SKRIPSI
Oleh
ROSNAWATI
08C10407020
SKRIPSI
Oleh :
ROSNAWATI
08C10407020
Menyetujui,
Komisi pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agroteknologi
semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia.
Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika).
Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17,
mempunyai bintil akar yang mampu melakukan fiksasi nitrogen. Kacang tanah
dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai sayur, saus, kacang
gorengan atau rebusan. Selain itu kacang tanah juga dapat digunakan sebagai
bahan industri antara lain untuk bahan mentah keju, mentega, sabun dan minyak.
Daun kacang tanah dapat digunakan untuk pakan ternak, sedangkan bungkilnya
Indonesia sangat potensial untuk dibudidaya kacang tanah, demikian juga dari
terus meningkat, namun laju permintaannya masih lebih besar dari pada
1
2
ketersediaan produksi 1.33 ton/ha. permintaan kacang tanah nasional pada tahun
2015 diproyeksikan 1,99 juta ton. Sehingga masih banyak kekurangan produksi
berdrainase baik dan cukup unsur hara NPK, Ca dan unsur mikro. Tanah yang
berstekstur lempung berpasir, pasir berlempung sangat cocok untuk kacang tanah.
Tingkat kemasaman tanah yang optimal untuk pertumbuhan kacang tanah adalah
anatara pH 6,0- 6,5. Kacang tanah termasuk tanaman yang paling toleran terhadap
polongan. Kacang tanah mempunyai daerah adaptasi yang cukup luas, karena ia
mampu hidup pada tanah yang kurang subur, sedikit masam, dan juga agak kering
(AAK, 1989).
antara lain dengan memperbaiki sistem budidaya salah satunya dengan pemberian
kapur dolomit dengan dosis yang sesuai.Dolomit merupakan kapur yang berasal
granulasi dan memperkokoh ikatan antar partikel tanah (Sarief, 1986 dalam
400 kg/ha untuk tanah ber pH rendah (pH<6) ( BPTP Sulawesi Tenggara, 2010).
3
(hara) yang terdiri atas hara makro dan mikro. Jika salah satu unsur hara yang
diperlukan tanaman kacang tanah tidak terpenuhi, maka tanaman kacang tanah
akan mengalami pertumbuhan yang tidak terpenuhi, maka tanaman kacang tanah
akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal, sehingga hasil yang diperoleh
akan menurun. Oleh karena itu untuk melengkapi unsur hara pada tanaman
Jenis pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk organik seperti pupuk
kandang dan pupuk anorganik seperti Urea, SP36 dan KCl.Tanaman kacang tanah
kekurangan P adalah tanaman menjadi kerdil, bentuk daun tidak normal dan
apabila defisiensi ada bagian- bagian daun, buah, dan batang yang mati. Daun-
daun tua akan terpengaruh lebih dulu dibandingkan dengan daun-daun muda.
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial tanaman. Di dalam unsur hara
esensial tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam
lainnya(Winarso, 2005).
4
sehingga pembentukan polong dan biji lebih baik. Tanaman yang cukup
mengabsorsi hara fosfat disamping dapat memperbanyak jumlah polong dan biji
Lingga (1998), kandungan P2O5 pada pupuk fosfat SP36 adalah 26-36 %.
menjadi biji, menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit, serta memperbaiki struktur hara tanah. Pupuk fosfat dibutuhkan lebih
menjadi polong dan biji. Tanaman yang cukup mengabsorbsi hara fosfat
disamping dapat memperbanyak polong dan biji juga dapat mempercepat masak
vegetatif yang optimum. Sebaliknya penggunaan pupuk fosfat yang kurang tidak
akan efektif untuk mendorong pertumbuhan akar, bunga, dan biji. Untuk itu
(Mulyani, 1994).
5
diketahui tentang pengaruh dosis dolomit dan pupuk SP36 yang tepat sehingga
1.3 Hipotesis
tanah.
kacang tanah.
