Anda di halaman 1dari 50

RESPON PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP STRES AIR

Oleh:

Ari Wigati Nurkholiq


A 34304024

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RESPON PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP STRES AIR

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Ari Wigati Nurkholiq


A 34304024

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : RESPON PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP STRES AIR
Nama : Ari Wigati Nurkholiq
NRP : A 34304024

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr Ir Adiwirman, MS Dr Ir Winarso D.Widodo, MS


NIP: 131 669 943 NIP: 131 664 405

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M Agr


NIP : 131 124 019

Tanggal Lulus : ...............................


RINGKASAN

ARI WIGATI N. Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Melon


(Cucumis melo L.) terhadap Stres Air. Dibimbing oleh Adiwirman dan
Winarso D. Widodo.

Stres air terjadi ketika evapotranspirasi lebih tinggi daripada absorbsi air.
Stres air mempengaruhi fase vegetatif dan generatif tanaman tergantung dari
masing-masing tanaman. Stres air secara umum dapat menghambat dan
menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari respon pertumbuhan dan
perkembangan tanaman melon H-52 terhadap stres air. Penelitian dilaksanakan di
rumah kaca Cikabayan, Institut Pertanian Bogor.
Rancangan Acak Lengkap 1 faktor dengan 3 ulangan digunakan dalam
penelitian ini. Perlakuan stres air terdiri dari 4 perlakuan yaitu : kontrol atau tanpa
stres air (P1), stres air pada fase vegetatif (P2), stres air pada pembentukan bunga
(P3) dan stres air pada fruitset (P4).
Stres air dapat meningkatkan rasio bobot kering akar per bobot kering
tajuk, menurunkan luas permukaan daun dan diameter batang. Terdapat
kecenderungan bahwa stres air menurunkan bobot buah 9.49% pada P2, 16.05%
pada P3 dan 12.85% pada P4.
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 12 April 1986 di kota Magetan, Jawa Timur.
Pada tahun 1990 penulis mulai belajar di Taman Kanakkanak (TK)
Candra Kirana Magetan. Tahun 1992 penulis diterima di SDN Magetan II
Magetan. Selama 6 tahun di Sekolah Dasar ini penulis berhasil lulus pada tahun
1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 4 Magetan. Setelah lulus dari SLTP pada tahun
2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I
Magetan dan lulus pada tahun 2004. Selama di SLTP dan SMA, penulis aktif
dalam kegiatan ekstrakurikuler Bola Basket dan sering memenangkan kejuaraan
daerah atas nama sekolah yang bersangkutan. Pada tahun 2002 penulis termasuk
dalam Tim Bola Basket Putri Magetan mewakili daerah Magetan dalam Pekan
Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Jawa Timur.
Pada tahun 2004 penulis diterima menjadi salah satu mahasiswi di Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada Fakultas Pertanian dengan Program Studi
Hortikultura melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis aktif
mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Basket. Tim bola basket
penulis berhasil mendapatkan beberapa kali juara I pertandingan bola basket putri
antar Jurusan , juara II pertandingan bola basket putri antar Departemen Fakultas
Pertanian (Faperta), juara III pada Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2005
dan juara II OMI pada tahun 2006 atas nama Faperta. Pada tahun 2007 penulis
termasuk dalam tim bola basket putri IPB untuk Liga Basket Mahasiswa
(LIBAMA) tahun 2007.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas berkah, rahmat dan karunia Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Melon (Cucumis melo L.) terhadap
Stres Air ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir dalam rangka
menyelesaikan program sarjana.
Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada ;
1. Dr Ir Adiwirman, MS sebagai dosen pembimbing I dan Dr Ir Winarso D.
Widodo, MS sebagai dosen pembimbing II atas bimbingan, kesabaran,
motivasi dan waktunya.
2. Ir Diny Dinarti, MSi sebagai dosen pembimbing akademik.
3. Semua pihak yang membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini berguna bagi pembaca pada
umumnya.

Bogor, Agustus 2008

Penulis
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................... 1
Tujuan............................................................................................ 2
Hipotesis......................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
Melon.............................................................................................. 3
Melon Bright Meta (H52)............................................................... 7
Hubungan Air dan Tanaman............................................................. 8
Stres Air............................................................................................ 9

BAHAN DAN METODE......................................................................... 11


Tempat dan Waktu.......................................................................... 11
Bahan dan Alat............................................................................... 11
Metode Penelitian............................................................................ 11
Pelaksanaan Penelitian..................................................................... 12
Pengamatan..................................................................................... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 15


Kondisi Umum............................................................................... 15
Hasil................................................................................................ 17
Pembahasan.................................................................................... 20

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 24

LAMPIRAN............................................................................................. 26
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Teks
1. Persentase kadar air tanah..................................................................... 17

