Anda di halaman 1dari 11

Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J.

Fish Protech

ISSN : 2621-1475
2019, Vol. 2 No. 1

KARAKTERISTIK POKEA (Batissa violacea celebensis Martens 1897) ASAP


DENGAN BAHAN PENGASAP YANG BERBEDA

Ardiansyah *, Andi Besse Patadjai, Kobajashi T. Ishamu


Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo,
Jalan H.E.A Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu, Kendari 93232 Sulawesi Tenggara
Telepon +6285342693544

*Korespondensi: :ardiansyah0794@gmail.com
Diterima: 29 Januari 2019/Disetujui: 23 April 2019

Cara sitasi: Ardiansyah, Patadjai AB, Ishamu KT. 2019. Karakteristik pokea (Batissa violacea celebensis
Martens 1897) asap dengan bahan pengasap yang berbeda. Jurnal Fish Protech. 2(1):119-129.

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan bahan pengasap yang berbeda
terhadap uji sensorik, proksimat, Polycylic Aromatic Hydrocarbon (PAH) pada pokea
asap.Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif yang terdiri dari Pokea asap
dengan menggunakan bahan pengasap tempurung kelapa (A1), cangkang kelapa sawit
(A2), tempurung kelapa dan cangkang kelapa sawit (A3). uji sensorik pada penelitian ini
menunjukkan hasil pada pokea asap nilai aroma tertinggi yaitu 6,6 (A1), Warna
tertinggi yaitu 7,3 (A1), Umami tertinggi yaitu 5,9 (A2), Saltiness tertinggi yaitu
5,6 (A1), Tekstur tertinggi yaitu 5,2 (A1) dan (A2). Berdasarkan kandungan proksimat,
kandungan kadar protein hasil tertinggi pada pokea asap dengan bahan pengasap
cangkang kelapa sawit. Kandungan Polycyclic Aromatic Hidrocarbon kandungan
(benzo(a phyrene) hasil terendah pada pokea asap dengan bahan pengasap
tempurung kelapa.

Kata kunci: Pengasapan, Batissa violacea, tempurung kelapa, cangkang kelapa sawit

CHARACTERISTICS OF POKEA CLAM (Batissa violacea celebensis Martens


1897) SMOKED USING DIFFERENT SMOKE RESOURCES

Abstract
The purpose of this study was to evaluated the sensory quality, proximate content and
Polycylic Aromatic Hydrocarbon (PAH)profile onsmoked pokea.This study used a
descriptive design consisting of Pokea smoke using coconut shell smoked (A1), oil
palm shells (A2), coconut shells and palm shells (A3). Sensory test in this study showed
that the highest pokea value of smoke was 6.6 (A1), the highest color was 7.3 (A1), the
highest color was 5.9 (A2), the highest saltiness was 5.6 (A1), The highest texture is 5.2

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 119
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

(A1) and (A2). Based on the proximate content, the highest content of protein content
in pokea smoke using oil palm shell as smoke source. The content of Polycyclic
Aromatic Hydrocarbon content (Benzo(a)phyrene)is the lowest result in smoke pokea
with coconut shell smoked.

Key words: Smoking, Batissa violacea, coconut shell, palm oil shell

PENDAHULUAN Sulawesi Tenggara. Pokea


dapat perikanan tentu akan mengalami
Sulawesi Tenggara mempunyai beberapa perubahan pada sifat fisik dan
potensi keanekaragaman hayati perairan kimiawinya yang pada akhirnya akan
yang cukup tinggi dan mempunyai mempengaruhi padapenilaian sensorik,
potensi cukup besar sebagai sumber dimana kualitas produk olahan ikan
daya perikanan.Pokea (Batissa Violacea tersebut sangat menentukan apakah
Celebensis Martens 1897) ini memiliki disukai atau tidak oleh konsumen. Salah
arti penting pada ekologi dan ekonomi satu produk olahan yang dilakukan
bagi masyarakat yang berada dikawasan adalah pokea asap.
sungai Pohara Kabupaten Konawe, Pengasapan merupakan salah
satu cara untuk pengawetan agar tidak
terjadi pembusukan dan menjaga nilai
di lingkungannya diantaranya sebagai Seiring dengan berkembangnya
konsumen yang memfilter ilmu pengetahuan dan teknologi maka
organismeorganisme berukuran lebih pengolahan hasil perikanan juga
kecil, komponen tersuspensi dalam air semakin berkembang pesat dan terus
(filter feeder)dan sebagai bioindikator. adanya persaingan di dunia pemasaran,
Selain itu cangkangnya dapat dibuat tetapi tetap saja pada proses pengolahan
menjadi perhiasan rumah tangga dan yang ada, harus disesuaikan dengan
bahan bangunan. Kerang ini diduga keinginan dan selera konsumen.
endemik karena hanya ditemukan di (Erdiansyah, 1982) menyatakan bahwa
Sungai Pohara Kabupaten Konawe dalam proses pengolahan hasil untuk

