Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

KRITISI JURNAL
Estimasi Nilai Ekonomi Terhadap Potensi Sumberdaya
Ekowisata di Taman Puncak Lawang, Kabupaten Agam,
Sumatera Barat, Indonesia

MATA KULIAH
EKONOMI SUMBER DAYA LINGKUNGAN

DOSEN

Dr. M Mustopa Romdhon,SP,MSi

OLEH
ERLINA JENIWATI, ST
NPM. E2A015033

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA (S2)


PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
JANUARI 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
ulasan (review) dan kritisi jurnal ini. Jurnal internasional yang berjudul
Estimating economic value for potential ecotourism resources in Puncak
Lawang Park, Agam District, West Sumatera, Indonesia ini diulas

untuk

memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi dan Sumber Daya Lingkungan, Jurusan
Pengelolaan

Sumber

Daya

Alam

dan

Lingkungan,

Fakultas

Pertanian,

Universitas Bengkulu.
Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. M Mustopa Romdhon,SP,MSi
sebagai dosen mata kuliah ini sehingga saya dapat memperluas luas wawasan
saya dalam mengkritisi

jurnal tersebut. Adapun saran dan kritik yang

membangun tetap saya nantikan demi perbaikan ulasan jurnal ini selanjutnya.
Bengkulu, 25 Januari April 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................i
DAFTAR
ISI.....................................................................................................
.......... ii
DAFTAR
TABEL ...............................................................................................
........ iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................2
BAB II. RINGKASAN DASAR TEORI
2.1 Metode Penilaian Kontingensi...3
2.2 Kuesioner Desain dan Pengumpulan Data..3
2.3 Willing To Pay Model (WTP)..3
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Peneliti............................................................................................4
3.2 Pembahasan Penulis (Critical
Review)..........................................................5
BAB IV. KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan................................................................................................
.............7
4.2 Saran.........................................................................................................
.................7
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................................
9

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pengunjung Puncak Lawang per Tahun
Tabel 2. Pengunjung dengan Latar Belakang Sosial-Demograf
Table 3. Rangkuman Pengunjung Terhadap Respon WTP
Table 4. Model interaktiktif dari Perkiraan Keuntungan Taman Puncak Lawang
Park

BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan ekowisata sebagai alternative pembangunan

ekonomi

yaitu di bidang pariwisata, tepatnya di taman Puncak Lawang (PLP),


Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pertimbangan sebagai daerah wisata
karena daerah tersebut di nilai memiliki potensi sumber daya alam yang
cukup besar seperti keindahan alam sekitarnya , keindahan pantainya, air
terjun, danau Maninjau dan gunung yang mengelilingi sebagian kawasan
tersebut.

Pengembangan

sektor

ekowisata

dapat

meningkatkan

perekonomian dan nilai ekonomis bagi masyarakat, namun sekaligus


diiringi dengan kerusakan hutan disekitarnya, sehinga bisa saja dapat
menyebabkan potensi wisata menurun. Jumlah pengunjung yang datang
ke PLP dari tahun ke tahun mengalami peningkatan (Tabel 1)
Tabel 1. Jumlah Pengunjung Puncak Lawang per Tahun

Naiknya jumlah pengunjung kemungkinan dapat membuat rusak daerah


konservasi tersebut sehingga dibutuhkan upaya pengelolaan.Tersedianya
sarana dan prasarana maupun perawatan dibantu oleh dana pemerintah
dan pembayaran tiket masuk pengunjung saat ini. Sehingga dalam
pengelolaannya digambarkan harus mendapatkan pemasukan lebih melalui
pembayaran tiket pengunjung.
1.2 Tujuan & Urgensi
Melakukan penilaian /valuasi konservasi ekowisata dengan menggunakan
Metode Penilaian Kontingensi (Contingent Valuatioan Method ), kuesioner
desain dan pengumpulan data untuk memperoleh Willing To Pay (WTP) bagi
pengunjung ekowisata Taman Puncak Lawang, Kabupaten Agam, Sumatra
Barat

*Didalam pernyataan peneliti, penulis melihat bahwa

peneliti sangat

memfokuskan pengelolaan pariwisata dapat dilakukan melalui pendapatan


dari tiket pengunjung,. Peniliti tidak menyebutkan apakah serangkaian
penelitian merupakan ide murni (original)

dari peneliti atau melanjutkan

penelitian yang sudah ada sebelumnya

BAB II. RINGKASAN DASAR TEORI


2.1 Metode Penilaian Kontingensi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode CVM ( The Contingent
Valuation

Method)

atau

metode

Penilaian

Kontingensi.