Lampiran

1. Rekapitulasi pengaruh stres air terhadap nilai rata-rata dari berbagai


variabel................................................................................................... 28
2. Rekapitulasi sidik ragam diameter batang......................................... 29
3. Rekapitulasi sidik ragam luas permukaan daun................................. 30
4. Rekapitulasi sidik ragam jumlah buku................................................ 31
5. Rekapitulasi sidik ragam tinggi tanaman........................................... 32
6. Rekapitulasi sidik ragam ruas batang rata-rata.................................. 33
7. Rekapitulasi sidik ragam tebal daun.................................................. 34
8. Rekapitulasi sidik ragam periode bunga jantan................................ 35
9. Rekapitulasi sidik ragam periode bunga betina................................ 35
10. Rekapitulasi sidik ragam jumlah bunga betina.................................. 35
11. Rekapitulasi sidik ragam bobot buah................................................. 36
12. Rekapitulasi sidik ragam umur panen................................................ 36
13. Rekapitulasi sdik ragam kekerasan..................................................... 36
14. Rekapitulasi sidik ragam diameter buah............................................ 37
15. Rekapitulasi sidik ragam PTT............................................................ 38
16. Rekapitulasi sidik ragam TAT........................................................... 38
17. Rekapitulasi sidik ragam warna daging buah.................................... 38
18. Rekapitulasi sidik ragam warna kulit................................................ 39
19. Rekapitulasi sidik ragam tebal kulit.................................................. 39
20. Rekapitulasi sidik ragam tebal daging buah..................................... 39
21. Rekapitulasi sidik ragam panjang buah.......................................... 40
22. Rekapitulasi Sidik Ragam Lingkar Buah......................................... 41
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Teks

1. Kondisi umum rumah kaca................................................................... 15


2. Buah melon tanpa perlakuan stres air (kontrol)................................... 16
3. Buah melon dengan perlakuan stres air pada fase vegetatif................. 16
4. Buah melon dengan perlakuan stres air pada fase pembungaan........... 16
5. Buah melon dengan perlakuan stres air pada fruitset........................... 16
6. Pengaruh stres air terhadap rasio bobot kering akar/tajuk.................... 17
7. Pengaruh stres air terhadap bobot kering akar...................................... 18
8. Pengaruh stres air terhadap diameter batang melon............................. 18
9. Pengaruh stres air terhadap luas permukaan daun melon.................... 19
10. Pengaruh stres air terhadap tebal daun melon..................................... 19
11. Pengaruh stres air terhadap jumlah bunga betina................................ 20
12. Pengaruh stres air terhadap bobot buah melon.................................... 20
13. Pengaruh stres air terhadap tanaman melon........................................ 21
14. Pengaruh stres air terhadap luas permukaan daun............................... 21

Lampiran

1. Bagan petak penanaman........................................................................ 27


PENDAHULUAN

Latar belakang
Melon merupakan salah satu tanaman yang penting di Indonesia, namun
belum tersedia di pasar secara stabil. Produksi melon di Indonesi pada
tahun 2002 sebesar 59 106 ton, tahun 2003 sebesar 70 560 ton, tahun 2004
sebesar 47 664 ton dan tahun 2005 sebesar 58 440 ton1. Dapat terlihat dari data
tersebut bahwa nilai produksi melon di Indonesia mengalami fluktuaksi, hal ini
diduga karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melon kurang optimal. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melon salah satunya adalah air.
Air merupakan unsur yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian
besar tubuh tanaman terdiri dari air, kurang lebih sekitar 70% - 90%.
Banyak aktivitas tanaman yang ditentukan oleh sifat air dan bahan terlarut dalam
air (Salisbury dan Ross, 1992).
Stres air merupakan suatu kondisi ketika tanaman tidak mampu menyerap
air untuk menggantikan kehilangan akibat transpirasi2. Perlakuan stres air perlu
diteliti karena memberikan efek yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang berbeda. Stres air dapat juga menurunkan produksi
tanaman buah-buahan. Menurut Islami dan Wani (1995) pertumbuhan dan
perkembangan sel tanaman akan terhambat jika tanaman mengalami stres air.
Hal tersebut dapat mengganggu metabolisme karbohidrat, protein, zat pengatur
tumbuh dan translokasi fotosintat pada tanaman. Terganggunya metabolisme
tanaman dapat menyebabkan tumbuh kerdil dan daun yang baru terbentuk tidak
berkembang sempurna, sehingga menurunkan hasil dan kualitas buah.
Imdad dan Nawangsih (2001) menjelaskan bahwa pada fase vegetatif tanaman
mentimun yang kekurangan air akan tumbuh lambat, daun cepat tua, serta bunga
layu dan mudah rontok.
Menurut Wudiri dan Henderson (1985) jumlah bunga tomat Saladette
lebih banyak pada keadaan stres air sedangkan untuk buah tomat 7879 berbunga
sangat sedikit. Kondisi stres air ini juga dapat menghambat waktu pembuahan
tomat. Buah tomat Saladette dapat berbuah 18 hari setelah perlakuan stres air,
1
www.deptan.go.id
2
www.wikipedia.com
sedangkan untuk tomat 7879 yang diberikan perlakuan stres air tidak terjadi
pembuahan.
Menurut Fabeiro et al. (2001) stres air pada tanaman melon mempunyai
pengaruh yang berbeda-beda selama fase pertumbuhannya. Stres air yang terjadi
selama bunga melon mekar dapat menurunkan hasil produksi buah (kuantitas).
Stres air pada saat pembentukan buah mempengaruhi kualitas dan kuantitas buah,
sedangkan pada saat pematangan buah dapat meningkatkan kualitas buah
(kadar gula buah).
Dari berbagai pustaka di atas, pertumbuhan dan perkembangan berbagai
tanaman terhadap stres air menunjukan respon yang berbeda-beda. Oleh karena
itu perlu dipelajari pengaruh stres air terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman melon.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh stres air terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon.

