit. Setelah dipanaskan, ditambahkan NaOH
sebanyak 50 ml dengan konsentrasi 3,25% dan dipanaskan kembali pada
waterbath dengan suhu 60℃ selama 30 menit. Kemudian larutan disaring dengan
kertas saring yang sudah dikonstankan dan diketahui beratnya terlebih dahulu,
untuk mengetahuinya biasanya kertas saring dilakukan pemanasan menggunakan
oven dan penimbangan dengan neraca analitik dan dilakukannya sebanyak 3 kali
pengulangan, lalu kertas saring dicuci dengan 25 ml H2SO4 1,25% dalam
10
keadaan panas, 50 ml aquades yang panas, dan 25 ml etanol 96%. Lalu kemudian
kertas saring dikeringkan dan ditimbang hingga konstan.
Pada tabel 1 terdapat hasil pengamatan serat kasar dengan menggunakan 5
sampel. Sampel pertama yaitu kolang kaling dengan serat kasar sebesar
0,396510234% dan 0,401074943% sehingga memiliki nilai rata-rata 0,398792588
dan standar deviasi 0,003227737. Hal ini sesuai dengan literatur sebab tidak
melebihi batas pengujian sebelumnya. Menurut Wijewardana, dkk. (2016), kolang
kaling memiliki kandungan serat kasar sebesar 6,31%. Adanya perbedaan tersebut
disebabkan oleh sampel yang digunakan berbeda varietas, sehingga
mempengaruhi besarnya pektin yang terkandung dalam kolang kaling. Bagian ini
ditemukan pada lamela intraseluler, lamela tengah pada daging buah. Sampel
kedua yaitu rumput laut dengan serat kasar 0,403548668% dan 0,394874326%
sehingga memiliki nilai rata-rata sebesar 0,399211497 dan standar deviasi
0,006133686. Menurut Rusnawati (2018) Hasil analisis kadar total serat kasar
rumput laut Rupat 7,18% dan Kepri 4,62%. Adapun kemungkinan perbedaan 25
serat kasar yang terjadi disebabkan karna perbedaan jenis rumput laut yang
digunakan dan asal jenis rumput laut tersebut. Sampel ketiga yaitu Nata de coco
dengan serat kasar 0,419130064% dan 0,400768211% sehingga nilai rata-rata
0,409949138 dan standar deviasi 0,012983791. Menurut Tari, dkk (2012)
menyatakan bahwa kandungan serat kasar natade coco adalah 2,04 %. Perbedaan
dikarenakan tebal nata de coco yang digunakanberbeda pada praktikum dan
literature. Lalu pada sampel ketiga kadar serat kasar cincau adalah sebesar 0,267%
dan 0,748% sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,507%. Pada penelitian yang
dilakukan Atmaka, et al. (2020), didapatkan bahwa kadar serat kasar pada cinsau
adalah sebesar 0,24%. Dan yang terakhir pada sampel keempat, kadar serat kasar
lidah buaya adalah sebesar 0.466% dan 0,401% sehingga didapatkan rata-rata
sebesar 0,434%. Kandungan serat pada lidah buaya adalaha sebesar 0,3g/100
gram lidah buaya (Afriyah, 2014).
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui nilai kadar
serat kasar pada sebuah produk pangan. Berdasarkan hasil pengamatan kadar serat
kasar yang diperoleh, tidak sesmua sampel sesuai dengan literatur yang ada.
Perbedaan mungkin dikarenakan hasil hidrolisis yang tidak sempurna, akibatnya
zat selain serat kasar masih tertinggal pada saat pengujian terakhir. Perbedaan
kondisi sampel segar dan yangtidak segar juga dapat mempengaruhi hasil akhir
penentuan kadar serat kasar.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat pada praktikum kali ini agar praktikan lebih teliti
dan memperhatikan panduan yang diberikan selama praktikum online.
12
DAFTAR PUSTAKA
Afriyah, Y. (2014). Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe vera L.) dengan
Tepung Sukun (Artocarpus communis) dan Tepung Umbi Ganyong
(Canna edulis Ker.) terhadap Karakteristik Kimia, Fisik dan
Mikrobiologi pada Edible Film [SKRIPSI]. Malang: Universitas
Brawijaya.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta (ID): Salemba Medika.
Atmaka, W., Akbar, K. M., Yudhistira, B., & Prabawa, S. (2020). Pengaruh
Karagenan Terhadap Karakteristik Fisik Dan Kimia Gel Cincau Hijau
Pohon (Premna oblongifolia Merr.). Agrointek, Vol. 14(2), 169-179.
Dwiyitno. (2011). Rumput Laut Sebagai Sumber Serat Pangan Potensial. Squalen,
Vol. 6(1), 9-17.