menjaga keseimbangan ekosistem gizinya. Pengasapan juga berfungsi


Sulawesi Tenggara sekitar 25 km menambah citarasa dan warna pada
kearah muara pada kedalaman 1-9 makanan serta bertindak sebagai
meter. Kerang pokea ini telah menjadi antibakteri dan antioksidan (Adawiyah.
salah satu mata pencaharian bagi R, 2008) pengawetan tersebut dapat
masyarakat dikawasan sungai Pohara berpengaruh baik oleh mutu maupun
dan bernilai ekonomis, masyarakat daya awet produk yang diasap. Selain
menjuluki kawasan mereka dengan itu, cara pengawetan ini pun dapat
sebutan Pohara, pokea harapan rakyat. mempengaruhi mutu dan daya awet
Masyarakat sekitar memperdagangkan mulai dari cara persiapan bahan, jenis
pokea dalam bentuk segar utuh, asap yang digunakan, kelembaban,
terlepas dari cangkangnya dan kecepatan pengasapan dan suhu
sate.Organisme ini memiliki kandungan pengasapan (Saleh dan Sari, 2007).
gizi yang tinggi terutama pada Bahan pengasap yang digunakan dalam
kandungan protein sehingga baik penelitian ini yaitu cangkang kelapa
dikonsumsi, khususnya bagi penderita sawit dan tempurung kelapa. Menurut
penyakit liver(Bahtiar, 2005). Afrianto dan Liviawati, (1989), zat-zat

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 120
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

kimia yang dihasilkan dari pembakaran piala, gelas ukur, batang pengaduk,
bahan bakar dalam proses pengasapan pipet tetes, mikro pipet, corong, tabung
dapat memberikan warna kuning reaksi, labu takar, erlenmeyer, desikator,
keemasan dan dapat memberikan daya sentrifus, timbangan analitik, gegep,
tarik pada konsumen. Lebih lanjut cawan porselin, botol semprot dan
dikatakan (Moeljanto, 1992)warna yang spektofotometer UV-Vis.
dikehendaki oleh konsumen sebagai Persiapan Bahan Baku
warna ideal dari hasil proses
Penelitian ini adalah daging
pengasapan adalah warna kuning emas
pokea segar sebanyak 3 kg dengan
kecoklatan. Suhu tinggi selama
ukuran panjang rata-rata 3,7 cm dan
pengasapan juga bersifat anti bakteri.
lebar 3 cm, yang diperoleh dari pedagang
Hal ini yang mempengaruhi jumlah
pokea diKecamatan Pohara, bahan
pertumbuhan bakteri dalam proses
pengasap tempurung kelapa sebanyak 3
pengasapan. Pengasapan juga dapat
kg diambil disalah satu kebun kelapa
melindungi kerusakan zat gizi secara
milik masyarakat Pohara, sedangkan
langsung dan kerusakan mikrobiologis
cangkang kelapa sawit sebanyak 3
karena asap bersifat bakterisidal
kg diambil disalah satu pabrik
(Tejasari, 2005).
kelapa sawit yang berada di
Berdasarkan latar belakang
Kecamatan Langgikima Kabupaten
diatas maka diperlukan penelitian untuk
menganalisis kualitas kerang pokea yang Konawe Utara Sulawesi Tenggara dan
diasapi menggunakan bahan proses pengasapan dilakukan
pengasap yang berbeda. di Laboratorium Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Halu Oleo.
BAHAN DAN METODE Bahan dan Prosedur Penelitian
Alat
Pokea asap dengan
Bahan yang akan digunakan metode pengasapan tradisional adalah
terdiri atas bahan utama dan bahan pokea dicuci bersih untuk
pendukung. Bahan utama adalah daging menghilangkan pasir dan kotoran
kerang pokea segar. Bahan pendukung lainnya,pokea yang telah dicuci
adalah tempurung kelapa, cangkang ditampung didalam keranjang
kelapa sawit, untuk bahan pengasap dan plastik dan dibiarkan beberapa saat
garam untuk cita rasa produk.Bahan untukpenirisan air cucian.
kimia untuk analisis proksimat adalah Kemudian pokea ditimbang dan
aquades, reagen biuret, larutan standar di lakukan perebusan, pokea direbus
protein, alkohol 80%, petroleum eter, diatas panci selama 20 menit dan
heksan, NaOH dan kertas saring. ditambahkan air sebanyak 4 liter dan
Peralatan yang digunakan dalam dilarutkan garam sebanyak 100 gr.
penelitian ini ada 2 macam yaitu alat Kemudian setelah selesai direbus lalu
untuk pengolahan dan alat untuk diadakan pemisahan daging pokea dan
analisis. Alat pengolahan meliputi: alat cangkangnya, setelah itu
pengasapan lemari asap sebagai alat pokea ditimbang sebanyak 600 gr dan
pengasapan, baskom untuk menempati dibagi menjadi 3
pokea segar, pisau untuk memisahkan bagian.Setelah dibagi menjadi
cangkang pokea, thermometer untuk tiga bagian, lalu dilakukan pengasapan
mengetahui suhu pengasapan, stopwatch selama ± 30 menit dengan suhu 70
o
untuk mengetahui waktu pengasapan. C, dengan perlakuan
Alat untuk analisis proksimat meliputi tempurung kelapa (A1), cangkang
seperangkat alat ekstraksi soxlet, gelas kelapa sawit (A2), cangkang kelapa