Hipotesis
Stres air dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan produksi
tanaman melon.
TINJAUAN PUSTAKA

Melon (Cucumis melo L.)


Pola penyebaran dan habitat
Tanaman melon berasal dari Afrika, namun banyak ditemukan jenis liar
di India (jenis yang belum pernah dibudidayakan). Pusat keragaman sekunder
melon muncul di India, Iran, Rusia Selatan, dan Cina (Yamaguchi, 1983). Catatan
sejarah menunjukkan bahwa adanya budidaya melon di Mesir sekitar tahun 2400
SM. Melon memiliki beberapa nama sebutan antara lain muskmelon, melo dan
kantalup. Nama Kantalup (cantaloup) diberikan karena tanaman ini berasal dari
kota Cantaluppi di Itali atau dari perkebunan dan Benteng Cantalupo, juga di Itali
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan Eropa.
Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan kemudian
ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar ke
seluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Botani melon
Kantalup atau melon adalah tanaman semusim dengan bunga monoecious
dan kadang-kadang andromonoecious. Sistem perakaran biasanya luas namun
agak dangkal. Batang bersudut-sudut dengan sulur tunggal. Sebagian besar
kultivar tumbuh menjalar, introduksi kultivar tipe semak adalah perkembangan
yang boleh dikatakan baru (Yamaguchi, 1983).
Daun melon berbeda dengan daun mentimun, yaitu bentuknya agak
bundar, bulat telur, atau seperti ginjal, lebar sekitar 8 15 cm, dan memiliki lima
atau tujuh lengkuk dangkal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Bunga jantan terbentuk pada buku-buku batang tanaman. Bunga betina
dan hermaprodit tumbuh tunggal dengan tangkai yang gemuk dan pendek, tumbuh
pada ketiak daun yang berbeda. Bunga membuka hanya sekali pada pagi hari, dan
diserbuki oleh serangga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Ukuran, bentuk, warna, dan kekerasan kulit buah sangat beragam pada
berbagai tipe dan kultivar melon. Buah biasanya bulat atau bulat telur lonjong.
Permukaan buah rata, tidak berbulu, beberapa sangat bersudut dan yang lainnya
tertutup oleh jala-jala bergabus (retikulat). Jaringan pembuluh yang juga disebut
dengan urat, berupa lekukan memanjang atau strip pada permukaan buah yang
tidak berjala. Urat ini berkaitan dengan ikatan pembuluh angkut (vascular bundle)
dan tidak mudah terlihat pada buah yang sangat berjala. Permukaan buah paling
sering berwarna kuning atau hijau kecoklatan. Daging buah, yang sebenarnya
adalah dinding bakal buah (perikarp), juga sangat beragam ketebalan, warna, dan
teksturnya. Warna daging buah dapat putih, hijau, merah jambu, atau jingga.
Beberapa kultivar yang baru dikembangkan ketika matang sempurna, memiliki
daging buah dengan dua warna. Aroma pada melon disebabkan oleh berbagai
senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam, ester, yang terbentuk selama
pematangan; jumlah dan nisbah senyawa atsiri ini beragam pada berbagai grup
Cucumis melo, yang memberikan sifat aroma dan rasa yang berbeda-beda pula
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Sifat khusus kultivar melon tertentu adalah terbentuknya lapisan absisik
yang bersamaan dengan kematangan buah, dan memudahkan buah dipisahkan dari
batang (Yamaguchi, 1983). Sifat ini adalah petunjuk yang berguna sebagai tanda
eksternal kematangan buah saat panen. Buah melon menghasilkan biji dalam
jumlah yang sangat banyak, berwarna putih atau kusam, dan halus
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Budidaya
Prosedur budidaya melon sama dengan budidaya timun, walaupun
kebutuhan haranya lebih tinggi karena periode pertumbuhan melon yang lebih
panjang sehingga memerlukan hara dan air yang lebih banyak
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Benih ditanam sedalam 3 - 4 cm, dan jika tanah menghangat dengan suhu
lebih dari 20oC, kecambah dapat muncul dalam waktu satu minggu.
Melon biasanya tidak dipindah-tanam karena akar telanjang, bibit cabutan tidak
tumbuh dengan baik dan bibit berbumbungan mahal harganya. Namun, jika
digunakan benih hibrida yang mahal dan khususnya jika diproduksi di dalam
greenhouse atau bangunan pelindung lainnya, pindah tanam mungkin menjadi
lebih layak. Di Jepang dan beberapa negara lain, melon diproduksi dalam rumah
kaca (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Kecambah tanaman melon muncul pada 4 8 hari setelah penanaman.
Daun sejati tumbuh atau muncul setelah 5 6 hari setelah membukanya kotiledon,
lalu diikuti oleh pertumbuhan 2 4 tunas-tunas aksilar pada batang primer.
Cluster bunga jantan pertama muncul pada ruas buku yang ke 5 12 yaitu sekitar
30 50 hari setelah penanaman, diikuti munculnya bunga betina dan bunga
hermaprodit pada cabang sekunder. Penyerbukan bunga dibantu oleh serangga
terutama lebah. Setelah bunga diserbuki oleh bantuan serangga maka berlangsung