Metode

ini

merupakan metode penilaian lingkungan di mana tidak terdapat nilai


pasarnya, hipotesis CVM dapat mengukur suatu perubahan pada kualitas
sumber daya pariwisata. Metode ini lakukan dengan meminta kesediaan
pengunjung dalam jumlah tertentu untuk tidak membayar harga tersebut
agar memperoleh

gambaran yang baik

untuk penilaian non pasar.

Penilaian ini dimaksudkan seberapa besar keinginan atau kemauan


pengunjung untuk mengeluarkan penghasilannya untuk mendapatkan
kepuasan akan ekowisata tersebut atau biasa disebut Willing to Pay (WTP)
2.2. Kuesioner Desain dan Pengumpulan Data
Oleh peneliti,
kuesioner dirancang berdasarkan

CVM

pendekatannya adalah menggunakan pertanyaan yang umum

dengan
sistem

dichotomous ( ya atau tidak ). Para responden saat itu diminta membayar


biaya masuk dan tawaran pembayaran akan terus naik ( dimulai dari Rp
6000 ,Rp7000 , Rp 8000 , Rp 9000, hingga Rp10000 ). Wawancara tatap
muka dan sampel dilakukan secara acak kepada 300 orang pengunjung
pada bulan September 2013 di PLP. Untuk analisis dan mendapatkan hasil
yang deskriptif digunakan statistik paket untuk ilmu sosial (SPSS)) versi
2.0 dan n-logit perangkat lunak versi 4.0 .
2.3 Willing To Pay Model (WTP)
WTP adalah perkiraan dari fungsi kemungkinan untuk area tersebut . Hal
tersebut

menunjukkan jumlah konsumen

yang sanggup membayar

ditingkat tiap masing-masing penawaran harga dan utilitas terkait lainnya

*Penulis menilai penggunaan dasar teori metode sudah cukup tepat dalam
2

valuasi ekonomi daerah ekowisata Puncak Lawang Park, Kabupaten Agam,


Sumatra Barat

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Pembahasan Peneliti
Berdasarkan pada rangkuman profl pengunjung yang terdapat pada Tabel
2. , mayoritas pengunjung laki-laki adalah 57,3 %. Rata para pengunjung
yang datang ke PLP berusia 29 tahun dan mayoritas dari mereka adalah
lajang. Dalam hal ini sebesar 97,3 % pengunjung berasal dari Indonesia,
sedangkan

sisanya

berasal

dari

luar

negeri.

Tingkat

pendidikan

pengunjung dari perguruan tinggi (universitas) sebesar 54.0 % dan di ikuti


non universitas sebesar 46%, selebihnya merupakan tamatan SD sebesar
0.3 %, SMP 2% dan SMA 43,7 %. Ini menunjukkan bahwa ekowisata di
PLP

cenderung

dimonopoli oleh kalangan menengah dan

terpelajar. Pengunjung

kaum

yang bekerja sebagai karyawan swasta sebesar

46.0 %. Secara berturut-turut, kedua dan ketiga kelompok pengunjung


tertinggi adalah

14.0 % memiliki pekerjaan sendiri dan pegawai sipil

(pemerintah) sebesar 9,7 %. Sedangkan dari sisi pendapatan, pendapatan


rata-rata bagi pengunjung domestik sebesar Rp2,5 juta dan untuk
pengunjung internasional sebesar Rp132,1 juta.
Tabel 2. Pengunjung dengan Latar Belakang Sosial-Demograf