2.1.1. Sistematika
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathopyta
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
2.1.2. Morfologi
a. Akar
Akar tanaman memiliki akar tunggang, dan akar-akar ini memiliki akar-akar
cabang yang lurus yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap
unsur hara. Pada varietas tipe menjalar yang mana masing-masing cabang yang
buku-bukunya menyentuh tanah, akan tumbuh akar liar yang juga berfungsi
b. Daun
Setiap helai terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daun sedikit berbulu,
6
7
berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Pada daun
terjadi gerakan Nyctitropic yang merupakan aktivitas daun sebagai persiapan diri
c. Bunga
Tanaman kacang tanah mulai berbunga kira-kira pada umur 4-6 minggu
setelah tanam. Rangkaian yang berwarna kuning orange muncul pada setiap ketiak
daun. Setiap bunga Posisi bunga biasa menggantung. Warna mahkota bunga putih
dan memiliki 5-6 kelopak bunga. Panjang bunga 1-1,5 cm, dan lebarnya 0,5 cm
dan panjang tangkai bunga 1-2 cm. Mahkota kacang tanah berwarna kuning dan
standar mahkota bunga pada bagian pangkal bergaris merah atau merah tua.
Sedangkan benang sari, bakal buah kacang tanah terletak didalam tepat pada
d. Buah
Buah kacang tanah berbentuk polong terdapat dalam tanah, berisi 1-4 biji,
umumnya 2-3 biji per polong. Bentuk polong ada yang berujung tumpul ada yang
runcing. Polong tua ditandai oleh lapisan warna hitam pada kulit polong bagian
2.2.1. Iklim
kedelai dan jagung. Suhu harian antara 25oC - 35oC tanaman kacang tanah
tumbuh lambat, umurnya lebih lama. Kelembaban udara yang tinggi (lebihdari
memberikan lingkungan yang sangat baik bagi pertumbuhan penyakit bercak daun
8
sinar matahari lebih dari 30% akan menurunkan hasil (Arsyad dan Asadi, 1993).
2.2.2. Tanah
berpasir, liat berpasir atau lempung liat berpasir. Persyaratan sifat fisik dan kimia
tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah dipengaruhi
oleh kesamaan tanah (pH), kandungan bahan organik, struktur tanah, dan
dan hasil kacang tanah. Kacang tanah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah,
asalkan tanah dapat menyerap air dengan baik dan dapat mengalirkan kembali
dengan lancar. Struktur yang remah pada tanah lapisan atas dapat menyuburkan
langsung maupun tidak langsung. Pada pH rendah Ca, Mg, dan P kurang tersedia
sedangkan unsur mikro tersedia, tetapi unsure Al yang meracun sangat tinggi.
Tanah yang ber- pH rendah (pH<6) diklasifikasikan sebagai tanah masam. Tanah
masan didunia hampir seluruh nya terpusat diwilayah tropika basah(Hakim et al.,
tanah dan biasa disebut pH tanah. Masalah tanah masam antara lain adalah kurang
9
tersedianya unsur P,Ca, Mg, Dan Mo dan fiksasi N terhambat,kelebihan unsur AI,
Fe, dan Mn sehingga meracun bagi tanaman. Kemasaman yang tinggi (pH rendah)
1988dalamHardian, 1999).
melalui peningkatan muatan negatif tanah yang dapat berubah- ubah atau muatan
tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam
Oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup besar maka disebut unsur hara makro
selain N dan K.
Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan kacang
tanah dalam jumlah relatif banyak dibandingkan unsur lainnya karena hara fosfor
lainnya yang selanjutnya akan menjadi polong dan biji. Tanaman yang cukup
mengabsorbsi hara fosfat disamping dapat memperbanyak polong dan biji juga
pertumbuhan bunga dan bagian - bagian lainnya, selanjutnya akan menjadi polong
dan biji. Tanaman cukup mengasorbsi hara fosfor dapat memperbanyak polong
dan biji juga dapat mempercepat masak dan seragamnya masa panen, pemupukan
fosfor dalam dosis yang rendah tidak efektif tujuan pemupukan, sedangkan dalam
tidak normal dan apabila defisiensi ada bagian- bagian daun, buah, dan batang
yang mati. Daun - daun tua akan terpengaruh lebih dulu dibandingkan dengan
hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan dengan oleh unsur lain dan apabila
terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau
dan peranan unsur hara tersebut tidak dapat digantikan oleh unsur hara lainnya.
Unsur hara N dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar untuk penyusun purines
nukleat, unit structural dari butir hijau daun (klorofil), penyusun propirin dalam
protein, activator enzim, pengatur turgor daun, menetralkan reaksi dalam sel
sehingga biji tanaman berisi lebih padat (Salisbury dan Ross, 1995).
