Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu usaha budidaya Ikan sangat ditentukan oleh 3 faktor yang sama
pentingnya yaitu: Breeding (bibit), feeding (pakan), dan management
pengelolahan. Tetapi jika dilihat dari total biaya produksi dalam usaha budidaya
maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi yakni sekitar 60%. Pakan
merupakan salah satu faktor pembatas dalam unit budidaya. Dimana pertumbuhan
dan perkembangan serta kelangsungan hidup biota budidaya tergantung dari
pakan ini dan nutrisinya.
Nutrisi yang terkandung dalam pakan harus benar-benar terkontrol dan
memenuhi kebutuhan dari ikan tersebut. Pakan memiliki peranan penting sebagai
sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan, pengganti jaringan yang
rusak dan perkembangbiakan. Tanpa nutrisi yang baik ikan akan lambat dalam
pertumbuhan pengganti jaringan yang rusak dan perkembangbiakan. Nutrien atau
kandungan zat gizi dalam bahan pakan di bagi menjadi enam bagian yaitu :
energi, protein dan asam amino, lipid dan asam lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral.
Menurut Samosir (2010), analisis proksimat merupakan suatu metode analisis
kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan
atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain
dengan jumlah yang sangat kecil. Analisis proksimat menganalisis beberapa
komponen seperti zat makanan air (bahan kering), bahan anorganik (abu), protein,
lemak dan serat kasar.
Analisis proksimat bermanfaat dalam menilai dan menguji kualitas suatu
bahan pakan atau pangan dengan membandingkan nilai standar zat makanan atau
zat pakan dengan hasil analisisnya. Dengan demikian analisis proksimat ini dapat
bermanfaat bagi dunia peternakan, terutama dalam pemberian nutrisi yang dapat
memenuhi kebutuhan ikan. Maka dari itu Berdasarkan uraian di atas, praktikum
tentang analisis proksimat ini penting untuk dilakukan untuk menunjang
pengetahuan tentang cara untuk mengetahui kadar nutrisi dalam suatu pakan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mampu menentukan jenis bahan
yang sesuai kebutuhan nutrisi induk dan larva melalui analisa proksimat.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat menentukan jenis
bahan yang sesuai kebutuhan nutrisi induk dan larva melalui analisa proksimat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Proksimat


Analisis proksimat atau analisis Weende dikembangkan dari Weende
Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865,
yaitu suatu metode analisis dan menggolongkan komponen yang ada pada
makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis
proksimat” (proximate analysis). Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan
kimia dan kegunaannya (Tillman et al., 1998).
1. Penetapan kadar air.
Air yang terkandung di dalam tepung ikan akan menguap seluruhnya
apabila bahan tersebut dipanaskan selama beberapa waktu pada suhu 105
sampai 110 0C dengan tekanan udara bebas. Berdasarkan data-data yang
diperoleh, maka kadar air dapat dihitung dengan mejumlah bobot gelas
timbang dan bobot cuplikan kemudian dikurangi bobot gelas timbang dan
cuplikan setelah dioven 105 sampai 110oC, kemudian dikali 100% dan dibagi
bobot cuplikan pakan. Sampel makanan ditimbang dan diletakan dalam
0
cawan khusus dan dipanaskan dalam oven pada temperatur 105 C.
Pemanasan berjalan hingga sampel sudah tidak lagi turun beratnya. Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut “sampel bahan kering” dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar
airnya (Tillman et al., 1998).
2. Penetapan kadar abu
Menurut Anggorodi (1990), abu merupakan zat-zat mineral sebagai
suatu golongan dalam bahan makanan atau jaringan hewan ditentukan dengan
membakar zat-zat organik dan kemudian menimbang sisanya. Suatu bahan
pakan bila dibakar pada suhu 550 sampai 600OC selama beberapa waktu
maka semua zat organiknya akan terbakar sempura menghasilkan oksida yang
menguap yaitu berupa CO2, H2O dan gas-gas lain, sedangkan yang tertinggal
tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu.