Untuk WTP, penawaran dari Rp.6000 hingga 10000 ditawarkan kepada


responden (Tabel 3). Umumnya, 68,67 % dari responden bersedia
untuk membayar, sementara 31,33 % tidak bersedia untuk membayar.
Pada

harapan

teoritis,

naiknya

tawaran

secara

konsisten

menunjukkan jumlah responden yang bersedia membayar justru


menurun
Tawaran pada harga Rp 6000 yang diberikan kepada responden,
sekitar 16,33 % bersedia untuk membayar dan hanya 3,67 % tidak
bersedia. Ketika diberikan penawaran Rp. 10000 , 9 % responden tidak
bersedia membayar dan 11 % bersedia membayar. Pada Tabel 3 yang
diperlihatkan dari respon pengunjunh dalam WTP
Table 3. Rangkuman Pengunjung Terhadap Respon WTP
Bid (Rp)

YES

NO

6000

49

7000

45

16.33

11

3.67

15

15

8000
9000

42

14

18

37

12.33

23

7.67

10000

33

11

27

TOTAL

206

68.66

94

31.34

Dari hasil model regresi logit pada jurnal menunjukakan -variabel , yang
di peroleh secara signifkan adalah harga ( tawaran ) , pendapatan ,
gender ( laki-laki ), dan kemudahan akses. Indikator pertama kali yang
terlihat dari pengunjung atas kesediaannya membayar adalah harga
(tawaran) yang ditawarkan.

Willingnes to Pay (WTP) akan menurun

seiring dengan peningkatan harga. Biasanya, pendapatan pengunjung


yang semakin tinggi maka mereke bersedia membayar. Berdasarkan
penilaian WTP para pengunjung konservasi PLP, dapat dihitung tambahan
keuntungan bersih seperti pada Tabel 5. Total dari manfaat ekonomi
dari pengunjung di PLP sebesar Rp286.5 milyar
Table 4. Model interaktiktif dari Perkiraan Keuntungang
Taman Puncak Lawang Park
Year

Visitors

Estimated Benefit (Rp)

2010

25,750

Rp242,342,262,50

2011

27,438

Rp258,228,621.30

2012

29,655

Rp279,093,584.30

2013
30,452
3.2
Pembahasan Penulis (Critical Review)

Rp286,594,430.20

*Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) sering digunakan untuk


mengukur nilai pasif (non-pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering
dikenal dengan nilai keberadaan. CVM merupakan metode penilaian
lingkungan di mana tidak terdapat nilai pasarnya. Dibandingkan dengan
teknik penilaian lingkungan lainnya CVM memiliki kemampuan untuk
mengestimasi nilai non pengguna. Penilaian ini umumnya mengukur Willing
to Pay (WTP) atau Willing to Accept (WTA) pengunjung yang berkeinginan
membayar

atau

menerima

kompensasi

atas

kerusakan

lingkungan.

Penilaian atas lingkungan dikategorikan ke dalam 3 (tiga) komponen, yakni


eksistensi, pilihan, dan nilai perkiraan.
Nilai eksistensi merupakan nilai dimana

masyarakat

berkeinginan

membayar (WTP) untuk beberapa lingkungan yang spesifk atau keindahan


sumber daya alam yang akan mencegah kerusakan sumber daya alam dan
nilai di mana masyarakat ikut serta dalam memelihara lingkungan. CVM
akan mengkonfrmasi berapa keinginan masyarakat untuk membayar
dalam keikutsertaannya memelihara lingkungan tersebut. Nilai pilihan
merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk
5

mencegah kerusakan lingkungan di masa mendatang, walaupun mereka


tidak pasti apakah suatu saat nanti akan berkunjung ke tempat tersebut
lagi atau tidak.
Dari Sub Bab 3.1 Pembahasana Peneliti,

tidak disebutkan secara

spesifk mengenai adanya penilaian terhadap lingkungan, tetapi hanya


pada Nilai Ekonomi suatu komoditas (good) atau jasa (service) lebih
diartikan sebagai berapa yang harus dibayar dibanding berapa biaya
yang harus dikeluarkan untuk menyediakan barang/jasa tersebut

dan

membahas kemampuan atau keinginan membayar pengunjung di tinjau


dari sisi Latar

Belakang Sosial-Demografs dari para Pengunjung di PLP,

dengan memberikan beberapa alternative harga yang bersedia dibayar


oleh

pengunjung.