Berdasarkan tanaman hidup terdiri atas bahan organik 27 %, air 70% dan
mineral 3%. Analisis kimia menunjukkan bahwa pada tubuh tanaman adanya
berbagai unsur mineral dan beberapa faktor. Faktor tersebut adalah perbandingan
12
akan unsur hara yang berbeda, ketersediaan dalam medium yang berbeda dan juga
Kuala Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 20 Desember 2012 sampai
3.2.1. Bahan
a. Benih
unggul varietas Gajah yang diperoleh dari penelitian uji adaptasi pada lahan
c. Pupuk SP 36
607,5 gram. Pupuk dasar yang digunakan adalah Pupuk Urea dan KCl.
d. Pestisida.
3.2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, parang, cangkul
kecil, tudor spayer, timbangan, meteran, skrop, tali rafia dan alat- alattulis.
12
13
1 D1P1 200 50
2 D1P2 400 100
3 D1 P3 600 150
4 D2 P1 200 50
5 D2 P2 400 100
6 D2 P3 600 150
7 D3 P1 200 50
8 D3 P2 400 100
9 D3 P3 600 150
14
Dimana :
Yijk = Hasil pengamatan untuk dosis dolomit (D) pada taraf ke-j dan pupuk
SP 36 (P) pada taraf ke-k pada ulangan ke-i.
= Rata-rata umum
i = Pengaruh kelompok ke-i (i =1, 2 dan 3)
Dj = Pengaruh faktor dosis dolomit (D) taraf ke-j (j=(1,2 dan 3).
Pk = Pengaruh faktor dosis pupuk SP 36(P) taraf ke-k (k=1,2 dan 3)
(DP)jk = Pengaruh interaksi faktor dosis dolomittaraf ke-j dan faktor pupuk
SP 36taraf ke-k.
ijk = Galat percobaan
Bila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
Keterangan :
3.4.1. PengolahanLahan
150 cm x lebar150 cm, jarak antar blok 50 cmdan jarak antar bedengan 30 cm.
15
3.4.2. Pemupukan
sebanyak 100 kg ha-1 (22,5 gr plot-1), diberikan1 hari sebelum tanam masing-
masing diberikan setengah dosis sebagai pupuk dasar dan setengah dosisnya
3.4.4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dan ditanam 1 bibit per lubang
3.4.5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
b. Penyulaman
c. Penyiangan Gulma
dilakukan 2 kali yaitu pada umur 21 HST dilakukan penyiangan pertama sekaligus
3.4.6. Panen
3.5. Pengamatan
tanaman dari pangkal batang hingga titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan
meteran dalam satuan cm, pengamatan dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST.
cabang perumpun dari setiap tanaman sampel pada umur 15, 30 dan 45 HST.
dilakukan terhadap biji kering per plot netto dari setiap unit percobaan.
6. Rendemen (%)
Rendemen dihitung dengan menimbang biji dari sampel polong dari setiap
Berat Biji
Persentase Rendemen = x100%
Berat Polong
berat polong per plot netto kedalam hektar dalam satuan ton.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
umur15 dan 30 HST, berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur 15,
30 dan 45 HST, persentase polong bernas, persentase polong hampa, bobot 100
biji kering, berat polong kering per plot netto,rendemen dan produksi per hektar.
dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST, namun
tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis dolomit umur 15,30 dan 45
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit
Umur 15, 30 dan 45 HST.
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis kapur dolomit 200 kgha-1(D1) dan400
18
19
dosis dolomit 200 kgha-1(D1),yang berbeda nyata dengan dosis kapur dolomi t400
kg ha-1(D2).namun berbeda tidak nyata dengan dosis kapur dolomit 600 kg ha-
1
(D3).
45.00
38.24 37.27
40.00
34.29
Tinggi Tanaman (cm)
35.00
30.00
25.00
20.00
15 HST
15.51 14.58 15.68
15.00 30 HST
5.00
0.00
200 400 600
Dosis Dolomit (kg ha-1)
Gambar 1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit Umur
15, 30 dan 45 HST
2. JumlahCabang (buah)
bahwa dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur 15,
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis kapur dolomit 400 kg ha-1
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong bernas dan
hampa. Rata-rata persentase polong bernas dan hampa pada berbagai dosis
Tabel 4. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman Kacang Tanah
pada Berbagai Dosis Dolomit
ditunjukkan pada dosis dolomit 600 kg ha-1(D3) dan persentase polong hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata bobot
100 biji kering pada berbagai dosis dolomit disajikan pada Tabel 5.