3. Penetapan kadar serat kasar


Tillman et al., (1998), perbedaan antara berat endapan sebelum dibakar
dan berat abu disebut serat kasar. Serat kasar adalah bahan organik yang tidak
larut saat dihidrolisis dengan H2SO4 1,25% dan NaOH 1,25%. Perebusan
dengan menggunakan H2SO4 1,25% setelah itu diberi NaOH 1,25% supaya
suasananya asam menjadi basa sesuai dengan suasana pencernaan pada
ruminansia yang di dalam rumen yang asam dan usus halus suasana basa.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah beaker glass 600ml,
desikator, tang penjepit, timbangan analitik, tanur (550oC sampai 600oC),
pemanas untuk mendidihkan campuran bahan dalam beaker glass, saringan
linen yang berfungsi untuk menyaring bahan organik yang tertinggal, gelas
arloji, glass wool dan goochcrucible yang berfungsi sebagai penyaring bahan
organik yang tertinggal. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
H2SO4 1,25% (0,255N) yang berfungsi untuk menghidrolisis karbohidrat dan
protein, NaOH 1,25% (0,313N) yang berfungsi untuk penyabunan lemak, dan
ethyl alkohol 96%. Semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut bila
direbus dalam H2SO4 1,25% (0,255N) dan NaOH 1,25% (0,313N) yang
berurutan masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang tertinggal
disaring dengan glass wool dan goochcrucible. Hilangnya bobot setelah
dibakar 550oC sampai 600oC adalah serat kasar. Berdasarkan data-data yang
diperoleh, maka kadar serat kasar dapat dihitung dengan menghitung bobot
sampel setelah dioven 105oC dikurangi bobot sisa pembakaran 550 sampai
600oC dan dikali 100% dan dibagi bobot sampel awal.
4. Penetapan kadar lemak kasar
Lemak kasar merupakan campuran dari berbagai senyawa yang larut
dalam pelarut lemak. Menurut Tillman et al., (1998), sampel bahan kering
diekstrasi dengan etil eter selama beberapa jam, maka bahan yang didapatkan
adalah lemak, eter akan menguap. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah timbangan analitik, tang penjepit, oven pengering, desikator,
seperangkat alat ekstraksi dan selongsong dari soxhlet yang berfungsi untuk
ekstraksi lemak, labu penampung yang berfungsi menampung sisa petroleum
benzene yang jatuh dari soxhlet , alat pendingin yang berfungsi untuk
mengkondensari uap hasil penguapan petroleum benzen agar tidak
mencemari lingkungan, dan kertas saring bebas lemak yang berfungsi untuk
menyaring ekstrak.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka kadar lemak kasar dapat
dihitung dengan menghitung bobot sampel dan kertas saring bebas lemak
setelah oven 105°C (sebelum diekstraksi), kemudian dikurangi bobot sampel
dan kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (setelah diekstraksi) dan
dikali 100% dan dibagi bobot sampel sebelum ditanur.
2.2 Kebutuhan nutrisi ikan
Ikan membutuhkan nutrisi yang cukup untuk dapat hidup,tumbuh, dan
berkembang dalam keadaan sehat dan sempurna. Oleh karena itu ikan harus diberi
makanan yang mengandung nutrisi yang baik dan memadai (Anonim,2009).
Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah menyediakan kebutuhan gizi untuk
kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panenan yang optimum, produksi
limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan yang
maksimum.Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci untuk
mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya ikan.Pengetahuan
tentang giziikan dan pakan ikan berperan penting di dalam mendukung
pengembangan budidayaikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan tersebut.
Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi
pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total
