Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
lmu pengetahuan dalam bidang rekayasa genetika mengalami perkembangan
yang luar biasa. Perkembangannya diharapkan mampu memberikan solusi atas
berbagai permasalahan baik dari segi sandang, pangan, dan papan yang secara
konvensional tidak mampu memberikan konstribusi yang maksimal. Adanya
produk hasil rekayasa tanaman memiliki tujuan untuk mengatasi kelaparan,
defisiensi nutrisi, peningkatan produktivitas tanaman, ketahanan terhadap
cekaman lingkungan yang ekstrem, dan lain-lain (Amin et al., 2011).
Perkembangan dari rekayasa genetika tersebut diikuti dengan berbagai macam isu
permasalahan seperti sosial, ekonomi, lingkungan, kesehatan, politik, agama, etika
dan legalitas suatu produk rekayasa genetika.
Permasalahan-permasalahan tersebut terangkum dalam sebuah kajian yang
dinamakan bioetika (Pottage, 2007; Evans&Michael, 2008). Perma-salahan
bioetika rekayasa genetika selalu dikaitkan oleh berbagai macam kekhawatiran
tentang produk hasil rekayasa genetika. Kekhawatiran tersebut mendorong
munculnya berbagai macam kontroversial di kalangan masyarakat. Dari hal inilah
muncul berbagai macam pro dan kontra mengenai produk rekayasa genetika.
Adanya berbagai polemik tersebut mendasari terbentuknya berbagai macam
peraturan atau protokol yang mengatur berbagai macam aktivitas di bidang
rekayasa genetika (Dano, 2007).
Rekayasa genetika memegang peranan penting dalam merubah susunan
genetika makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di masa ini. Rekayasa
Genetika (transgenik) atau juga yang lebih dikenal dengan Genetically Modified
Organism (GMO) dapat diartikan sebagai manipulasi gen untuk mendapatkan
galur baru dengan cara menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme tertentu.
Rekayasa genetika juga merupakan Pencangkokan Gen atau ADN Rekombinan.
Rekayasa Genetik, dinyatakan sebagai kemajuan yang paling mengagumkan
semenjak manusia berhasil memisahkan atom (Imawan, dkk: 2012).
Penerapan rekayasa genetika juga telah memasuki perangkat terpenting bagi
makhluk hidup yakni gen sehingga tumbuhan atau hewan yang dihasilkan dari
rekayasa genetika ini diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang berbeda
dari tanaman atau hewan aslinya. Disusul dengan perkembangan bioteknologi
sehingga pemuliaan tanaman merupakan salah satu sektor paling menjanjikan
dalam industri pertanian. Namun, seperti teknologi baru lainnya, keberadaan
tanaman hasil rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di masyarakat dunia.
Ada pihak yang mendukung dihasilkannya tanaman hasil rekayasa genetik (sering
disebut sebagai tanaman transgenik), tetapi ada beberapa pihak yang dengan jelas
penggunaan tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini menimbulkan polemik
bagi masyarakat dunia terhadap keberadaan makanan hasil tanaman transgenik
yang sudah tersebar luas di berbagai pasar. Selain tumbuhan, rekayasa genetika
terhadap hewan dan manusia juga menimbulkan pro dan kontra. Sebagian pihak
menganggap kehidupan suatu makhluk tidak dapat dicampur tangangi oleh
manusia karena hanya Tuhan yang berhak mengutak atik gen. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai rekayasa genetika serta hubungannya dengan
etika. Pembahasan ini merupakan peninjauan ulang terhadap berbagai jurnal dan
artikel terkait rekayasa genetika dan hubungannya terhadap bioetika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke
gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga
mampu menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai usaha
manusia dalam ilmu biologi dengan cara memanipulasi (rekayasa) sel, atau gen
yang terdapat pada suatu organisme tertentu dengan tujuan menghasilkan
organisme jenis baru yang identik secara genetika (Zamroni, 2012)
Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi
didefinisikan sebagai teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan
dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga
taksonomi yang dapat menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami,
dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan
gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel
pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli
yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.