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 121
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

sawit dan tempurung kelapa (A3) Analisis Data


kemudian dilakukan pendinginan. Analisis data sensorik dalam
Parameter Uji penelitian ini menggunakan krusskal
Uji sensorik ini wallis dan mann whitney untuk menilai
bermaksud untuk mengetahui tingkat analytical test panelis terhadap sensorik
penerimaan panelis terhadap dari pokea asap yangmeliputi aroma
kualitas sensorik produk pokea (aroma khas pokea),warna,umami, asin,
asap. Penilaian sensorik meliputi aroma tekstur. Analisis proksimat dalam
(aroma khas pokea asap), warna, umami, penelitian ini menggunakan data yang
asin, tekstur. didapatkan dihitung berat keringnya
Uji sensorik dilakukan dengan dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0.05)
mengisi lembar respon panelis. Lembar dan PAH (Polysiclic Aromatic
isian respon panelis diisi oleh panelis Hydrocarbon). Datadijelaskan secara
yang berjumlah sebanyak 20 orang yang deskriptif.
telah melewati tahap training panelis,
sehingga panelis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah panelis semi
terlatih, panelis memberikan skor sesuai
tanggapan panelis terhadap produk pokea
asap.
Pengamatan pada penelitian ini
yaitu analisis uji proksimat meliputi
kadar air (metode gravimetri), kadar
protein (metode kjeldhal), kadar abu
(metode gravimetri), kadar lemak
(metode soxhlet) dan serat kasar
(metode gravimetri) Polycyclic
aromatic hydrocarbon (PAH) (metode
kromatografi gas/GC Lppt, UGM)
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Deskriptif mutlak dianalisa
dengan menggunakan uji kruskal
willis,karakterisasi pokea (Batissa
violacea var. celebensis Martens1897)
asap dengan bahan pengasap yang
berbeda. Penelitian ini terdapat 3
perlakuan yaitu Pokea asap dengan
menggunakan bahan pengasap
tempurung kelapa (A1),Pokea asap
dengan menggunakan bahan pengasap
cangkang kelapa sawit (A2) dan Pokea
asap dengan menggunakan bahan
pengasap tempurung kelapa dan
cangkang kelapa sawit(A3).

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 122
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji yang barumengalami proses pengasapan


Sensorik memiliki aroma asap yang lembut
Nilai rata-rata atribut sensorik sampai cukuptajam atau tajam, tidak
pokea asap dengan perlakuan tengik, tanpa bau busuk, tanpa bau asing,
A1 (tempurung kelapa), A2 tanpa bau apekdan asam.
(cangkang kelapa sawit) dan Aroma yang dihasilkan pada pokea asap
A3(tempurung kelapa dan cangkang dengan menggunakan bahan pengasap
kelapa sawit) dapat dilihat pada Tabel 1. yang berbeda, sangat bervariasi. Aroma
baku pokea asap memberikan dampak asap yang dihasilkan pokea asap dengan
yang berbeda-beda terhadap penilaian bahan pengasap tempurung kelapa (A1)
sangat tajam sedangkan pada pokea asap
Tabel 1. Nilai rata-rata atribut sensorik pokea asap
Bahan Pengasap
PPM
No Atribut sensorik A1 A2 A3
Tempurung Cangkang kelapaTempurung kelapa dan
kelapa sawit cangkang kelapa sawit
Aroma 6,6 4,8 5,6
Warna 7,3 3,8 4,4
Umami 5,6 5,9 5,1
Saltiness 5,6 4,4 4,0
Tekstur 5,2 5,2 5,1