biaya produksi. Bagi pembudidayaikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan
pakan merupakan sesuatu yangsangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40-
50% dari biaya produksi. Didalam budidaya ikan, formula pakan ikan harus
mencukupi kebutuhan gizi ikanyang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino
esensial), lemak (asam lemakesensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral.
1. Protein
Protein adalah senyawa organic yang molekulnya sangat besar
dengan susunannya kompleks serta terdiri dari rangkaian asam
amino.Protein juga merupakan faktor utama yang sangat dibutuhkanikan
dalam pertumbuhan.Didalam tubuh ikan protein berfungsi sebagai zat
pembangun sel-sel jaringan tubuh,pengganti sel-sel tubuh yang
rusak,sebagai sumber kalori,pembentuk enzyme dan hormon,mengangkut
oksigen dan mengatur keseimbangan asam basa darah.
2. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energy dalam makanan
ikan. Karbohidrat sebagian besar didapat dari bahan nabati,sedangkan
kadarnya dalam makanan ikan berkisar antara 10-50%. Karbohidrat
dibutuhkan ikan dalam jumlah yang besarsebagai sumber energi dan
sebagai pertumbuhan (Anonim 2009). Karbohidrat merupakan senyawa
organik terbesar yang biasa terdapat pada tanaman, seperti : gula
sederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat lain yang
berhubungan Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat
menggantikan sumber energi protein yang lebih mahal. Pengunaan
karbohidrat untuk menggantikan protein dan lemak sebagai sumber energi
dapat dimaksimalkan untuk mengurangi biaya pakan, karena sumber
energi karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah dicernadan dimanfaatkan
oleh ikan. Sumber karbohidrat seperti tapioka, terigu, alginat, agar,
karagenan dan gum dapat juga digunakan sebagai perekat pakanuntuk
menjaga stabilitas kandungan air pada pakan ikan dan udang (
Herry,2008).
3. Lemak
Lemak merupakan sumber energy paling tinggi dalam makanan
ikan dan didalam tubuh ikan memegang peranan dalam menjaga
keseimbangan dan daya apung ikan di dalam air.Lemak merupakan
senyawa organik yang penting untukpenyusunan membran sel pada
tanaman, hewan dan mikroba. Lemak merupakan senyawa tidak larut air
tetapi dapat larut pada pelarut nonpolar (bukan air), sepertieter dan
alkohol.Lemak berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak
esensial,membantu penyerapan dan pelarutan vitamin A,D,E dan K,
mempertahankan dayaapung tubuh ikan memelihara bentuk dan fungsi
membran serta jaringan sel. Lemakdibagi menjadi dua jenis yaitu lemak
jenuh (yang tidak memiliki ikatan rangkap)dan lemak tak jenuh (yang
memiliki ikatan rangkap). Kebutuhan setiap spesiesikan terhadap asam -
asam lemak esensial berbeda-beda, hal ini disebabkanperbedaan habitat
hidup.Ikan yang hidup di laut lebih membutuhkan asam lemaktak jenuh,
sedangkan ikan air tawar membutuhkan lebih sedikit asam tak jenuh.
4. Kadar Air dan Serat Kasar
Serat relatif banyak ditemui pada tumbuhan yaitu pada
pencernaan.Serat tidak baik diberikan pada ikandalam jumlah yang
banyak. Pada ikan karnivora biasanya serat tidak dapatdicerna dan pada
ikan karnivora di rekomendasikan tidak lebih dari 4 %sedangkan kadar
serat pada ikan herbivora diajurkan antara 5-10%. Di dalam tubuh ikan
terdapat air dalam jumlah yang sangat banyak bahkan dari 70-90%
danmerupakan faktor yang penting dalam jaringan tubuh.air dalam tubuh
merupakanmedia yang ideal yang menyebar karena daya larutnya dan
kelarutan ionisnya yang memudahkan reaksi-reaksi sel.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Selasa 28 Mei 2019
Pukul : 13.00 - Selesai
Tempat : Laboratorium Nutrisi Ikan