21
Tabel 5. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah pada Berbagai Dosis
Dolomit
Dosis Dolomit
Bobot 100 Biji Kering (g)
Simbol kg ha-1
D1 200 65.40
D2 400 66.57
D3 600 70.13
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis dolomit 200 kg ha-1(D1) dan 400 kg ha-1
(D2).
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot netto.
Rata-rata berat polong kering per plot netto pada berbagai dosis dolomit disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Berat Polong Kering Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai
Dosis Dolomit
6. Rendemen (%)
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen polong kering kacang
tanah. Rata-rata rendemen polong kering kacang tanah pada berbagai dosis
Tabel 7. Rata-rata Rendemen Polong Kering Kacang Tanah pada Berbagai Dosis
Dolomit
tanag ditunjukkan pada dosis dolomit 400 kg ha-1(D2), meskipun secara statistik
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar kacang tanah.
Rata-rata produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis dolomit disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Produksi per Hektar Kacang Tanah pada Berbagai Dosis
Dolomit
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 24)
tanamandan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST, persentase polong bernas,
persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per plot
Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk
SP 36 Umur 15, 30 dan 45 HST.
2. JumlahCabang (buah)
bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur
15, 30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada Berbaga iDosis
Pupuk SP 36 Umur 15, 30 dan 45 HST.
pada dosis pupuk SP 36100 kg ha-1(P2) dan 150 kg ha-1(P3). Jumlah cabang
perlakuan lainnya.
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa
dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong bernas dan
hampa. Rata-rata persentase polong bernas dan hampa pada berbagai dosispupuk
Tabel 10. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman Kacang
Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk SP 36
Persentase Polong Persentase Polong
Dosis Pupuk SP 36
Bernas Hampa
Simbol kg ha-1 (%) Arcsin √× (%) Arcsin √×
P1 50 61.49 55.57 28.51 22.58
P2 100 62.61 56.69 27.39 21.47
P3 150 59.47 53.54 30.53 24.61
25
ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1(P2) dan persentase polong hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata
bobot 100 biji kering pada berbagai dosis pupuk SP 36 disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah pada Berbagai Dosis
Pupuk SP 36
Dosis Pupuk SP 36
Bobot 100 Biji Kering (g)
Simbol kgha-1
P1 50 200.19
P2 100 197.67
P3 150 208.45
dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot
netto. Rata-rata berat polong kering per plot netto pada berbagai dosis pupuk SP
Tabel 12. Rata-rata Berat Polong Kering Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai
Dosis Pupuk SP 36
Tabel 12 menunjukkan bahwa berat polong kering per plot netto tertinggi
6. Rendemen (%)
kacang tanah. Rata-rata rendemen polong kering kacang tanah pada berbagai dosis
Tabel 13. Rata-rata Berat Rendemen Polong Kering Tanaman Kacang Tanah pada
Berbagai Dosis Pupuk SP 36
dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar kacang
tanah. Rata-rata produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis pupuk SP
Tabel 14. Rata-rata Produksi per Hektar Kacang Tanah pada Berbagai Dosis
Pupuk SP 36
4.1.3. Interaksi
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara dosis dolomit dan pupuk
Tinggi Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman umur 45 HST pada berbagai dosis dolomit dan
dosis pupuk SP 36 setelah di uji BNJ0.05 dapat disajikan pada Tabel 15.
28
Tabel 15. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit
dan Dosis Pupuk SP 36 Umur 45 HST.
pada dosis dolomit 200 kg ha-1 (D1) dan dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1 (P1) yang
berbeda nyata dengan dosis dolomit 400 kg ha-1 (D2) dan dosis pupuk SP 36 50 kg
ha-1 (P1) namun tidak berbeda nyata dengan dosis dolomit 600 kg ha-1 (D3) dan
Tanaman tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 400 kg ha-1(D2) dan dosis
pupuk SP 36 100 kg ha-1 (P2) namun tidak berbeda nyata dengandosis dolomit 200
kg ha-1 (D1) dan 600 kg ha-1(D3) dengan dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1 (P2).
ha-1 (D1) dan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1 (P3) yang berbeda nyata dengan dosis
dolomit 400 kg ha-1(D2) dan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) namun tidak
berbeda nyata dengan dosis dolomit 600 kg ha-1(D2) dan dosis pupuk SP 36 150
kg ha-1(P3).
45.0
Gambar 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit dan
Dosis Pupuk SP 36 Umur 45 HST.