Uji sensorik bertujuan untuk Pokea asap memiliki alat ukur yang
mengetahui respon panelis untuk telah diamati meliputi penilaian aroma
memberikan penilaian terhadap produk pokea (aroma khas pokea asap), warna,
asap. Analytical test terhadap suatu produk umami, saltiness, tekstur, yang
dipengaruhi oleh warna, aroma, tekstur dan disajikan pada tabel 1 Hasil penelitian
rasa (Laksmi, 2012). menunjukkan bahwa perbedaan bahan
sensorik. dengan bahan pengasap cangkang kelapa
Aroma sawit (A2) aroma asap yang dihasilkan
sangat harum. Menurut Isamuet al
Hasil uji sensorik terhadap aroma pokea (2012) yang meneliti penilaian sensorik
asap dengan menggunakan bahan pada aroma ikan cakalang asap berbagai
pengasap yang berbeda dapat dilihat produsen yang terdapat di Kendari,
pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 yaitu bernilai berkisar 5,10±0,06.
tersebut dapat dilihat bahwa nilai ratarata Semakin tinggi konsentrasi asap yang
aroma tertinggi pada perlakuan diberikan maka aroma dan rasa asap
tempurung kelapa (A1) 6,6 dan nilai pada ikan pun akan semakin meningkat
terendah pada perlakuan cangkang dan ikan yang baru mengalami proses
kelapa sawit (A2) yaitu 4,8. Hasil panelis pengasapan memiliki aroma asap yang
pada saat dibanding bau aroma asap pada lembut sampai cukup tajam atau tajam,
pokea asap yang dihasilkan dengan tidak tengik, tanpa bau busuk, tanpa bau
bahan pengasap yang berbeda pada asing, tanpa bau apek dan asam
perlakuan tempurung kelapa (A1) sangat (Martinez et al., 2007).
kuat tercium aroma asap yang di
hasilkan. Menurut Adawyah (2007), Ikan

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 123
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

Warna disebut sebagai rasa dasar kelima


Hasil yang diperoleh menunjukkan disamping rasa manis, asin, asam dan
bahwa analytical test panelis terhadap pahit. Agar suatu senyawa dapat dikenali
warna memiliki nilai rata-rata tertinggi rasanya, senyawa tersebut harus larut
pada perlakuan tempurung kelapa (A1) dalam air liur sehingga dapat
7,3 dan nilai terendah pada perlakuan mengadakan hubungan mikrovillus dan
cangkang kelapa sawit (A2) yaitu 3,8 impuls yang terbentuk dikirim melalui
dan perlakuan tempurung kelapa dan pusat syaraf (Winarno, 2002).
cangkang kelapa sawit (A3) 4,4. Warna Saltiness (Asin)
yang dihasilkan pada pokea asap dengan Hasil yang diperoleh
perlakuan tempurung kelapa (A1) lebih menunjukkan bahwa tingkatanalytical
dominan, karena warna yang dihasilkan test panelis terhadap saltiness memiliki
lebih kecolatan dibanding perlakuan lain. nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan
Menurut Afrianto dan Liviawati, (1989), tempurung kelapa (A1) 5,6 dan nilai
zat-zat kimia yang dihasilkan dari terendah pada perlakuan cangkang
pembakaran bahan bakar dalam proses kelapa sawit (A2) yaitu 4,4 dan
pengasapan dapat memberikan warna perlakuan tempurung kelapa dan
kuning keemasan dan dapat memberikan cangkang kelapa sawit (A3)
daya tarik pada konsumen. Menurut 4,0.Penelitian ini menunjukkan bahwa
Isamuet al (2012) yang meneliti perbedaan bahan pengasap memberikan
penilaian sensorik pada warna ikan saltiness yang berbeda pada pokea asap.
cakalang asap berbagai produsen yang penggunaan tempurung kelapa sebagai
terdapat di Kendari, yaitu nilai berkisar bahan pengasap memberikan rasa asin
4.91±0.30.Menurut Giullen dan yang tinggi pada pokea asap yang
Manzanos, (2002), melaporkan bahwa dibuktikan dengan analytical test dengan
asap dapat berperan sebagai pemberi nilai saltiness yang tinggi yakni
warna pada tubuh ikan sehingga ikan 5,6.Menurut (Buckle, 1985) juga
yang diawetkan dengan proses berpendapat bahwa garam merupakan
pengasapan berwarna kuning keemasan bahan kimia yang umum digunakan
dan dapat membangkitkan selera Tekstur
konsumen untuk menikmatinya.
Semakin tinggi konsentrasi asap yang Hasil yang diperoleh menunjukkan
diberikan maka warna ikanpun akan bahwaanalytical test panelis terhadap
semakin gelap atau kecokelatan. tekstur memiliki nilai rata-rata tertinggi
pada perlakuan tempurung kelapa (A1)
Umami dan cangkang kelapa sawit (A2) 5,2 dan
Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai terendah pada perlakuan tempurung
bahwa analytical test panelis terhadap kelapa dan cangkang kelapa sawit (A3)
umami memiliki nilai rata-rata tertinggi 5,1.Penggunaan tempurung kelapa
pada perlakuan cangkang kelapa sawit sebagai bahan pengasap memberikan
(A2) 5,9 dan nilai terendah pada nilai yang paling tinggi sementara
perlakuan tempurung kelapa dan penggunaan cangkang kelapa
cangkang kelapa sawit (A3) 5,1 dan memberikan nilai tekstur yang paling
perlakuan cangkang kelapa sawit (A2) rendah, dimana pada penelitian ini
5,9. Umami merupakan yang sangat semakin tinggi nilai tekstur semakin alot
penting dalam menentukan keputusan daging pokea asap dan semakin rendah
konsumen untuk menerima atau menolak nilai tekstur semakin lembut daging
suatu produk makanan. Rasa umami pokea asap.Menurut (Isamuet al,2012),