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
 Kadar Air
1. Lumpang dan alu
2. Cawan Petri
3. Sendok
4. Moisture meter

 Kadar Lemak
1. Lumpang dan alu
2. Labu lemak
3. Timbangan analitik
4. Cawan petri
5. Spatula
6. Soxhlet

 Kadar Abu
1. Lumpang dan alu
2. Cawan porselin
3. Desikator
4. Timbangan analitik
5. Muffle furnace
 Kadar protein
1. Lumpang dan alu 6. Spatula
2. Cawan petri 7. Buchi 320 N2 – distillation unit
3. Labu kjedhal 8. Buret automatis 25 ml
4. Buchi 425 digestor 9. Erlenmeyer
5. Timbangan analitik 10. Pipet volume 25 ml

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
 Kadar Air
Egg custer, Artemia, Cumi-cumi dan Hati sapi

 Kadar Lemak
1. Egg custer, Artemia, Cumi-cumi dan Hati sapi
2. Kertas saring
3. Kapas
4. Dietil eter

 Kadar Abu
Egg custer, Artemia, Cumi-cumi, dan Hati sapi

 Kadar protein
1. Egg custer, Artemia, Cumi-cumi, dan Hati sapi
2. H2SO4
3. Selen katalis
4. NaOH 25 ml
5. Mixed indikator
6. H3BO3 1%
7. HCL 0,10 M
3.1 PROSEDUR KERJA

1.) Kadar Lemak


a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Menghaluskan bahan dengan menggunakan blinder/ lumpang dan alu.
c) Menimbang labu lemak sebelum digunakan dengan menggunakan
timbangan analitik.
d) Memanaskan labu ekstraksi selama 1 jam dengan suhu 110oC.
e) Mendinginkan di dalam desikator selama 30 menit.
f) Menimbang pakan sebanyak 2 gr kemudian membungkus dengan
menggunakan kapas dan kertas saring.
g) Melipat bungkusan dan disegel hingga pakan tidak tumpah.
h) Memasukkan bungkusan pakan tersebut kedalam tabung filter kemudian
memanaskan selama 2-3 jam pada suhu 100oC.
i) Menempatkan tabung filter kedalam alat soxhlet.
j) Menyambungkan kondensor labu ekstraksi dengan menggunakan water
bath pada suhu 70oC.
k) Memanaskan labu ekstraksi pada suhu 100oC kemudian menimbang.
l) Mencatat hasil yang didapatkan dan menghitung kadar lemak yang
terdapat pada pakan dengan menggunakan rumus :
𝐵 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟)−𝐴 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙)
% Lemak = 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

2.) Kadar Air


a) Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Menimbang pakan dan cawan porselin.
c) Menyiapkan moisture meter yang akan digunakan.
d) Mengambil pakan kemudian memasukkannya kedalam piringan moisture
meter.
e) Menutup dan menunggu selama 6 menit dengan suhu 115oC.
f) Mencatat hasil yang didapat.
3.) Kadar Protein
a) Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Menimbang pakan sebanyak 0,1 gr kemudian memasukkannya kedalam
labu kjedhal nomor 1 dan labu kjedhal ke 2 digunakan sebagai blangko.
c) Menambahkan masing-masing 1 gr katalis selen mixture pada masing-
masing labu.
d) Menambahkan aquades secukupnya agar dapat tercampur rata dengan
selen mixture.
e) Menambahkan 1o ml H2SO4 pekat selama 3-4 jam hingga cairan tersebut
berwarna bening.
f) Mendinginkan larutan kemudian menambahkan aquades sebanyak 30 ml
dan NaOH 25 %.
g) Memasukkan H3BO3 1% sebanyak 25 ml pada erlenmeyer 250 ml
kemudian menambahkan 2-3 tetes mixed indikator.
h) Melakukan destilasi selama 10 menit hingga caira erlenmeyer menjadi 75
ml
i) Menitrasi hasil destilasi dengan HCL 0,1 M menggunakan Buret
Automatis 25 ml hingga terjadi perubahan warna dari hijau menjadi pink.
j) Mencatat hasil yang didapatkan dan menghitung kadar lemak yang
terdapat pada pakan dengan menggunakan rumus :
𝐴 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙)−𝐵 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)
%N = × 𝑀 𝑥 1,4 𝑥 𝐾𝐵𝐾
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Kadar Protein = %N x Factor (6,25)


4.) Kadar Abu
a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Memanaskan cawan porselin pada suhu 600oC selama 1 jam dengan
menggunakan muffle furnace.
c) Kemudian membiarkan suhu muffle furnace turun hingga 110oC.
d) Mengeluarkan cawan porselin kemudian disimpan dalam desikator
selama 30 menit kemudian ditimbang.
e) Memansakan pakan kemudian menimbangnya.
f) Memanaskan muffle furnace pada suhu 600oC sampai bahan berwarna
putih (seperti abu)
g) Mengeluarkan cawan porselin kemudian mendinginkan dalam desikator
selama 30 menit kemudian menimbangnya kembali.
h) Mencatat hasil yang didapatkan kemudian memasukkan keadalam rumus:
𝐵 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟)−𝐴 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙)
% Kadar Abu = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