4.2. Pembahasan
bernas, persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per
tertinggi dijumpai pada dosis kapur dolomit 200 kg ha-1.Hal ini disebabkan karena
respon tanaman kacang tanah terhadap tambahan Ca dan Mg yang telah mencapai
juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur harayang lain serta memperbaiki sifat
30
fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsurhara dan sifat fisik tanah maka
tanah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Buckman dan Brady (1982) menjelaskan
bahwa pengapuran pada tanah masam dapat memperbaiki kesuburan tanah sebab
akan mengggiatkan kehidupan jasad renik dan unsur hara makro menjadi lebih
dengan adanya pengapuran pada tanah masam dan pada waktu yang bersamaan
akan menurunkan dengan nyata konsentrasi Fe, Al dan Mn yang dalam keadaan
sangat masam dapat mencapai konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman.
sehingga pH tanah dapat meningkat dan tanaman dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik. Oleh karna itu, perkembangan akar tanaman menjadi optimum
akibat pengapuran.
tanah dan aerasi. Humus yang berinteraksi dengan dolomit akan lebih
menguntungkan tanaman. Akan tetapi kondisi yang tercipta oleh kapur untuk
menjadi lebih baik akan tetapi tergantung pada tanaman dalam menyesuaikan
terhadap lingkungan.
31
bernas, persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per
plot netto, rendemen dan produksi per hektar. Hal ini disebabkan peranan dari
perkembangan akar dan penyerapan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman tidak
bahwa meningkatnya kecukupan salah satu hara yang tidak diikuti oleh
kebutuhan pupuk N yang diperlukan oleh tanaman kacang tanah perlu diketahui
tanah dengan kandungan hara rendah, karena ketiga unsur hara ini merupakan
sehingga akan meningkatkan penyerapan unsur hara dan air oleh tanaman kacang
tanah. Dengan meningkatnya serapan hara dan air akan meningkatkan laju
(1985), pemberian Fosfor dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah cabang,
pemberian SP-36 yang tercermin pada berat polong kering (Sumaryo dan
Suryono, 2000).
4.2.3. Interaksi
dosis dolomit dan pupuk SP 36 terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Dari
berbagai dosis yang dicobakan tanaman kacang tanah tertinggi dijumpai pada
dosis dolomit 200 kg ha-1 dengan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1, hal ini
menunjukkan bahwa pemberian dolomit dan SP 36 pada dosis tersebut telah dapat
tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang
tanah.
tidak mampu menyerap unsur lainnya, meskipun jumlah unsur fosfor yang
diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan fosfor dari
5.1. Kesimpulan
polong bernas, persentase polong hampa, berat polong kering per plot netto,
kacang tanah terbaik dijumpai pada dosis dolomit 200 dan 600 kg ha-1.
kering per plot netto, rendemen dan produksi per hektar. Pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang tanah terbaik dijumpai pada dosis pupukSP 36 150
kg ha-1.
kacang tanah terbaik dijumpai pada dosis dolomit 200 kg ha-1 dengan pupuk
SP 36 50 kg ha-1
5.2. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, D.M. dan Asadi, 1993. Progress Report on Legumes Varietal Selection
for Condition Afterlowland Rice and for Acid Soils. Cent. Rest. Inst. For
Food Crops. 154p.
Balitjas. BPTP Sultra. 2010. Teknologi Budidaya Kacang Tanah. Agro Inovasi,
Bogor.
Buckman, H.O. dan N.C.Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan. Bharata Karya
Aksara, Jakarta.
Hardian. 1999. Pengaruh Kapur Dolomit, Pupuk Kandang, Pupuk TSP, dan Pupuk
NPK Terhadap Beberapa Jenis Tanaman Reboisasi Di Pulau Bintan.
Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Mulyani, 1994. Tenknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Melton Putra.
Salisbury, F.B and C. W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Penerbit ITB
Bandung.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB.
Sumarno, 1986. Kajian Macam Pupuk Organik dan Dosis Pupuk P terhadap Hasil
Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.) di Tanah Entisol. Sains Tanah. 1 (1)
: 1-6.
Sumaryo, dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadap
Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah di Tanah Latosol.
Agrosains vol.2: 54-58. Bogor.
Widura Ritonga, Arya., 2008. Laporan Praktek Usaha Pertanian Produksi Benih
Kacang Tanah Varietas Gajah. Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah; Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media, Jogyakarta.