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 124
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

perbedaan nilai tekstur ikan asap diduga berkurang dan daging ikan semakin
karena perbedaan kadar air, dimana keras. Kadar air merupakan parameter
semakin tinggi kadar air ikan asap, maka yang penting untuk menentukan
nilai teksturnya menjadi rendah, kualitas ikan asap yang dihasilkan.
begitupun sebaliknya.Menurut Isamu et Kadar air yang terkandung didalam
al (2012) yang meneliti penilaian ikan asap dapat mempengaruhi daya
sensorik pada tekstur ikan cakalang asap simpan ikan asap. Karena kadar air
berbagai produsen yang terdapat di merupakan pengasap yang berbeda
Kendari, yaitu nilai berkisar berkisar 10,87% sampai 12,02%.
4,82±0,28.Simko, (2005), melaporkan Berdasarkan tabel 1.5dapat dilihat
bahwa selama pengasapan berlangsung bahwa kadar abu tertinggi ditemukan
terjadi fluktuasi suhu yang tinggi, pada pokea asap dengan bahan
sehingga menyebabkan kadar airnya Uji pengasap tempurung kelapa (A1) yaitu
proksimat 12,02% dan kadar abu yang terendah
Kadar Air didapatkan pada pokea asap dengan
bahan pengasap cangkang kelapa sawit
Hasil penelitian kadar air berdasarkan (A2) 10,87%. Adapun pokea asap
berat kering pada bahan pengasap dengan bahan pengasap cangkang
tempurung kelapa (A1) 14,34; kelapa sawit dan tempurung kelapa
cangkang kelapa sawit (A2) 18,35; (A3) memiliki kadar abu sebesar
tempurung kelapa dan cangkang kelapa 10,99%. Menurut Isamu et al. 2012)
sawit (A3)19,22. Rendahnya kadar air peningkatan kadar abu, disebabkan
berhubungan dengan metode karena hilangnya kelembaban. Menurut
pengasapan yang digunakan yakni Isamu et al (2012) yang meneliti
pengasapan tradisional dengan bahan kandungan proksimat pada kadar abu
pengasap yang berbeda yaitu cangkang ikan cakalang asap berbagai produsen
kelapa sawit dan tempurung kelapa. yang terdapat di Kendari, yaitu nilai
Harikedua, (2002) menyatakan bahwa berkisar1,56±0,02. Mardiana et al.
semakin lama waktu pengasapan yang (2014) bahwa persentase kadar abu
dilakukan maka akan semakin rendah berkorelasi positif terhadap lamanya
kandungan air dalam produk tersebut. pengsapan. Menurut Sudarmadji et al.
Menurut Isamu et al. (2012) yang (2003), bahwa kadar abu berhubungan
meneliti kandungan proksimat pada dengan mineral suatu bahan. Mineral
kadar air ikan cakalang asap berbagai yang terdapat dalam bahan dapat
produsen yang terdapat di Kendari,yaitu merupakan dua macam garam yaitu
nilai berkisar 64,13±0,50. Menurut garam organik dan anorganik.
Wibowo (2000), dijelaskan bahwa pada Komponen mineral dalam bahan dapat
bahan pangan yang dipanaskan, total ditentukan jumlahnya dengan cara
air/cairan yang keluar dari produk, akan menentukan sisa-sisa pembakaran
semakin meningkat, dengan semakin garam mineral tersebut, yang dikenal
meningkatnya temperatur dan lama dengan pengabuan.
proses pengasapan. Peningkatan
kehilangan cairan akan semakin besar Kadar Lemak
pada suhu pemanasan di atas 100 °C Hasil uji lemak pada pokea asap
dan peningkatan waktu lebih dari 45 berdasarkan berat kering dari bahan
menit. Semakin tinggi waktu pengasap yang berbeda berkisar 18,91%
pengasapan maka suatu kadar air yang sampai 24,54% berdasarkan tabel 2,
terkandung dalam daging ikan semakin menunjukkan bahwa hasil analisa lemak