5.) Kadar Karbohidrat


Untuk % Karbihidrat dapat diketahui secara kasar yaitu :
% Karbihidrat = (Kadar Air + Kadara Abu + Kadar Lemak + Kadar Protein) –
100%
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kandungan Nutrisi Jumlah

No. Bahan Uji Protein Lemak Kadar Air Kadar Abu Karbohidrat

1. Egg Custer 70,85 % 23 % 54.0 % 3,355 % 51,195%

2. Hati sapi 2% 12% 76,2 % 3,15 % -

3. Cumi – cumi 10,6% 66 % 27,2 % 27 % 30,26 %

4. Artemia 10,12% 18,7 % 8,4 % - -

4.2 Perhitungan (Hasil Kelompok A1 Egg Custer)


 Kadar Air (Egg Custer) = 54,0%
 Kadar Abu (Egg Custer)
C−A
= % Kadar Abu = x100%
B−A
14,407−14,3399
= x100%
16,3399−14,3399
0,0671
= x 100 % = 3,355%
2
 Perhitungan kadar Lemak (Egg Custer)
B−A 112,0700−111,5199
= x 100%= x100% = 23%
C 2,34
 Perhitungan kadar protein (Egg Custer)
( 2,10−0,34 )x 0,1 x 1,4 x 0,46 0.13344
%𝑁 = x100% = = 1,3344
0,1 0,1