proses pembuahan. Perkembangan buah terjadi setelah 10 40 hari setelah bunga
mekar hingga buah melon mengalami pemasakan buah. Pemasakan buah melon
ini ditandai dengan bekembangnya ukuran buah, melunaknya buah, terdapat
senyawa aromatik, dan tangkai buah mudah patah sekitar 8 10 minggu setelah
tanam (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Buah yang lambat terbentuk (sering gugur) atau gagal mencapai ukuran
atau padatan terlarut (Soluble solids) dan rasa manis yang memadai adalah
penyebab rendahnya kinerja tanaman. Kadang kadang buah yang terbentuk
terlambat ini, dibiarkan matang untuk diambil bijinya.
Suhu ratarata optimum adalah 18oC sampai 24oC. Pertumbuhan tanaman
meningkat secara nyata jika terdapat intensitas cahaya tinggi. Selama periode
dingin, seperti matahari rendah di cakrawala, bedengan dibentuk miring ke arah
matahari untuk memanfaatkan tambahan cahaya dan suhu selama pertumbuhan
tanaman. Bedengan yang ditinggikan dan mulsa biasa digunakan untuk
meminimumkan sentuhan langsung buah terhadap air dan untuk meningkatkan
drainase; genangan air harus dihindari. Berbagai jenis mulsa, penutup barisan dan
sungkup panas kadangkadang digunakan untuk mempercepat pertumbuhan
tanaman (Yamaguchi, 1983).
Tanah yang dalam dan berdrainase yang baik adalah tanah yang paling
sesuai. Tanah bertekstur halus berpotensi lebih produktif, tetapi biasanya
cenderung menunda waktu matang. Melon peka terhadap tanah asam, pH tanah
terbaik harus berada antara 7 8.
Jarak tanam di lapangan sangat beragam, dari 30 cm x 200 cm hingga
60 cm x 200cm, yang menghasilkan populasi 15 00020 000 tanaman per hektar.
Pada produksi komersial, bahkan pada jarak tanam ini biasanya hanya satu atau
dua buah per tanaman yang akan memenuhi kualitas pasar dan sesuai untuk
dipanen. Untuk jarak tanam di Greenhouse dari 60 cm x 70cm hingga
60 cm x 100 cm. Jarak tanam dalam Greenhouse ini dapat pula disesuaikan
dengan luas Greenhouse yang tersedia. Tanaman melon dapat diletakan secara
zig-zag ataupun berpola persegi panjang (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Dalam pertumbuhanya, tanaman melon membutuhkan para-para atau ajir
untuk menopang berat tanaman dan buah serta sebagai arah rambatan. Dalam
rumah kaca atau Greenhouse dapat digunakan tali sebagai pengganti ajir.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon membutuhkan
suply nutrisi. Suply nutrisi ini diberika berupa pupuk buatan maupun alami.
Pupuk alami atau organik diperoleh dari kompos, kotoran ternak, kotoran unggas
maupun sisia-sisa organik lainya. Pemberian pupuk organik dapt dicampurkan
melalui medi dengan perbandingan 1 : 1 ataupun ditambahkan pada polybag 5 kg
pupuk tiap polybag (50 cm x 50 cm x 30 cm). Pupuk buatan berupa 100 kg urea,
200 kg TSP (267 kg SP-36), dan 100 kg KCl per hektar. Pupuk diberikan dua kali
pada umur dua minggu dan empat minggu setelah tanam
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Pemupukan dengan pupuk buatan berupa; Pemupukan susulan I (7 HST)
berupa pupuk NPK konsentrasi 20 g/L sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman.
Pemupukan susulan II (14 HST) berupa pupuk NPK konsentrasi 40 g/L sebanyak
200 ml larutan pupuk/tanaman. Pemupukan susulan III (21 HST/menjelang
pembungaan) berupa pupuk NPK konsentrasi 20 g/L sebanyak 200 ml larutan
pupuk/tanaman. Pemupukan susulan IV (28 HST/setelah pembungaan) berupa
pupuk NPK konsentrasi 20 g/L sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman. Pada
umur 45 HST ditambahkan pupuk KNO3 dengan cara disiramkan di sekitar
tanaman dengan konsentrasi 1 g/L air sebanyak 200 ml larutan/ tanaman3.
Menurut Herison (1997) untuk menghindari kontaminasi oleh penyakit
dari tanah (soil born disease) polybag diletakan tidak secara langsung pada tanah.
Hal ini dapat menggunakan bangku yang terbuat dari bambu atau papan dengan
ketinggian sekitar 2550 cm dari tanah, dengan lebar 100120 cm.
Beberapa hama yang menyerang tanaman melon; kutu kuning
(Myzus persicae) yang merupakan vektor virus mozaik (Cucumber Mozaic Virus),
kutu hijau (Aphis gossypii), tungau merah (Tetranychus sp.), dapat diatasi dengan
semprotan Temaron 0.2%. Ada pula penyakit yang menghambat pertumbuhan
melon seperti penyakit layu (Erwinia tracheiphila), busuk leher akar
(Fusarium oxysporum) dapat dicegah atau diatasi dengan Benlate 0.2%
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Kelembapan rendah biasanya mengurangi munculnya sebagian besar
penyakit daun. Penyakit daun menyebabkan kerontokan daun dan dapat
menyebabkan buah lebih mudah terbakar matahari. Untuk mengurangi buah yang
terbakar sinar matahari selama periode suhu sangat tinggi, kadangkadang
digunakan kain kasa untuk membungkus buah ketika menjelang matang.