Hardiyanti dan Nisah, K. 2019. Analisis Kadar Serat pada Bakso Bekatul dengan
Metode Gravimetri. Jurnal AMINA. Vol 1 No. 3: Hal 103-107
Hermawan, J. D. (2020). Pengaruh Konsentrasi Karagenan Terhadap Sifat
Fisikokimia Dan Sensori Jelly Drink Cincau (Cyclea barbata)
[SKRIPSI]. Semarang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Semarang.
Irawan, M. A. 2007. Glukosa & Metabolisme Energi. Polton Sports Sience &
Perfomance Lab.
Lubis, A. W., & Harahap, D. N. (2018). Pemanfaatan Sari Buah Naga Super
Merah (Hylocereus costaricensis) Pada Pembuatan Nata De Coco
Terhadap Mutu Fisik Nata. Cheds: Journal of Chemistry, Education,
and Science, Vol. 2(2), 1-10
Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta (ID): EGC.
Rusnawati. 2018. Karakteristik Keragenan (Eucheuma cottoni) yang diekstrak
dengan KOH. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Hal 1-12.
Senditya, M., Hadi, M. S., Estiasih, T., dan Saparianti, E. 2014. Efek Prebiotik
dan Sinbiotik Simplisia Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.)
secara In Vivo: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.2
(3) : Hal 141-151.
Tari, A.I.N., Handayani, C.B. & Hartati, S., 2012. Pembuatan Nata de Coco
:Tinjauan Sumber Nitrogen terhadap Sifat Fisiko-Kimianya.
Widyatama,10, pp.1-11.
Tilawati, 2016. Kandungan Protein Kasar, Lemak Kasar Dan Serat Kasar Limbah
Kulit Kopi Yang Difermentasi Menggunakan Jamur Aspergiluus Niger
Dan Trichoderma Viride. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin : Makassar.
13
Wibawa, Putu Putra. 2017. Karbohidrat. Bahan Ajar Mata Kuliah Biokimia. Bali:
Universitas Udayana.
Wijewardana, R.M.N.A., Nawarathne, S.B. & Wickramasinghe, I., 2016. Effect of
Various Dehydration Methods on Proximate Composition and
Retention of Antioxidants in Different Fruit Powders. International
Food Research Journal, 23(5)
Yenrina, Rina. 2015. Metode Analisis Bahan Pangan dan Komponen Bioaktif.
Padang : Andalas University Press.
14
LAMPIRAN
Perhitungan
Sampel
Kolang-Kaling (1)
Diketahui : W sampel = 2,4947 gram
W kertas saring+sampel = 0,6464 gram
W kertas saring kosong = 0,6234 gram
Maka : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
= 0,023 gram
(%) Serat Kasar : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
W sampel
: 0,023 gram = 0,922%
2,4947 gram
Kolang-Kaling (2)
Diketahui : W sampel = 2,5063 gram
W kertas saring+sampel = 0,6451 gram
W kertas saring kosong = 0,6116 gram
Maka : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
= 0,0335 gram
(%) Serat Kasar : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
W sampel
: 0,0335 gram = 1,337%
2,5063 gram
15
Rumput Laut (1)
Diketahui : W sampel = 2,4965 gram
W kertas saring+sampel = 0,6545 gram
W kertas saring kosong = 0,6265 gram
Maka : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
= 0,028 gram
(%) Serat Kasar : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
W sampel
: 0,028 gram = 1,122%
2,4965 gram
16
Nata de coco (1)
Diketahui : W sampel = 2,5103 gram
W kertas saring+sampel = 0,6740 gram
W kertas saring kosong = 0,6398 gram
Maka : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
= 0,0342 gram
(%) Serat Kasar : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
W sampel
: 0,0342 gram = 1,362%
2,5103 gram
17
Cincau (1)
Diketahui : W sampel = 2,5078 gram
W kertas saring+sampel = 0,6421 gram
W kertas saring kosong = 0,6354 gram
Maka : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
= 0,0067 gram
(%) Serat Kasar : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
W sampel
: 0,0067 gram = 0,267%
2,5078 gram
Cincau (2)
Diketahui : W sampel = 2,5144 gram
W kertas saring+sampel = 0,6403 gram
W kertas saring kosong = 0,6215 gram
Maka : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
= 0,0188 gram
(%) Serat Kasar : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
W sampel
: 0,0188 gram = 0,748%
2,5144 gram
18
Lidah Buaya (1)
Diketahui : W sampel = 2,5336 gram
W kertas saring+sampel = 0,6335 gram
W kertas saring kosong = 0,6217 gram
Maka : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
= 0,0118 gram
(%) Serat Kasar : (W kertas saring+sampel) - W kertas saring kosong
W sampel
: 0,0118 gram = 0,466%
2,5336 gram
19