Disusun Oleh :
Roni Kustaman
NIM 171102029
SCHOOL
BANDUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Kuliah Praktek Kerja Lapangan
Disusun oleh :
Roni Kustaman
Menyetujui
Bandung, 2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Tatang
NIM : 171102029
Bandung, 2020
Tatang
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan Kuliah Praktek Kerja Lapangan (KPKL) dan membuat laporan ini.
Laporan KPKL ini adalah bentuk pertanggung jawaban saya selama melaksanakan Kuliah
Praktek Kerja Lapangan di Rumah Pemotongan AM Broiler selama 25 hari kerja, terhitung
dari tanggal 13 Februari 2020 sampai dengan 14 Maret 2020.
Dengan Kegiatan Kuliah Praktek Kerja Lapangan (KPKL) ini, Mahasiswa diharapkan
akan mampu meningkatkan pengetahuan, pengalaman, kemampuan serta keterampilan yang
mungkin tidak diperoleh dari pendidikan formal di kampus. Karena kegiatan KPKL ini
merupakan salah satu bentuk penerapan teori yang telah mahasiswa dari kegiatan perkuliahan
ke dalam praktik kehidupan di dunia kerja yang sebenarnya, Selain itu, mahasiswa dapat
mengetahui, memahami serta menganalisis gejala-gejala atau fenomena yang terjadi secara
langsung di dalam dunia kerja yang berkaitan dengan kinerja instansi pemerintah.
Dalam pelaksanaan aktivitas kpkl dan penyusunan laporan ini, Saya diarahkan dan
dibimbing dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis
dapat menyelesaikan KPKL dan Laporan KPKL.
2. Kepada Kedua orang tua penulis yang tidak pernah luput memberikan doa , motivasi
dan semangat, sehingga penulis selalu berusaha sebaik mungkin dalam kuliah dan
menimba ilmu di kampus. Terimakasih banyak untuk Ibu dan Bapak.
3. Bapak H. Riswin Lubis,S.Sos,MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Dharma Negara Business Informatics School, tempat dimana penulis masih menimba
ilmu di sana.
4. Ibu Dwidina Rahma Vitry, S.AB.,M.M.Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ilmu Ekonomi Dharma Negara Business Informatics School
5. Bapak Tatang yang telah menerima dan mengizinkan penulis untuk melakukan KPKL
di Dinas Koperasi UMKM Kota Bandung
iv
6. Ibu Noorsyah Adi Noer Ridha, S.E.,M.M selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan penulis dalam penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
7. Bapak Tatang selaku pembimbing di Instansi yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan selama periode KPKL
8. Rekan seperjuangan Irawati yang selalu memberikan kebersamaan, semangat dalam
menuntut ilmu di kampus dan di tempat KPKL
9. Seluruh teman STIE Dharma Negara yang tidak sempat penulis sebutkan satu
persatu. Terimakasih atas setiap kebersamaan, kekeluargaan, dan persaudaraan yang
kita miliki bersama
10. Semua pihak yang telah turut membantu penulis, baik langsung maupun tidak
langsung. hanya Terima Kasih tulus yang mampu penulis ucapkan.
Saya menyadari bahwa laporan KPKL ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan sebagai bahan
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat dijadikan bahan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bandung, 2020
Roni Kustaman
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................vi
.........................................................................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
2.2.2.1 Pemingsanan.................................................................................................................................6
vi
2.2.2.2 Penyembelihan Halal..................................................................................................................7
3.1 Materi.....................................................................................................................................................11
3.2 Metode...................................................................................................................................................11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
5.1 Simpulan................................................................................................................................................32
5.2 Saran.......................................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Populasi penduduk Indonesia setiap tahun selalu bertambah. Pengetahuan dan pendapatan
pun semakin meningkat sehingga memberikan kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi. Hal
tersebut menyebabkan permintaan pangan bergizi terus meningkat, salah satunya adalah sumber
protein, khususnya protein hewani. Masyarakat sebagian besar memenuhi kebutuhan protein
hewani dari daging ayam, karena harganya terjangkau, mudah didapat dan diolah serta tidak ada
khususnya industri rumah potong ayam untuk siap menyediakan karkas yang berkualitas secara
kontinyu, sehingga akan terjamin ketersediaan karkas. Rumah Pemotongan Ayam (RPA)
merupakan salah satu aspek yang menentukan ketersediaan karkas yang berkualitas. RPA yang
memenuhi persyaratan higiene-sanitasi dan manajemen pemotongan ayam yang baik dan benar
Tujuan Praktek Kuliah Kerja Lapangan adalah untuk mengetahui secara langsung
manajemen dan tatacara sekaligus tolok ukur keberhasilan pemotongan ayam di RPA AM
Broiler Bandung. Manfaat dari Praktek Kuliah Kerja Lapangan adalah memperoleh informasi,
menambah wawasan serta keterampilan dalam manajemen pemotongan ayam yang baik dan
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah pemotongan ayam adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi
khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat
Lokasi rumah pemotongan unggas harus memenuhi syarat, yaitu tidak bertentangan
dengan Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) setempat
dan/atau Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK), tidak berada di bagian kota yang padat
penduduknya, serta letaknya lebih rendah dari pemukiman penduduk, tidak menimbulkan
gangguan atau pencemaran lingkungan, jauh dari industri logam dan kimia, tidak berada di
daerah rawan banjir, bebas dari asap, bau debu dan kontaminan lainnya, memiliki lahan yang
RPA yang baik minimal mempunyai tempat penyimpanan sementara, tempat ayam
diistirahatkan sebelum dipotong, tempat pemotongan ayam, ruang pembersihan bulu dengan
ketersediaan air yang cukup, ruang pemotongan karkas dan organ dalam, ruang pengemasan,
ruang pendinginan, tempat pengolahan limbah pemotongan (Abubakar, 2003). Kompleks rumah
pemotongan ayam minimal harus terdiri dari bangunan utama, tempat penurunan ayam hidup
(unloading), kantor administrasi dan kantor dokter hewan, tempat istirahat pegawai, tempat
penyimpanan barang pribadi (locker), ruang ganti pakaian, kamar mandi dan WC, sarana
penanganan limbah, insenerator, tempat parkir, rumah jaga, menara air dan gardu listrik (SNI,
1999)
Kompleks RPA harus dipagar sedemikian rupa sehingga dapat mencegah keluar
masuknya orang yang tidak berkepentingan dan hewan lain selain unggas potong. Pintu masuk
unggas hidup sebaiknya terpisah dari pintu keluar daging unggas. Kompleks RPA seyogyanya
dilengkapi dengan ruang pembekuan cepat (blast freezer), ruang penyimpanan beku (cold
Pembagian ruang bangunan utama RPA terdiri dari daerah kotor dan daerah bersih.