Melon Bright Meta (H52)


Varietas Hibrida 52 merupakan varietas dari Pusat
Kajian Buahbuahan Tropika (PKBT), IPB sering disebut
Bright Meta. Meskipun varietas ini belum dilepas ke pasar,
tetapi H-52 diketahui telah memiliki beberapa kelebihan
yaitu tahan terhadap organisme pengganggu tanaman
(embun bulu dan embun tepung) dan penampilan buah
menarik dengan kulit berwarna kuning cerah dan daging buah berwarna hijau
cerah (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Selain itu menurut Oktafianti (2006),
melon H-52 berumur genjah (55 hari setelah tanam) dan kandungan padatan
terlarut total (PTT) cukup tinggi sekitar 9,1brix sedangkan berdasarkan
Direktorat Tanaman Buah (2004) buah melon H-52 mempunyai nilai PTT
14.12brix dan berat per buah 1.403 kg.
Pertumbuhan melon H-52 atau Bright Meta yang ditanam di rumah kaca
berbeda dengan yang ditanam dilapang. Varietas H-52 yang ditanam di rumah
kaca memiliki umur panen 70 hari setelah tanam, bentuk batang segi lima, bentuk
daun bulat telur, permukaan daun berbulu, umur berbunga jantan 22 hari setelah
tanam, umur berbunga hermaprodit 34 hari setelah tanam, bentuk buah lonjong
(flattened), panjang buah 18.42 mm, lingkar buah 31.31 mm, warna kulit buah
kuning cerah, warna daging buah hijau, aroma buah wangi, PTT 10.89brix,
kekerasan kulit buah 0.87 kg/cm2 dan bobot buah 639.6 g per buah
(Rahardjo, 2007).

Hubungan tanaman dengan air

Air merupakan unsur yang sangat penting bagi tanaman. Air berfungsi
sebagai pelarut, berperan dalam reaksi kimia, bahan mentah dalam fotosintesis
(Salisbury dan Ross, 1995) dan air menyusun sepertiga dari berat karbohidrat dan
protein pada tanaman (Harjadi, 1996).
Pergerakan air dalam tumbuhan dimulai dari absorbsi air dari permukaan
akar. Terjadinya absorbsi air dari akar tanaman karena adanya perbedaan
potensial air yang menyebabkan pompa xilem, aksi kapiler dan penarikan keatas
(Salisbury dan Ross, 1995). Jalur pergerakan air dalam tanaman terbagi
menjadi 2, yaitu: simplas dan apoplas. Simplas adalah pergerakan air melalui
plasmodesmata, sedangkan apoplas adalah pergerakan air melalui dinding sel
tanpa menembus membran sel (Salisbury dan Ross, 1995).
Konsumsi air pada tanaman terjadi karena adanya evapotranspirasi.
Evaporasi merupakan hilangnya air dari permukaan tanah sedangkan transpirasi
adalah hilangnya air dari tajuk tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi
transpirasi adalah sinar matahari, suhu, kelembapan, angin dan keadaan
air dalam tanah (Dwijoseputro, 1980). Apabila transpirasi lebih besar dari
absorbsi air maka tanaman mengalami gejala stres misalnya kelayuan dan dapat
menyebabkan kematian.
Stres air