media mikroba untuk berkembang biak kelapa sawit (A2) yaitu 24,54% dan
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 125
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

yang tertinggi didapatkan pada pokea asap dengan bahan pengasap cangkang
(Agus et al., 2014). denaturasi protein selama pemanasan
Kadar Abu (Swastawatiet al, 2012). Penurunan
kadar protein terjadi karena protein
Hasil kadar abu pada pokea asap terurai oleh enzim proteolitik dan
berdasarkan berat kering dengan bahan bantuan bakteri menjadi asam
kadar yang paling rendah analisa lemak karboksilat (Zakaria, 1996).Menurut
yaitu didapatkan pada pokea asap Isamu et al (2012) yang meneliti
dengan bahan pengasap tempurung kandungan proksimat pada kadar protein
kelapa (A1) sekitar 18,91.Pada ikan cakalang asap berbagai produsen
perlakuan pokea asap dengan bahan yang terdapat di Kendari, yaitu nilai
pengasap cangkang kelapa sawit dan berkisar 31.13±0.44.Hal tersebut
tempurung kelapa (A3) didapatkan kadar didukung oleh pernyataan Swastawati et
lemaksebesar 23,82.Tingginya lemak al. (2012) yang menyatakan bahwa
pada pokea asap dengan bahan kadar protein dapat menurun karena
pengasap cangkang kelapa sawit diduga adanya proses pengolahan, dengan
karena kandungan yang terdapat pada terjadinya denaturasi protein selama
cangkang kelapa sawit. Menurut Isamu pemanasan.
et al (2012) yang meneliti kandungan
proksimat pada kadar lemak ikan Serat Kasar
cakalang asap berbagai produsen yang Hasil nilai serat kasar padapokea
terdapat di Kendari, yaitu nilai asap berdasarkan berat kering dengan
berkisar1.75±0.59. Pernyataan ini sesuai menggunakan bahan pengasap yang
dengan Rampon (2002) menyatakan berbedamemberikan hasil yang berbeda,
bahwa apabila kadar air ikan menurun yaitu 3,21; 7,34; 2,6. untuk
maka kadar lemak akan mengalami masingmasing pokea asap dengan bahan
peningkatan dan sebaliknya.Lemak pengasap tempurung kelapa; cangkang
pokea mengandung asam lemak tak kelapa sawit; tempurung kelapa dan
jenuh omega-3 EPA dan DHA yang baik cangkang kelapa sawit. Kadar serat
untu tubuh manusia.Lemak makanan tertinggiditemukan pada pokea asap
merupakan bagian terpenting dalam dengan bahan cangkang kelapa sawit
nutrisi yaitu menambah kalori dan asam (A2) yaitu 7,34% sedangakan kadar
lemak penting, bertindak sebagai seratterendah ditemukan pada pokea
pembawa vitamin dan meningkatkan asap dengan bahan pengasap bahan
flavor makanan bakar cangkang kelapa sawit dan
(Rahayu,2012) tempurung kelapa (A3) yaitu 2,6%.
Kadar Protein Bahan makanan yang mengandung
banyak serat kasar lebih tinggi
Hasil kadar protein yang kecernaannya dibanding bahan makanan
tertinggi didapatkan pada pokea asap yang lebih banyak mengandung bahan
dengan bahan pengasap cangkang kelapa ekstrak tanpa nitrogen (Arif,
sawit (A2) yaitu 38,13 sedangkan 2006).Penelitian serat kasar menurut
perlakuan dengan menggunakan (Idah dan Nwankwo, 2013) terhadap
cangkang kelapa sawit dan tempurung ikan nila asap perlakuan suhu dan waktu
kelapa (A3) mendapatkan kadar protein yang berbeda menghasilkan serat kasar
paling rendahyaitu 27,07.Kadar protein yang tinggi adalah 1,30%.Menurut
dapat menurun karena adanya proses Murniyati dan Sunarman (2000),
pengolahan, dengan terjadinya