Daerah kotor meliputi penurunan ayam hidup, pemeriksaan antemortem dan penggantungan
pemotongan karkas (cutting), pemisahan daging dari tulang (deboning), pengemasan dan
Bangunan utama RPA harus memenuhi persyaratan, yaitu tata ruang harus didesain
searah dengan alur proses serta memiliki ruang yang cukup sehingga seluruh kegiatan
pemotongan unggas dapat berjalan baik dan higiene, tempat pemotongan harus didesain
sedemikian rupa sehingga pemotongan unggas memenuhi persyaratan halal, besar ruangan
disesuaikan dengan kapasitas pemotongan, adanya pemisahan ruangan yang jelas secara fisik
Tinggi dinding pada tempat penyembelihan dan pemotongan karkas minimum 3 meter,
dinding bagian dalam berwarna terang dan minimum 2 meter terbuat dari bahan yang kedap air,
tidak mudah korosif, tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi serta tidak mudah mengelupas. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah
korosif, tidak licin, tidak toksik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan landai ke arah saluran
pembuangan, permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang.
Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 75
mm, sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung dengan jari-jari
sekitar 25 nun. Langit-langit didesain sedemikian rupa agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan
kondensasi dalam ruangan, harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air, tidak
mudah mengelupas, kuat, mudah dibersihkan serta dihindarkan adanya lubang atau celah terbuka
Pencegahan serangga, rodensia dan burung meliputi masuknya serangga harus dicegah
dengan kelengkapan pinta, jendela atau ventilasi dengan kawat kasa atau dengan menggunakan
metode pencegahan serangga lainnya. Konstruksi bangunan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga mencegah masuknya tikus atau rodensia, serangga dan burung masuk dan bersarang
dalam bangunan. Ventilasi (pertukaran udara) dalam bangunan harus baik. Pintu dibuat dari
bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan bagian
bawahnya harus didesain agar dapat menahan tikus/rodensia tidak dapat masuk. Pintu
dilengkapi dengan alat penutup otomatis. Lampu penerangan mempunyai pelindung, mudah
dibersihkan dan mempunyai intensitas penerangan sebesar 540 luks di tempat dilakukannya
pemeriksaan antemortem dan postmortem, serta 220 luks di ruangan lainnya (SNI, 1999).
Teknik pemotongan ayam ada dua yaitu teknik pemotongan secara langsung (tradisional)
dan secara tidak langsung. Pemotongan secara langsung (tradisional) dilakukan setelah ayam
dinyatakan sehat. Ayam disembelih pada bagian letter dengan memotong 3 saluran yaitu arteri
karotis, vena jugularis dan esofagus. Pemotongan ayam secara tidak langsung dilakukan melalui
proses pemingsanan dan setelah ayam benar-benar pingsan ban dipotong (Soeparno, 1994).
Teknik pemotongan ayam yang baik adalah pemotongan secara tidak langsung karena dengan
pemingsanan akan didapatkan kualitas kulit dan karkas lebih baik dibandingkan dengan
Pemotongan ayam yang dilakukan secara halal dan baik (halalan thayyiban) serta
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi akan menghasilkan karkas utuh atau karkas potongan
yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal). Proses pemotongan ayam meliputi penerapan
2010).
hidup di kandang, pengiriman ayam dari peternakan ke RPA, dan penanganan ayam di RPA
(Ditjennak, 2010). Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyembelihan ayam adalah ayam
harus sehat, tidak dalam keadaan lelah, tidak produktif atau bukan bibit (Abubakar, 2003).