Stres air merupakan suatu kondisi ketika tanaman tidak mampu


menyerap air untuk menggantikan kehilangan akibat transpirasi
(Wikipedia, 2007). Menurut Pasarakli (1999) stres air dapat didefinisikan sebagai
kondisi ketika tekanan turgor dibawah potensial osmotik maksimal.
Menurut Islami dan Wani (1995); Kramer dalam Dedywiryanto (2006) bahwa
cekaman air pada tanaman terjadi karena (1) ketersediaan air dalam media tumbuh
tanaman tidak cukup, (2) tranpirasi yang lebih besar daripada absorbsi air atau
kombinasi dari kedua faktor itu. Hal tersebut menyebabkan menurunnya turgiditas
sel jaringan tanaman. Penurunan tugiditas sel umumnya diikuti peningkatan asam
absisat (ABA) yang menstimulasi menutupnya stomata yang bertujuan
mengurangi kehilangan air akibat transpirasi (Pasarakli, 1999).
Penutupan stomata menyebabkan suplai CO2 berkurang sehingga menurunkan
laju fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995).
Respon tanaman terhadap stres selanjutnya adalah perubahan elastisitas
dinding sel, perubahan morfologi tanaman (penurunan volume sel, penurunan luas
daun, peningkatan tebal daun dan peningkatan rasio akar per tajuk) dan
peningkatan potensial osmotik zat terlarut misalnya prolin (Pasarakli, 1999).
Prolin dikenal sebagai osmoregulator yang berfungsi menjaga kelarutan protein,
sumber cadangan karbon dan nitrogen serta sumber energi bagi proses pemulihan
tanaman setelah periode stres (Walton et al. dalam Dedywiryanto, 2006).
Tanaman dalam keadaan stres air mempunyai mekanisme yang berbeda
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut Levitt dalam
Dedywiryanto (2006) bahwa respon tanaman terhadap cekaman kekeringan
diklasifikasikan menjadi 3 mekanisme pertahanan, yaitu: (1) penghindaran
terhadap waktu terjadinya cekaman kekeringan (drought escape), tanaman akan
menyelesaikan siklus hidupnya sebelum terjadi proses cekaman kekeringan;
(2) penghindaran terhadap cekaman kekeringan (drought avoidance), tanaman
akan mempertahankan status air dalam jaringan dengan meningkatkan absorbsi
oleh akar dan mengurangi laju kehilangan air lewat tajuk; (3) toleransi terhadap
kekeringan (drought tolerance), tanaman tetap dapat melangsungkan
metabolismenya pada kondisi status air yang rendah dengan mengakumulasi
senyawa terlarut. Akumulasi senyawa terlarut pada tanaman bertujuan agar
tanaman dapat mempertahankan turgor sel tetap tinggi, sehingga tetap dapat
melangsungkan aktivitas tanaman.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Penelitian dilaksanakan di rumah kaca kebun pecobaan IPB Cikabayan,
Darmaga, Bogor pada bulan Maret sampai Juni 2008. Pengamatan respon
tanaman terhadap stres air dilakukan di Laboratorium Hortikultura, Laboratorium
Ekofis dan Laboratorium RGCI Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat


Bahan tanaman yang digunakan adalah benih melon (Cucumis melo L.)
tipe H52 (Bright Meta) dari PKBT IPB, Carbofuran, pupuk NPK, pupuk KNO3,
Gandasil, tanah dan pupuk kandang. Alat-alat yang digunakan adalah tray,
polybag dengan ukuran 40 cm x 50 cm, kawat dan tali sebagai pengganti ajir,
ember, timbangan, refraktometer, meteran, penetrometer, RHS colour chart,
jangka sorong, dan buret.