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 126
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

kandungan karbohidrat (termasuk serat bakar cangkang kelapa sawit (A2)


kasar) ikan, berkisar antara 1-2%. diduga dipengaruhi oleh tingginya
Polycyclic Aromatic kadar lemak yang dimilikinya. Jumlah
Hydrocarbon (PAH) PAH yang terbentuk selama
Data hasil penelitian Polycylic pengolahan juga tergantung pada
Aromatic Hidrokarbon (PAH) pada kandungan lemak. Lemak yang
pokea asap dengan bahan pengasap yang meleleh dan jatuh pada bahan bakar
yang panas akan menyebabkan
Tabel 3. Hasil analisa Polycylic Aromatic Hidrokarbon (PAH) pada pokea asap
Bahan pengasap
No Parameter Uji PPM
A1 A2 A3
1 Naphtalen 4,29 0,98 0,60
2 Acenaphtalen 17,19 2,22 4,10
3 Phenanthrene 3,48 1,39 2,59
4 Pyrene 1,43 2,01 3,63
5 Benzo(a)antracene 4,52 2,43 3,51
6 Benzo(a)pyrene 8,25 17,87 12,16
Keterangan : A1 = Tempurung kelapa, A2 = Cangkang kelapa sawit, A3 = Tempurung kelapa dan
berbeda dapat dilihat padaTabel 3. terjadinya pirolisis lemak yang dapat
cangkang kelapa sawit menghasilkan PAH yang menguap dan
tersimpan pada permukaan makanan
Hasil kandungan benzo(a)pyrene (Menichini dan Bocca, 2003).
paling banyak terdapat pada pokea asap Kandungan benzo(a)pyrene dari
dengan bahan pengasap cangkang ikan asap yang diolah dengan
kelapa sawit (A2) yaitu17,87, ppm pengasapan panas berkisar antara 0,53,5
sedangkan pada pokea asap dengan ppm, tergantung pada ukuran, preparasi
bahan pengasap tempurung kelapa (A1) dan kondisi pengasapan. Kandungan
dan pokea asap dengan bahan pengasap PAH dipengaruhi oleh proses
tempurung kelapa dan cangkang kelapa pengolahan seperti suhu pembakaran
sawit (A3) berturut-turut 8,25 ppm dan kayu, waktu pengasapan, ketebalan asap,
12,16 ppm. Nilai tersebut berada diatas aliran udara, bahan baku dan kondisi
batas yang disyaratkan European pengasapan lainnya. Kandungan PAH
Standard.Senyawa PAH (Polycyclic akan meningkat seiring dengan
Aromatic Hydrocaron) yang diuji pada meningkatnya suhu (Whittle dan
pokea asap antara lain naphthalene, Howgate, 2000).
acenaphtene, phenentrene,
KESIMPULAN
fluoranthene, pyrene,
benzo(a)antracene, perylene dan Berdasarkan uji sensorik pokea
benzo(a)pyren. Semua senyawa asap nilai aroma tertinggi yaitu 6,6 (A1)
tersebut bersifat karsinogenik baik tempurung kelapa. Warna tertinggi yaitu
yang berbahaya kepada manusia dan 7,3 (A1) tempurung kelapa. Umami
yang tidak berbahaya.Tinggginya tertinggi yaitu 5,9 (A2) cangkang kelapa
kandungan benzo(a)pyrene pada bahan sawit. Saltiness tertinggi yaitu 5,6 (A1)

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 127
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