% Protein = %N x 6,25 =1,13344 x 6,25 = 70,84%


 Perhitungan kadar karbohidrat (Egg Custer) :
KH = ( % Kadar air +% Kadar abu + % Kadar Lemak+% Kadar Protein) - 100
= (54,0 % + 3,355% + 23% + 70,84%) - 100
= 151,195 – 100 = 55,268%
4.3. Pembahasan
Pakan adalah faktor penting dalam budidaya. Sulitnya pakan alami dan
harganya yang mahal maka di butuhkan pakan buatan yang bisa menggantikan
pakan alami (Anonim , 2009). Pakan buatan merupakan pakan yang terbuat
dari berbagai bahan kemudian diramu menggunakan formula yang tertentu
sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi ikan secara lengkap (Effendi 2007).
Fungsi utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup danpertumbuhan, pakan
yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan hidup
apabila ada kelebihannya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Jadi bila
menghendaki pertumbuhan ikan yang baik, maka harus diberikan sejumlah
pakan yang melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya.
Lemak berperan sebagai sumber energi dan asam esensial yang dibutuhkan
ikan dalam pakan untuk tumbuh dan berkembang. Lebih lanjut lagi bahwa
lemak juga berfungsi sebagai penyerap vitamin yang tidak larut dalam airyaitu
vitamin A, D, E dan K (Watanabe, 1988). Kadar lemak yang cukup dan tak
berlebih akan membantu pakan dalam terjaganya kualitas yang baik karena
pakan tidak akan mudah teroksidasi dan menyebabkan ketengikan. Lemak
yang ditambahkan dalam pakan harus dihitung dengan cermat karena akan
mempengaruhi kualitas pakan tersebut. Kadar lemak yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penyimpanan lemak pada tubuh ikan yang akibatnya terjadi
penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan, degenerasi hati dan menurunkan
kualitas ikan pada waktu panen.
Dari pengamatan yang dilakukan pada proses analisa kadar lemak Egg
custer diperoleh bahwa kadar lemak sebesar 23%. Hal ini menunjukkan bahwa
egg custer kadar lemaknya berada di kisaran yang baik dan jauh lebih banyak
dari kadar lemak yang dibutuhkan ikan. Kelebihan kandungan lemak pada
pakan dapat menyebabkan kerusakan lever yang berakibat penyakit dan
kematian. Ikan mengalami kesulitan dalam mencerna lemak. Kandungan lemak
jenuh sangat berbahaya bagi ikan, tetapi kandungan lemak tidak jenuh aman
dan diperlukan oleh ikan, terutama saat proses Tanning dan Breeding (
Anonim, 2009).
Kadar Abu pada pakan ikan dalam budidaya penting diketahui kadarnya
karena dapat dilakukan untuk mengetahui jenis dan mineral yang ada dalam
pakan. Abu dihasilkan darisisa proses pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan
dengan menggunakan suhu sebesar 400-600◦C. Abu pada ikan digunakan
sebagai pembantu pertumbuhan dan perkembangan ikan. Dalam pemanasan
yang dilakukan diharapkan semua air dan bahan lain yang ada dalam pakan
akan ikut menguap. Dari analisa yang dilakukan untuk egg custer diketahui
kadar abu sebesar 3,355 % .
Protein dalam jumlah dan kebutuhan ikan yang cukup sangat penting berada
dalan pakan ikan budidaya pada umumnya karena aktifitas sela sangat
membutuhkan protein untuk tumbuh dan berkembang. Sebuah jenis pakan
dapat digolongkan sebagai sumber protein apabila kadar protein dalam pakan
tersebut mencapai 30%. Kadar protein yang terdapat dalam 70,88 % pada
proses analisa protein
Kandungan air yang sesuai untuk pakan ikan adalah 15 %agar dalam proses
penyimpanan bisa bertahan lama dan dapat disimpan di tempatyang kering
(Effendi 2007). Sedangkan pada pengamatan kadar air egg custer sebesar
54,0% maka pakan ini dapat belum layak untuk digunakan karna kualitas akan
kurang baik dan tidak bertahan lama. Kadar air mempengaruhi ketahanan
pakan dalam jangka waktu yang lama dan panjang. Dalam proses penyimpanan
dapat diketahui seberapa lama pakan dapat di simpan dan dalam suhu berapa
pakan di simpan.
Kandungan karbohidrat pada bahan pakan sangat tergantung pada
komponen lainnya, seperti abu , protein, lemak dan kadar air. karbohidrat yang
dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah
larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi.
Kandungan karbohidrat pada saat praktikum analisa proksimat sebesar
51,195%.
Mutu pakan akan tergantung pada tingkatan dari bahan gizi yang dibutuhkan
oleh ikan. Akan tetapi, perihal gizi pada pakan bermutu sukar untuk
digambarkan dikarenakan banyaknya interaksi yang terjadi antara berbagai
bahan gizi selama dan setelahpenyerapan di dalam pencernaan ikan Pakan
bermutu umumnya tersusun dari bahan baku pakan (feedstuffs) yang bermutu
yang dapat berasal dari berbagai sumber dan sering kali digunakan karena
sudah tidak lagi dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bahan baku tersebut
tergantung pada: kandungan bahan gizinya; kecernaannya (digestibility) dan
daya serap (bioavailability)ikan; tidak mengandung anti nutrisi dan zat racun;
tersedia dalam jumlah banyakdan harga relatif murah. Umumnya bahan baku
berasal dari material tumbuhan dan hewan. Ada juga beberapa yang berasal
dari produk samping atau limbah industri pertanian atau peternakan. Bahan-
bahan tersebut bisa berasal dari lokasi pembudidaya atau didatangkan dari luar.
Kebutuhan nutrisi ikan terutama kebutuhan akan protein umumnya lebih
tinggi daripada jenis ayam dan mamalia. Kebutuhan proteinitu akan menurun
sesuai dengan pertambahan berat atau besarnya ikan. Apabila pakan yang
diberikan kepada ikan mempunyai kualitas yang rendah, maka ikan tersebut
tidak akan bertumbuh dengan baik, bahkan padanya akan timbul gejala-gejala
tertentu yang disebut kekurangan gizi (malnutrition). Pakan yang diberikan
pada ikan sangat perlu diperhatikan, selain nilai nutrisinya, juga bentuk atau
ukurannya yang tepat untuk ikan yang dipelihara.
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pakan bermutu umumnya tersusun dari bahan baku pakan (feedstuffs) yang
bermutu yang dapat berasal dari berbagai sumber dan sering kali digunakan
karena sudah tidak lagi dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bahan baku tersebut
tergantung pada: kandungan bahan gizinya; kecernaannya (digestibility) dan daya
serap (bioavailability)ikan. Pada praktikum ini salah satu bahan yang baik untuk
pakan adalah Egg cuter karena kandunga protein yang tinggi yaitu 70,85%.

Anda mungkin juga menyukai