B. Sejarah Genetika
Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai
menjelang akhir abad ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor
Johann Mendel berhasil melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang
tepat atas hasil-hasil percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum
sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan
percobaan-percobaan persilangan (Anonim. 2008). Akan tetapi, berbeda dengan
para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan sifatnya yang
kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi
lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini
kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan, dan Mendel pun diakui sebagai Bapak Genetika.
Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada
tahun 1866 di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun,
selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada peneliti lain yang memperhatikannya.
Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara terpisah, yakni Hugo de Vries
di Belanda, Carl Correns di Jerman, dan Eric von Tschermak-Seysenegg di
Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada penelitian mereka
masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad ke-20
berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat
mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya
suatu era yang dinamakan genetika klasik.
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang
sebagai cabang ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat
biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa
senyawa kimia materi genetik adalah asam deoksiribonukleat (DNA). Dengan
ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun 1953 oleh J.D. Watson
dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika molekuler.
Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika
ilmu pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat dalam
satu dasawarsa, maka waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling time) pada
genetika molekuler hanyalah dua tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih
revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun 1970-an, yaitu pada saat dikenalnya
teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan
istilah yang lebih populer disebut sebagai rekayasa genetika.
Salah satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa
genetika adalah penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu
sel ke sel yang lain melalui lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. Bakteri
eukariota uniseluler ternyata sering melakukan pertukaran materi genetik ini untuk
memelihara memelihara ciri-cirinya. Dalam rekayasa genetika inilah, plasmid
berfungsi sebagai kendaraan pemindah atau vektor.
Agar materi genetik yang dipindahkan sesuai dengan keinginan kita, maka
kita harus memotong materi genetik tersebut. Secara alami, sel memiliki enzim-
enzim pemotong yang sering disebut dengan enzim restriksi. Enzim ini dapat
mengenali dan memotong tempat-tempat tertentu di sepanjang molekul DNA.
Untuk menyambung kembali potongan-potongan DNA ini digunakan enzim
ligase. Sampai sekarang ini telah ditemukan lebih dari 200 enzim restriksi. Hal ini
tentu saja mempermudah pekerjaan para ahli rekayasa genetika untuk memotong
dan menyambung kembali DNA.
Genetika pada saat ini telah berkembang pesat. Sejak sruktur DNA diketahui
dan kode genetika dipecahkan, serta proses transkripsi dan tranlasi dapat
dijabarkan dalam kurun waktu antara tahun 1952-1953, telah terbuka pintu untuk
perkembangan penting di bidang genetika. Penemuan di atas diikuti periode
antiklimaks ketika beberapa ahli biologi molekuler antara tahun 1971-1973
berhasil melakukan rekayasa genetika, separti pemotongan gen (DNA) yang
terkontrol dan rekombinasi DNA yang inti prosesnya adalah kloning atau
pengklonaan DNA. Dengan rekayasa genetika dapat disatukan bahan genetik dari
satu organisme dengan organisme lain dan dapat dihasilkan makhluk hidup baru.

C. Hasil Rekayasa Genetika


Rekayasa genetika telah merambah di berbagai bidang, tidak terkecuali
bidang perikanan yang menghasilkan ikan kualitas unggul, sebagai contoh antara
lain:
Ikan zebra yang biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam
keunguan, setelah disisipi dengan gen warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur
ikan-ikan zebra maka dapat mengeluarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya.
Gen pemicu dari ubur-ubur akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila
ikan berada dalam lingkungan yang mengandung bahan polutan tertentu.
Ikan karper transgenik dengan pertumbuhan mencapai tiga kali dari ukuran
normalnya karena memiliki gen dari hormon pertumbuhan ikan salmon (rainbow
trout) yang ditransfer secara langsung ke dalam telur ikan karper. Begitu pula
penelitian lainnya memberikan hasil yang serupa, yakni seperti pada ikan kakap
(red sea bream) dan salmon Atlantik yang juga sama-sama disisipi oleh gen
growth hormone OPAFPcsGH.
Ikan goldfish yang disisipi dengan ocean pout antifreeze protein gene
diharapkan dapat meningkatkan toleransi terhadap cuaca dingin.
Ikan medaka transgenik yang mampu mendeteksi adanya mutasi (terutama
yang disebabkan oleh polutan) sangat bermanfaat bagi kehidupan hewan akuatik
lainnya dan di bidang kesehatan manusia. Ikan tersebut setelah disisipi dengan
vektor bakteriofag mutagenik, kemudian vektor DNA dikeluarkan dan disisipkan
ke dalam bakteri pengindikator yang dapat menghitung gen mutan.
Ikan transgenik menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam
penyimpanan setelah ditransplantasikan gen tomat. Namun bisa juga sebaliknya
apabila penerapan ditujukan untuk dunia pertanian, maka gen ikan yang hidup di
daerah dingin dapat dipindahkan ke dalam tomat untuk mengurangi kerusakan
akibat dari pembekuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke
gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga
mampu menghasilkan produk. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah
memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen)
atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen
yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja

Anda mungkin juga menyukai