Meski

pada

hakikatnya

CVM

bertujuan

untuk

mengetahui keinginan membayar (WTP atau WTA) dari masyarakat


keinginan menerima, namun perlu juga mempertimbangkan tingkat urgensi
kerusakan lingkugan yang terjadi.
Seperti diketahui bahwa metode CVM memiliki beberapa kelemahan yaitu
dibutuhkan waktu intensif, biaya mahal, tantangan untuk membuat
kuesioner, potensi respon bias.
Kelemahan utama terjadinya Bias. Pertama, bias yang timbul karena
menggunakan strategi yang salah. Misalnya apabila dalam kuesioner
dinyatakan responden akan dipungut biaya untuk perbaikan lingkungan,
maka responden akan memberikan nilai yang rendah. Sebaliknya, apabila
responden

mengetahui

bahwa

hal

tersebut

hanya

hipotesis,

maka

responden akan memberikan nilai yang tinggi. Kedua, bias yang timbul
karena

rancangan

penelitian.

Misalnya

responden

ditawari

untuk

melindungi kawasan wisata alam dengan menaikkan harga tiket masuk


pengunjung, maka responden akan memberikan nilai WTP yang rendah
daripada jika alat pembayaran dilakukan dengan cara lain (Fauzi, 2006:226)
Oleh peneliti tidak dijelaskan, apakah strategi yang dirancang kepada
responden menentukan pilihan atau alternative harga yang ditawarkan
berkaitan dengan nilai eksistensi, pilihan atau nilai perkiraan lainnya,
terutama dalam menjaga kelestarian alam.
Menggunakan metode CVM saja tidak dapat mewakili ESTIMASI NILAI
6

EKONOMI KESELURUHAN terhadap potensi sumber daya ekowisata Puncal


Lawang Park (PLP) , dalam valuasi ekonomi. Dikatakan bahwa valuasi
ekonomi dalam

Estimasi Nilai Ekonomi Terhadap Potensi Sumberdaya

Ekowisata di Taman Puncak Lawang, Kabupaten Agam,

Sumatera Barat,

Indonesia baru merupakan estimasi perkiraan valuasi dasar, belum dapat


menjadi ukuran dalam menetapkan harga yang pasti. Namun perkiraan
dasar ini dapat menjadi referensi awal pada sebuah perencanaan dan
evaluasi lebih lanjut untuk pengembangan potensi ekoswisata ini.
Meski tidak dapat dipungkiri bahwa adanya penentuan harga daerah
ekosistem dapat menambah nilai manfaat secara langsung karena adanya
manfaat rekreasi. Namun seyogyanya perlu memperhatikan nilai manfaat
tidak langsung terdiri dari manfaat-manfaat fungsional dari proses ekologi
yang secara terus menerus memberikan peranannya kepada masyarakat
dan ekosistem. Penentuan harga yang hanya berdasarkan keinginan/
kemampuan

pengunjung

tetapi

tidak

disertai

dengan

harga

pengelolaannya tentu sangat berbahaya bagi ekosistem alami disekitar


PLP tersebut , karena pada dasarnya apabila telah terjadi kerusakan alam
maka akan membutuhkan biaya pemulihan dan waktu yang lama untuk
mengembalikan pada seperti semula. Tentunya harga ini tidak sebanding
apabila hanya menghitung dari kemampuan dari pengunjung ke tempat
tersebut. Perlu dipikirkan kembali bagaimana pengelolaannya ke depan,
karena dengan banyaknya kedatangan pengunjung pada daerah ekowisata
PLP akan berdampak pada ekosistem lingkungan (hutan, danau dan bukit)
tersebut.

BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan
Penelitian mengenai perkiraan WTP memberikan sebuah wawasan dari
potensi

ekowisata

ditinjau

dari

segi

manfaat

dan

ekonomis

PLP.