Ayam diistirahatkan selama 1 jam sebelum dipotong tergantung iklim, jarak antara asal
ayam dengan rumah potong dan jenis transportasi. Pengistirahatan dimaksudkan agar ayam tidak
stres, darah dapat keluar sebanyak mungkin saat dipotong, dan cukup energi sehingga proses
rigor mortis berlangsung secara sempurna (Soeparno, 1994). Pengistirahatan ayam sebelum
disembelih ada dua cam yaitu dengan dipuasakan dan tanpa dipuasakan. Tujuan dipuasakan
adalah untuk memperoleh bobot tubuh kosong dan mempermudah proses penyembelihan
khususnya ayam liar (Abubakar, 2003). Kondisi stres pada ayam mengakibatkan adanya
perubahan glikogen menjadi asam laktat sehingga pH daging turun menjadi 5-6 dan hal ini
memberikan peluang bagi bakteri dan mikroorganisme lain tumbuh subur yang dapat merusak
dalam keranjang secara kelompok atau dapat dilakukan secara acak dengan mengamati secara
antemortem dan postmortem di rumah pemotongan unggas dilakukan oleh petugas pemeriksa
berwenang, setiap rumah pemotongan unggas harus mempunyai tenaga dokter hewan yang
penanganan daging serta sanitasi dan higiene, dalam melaksanakan tugasnya sebagai dokter
hewan dapat ditunjuk seorang yang memiliki pengetahuan di dalam bidang kesehatan
masyarakat veteriner yang bekerja di bawah pengawasan dokter hewan (SNI, 1999).
bertujuan untuk memudahkan penyembelihan supaya ayam tidak tersiksa dan terhindar dari
risiko perlakuan kasar sehingga kualitas kulit dan karkas yang dihasilkan lebih baik (Abubakar,
2003). Pemingsanan dapat dilakukan beberapa cam yaitu menggunakan alat pemingsan atau
knocker, dengan senjata pemingsan atau stunning gun, dengan pembiusan, serta dengan
saluran pernafasan (trakhea/hulqum), saluran makan (esofagusfmarik) dan dua urat lehernya
(pembuluh darah di kanan dan kiri leher/wadajain) (Ditjennak, 2010). Pengeluaran darah harus
cepat dan keluar sebanyak mungkin, oleh karena itu saat dan setelah penyembelihan ayam harus
digantung, sebab di samping arteri dan vena yang terpotong merupakan pintu saluran
kontaminasi bakteri untuk masuk dalam tubuh ayam dan darah merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme (Abubakar et al, 2000; Syamsul, 2007). Darah yang
keluar sempurna akan menyebabkan bobot darah sekitar 4% dari bobot darah. Proses
pengeluaran darah pada ayam biasanya selama 50-120 detik, tergantung pada besar kecilnya
Ayam dicelupkan ke dalam air panas setelah ayam disembelih bertujuan untuk
mempermudah pencabutan bulu. Lama pencelupan dan suhu air pencelup tergantung pada
kondisi ayam. Perendaman dalam air hangat 50-54°C selama 30-45 detik untuk ayam muda dan
kalkun, perendaman 55-60°C selama 45-90 detik untuk ayam tua atau 65-80°C selama 530 detik,
perendaman 50-54°C selama 30 detik untuk broiler. Perendaman pada temperatur tinggi dui
58°C dapat menyebabkan kulit menjadi gelap dan mudah terserang bakteri (Soeparno, 1994).
Menurut Hadiwiyoto (1992) bahwa proses pencelupan dalam air hangat, tergantung pada umur
Pencabutan bulu kasar sampai halus dapat menggunakan tangan (manual), dicabut
dengan tangan dan dapat disempurnakan dengan proses pining yaitu pencabutan bulu jarum
kecil/pin dengan menggunakan pinset (Soeparno, 1994). Menurut Ditjennak (2010) bahwa
pencabutan bulu dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam yaitu dengan menggunakan
Prinsip yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah mesin plucker harus terjaga
kebersihannya. Jari-jari karet plucker harus diganti secara berkala, dan segera mengganti ketika
jari-jari karet ada yang patah. Pencucian dan disinfeksi terhadap mesin juga harus rutin
dilakukan setelah proses pemotongan selesai karena sifat bulu ayam yang kotor, sehingga
Pengeluaran organ dalam dilakukan setelah pencabutan bulu. Dimulai dari pemisahan
tembolok dan trakhea serta kelenjar minyak di bagian ekor. Selanjutnya, rongga badan dibuka
dengan membuat irisan dari kloaka ke arah tulang dada. Kloaka dan visera atau organ dalam
dikeluarkan, kemudian dilakukan pemisahan organ dalam, yaitu hati dan empedu, rempela dan
jantung (Soeparno, 1994). Isi rempela dikeluarkan, empedu dipisahkan dari hati dan dibuang.
Paru-paru, ginjal, testis (pada jantan) atau ovarium (pada betina) dapat dipisahkan dari bawah
column vertebralis. Kepala, leher dan kaki juga dipisahkan (Hadiwiyoto, 1992).
