DI SUSUN OLEH :
MEI SINTA
NIM.Q1B119001
DOSEN PMK
SUWARJOYOWIRAYATNO, S.Pi., M.Si
Saran Reviewer Dalam pengambilan data Untuk penurunan mutu produk ikan
tenggiri beku perlu diketahui perubahan-perubahan yang terjadi
baik secara fisik, kimia maupun biologi.
Tahun 2019
Subjek Penelitian Bahan baku tuna (Thunnus sp.) loin beku diperoleh dari
perusahaan cold storage ikan dari PT. Aneka Sumber Tata
Bahari (ASTB) di Tulehu. Ikan dimasukan kedalam coolbox
dan diberi air untuk proses pelelehan (thawing) selama ±11
jam. Tuna loin kemudian dicuci bersih dan direndam pada
larutan garam 5% dan cuka 3%, untuk menambah citarasa,
menghilangkan bau amis pada ikan, serta membuat tekstur
daging ikan menjadi lebih kompak, tetapi penggunaannya ini
tergantung dengan selera konsumen. Ikan direndam selama 20
menit, kemudian di tusuk menggunakan bambu dan diletakkan
pada rak pengasapan. Tuna loin diasapi menggunakan bahan
pengasap tepurung kelapa. Proses pengasapan dilakukan pada
tungku pengasapan dengan ukuran panjang ±2 m, lebar ±0,5m
dan tinggi ±1,5 m.
Saran Reviewer Penanganan ikan setelah panen jika tidak dialakukan dengan
baik maka akan menyebabkan ikan menjadi cepat rusak akibat
suhu lingkungan yang tinggi
Tahun 2019
Hasil Penelitian The results showed that the best fermentation time was day 7
with a salt concentration of 7.5%
LAMPIRAN
ABSTRACT
Mackerel fish is sea fish’s species which are pelagic marine fish group which has a
distinctive taste so favored by the people. Frozen mackerel is a fishes that is easily damaged. Thus
the fishes need to be handling it well. Fishes keep the temperature will affect the quality of the
fishes. During storage in the storage and distribution processing, can affect product quality. To
decrease the quality of frozen mackerel fish’s products need to note the changes that occur either
through physical, chemical and biological. It explains research to analyze the quality of fishes
products frozen mackerel observe aspects of Microbiology testing and Appearance. Based on the
results of microbiological and organoleptic frozen mackerel fish, it can be conclude that test for
microbiological test total plate count (TPC) is below the standard value in accordance with ISO 4110,
2014. for test E. coli is negative, Salmonella Test is negatif, Vibrio colera test is also negative and
Appearance Test Values above 7 quality fish so the test results of Microbiology and product
organoleptic frozen mackerel safe for consumption as the above test result.
Keywords: Microbiological, Organoleptic, Frozen Mackerel (Scomberomorus commersonii).
Ikan Tenggiri adalah jenis ikan air laut yang merupakan kelompok ikan laut pelagis yang
memiliki cita rasa khas sehingga digemari oleh masyarakat. ikan tenggiri beku adalah ikan yang
mudah rusak. Maka dari itu ikan perlu dilakukan penanganan dengan baik. Suhu penyimpanan ikan
akan mempengaruhi mutu ikan. Selama penyimpanan dalam proses pengolahan penyimpanan dan
distribusi. dapat mempengaruhi mutu produk. Untuk penurunan mutu produk ikan tenggiri beku
perlu diketahui perubahan-perubahan yang terjadi baik secara fisik, kimia maupun biologi. Hal
tersebut menjadi alasan dilakukannya penelitian untuk menganalisa mutu produk ikan tenggiri beku
ditinjau dari aspek pengujian Mikrobiologi dan Organoleptik . Berdasarkan hasil penelitian
mikrobiologi dan organoleptik ikan tenggiri beku, maka dapat disimpulkan bahwa uji untuk
mikrobiologi dengan uji angka lempeng total (ALT) masih dalam kondisi aman yaitu di bawah 5x10 5
dan memenuhi standar SNI 4110-2014 untuk uji Organoleptik nilainya 7, dengan SNI 4110- 2014 .
untuk uji E. coliadalah Negatif , Uji Salmonella adalah Negatif , uji Vibrio colera juga Negatif dan Uji
Organoleptik Nilai mutu ikan di atas 7.