Keberhasilan potensial ekowisata di PLP di masa yang akan datang


tergantung dari kesediaan membayar

yang dilakukan oleh pengunjung

untuk masuk ke dalam taman tersebut. Kenaikan rata-rata WTP akan


7

membantu manajemen untuk meningkatkan biaya masuk untuk membantu


dan membuat pengembangan keberlanjutan ekowisata di PLP.
*Penulis sedikit mengkritisi dari kesimpulan peneliti bahwa meski metode
CVM diperuntukan untuk mengukur nilai dari harga non pasar dan biasa di
lakukan untuk menghitung nilai manfaat tidak langsung dari pengunjung,
tetapi

apabila

hanya

menggunakan

metode

ini

kemungkinan

tidak

memperoleh hasil yang valid sehingga pengambilan strategi dapat menjadi


Bias atau salah dalam penggunaan sistem dichthomus (menjawab
pertanyaan ya atau tidak)

4.2 Saran
*

Saran

penulis

Peneliti

dapat

mempertimbangankan

kombinasi

perhitungan dengan metode CVM dan Metode Biaya Perjalanan atau TCM
(Travel Cost Method). Metode TCM digunakan untuk mengestimasi nilai
yang berhubungan dengan ekosistem seperti sumber daya hutan (wana
wisata), taman umum, danau dan

pantai yang digunakan sebagai

tempat rekreasi. Asumsi yang mendasari metode biaya perjalanan adalah


pengeluaran biaya atas waktu dan biaya perjalanan yang dikeluarkan
oleh seseorang untuk mengunjungi lokasi wisata. Jadi kemauan untuk
membayar (willingness to pay) seseorang untuk mengunjungi tempat
wisata dapat diestimasi berdasarkan jumlah kunjungan dengan biaya
perjalanan yang berbeda.
Diperlukan perencanaan yang sistematis dan terarah dalam proses
pengembangannya, tidak semata-mata hanya menghitung dari nilai
manfaat ekonomi tidak langsung, tetapi perlu mempertimbangkan nilai
keseimbangan alam, kearifan lokal, ekosistem lingkungan dan biaya
biaya

lainnya,

sarana

dan

prasarana,lingkungan

dan

sosial

dan

budaya,dengan menghitung berbagai jenis factor dalam perencanaan


maka dapat diperoleh harga estimasi Willing to Pay yang tepat dari tiap
pengunjung dengan pertimbangan biaya yang dikeluarkan sebagai
operasional. Dengan demikian ekowisata yang berkelanjutan dengan
memperhitungkan nilai manfaat ekonomi baik langsung maupun tidak
langsung dapat bersinergi dan seimbang dalam proses pemanfaatannya.
8

DAFTAR PUSTAKA

1. Nuva, R. dan Mohd Nasir Shamsudin. (2009). Kesediaan untuk Bayar


twards Konservasi Sumber Daya Ekowisata di Gunng Gede Pangrango
9

National Park, Jawa Barat, Indonesia. Journal of Sustainable Devolopment,


2 (2): 173-186.
2. Pemerintah Kabupaten Agam (2013). [Online] Tersedia:
http://www.agamkab.go.id/?agam=pariwisata (September 8, 2013).
3. Zaiton, S. (2008). Kesediaan untuk Bayar di Taman Negara: Metode
Penilaian Kontinjensi. International Journal of Economics dan Manajemen,
2 (1): 81-94
4. N. Mohamaed., M.N. Shamsudin., A.N.A. Ghani., A. Radam., S. Kaffashi.,
N.N.R.N.A. Rahim dan N.H. Bin Hassin. (2012). Keinginan untuk
Membayar untuk Konservasi Daerah Aliran Sungai di Hulu Langat,
Selangor. Journal of Applied Sciences, 12: 1859-1864.
5. http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ di unduh pada tanggal 24 Januari 2017.
6. DR. Ansofno, M.Si (2012) . Potensi Daya tarik Obyek Pariwisata Dalam
Pembangunan Ekonomi Sumatra Barat. Economica, Jurnal Program Studi
Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Vol. 1 No. 1, Oktober
2012.

10

Anda mungkin juga menyukai