Menurut Ensminger (1998), persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas
adalah hati/jantung 1,50%, rempela 1,50%, paru-paru 0,90%, usus 8%, leher/kepala 5,60%,
darah 3,50%, kaki 3,90%, bulu 6%, karkas 60,10%, serta air 9%. Bobot karkas yang telah
dipisahkan dari bulu, kaki, leher/kepala, organ dalam, ekor (kelenjar minyak) yaitu sekitar 75%
karkas menggunakan air suhu 5-10°C dengan kadar klorin 0,5-1 ppm, hal ini untuk menghindari
dan menekan pertumbuhan bakteri, sehingga mutu dan keamanan karkas ayam tetap terjaga
(paha atas, paha bawah, dada, punggung, sayap, fillet). Setelah pengelompokan ukuran
(penimbangan), karkas di cuci bersih dengan air mengalir agar kotoran yang menempel hilang.
bertujuan untuk melindungi karkas terhadap kerusakan yang terlalu cepat, baik kerusakan fisik,
dengan cara yang menarik (Abubakar, 2005). Soeparno (1992) menambahkan untuk produk
Teknik pendinginan karkas ayam yang baik menggunakan ruang dengan temperatur 4-
5°C dengan waktu pendinginan yang dibutuhkan 15-20 menit dan dalam waktu tidak lebih dari 8
jam setelah penyembelihan sehingga kondisi fisik, kimia dan mikrobiologi karkas ayam tetap
baik (Abubakar dan Triyantini, 2005). Penyimpanan beku bertujuan untuk mempertahankan
dan melindungi karkas dari berbagai kontaminan berbahaya, mutu fisik dapat dipertahankan,
mutu gizinya tetap baik dan dapat menekan pertumbuhan bakteri sehingga dapat memperpanjang
daya simpan 1-3 bulan (Abubakar et at, 1995). Suhu maksimum di dalam ruang penyimpanan
Produk karkas yang baik harus memenuhi standar. Menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI, 1995) kualitas karkas yang baik (mutu I) adalah yang konformasinya sempurna,
perdagingan tebal, perlemakan cukup, keutuhan sempurna, serta bebas dari memar dan bulu
jarum. Kualitas karkas mutu II yaitu boleh ada cacat sedikit tetapi tidak ada pada bagian dada
dan paha, perdagingan sedang, perlemakan cukup, tulang sempurna, kulit boleh sobek sedikit,
tetapi tidak pada bagian dada, memar sedikit tetapi tidak pada bagian dada dan tidak frozen burn
serta boleh ada bulu jarum sedikit yang menyebar, tetapi tidak pada bagian dada. Karkas mutu
III yaitu konformasi boleh cacat sedikit, perdagingan tipis, perlemakan tipis, tulang dan ujung
sayap boleh patah, kulit boleh sobek, tetapi tidak lebar, memar sedikit, bulu jarum sedikit.
BAB III
Praktek Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan tanggal 02 Agustus 2020-03 Maret 2020 di
Rumah Pemotongan Ayam (RPA) AM Broiler BAndung yang berlokasi di Kp. Cigebar KM 6
3.1. Materi
Materi Praktek Kuliah Kerja Lapangan adalah RPA AM Broiler. Aspek yang diamati
meliputi proses pemotongan ayam dan manajemen pemotongan ayam dari ayam datang hingga
menjadi karkas.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam Praktek Kuliah Kerja Lapangan yaitu berpartisipasi aktif
di RPA dengan bekerja secara langsung, melakukan pengamatan, wawancara, serta pengumpulan
data primer dan sekunder berdasarkan kuisioner. Data premier yang diperoleh berupa tahapan
proses pemotongan ayam. Pengamatan yang dilakukan meliputi tahapan pemotongan ayam dan
produk karkas. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari
dan mengumpulkan dari data perusahaan. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang
tidak dipublikasikan.
BAB IV
CV AM BROIER , Perusahaan yang di dirikan pada tahun 2002 , pada awal nya bapak
Jeje Sutisna adalah seorang pedagang ayam di pasar tradisional , karena berdagang nya terus-
terusan meningkat bapak Jeje Sutisna memutuskan untuk membuka pemotongan ayam sendiri
dengan mengambil langsung ayam dari ternaknya. Jatuh bangunnya perusaan telah di rasakan
oleh bapak Jeje Sutisna, lalu meningkatlah perusaaan bapak Jeje Sutisna, dengasn membuat
Dengan saat ini bapak Jeje Sutisna meliki 20 pedagang dari Empat pasar tradisional di
Bandung, seperti Pasar Kordon, pasar Ciwastras , Pasar Kiara Condong, Pasar Cikutra. Dengan
AM Broiler Bandung memiliki struktur organisasi yang jelas hal ini sangat mendukung
Struktur organisasi RPA AM Broiler Bandung dipimpin oleh 1 plan manager dan dibantu
oleh 7 kepala departemen beserta staf-stafnya. Plan Manager Pak Tatang, dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh kepala departemen beserta stafnya. Departemen Finance and Accounting
(F&A) dipimpin oleh Pak Lucky Kurniawan, dibantu Costing Pak Dahono W.S., Dian Yulianing
dan Wulan Chista, Credit Controller oleh Intan Novita Intan dan Elizabeth. Departemen