Metode Penelitian
Perlakuan stres air dilakukan dengan tidak memberikan pengairan pada
tanaman selama 6 hari pada fase vegetatif (2 MST) dan selama 3 hari pada fase
generatif (4 MST) dan pada fruitset (6 MST). Perlakuan stres air yang diberikan
tidak dilakukan bersamaan dengan pemupukan ( 2 hari menjelang perlakuan stres
pemupukan dihentikan).
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
satu faktor, 3 ulangan, yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu P1 kontrol, P2 perlakuan
stres air pada fase vegetatif (16 HST), P3 perlakuan stres air pada fase generatif
(28 HST) dan P4 perlakuan stres air pada fruitset (42 HST). Setiap satuan
percobaan terdiri dari 6 tanaman sehingga total terdapat 72 tanaman. Bagan petak
penanaman (Gambar Lampiran 1).
Model statistika yang digunakan sebagai berikut:
Yij = + i + j + ij
Keterangan:
Yij =Nilai pengamatan (respon) perlakuan jenis ke-i pada ulangan ke-j
= Nilai tengah populasi
i = Pengaruh perlakuan strees air pada taraf ke-i (i=1,2,3,.....dst)
j = Pengaruh kelompok ke-j (j=1,2,3.....dst)
ij = Pengaruh galat percobaan perlakuan jenis ke-i pada ulangan ke-j
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical
Analysis Sistem). Jika terdapat pengaruh yang nyata pada uji F maka dilakukan uji
beda nilai tengah menggunakan uji Tukey pada taraf 5%.

Pelaksanaan

Persiapan Persemaian, Media Tanam


Media semai yang digunakan adalah vermicomposting dari UF sedangkan
untuk media tanam menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1. Campuran tanah dan pupuk kandang yang digunakan adalah
3-4 kg/polybag.

Penyemaian dan transplanting


Benih melon ditanam dengan kedalaman 3 4 cm setelah direndam dalam
larutan Carbofuran selama 2 jam dengan konsentrasi 0.5 mg/L. Setiap lubang
tray berisi 1 benih melon. Transplanting dilakukan bila tanaman telah tumbuh
dua pasang daun sejati (3 minggu).

Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk buatan berupa: Pemupukan I (7 HST) berupa
pupuk NPK konsentrasi 20 g/l sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman.
Pemupukan susulan II (14 HST) berupa pupuk NPK konsentrasi 40 g/L sebanyak
200 ml larutan pupuk/tanaman. Pemupukan susulan III (21 HST atau menjelang
pembungaan) berupa pupuk NPK konsentrasi 20 g/l sebanyak 200 ml larutan
pupuk/tanaman. Pemupukan susulan IV (28 HST atau setelah pembungaan)
berupa pupuk NPK konsentrasi 20 g/l sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman.
Pada umur 45 HST ditambahkan pupuk KNO3 dengan cara disiramkan di sekitar
tanaman dengan konsentrasi 1 g/l air sebanyak 200 ml larutan/tanaman.
Pemupukan tambahan diberikan dengan pupuk Gandasil 5-10 g/l
sebanyak 100 ml per tanaman.

Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi; menjaga sanitasi rumah kaca,
pengajiran, pengenalian OPT dan irigasi dilakukan setiap hari (kapasitas lapang)
kecuali pada saat diberikan perlakuan stres air.

Pengamatan
Peubah yang diamati pada fase vegetatif :
1. Tinggi tanaman (cm), hingga tanaman berumur 4 MST.

2. Jumlah buku, hingga tanaman berumur 4 MST.

3. Panjang ruas rata-rata (cm) dengan membagi tinggi tanaman dengan


jumlah buku.

4. Diameter batang (mm), ruas yang diamati ke-2 dari bawah (1 MST), daun
ke-6 dari bawah (2 MST), daun ke-12 dari bawah (3 MST) dan daun ke-16
dari bawah (4 MST).

5. Luas permukaan daun (cm2) dengan gravimetri. Daun yang diamati adalah
daun ke-2 dari bawah (1 MST), daun ke-6 dari bawah (2 MST), daun
ke-12 dari bawah (3 MST) dan daun ke-16 dari bawah (4 MST).

6. Tebal daun (m), daun ke-4 dari bawah (2 MST), daun ke-8 dari bawah
(3 MST) dan daun ke-12 dari bawah (4 MST).

7. Bobot kering tajuk (g).

8. Bobot kering akar (g).


Peubah yang diamati pada pembungaan dan fruitset :
1. Umur berbunga jantan (HST), dihitung mulai dari pertama kali muncul
bunga jantan.

2. Umur berbunga hemaprodit (HST), dihitung mulai dari pertama kali


muncul bunga hemaprodit.

3. Jumlah bunga hemaprodit .

4. Panjang buah (cm).

5. Diameter buah (mm), secara duplo.

6. Lingkar buah (cm).

7. Berat buah (g).

8. Tebal daging buah (mm)

9. Tebal kulit buah (mm).

10. Padatan terlarut total (PTT), dengan refraktometer.

11. Total asam tertitrasi (TAT), dengan cara daging buah melon dihaluskan
lalu diambil 10g dan diencerkan dengan aquades hingga 100ml (disaring).
Larutan buah melon diambil sebanyak 20ml dan ditambahkan 3 tetes
indikator phenophtalein (pp) lalu dititrasi dengan NaOH 0.1 N dilakukan
secara duplo.