tempurung kelapa. Tekstur tertinggi (B.violacea celebensis Martens


yaitu 5,2 (A1) tempurung kelapa dan 1987) Pada Substrat Yang
(A2) cangkang kelapa sawit. Berbeda di Sungai Pohara
Berdasarkan kandungan proksimat, Sulawesi Tenggara.
kandungan kadar protein hasil tertinggi Buckle KA. 1985. Ilmu Pangan,
pada pokea asap dengan bahan pengasap Penerbit Universitas Indonesia,
cangkang kelapa sawit. Berdasarkan Jakarta
kandungan Polycyclic Aromatic
Hidrocarbon kandungan Erdiansyah, 2006. Teknologi
(Benzo(a)phyrene) hasil terendah pada Penanganan Bahan Baku
pokea asap dengan bahan pengasap Terhadap Mutu Sosis Ikan Patin
tempurung kelapa. (Pangasius Pangasius) [tesis].
Bogor: Sekolah Pasca Serjana.
IPB. Bogor
DAFTAR PUSTAKA Fountaine, Pascal. 2006. Europe in 12
Lessons. Brussels: Directorate
Adawyah R. 2007. Pengolahan dan
General for Communication
Pengawetan Ikan. Bumi Aksara
Publications European
Jakarta.
Commission.
Adawyah R. 2008. Pengolahan dan
Giullen MD, Manzanos MJ. 2002. Study
Pengawetan Ikan. PT Bumi of the volatile
Aksara. Jakarta. composition of an aqueous oak
Afrianto E, Liviawaty1. 989. smoke preparation. Food
Pengawetan dan Pengolahan Chemistry. 79:283-292
Ikan. Yogyakarta: Penerbit Harikedua JW. 2002. Metode Analisis
Kanisius. Kimia Hasil Perikanan.
Agus TSW, Swastawati F, Anggo AP. Penuntun Praktikum. Fakultas
2014. Kualitas Ikan Perikanan. UNSRAT. Manado.
Pari (Dasyatis sp) Asap Yang Idah, P.A., and Nwankwo, I. (2013).
Diolah Effects of smoke-drying
Dengan Ketinggian Tunggu Dan temperatures and time on
Suhu Yang Berbeda. Jurnal physical and nutritional quality
Pengolahan dan Bioteknologi parameters of tilapia
Hasil Perikanan.3(1): 147-156. (oreochromis niloticus). J.
AOAC. 1970. Methods of Analysis. Fisheries and Aquaculture. vol.
Association og Official 5 (3). Pp. 29-34.
Agriculturan Chemists. Isamu KT, Purnomo H, Yuwono SS.
Whasingthon D.C. 2012. Karakteristik Fisik, Kimia,
Arif IS, Skizofrenia. 2006. Bandung: PT. dan Organoleptik Ikan Cakalang
Refika Aditama. (Katsuwonus pelamis) Asap di
Kendari. Jurnal Teknologi
Bahtiar. 2005. Kajian Populasi Pokea Pertania. 13:105-110.
(B.violacea celebensisMartens
1987) di sungai Pohara Kendari Laksmi. 2012. Interaksi, Interpretasi dan
Selawesi Tenggara. [Tesis]. IPB. Makna. Bandung: Karya
Bogor. Putra Darwati.
Bahtiar. 2007. Kepadatan Martinez O, Salmeron J, Guillen MD,
dan Dostribusi Pokea Casas C. 2007. Sensorial and

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 128
Karakteristik Pokea Asap, Ardiansyah et al., J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 1

physicochemical caharacteristics Sudarrmadji S, Haryono B, Suhadi.


of salmon (Salmo salar) treated 2007. Analisa Bahan Makanan
by different smoking process dan Pertanian. Liberty.
during storage. Food Science Yogyakarta.
and Technology International. Swastawati F, Eko S, Bambang C,
13(6): 477-484. Wahyu AJ. 2012.
Menichini E, Bocca B. 2003. Polycyclic Sensory Evaluation and
Aromatic Hydrocarbons. Chemical
Di dalam: Caballero B, Trugo L, Charesteric of Smoked Stingray
Finglas PM, editor. (Dasyatis bleekery) Processed by
Encyclopedia of Food Sciences Using Two Different Liquid
and Nutrition. Maryland: Smoke. International Journal of
Academic Press. hlm 4616- Bioscience, Biochemistry and
4625. Biofarmatics. 2(3): 212-216
Mueljanto. 1992. Pengawetan Swastawati F, Titi SU, Tri WA, Putut
dan Pengolahan Hasil HR. 2013. Karakteristik kualitas
Perikanan. Jakarta: Penebar ikan asap yang diproses
Swadaya menggunakan metode dan jenis
ikan berbeda. Jurnal Aplikasi
Murniyati AS. dan Sunarman. 2000.
Teknologi Pangan. 2(3): 126132.
Pendinginan, Pembekuan dan
Pengawetan Ikan. PT. Kanisius. Tejasari. 2005. Nilai-Nilai Gizi Pangan.
Jakarta. Graha ilmu. Jakarta
Rahayu SM. 2012. Pengaruh konsentrasi Whittle KJ, Howgate P. 2002. Glossary
Garam Dalam Proses Perebusan of Fish Technology
Ikan Teri (stolephorus sp.) Terms. Prepared under contract
Setengah Kering dan Pendugaan to the Fisheries Industries
Umur Simpannya Dengan Division of the Food
Metode and Agriculture Organization
Akselerasi. FPIK IPB. Bogor. of the United
Nations.
Saleh M, Sari A 2007. Kumpulan
hasilhasil Penelitian Wibowo S. 2000. Industri Pengasapan
Pascapenen Perikanan. Ikan. Penebar Swadaya.
Balai besar Riset Pengolahan Yogyakarta.
Produk dan Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan
Bioteknologi Kelautan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
dan Jakarta
Perikanan. Jakarta. 313 Hal.
Zakaria F. 1996. Toksisitas
Simko P. 2005. Factors dan imunogenitas pigmen
affecting elimination of angkak yang diproduksi dari
polycyclic aromatic kapang Monascus purpureus
hydrocarbons from smoked pada substrat limbah cair
meat foods and liquid smoke tapioka. Buletin Teknologi dan
flavourings: a review of Industri Pangan. 1(12): 34-38.
molecular nutrition.
Food Research. 49: 637-647

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 129

Anda mungkin juga menyukai