Purchasing dipimpin oleh Pak Suharyono, Purchasing non ayam oleh Widyantoro, dibantu
Administrasi Purchasing Nurul Utami. Departemen Personal and General Affairs (P&GA)
dipimpin oleh Pak Wahyu Firmansyah, General Affairs oleh Yahuda, dibantu Administrasi
Personalia oleh Isna Pujiastuti, Koordinator umum oleh Fajar Tri A dan stafnya yaitu Gunadi,
Rosalia, Administrasi Gudang oleh Vivi Inayati, dan dibantu oleh Agus Siswanti, Gunawan,
Romdloni, Agus Widiarso, Ngatimin dan Hariyanto. Departemen Produksi dipimpin oleh Pak
Patrick Deny Krisnamukti, dibantu Administrasi Produksi oleh Sri Harminanto, Koordinator
Clean Area oleh A. Aris Rudiyanto, dibantu Ika Prastiwi, lien; Oktaviati, Indra Atli, Rosapona
Aditama dan Fajar Teguh. Koordinator Dirty Area oleh Nike Ad Afandi, dibantu Slamet R,
Imam Malik, Dimas S, Solildn, liaryadi, dan Teguh. Departemen Quality Assurance (QA)
dipimpin oleh Pak Pradityo Yoga Wibowo, dibantu QA System oleh Wiwit Kurniawati, QC
Yulia, Priyanto, Ahmadi. QC Gudang oleh Virmandita, Agus Hermawan dan Dannadi. QC
Departemen Marketing dibagi menjadi 2 yaitu Marketing Karkas dipimpin oleh Pak
Teguh B Prayoga, dibantu Administrasi Marketing oleh Daniel Pujo W, ArHyatt dan Trisanti
Yunita, SPV (supervisor) oleh Bagyo S. Sales oleh Tri Warsito, Pujianti, Septian Anjar, Ads S,
dan Nugroho Hari S. Motoris oleh Ageng H, dan Agung P. Collector oleh Abednego dan Adil
M. Marketing Sosis dibagi menjadi 3 bagian yaitu Sosis Best Chicken dipimpin oleh Pak Ahmad
Novaris, dibantu Administrasi Marketing Sosis oleh Julia Fetnay, Sales oleh Ahmad Effendi,
Agni Novita, Erna Rohana dan Bagus Ardhi, Motoris oleh Martha Adi, Tri ICrismiyati dan
Widodo Septianto. Sales Promotion Girl (SPG) oleh Dikta F, Ayu, Hanifah Fikri, Siska Riski,
dan Ayumi. Sosis Tora-Tora dipimpin oleh Raditya Angga, Sales oleh Istatoni dan Eko Widodo,
Motoris oleh Egar Figara. Best Fried Chicken (BFC) oleh Rangga Kurnia M, dibantu
Administrasi Marketing BFC oleh Rachmayanti Widya, Sales oleh Satria Agung N dan Anton
manajemen serta pemasaran produk yang terjual. Personal and General Affairs (P&GA)
bertugas menyiapkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia untuk menjadi SDM yang
customer, masyarakat serta menyampaikan informasi kepada perusahaan tentang segala sesuatu
yang bermanfaat. Purchasing bertugas menyusun sistem pembelian yang dapat menjamin
konsistensi bahan baku sesuai dengan spesifikasi, sertifikat halal dan supliernya. Quality
Assurance (QA) bertugas menyusun sistem pengendalian dan monitoring yang dapat menjamin
konsistensi produksi halal dan melaksanakan monitoring sehari-hari terhadap setiap bahan yang
masuk sesuai dengan sertifikat halal, spesifikasi dan produsennya. Production bertugas
menyusun sistem produksi yang terjamin kehalalnya dan melakukan monitoring sistem produksi
yang bersih dan halal. Finance and Accounting (F&A) bertugas merencanakan,
mengembangkan dan mengontrol fungsi keuangan dan akuntansi perusahaan dalam memberikan
informasi keuangan secara komprehensif dan tepat waktu untuk membantu perusahaan dalam
kemurnian produk dan bahan yang disimpan serta menghindari terjadinya kontaminasi dan
segala sesuatu yang harem dan najis serta melaksanakan penyimpanan produk dan bahan sesuai
dengan daftar.
produksi. Pembagian tenaga kerja terdiri dan 3 yaitu tenaga kerja rombongan, harian dan
bulanan. Tenaga kerja rombongan adalah tenaga kerja dengan jam kerja sesuai dengan jumlah
ayam yang dipotong. Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja dengan upah diberikan setiap hari
sesuai jam kerjanya. Tenaga kerja bulanan adalah tenaga kerja yang jam kerjanya sudah pasti
RPA AM Broiler Bandung terdiri dari bangunan utama dan bangunan tambahan.
Bangunan utama terdiri dari area kotor (dirty area) dan area bersih (clean area).
Area kotor (dirty area) terdiri dari area sangat kotor dan kotor. Area sangat kotor terdiri
dari tempat penurunan ayam hidup, pemeriksaan antemortem dan penggantungan ayam hidup,
pemingsanan, penyembelihan dan penirisan darah. Area kotor terdiri dari pencelupan air panas,
pencabutan bulu, pencucian karkas, pengeluaran organ viseral dan pemeriksaan postmortem.
Area bersih (clean area) terdiri dari pencucian karkas, pendinginan karkas, seleksi,
penyimpanan segar. Antara area kotor dan area bersih dipisahkan oleh dinding tembok dengan
bagian terbuka hanya pada tempat distribusi karkas dari area kotor ke area bersih.