Cara sitasi: Mailoa MN, Lokollo E, Nendissa DM, Harsono PI. 2019. Karakteristik mikrobiologi
dan kimiawi ikan tuna asap. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 22(1): 89-99.
Abstrak
Ikan asap merupakan hasil olahan ikan secara tradisional melalui proses pengasapan
panas secara terbuka. Proses pengasapan ikan di Indonesia khususnya di Maluku, masih
dilakukan dengan modal dan skala usaha kecil sehingga penggunaan alat masih sederhana.
Sanitasi dan higienitas produk tuna loin asap masih kurang diperhatikan. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan mutu mikrobiologis dan kimiawi ikan asap yang diproduksi di
Dusun Air Manis, Desa Laha. Parameter uji yang dilakukan terdiri atas uji total mikroba pada
tuna loin beku, air pencucian, air perendaman, bambu, rak pengasapan dan tuna asap, uji
Escherichia coli padatuna loin beku, air pencucian, air perendaman, tuna asap, danuji
Salmonella pada tuna loin asapserta analisis kimia (kadar air dan pH) pada tuna loin asap. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa angka lempeng total (ALT), Escherichia coli dan Salmonella
pada tuna loin asap masih memenuhi standar mikrobiologi menurut SNI 2725:2013. Kadar air
pada ikan tuna asap adalah 59%, masih memenuhi standar mutu menurut SNI 2725:2013 yaitu
maksimal 60%, pH ikan tuna asap menunjukkan pH yang cenderung asam yaitu 5,8.
ISSN 2527-323X
Abstract
Wadi is a traditional fermented fish product in the form of semi-wet whole fish, rather
black in color (close to the color of fresh fish), a soft textured and smell of fermented fish
and having a salty taste. Spontaneous fermentation of fish is generally carried out using
high concentration salt to inhibit microbial growth that causes decay. The concentration
of salt used in fermentation of catfish greatly determines the quality of the catfish’s wadi.
Therefore a study was conducted to determine the effect of fermentation time on
fermented flavors and to determine the optimal salt concentration for producing
fermented catfish (Pangasius sp.) with the best quality. The experimental design used
was a complete randomized designs with fermentation days and with variations in
control (fresh catfish), 5, 7.5 and 10% salt with 3 replications on days 7, 8, 9, 10. The
research procedures include cleaning fish, samu processing (rice), processing of
fermented catfish, testing the quality of fermentation consisting of physical testing,
chemical testing, microbiological testing, organoleptic testing and data analysis stages.
The results showed that the best fermentation time was day 7 with a salt concentration
of 7.5%.
Keywords: Wadi, catfish, spontaneous fermentation, salt concentrations
Abstrak
Wadi adalah produk fermentasi ikan tradisional yang berbentuk ikan utuh semi basah,
berwarna agak hitam (mendekati warna ikan segar), bertekstur liat dengan aroma khas
ikan fermentasi serta mempunyai rasa yang asin. Fermentasi ikan secara spontan
umumnya, dilakukan menggunakan garam konsentrasi tinggi untuk menghambat
pertumbuhan mikroba yang menyebabkan kebusukan. Konsentrasi garam yang
digunakan dalam fermentasi ikan patin sangat menentukan mutu wadi ikan patin
tersebut. Bahan utama yang digunakan di penelitian ini adalah ikan patin. Oleh karena
itu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap citarasa
hasil fermentasi dan mengetahui konsentrasi garam yang optimal untuk menghasilkan
fermentasi wadi ikan patin (Pangasius sp.) dengan kualitas terbaik. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan hari fermentasi dan
variasi kontrol yaitu patin segar, garam 5%, garam 7,5% dan garam 10% dengan masing-
masing 3 pengulangan pada hari ke-7, 8, 9, dan 10. Prosedur penelitian meliputi
pembersihan ikan, pengolahan samu (beras), pengolahan fermentasi ikan patin, analisis
waktu fermentasi, pengujian kualitas fermentasi yaitu pengujian fisik (pengujian kimia,
pengujian mikrobiologi, pengujian organoleptik) dan tahap analisis data. Hasil penelitian
menunjukkan waktu fermentasi yang tepat yaitu hari ke-7 dengan konsentrasi garam
7,5%.
Kata kunci: Wadi, ikan patin, fermentasi spontan, konsentrasi garam