Bangunan tambahan terdiri dari kamar mandi, ruang parkir, ruang kantor, ruang ganti,
kantor administrasi dan dokter hewan, sarana pengolahan limbah, mushola, pos satpam, menara
air. Denah AM Broiler Bandung dapat dilihat pada Lampiran 3. Hal ini telah sesuai dengan SNI
01.6160-1999 tentang Kompleks rumah pemotongan ayam minimal harus terdiri dari bangunan
utama, tempat penurunan ayam hidup (unloading), kantor administrasi dan kantor dokter hewan,
tempat istirahat pegawai, tempat penyimpanan barang pribadi (locker), ruang ganti pakaian,
kamar mandi, saran penanganan limbah, insenerator, tempat parkir, rumah jaga, menara air dan
Tata ruang RPA PT. Ciomas Adisatwa cukup baik, Tata ruang didesain searah dengan
alur proses produksi, adanya pemisahan area kotor dan area bersih. Tinggi dinding tempat
penyembelihan dan pemotongan karkas sekitar 4 meter. Lantai tidak licin dan tidak
bergelombang. Pencegahan serangga menggunakan rentokil, yaitu pemasangan rat box di sudut
bangunan dan lampu luminous disetiap ruangan khususnya di area bersih. Ventilasi dalam
bangunan baik. Lampu mempunyai pelindung. Hal ini sesuai dengan SNI (1999) yang
menyatakan bahwa tinggi dinding pada tempat penyembelihan dan pemotongan karkas minimum
3 meter, dinding bagian dalam berwarna terang dan minimum 2 meter terbuat dari bahan yang
kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan
dan didesinfeksi serta tidak mudah mengelupas. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak
mudah korosif, tidak licin, tidak toksik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan landai ke arah
saluran pembuangan, permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau
lubang. Langit-langit didesain sedemikian rupa agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan
kondensasi dalam ruangan, harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air, tidak
mudah mengelupas, kuat, mudah dibersihkan serta dihindarkan adanya lubang atau celah terbuka
pada langit-langit pencegahan serangga, rodensia dan burung dapat menggunakan metode
pencegahan serangga. Ventilasi (pertukaran udara) dalam bangunan harus baik. Pintu dibuat dari
bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan bagian
bawahnya harus didesain agar dapat menahan tikus/rodensia tidak dapat masuk. Lampu
sebesar 540 luks di tempat dilakukannya pemeriksaan antemortem dan postmortem, serta 220
luks di ruangan lainnya. RPA AM Broiler Bandung desain tata ruang sudut pertemuan antara
dinding dan lantai serta dinding dengan dinding belum berbentuk lengkung.
RPA AM Broiler Bandung termasuk RPA yang baik. Bangunan dan tata letak sudah
mendekati standar SNI. Sesuai dengan pendapat Abubakar (2003) bahwa RPA yang baik
cukup, ruang pemotongan karkas dan organ dalam, ruang seleksi karkas, ruang pengemasan,
Proses produksi di PT Ciomas Adisatwa Unit Pabelan dilakukan secara kontinyu dan
waktunya tergantung jumlah ayam yang dipotong pada hari kerja. Data ayam yang dipotong
dapat dilihat pada Lampiran 5. Proses produksi dimulai pukul 07.00 sampai sekitar pukul 17.00
dengan jam istirahat pukul 12.00-13.00. Ayam yang dipotong semakin banyak, maka jam kerja
akan ditambah dan dianggap sebagai kerja lembur. Area produksi dibedakan menjadi 2 yaitu
area kotor (dirty area) dan area bersih (clean area). Area kotor terdiri dari 2 yaitu area sangat
Persiapan dimulai dari kedatangan truk yang berisi ayam hidup dari peternakan Ciomas
Commercial Farm (CCF) dan dilakukan pencatatan jam kedatangan serta pengecekan surat jalan
dari CCF. Ayam hidup diangkut dengan menggunakan truk terbuka dengan sirkulasi udara
berjalan dengan baik, bersih dan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan. Setiap truk
pengangkut harus memiliki pengaman atas dan camping, keranjang ayam hanya bisa dikeluarkan
lewat pintu belakang dan bersegel. Kemudian ayam-ayam tersebut diistirahatkan di area loading
yang sudah disediakan kipas angin yang diarahkan ke truk, fungsinya untuk memulihkan kondisi
ayam supaya tidak stres setelah perjalanan menuju RPA, peristirahatan dilakukan sekitar 1 jam.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa peristirahatan
dimaksudkan agar ayam tidak stres, darah dapat keluar sebanyak mungkin saat dipotong.
Keranjang ayam hidup kemudian diturunkan dari truk dan diletakkan di atas roll
conveyor satu per satu menuju timbangan (Ilustrasi 5). Penimbangan dilakukan per keranjang
dan dihitung jumlah ayam dalam setiap keranjang, kemudian dicatat di Bukti Penerimaan Ayam
(BPA) yang berisikan data asal kandang, jam bongkar, hasil perhitungan ayam di peternakan,
plat nomor truk, bobot badan ayam saat di RPA. Ayam dikeluarkan dari keranjang setelah
ditimbang dan dihitung kemudian digantung pada shackle berjalan dengan tujuan mencegah
ceker pada celah shackle dan posisi punggung ayam menghadap petugas (Ilustrasi 6). Petugas
sekaligus melakukan pemeriksaan antemortem untuk mengecek ayam yang digantung masih
hidup, bila ada ayam yang mati, maka segera diturunkan dari shackle. Hal ini sesuai dengan
pedoman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2010) yang menyatakan bahwa
pemeriksaan antemortem dapat dilakukan dengan mengamati ayam yang ada di keranjang secara
kelompok atau dapat dilakukan secara acak dengan mengamati secara individu.
ayam yang di shackle kemudian menuju box stunner yang telah dialiri listrik 25-40 volt
selama 7-11 detik dengan tujuan pemingsanan. Pemingsanan bertujuan untuk memudahkan
dalam penyembelihan dan menghindari dari risiko perlakuan kasar sehingga mendapatkan
kualitas karkas yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Abubakar (2003) yang menyatakan
bahwa pemingsanan dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan penyembelihan agar ayam
tidak tersiksa dan terhindar dari risiko perlakuan kasar sehingga kualitas kulit dan karkas yang
dihasilkan lebih baik. Box stunner adalah sebuah bak yang berisi air kemudian diberi tegangan
listrik. Ayam yang masuk kedalam box stunner kemudian akan pingsan beberapa detik karena
Islam dan dalam pengawasan Lembaga Pengawasan Pangan Obat dan Makanan Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI). Penyembelihan dilakukan secara manual dan sesuai syariat Islam
tanpa menggunakan mesin khusus (Ilustrasi 7). Petugas menyembelih ayam satu per satu dari
shackle berjalan setelah dipingsankan. Penyembelihan dengan memotong 3 saluran, yaitu saluran
pernafasan/tenggorokan (hulqum), saluran makanan (mari’) dan kedua urat nadi (wadajain). Hal
ini sesuai dengan pedoman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2010) yang
menyatakan bahwa penyembelihan hanya dilakukan sekali sayat untuk memotong ketiga saluran
yaitu saluran pernafasan, saluran makan (esofagus) dan dua urat leher. Doa yang digunakan
penyembelih dalam penyembelihan di PT Ciomas Adisatwa Unit Pabelan adalah doa ketika
hendak menyembelih ayam dan doa jamak yaitu doa yang diiringi dengan niat menyembelih
ayam satu truk sekaligus, doa ini fungsinya untuk menghindari lolosnya ayam dari doa satu
Ayam tetap tergantung pada shackle yang berjalan setelah penyembelihan. Darah yang
keluar ditampung pada bak penampung darah yang tepat dibawah shackle. Ayam mengalami
proses penirisan darah kurang lebih 3-4 menit (Ilustrasi 8). Darah yang tertampung pada bak
Ayam Akan masuk ke scalder setelah penirisan darah yang berisi air pastas dengan suhu
60-65°C selama 1-1,5 menit (70-80 detik). Hadiwiyoto (1992) menyatakan bahwa proses
perendaman air panas tergantung pada umur dan kondisi unggas. Suhu yang digunakan semakin
tinggi ketika ayam semakin tua, dengan catatan ayam tidak sampai masak. Ayam yang masuk ke
dalam scalder harus terendam seluruhnya sampai diatas persendian ceker agar pencabutan bulu
lebih optimal
Ayam yang sudah melalui proses perendaman air panas, kemudian akan dilakukan
pemotongan ceker oleh petugas, Kemudian ayam masuk ke dalam mesin pencabut bulu (plucker)
selama 1-3 metal untuk proses pencabutan bulu. Akhir produksi di dirty area, quality control
Proses pemisahan ini dimulai dengan pemotongan kepala ayam, kemudian pembukaan
abdomen dengan cara menyayat daerah kloaka sampai ujung tulang dada sehingga abdomen
ayam robek. Pengeluaran organ dalam dengan menggunakan alat congkel khusus sehingga hati
dan empedu tidak pecah. Pengambilan organ dalam dilakukan dengan cara menarik organ dalam
dengan hati-hati kemudian memisahkan antara ampela, jantung dan usus. Organ dalam kemudian
ruang by product.
Ayam yang sudah diambil organ dalam kemudian dicuci dan dilakukan pengecekan
akhir. Karkas dipastikan bersih dari sisa-sisa lemak dan organ dalam. Apabila ditemukan karkas
memar maka karkas disendirikan dalam keranjang dan diserahkan ke petugas produksi untuk di
cut up tanpa mengikutkan bagian yang memar. Setelah pemeriksaan akhir karkas, karkas masuk
ke clean area
4.3.3.4. Pencucian dan pendinginan karkas.
Tahapan ini merupakan batas antara dirty area dan clean area. Sebelum proses produksi,
petugas produksi menyiapkan drum chiller dengan mengisi air, es dan klorin 20 ppm. Drum
chiller adalah sebuah drum dengan posisi horizontal berukuran besar dengan isi mencapai 9
meter kubik. Drum chiller dilengkapi dengan kipas yang mengaduk isi drum chiller tersebut.
Drum chiller berfungsi untuk tempat pencucian karkas dan pendinginan karkas. Setelah drum
chiller siap maka ayam dari dirty area dimasukkan dalam drum chiller (Ilustrasi 12.). Karkas
yang keluar dari drum chiller kemudian dimasukkan dalam keranjang dan ditimbang serta
Seleksi karkas dilakukan setelah karkas keluar dari drum chiller. Seleksi (grading)
berdasarkan bent dan kualitas yang disesuaikan dengan spesifikasi yang diminta customer.
Kemudian dilakukan pemotongan karkas (Ilustrasi 13.), meliputi karkas utuh (whole chicken),
Ayam broiler pedaging (broiler) merupakan salah satu komoditi unggas yang
memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani bagi masyarakat
Indonesia. Kebutuhan daging ayam setiap tahunnya peningkatan sejalan dengan naiknya
pendapatan perkapita penduduk. Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju
pertumbuhan sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur 5 minggu. Keunggulan broiler
didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur
Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan,
baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat).
Pengembangan ini dapat dilakukan dengan sistem mandiri maupun dengan kemitraan, pola kerja
sama antara perusahaan sebagi inti dengan peternak sebagai plasma dalam upaya pengelolaan
usaha peternakan.
Peternakan ayam broiler baik mandiri maupun kemitraan mempunyai indikator yang
digunakan sebagai acuan dalam aktivitas usahanya. Indikator-indikator inilah yanng menentukan
keberhasilan dari suatu usaha peternakan ayam broiler. Beberapa indikator yang dipakai dalam
Bobot badan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pemeliharaan ayam
broiler. Persyaratan mutu DOC broiler yaitu memililiki bobot dengan rentang 37 sampai
dengan 40 gram. Bobot badan selama satu periode pemeliharaan dipengaruhi oleh
kualitas pakan yang dikonsumsi. Jumlah konsumsi pakan dan level energi dalam pakan
akan terus meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan dan umur ternak. Data
bobot badan sangat diperlukan untuk mengetahui rasio konversi pakan menjadi daging
melalui perhitungan FCR. Oleh karena itu pada setiap pemeliharaan ayam, perlu sekali
Penimbangan bobot badan umumnya dilakukan selama 3 sampai 4 kali selama satu
periode pemeliharaan. Jarak antar penimbangan bervariasi antara 7 sampai 10 hari.
Biasanya, ayam ditimbang dengan cara mengambil beberapa sampel ayam dari total
populasi keseluruhan yang dipelihara. Untuk memudahkan dalam pencatatan data bobot
ayam, biasanya peternak membuat tabel bobot badan. Setelah dilakukan penimbangan,
data bobot badan yang diperoleh selanjutnya akan diolah untuk mengetahui rataan bobot
badan ayam, persentase jumlah ayam dengan bobot diatas rata-rata dan dibawah rata-rata,
yang digunakan dengan jumlah bobot ayam broiler yang dihasilkan. Semakin kecil nilai
FCR (faktor yang lain dianggap sama) menunjukan kondisi usaha ternak ayam broiler
semakin baik. Rendahnya FCR menunjukan bahwa penambahan sejumlah pakan dapat
menghasilkan penambahan bobot ayam broiler dengan proporsi yang lebih besar.
Sementara itu, standar nilai FCR untuk ayam broiler dengan umur panen 35 hari sebesar
1,63
Tabel 1. Bobot Badan, PBB, Konsumsi Pakan, dan FCR Ayam Broiler Tiap Minggu
Dalam ayam pedaging terdapat suatu istilah yang dinamakan "diferensial" atau
biasanya disingkan menjadi "diff". Diferensial digunakan untuk mengetahui selisih antara
FCR yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan FCR sebenarnya dilapangan (aktual).
Diff yang bernilai minus (-) semakin baik karena menunjukan bahwa FCR aktual
3. Umur Panen
Ayam broiler moderen tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur 4
sampai 5 minggu. Pada umur tersebut ayam broiler biasanya memiliki bobot hidup
4. Persentase Deplesi
ayam) dalam pemeliharaan selama satu kali produksi yang biasanya dihitung dalam
Pemeliharaan ayam broiler yang baik memiliki persentase deplesi dibawah 5%.
5. Index Performance (IP)
Indeks performa adlah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui
performa ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh maka semakin baik
prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan[7]. Nilai IP menunjukan suatu
keberhasilan proses produksi ayam yang dipengaruhi oleh kematian, FCR, bobot badan,
dan umur panen. Nilai IP juga menjadi salah satu acuan untuk pemberian bonus bagi
peternak mitra dalam sistem kemitraan (Inti-Plasma). Nilai IP yang rendah menjadi bahan
atau tidak atau dalam hal ini penerusan atau penghentian usaha kemitraan.
<300 Kurang
301-325 Cukup
326-350 Baik
>400 Istimewa
Contoh soal:
Seorang peternak memelihara ayam broiler dengan populasi 5.000 ekor. Setelah memelihara
selama 35 hari, peternak tersebut memanen ayamnya. Data pemanenan ditampilkan pada tabel di
bawah ini:
Hitunglah:
c) Persentase Deplesi?
Jawab:
= 12.285.000 gram
4.5000 ekor
c) Persentase Deplesi
= 10%
= 12.285.000 gram
9.000.000 gram
= 1,365
= 376,76
broiler
Ilustrasi 6. Proses Pengiriman Ayam yang sudah bersih dan mau di antar ke pasar
BAB V
5.1. Simpulan
Berdasarkan basil Praktek Kerja Lapangan dapat d simpulkan bahwa RPA AM Broiler
Bandung memotong ayam sekitar 3.000 – 4.000 ekor ayam per hari. Manajemen pemotongan
ayam sudah sesuai standar sehingga menghasilkan produk karkas yang baik dan berkualitas.
Pembahasan dari pemotongan ayam broiler diawali dengan proses produksi, Preparasi Sebelum
Pencabutan bulu (defeathering), Pemisahan produk sampingan (by product), Pencucian dan
pendinginan karkas, Penyeleksian dan pemrosesan karkas, Tolak Ukur Keberhasilan Rumah
Pemotongan Ayam seperti memberikan produk yang berkualitas, dan memenuhi kebutuhan
pelanggan sesuai permintaan dan tepat waktu dan memberi harga yang sesuai
5.2. Saran
Pelu perbaikan kontruksi lantai yaitu pertemuan antara dinding dengan dinding dan
dinding dengan lantai dibuat sudut lengkung dan kedisiplinan dalam menjaga kebersihan di
lingkungan RPA.
DAFTAR PUSTAKA