dihitung:
ml NaOH x N NaOH x fp x 40
% TAT =
mg contoh

Ket: ml NaOH : banyaknya NaOH yang digunakan


N NaOH : konsentrasi NaOH
fp : faktor pengenceran (100/10)
mg : bobot hancuran melon yang digunakan

12. Warna kulit buah, dengan menggunakan RHS colour chart.

13. Warna daging buah, dengan menggunakan RHS colour chart.

14. Umur panen buah (HST).


HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi umum
Suhu rata-rata rumah kaca pada pukul 09.00 10.00 WIB adalah 42 oC
dengan kelembapan rata-rata 43.91%. Pada suhu ini kurang optimum bagi
pertumbuhan tanaman melon yang baik tumbuh pada suhu 18 oC -24 oC. Terlebih
lagi ketersediaan sinar matahari yang kurang (gelap) dibandingkan rumah kaca
yang lain meskipun tidak dilakukan pengukuran intensitas sinar matahari.

Gambar 1. Kondisi umum rumah kaca

Hama yang menyerang tanaman melon dalam penelitian ini adalah kutu
daun (Bemisia tabacci). Serangan kutu daun terjadi mulai pada 3 MST hingga
panen meskipun telah dikendalikan menggunakan insektisida. Namun serangan
kutu daun ini tidak menyebabkan kerusakan yang berarti.
Dari kondisi yang kurang optimum ini diperoleh bentuk buah normal,
malformasi, tidak berbuah dan busuk berturut-turut sebesar 34.7%, 55.6%, 8.3%,
dan 1.4%.
Normal Malformasi Malformasi
Gambar 2. Buah melon tanpa perlakuan stres air (kontrol)

Normal Malformasi Malformasi

Gambar 3. Buah melon dengan perlakuan stres air pada fase vegetatif

Normal Malformasi Malformasi


Gambar 4. Buah melon dengan perlakuan stres air pada fase pembungaan

Malformasi Normal Malformasi


Gambar 5. Buah melon dengan perlakuan stres air pada fruitset
Hasil
Rata-rata kadar air tanah kapasitas lapang adalah 29.45%. Pada perlakuan
stres air pada fase vegetatif, tanaman menunjukan gejala layu sementara pada
kadar air 25.63% Pada fase generatif tanaman layu sementara pada kadar air
21.62% sedangkan pada pembentukan buah pada kadar air 24.37% tanaman
mengalami layu sementara (Tabel 1).

Tabel 1. Persentase kadar air tanah


Kadar air (%)
Perlakuan
Tanaman stres Mati
Stres vegetatif 25.63 14.55
Stres pembungaan 21.62 12.77
Stres fruitset 24.37 12.15

Stres air secara umum cenderung menghambat pertumbuhan dan


menurunkan produksi tanaman melon (Tabel Lampiran 1). Walaupun tidak
berpengaruh nyata terhadap rasio bobot keringakar/tajuk, namun stres air
cenderung meningkatkan rasio bobot kering akar/tajuk sebesar 12.38% pada stres
vegetatif (P2), 42.62% pada stres pembungaan (P3) dan 48.3% pada stres fruit set
(P4) dibanding kontrol (P1) (Gambar 6).

Gambar 6. Pengaruh stres air terhadap rasio bobot kering akar / bobot kering tajuk

Peningkatan rasio bobot kering akar tajuk berarti peningkatan bobot kering
akar sebesar 33.21% pada stres vegetatif (P2), 46.72% pada stres pembungaan
(P3) dan 74.45% pada stres fruitset (P4) dibanding kontrol (P1) (Gambar 7).
Peningkatan bobot kering akar menyebabkan penurunan pertumbuhan tajuk
sehingga komponen peubah pertumbuhan tajuk seperti: luas permukaan daun,
tebal daun dan diameter batang terjadi penurunan juga (Tabel Lampiran 1).
Pertumbuhan tanaman yang terhambat ini berpotensi menurunkan produksi
tanaman melon.

Gambar 7. Pengaruh stres air terhadap bobot kering akar

Stres air pada fase vegetatif tanaman melon (P2) secara nyata
(Tabel lampiran 2) menurunkan diameter batang sebesar 3.86% (Gambar 8),
luas permukaan daun (Tabel lampiran 3) sebesar 16.99% (Gambar 9), dan
cenderung menurunkan tebal daun sebesar 7.96% dibanding kontrol (P1)
(Gambar 10).

Gambar 8. Pengaruh stres air terhadap diameter batang melon


Gambar 9. Pengaruh stres air terhadap luas permukaan daun melon

Gambar 10. Pengaruh stres air terhadap tebal daun melon

Dari gambar di atas, penurunan diameter batang dan luas daun


mempengaruhi metabolisme tanaman dan menghambat pertumbuhan vegetatif.
Pertumbuhan vegetatif yang buruk akan menghambat pertumbuhan generatif
tanaman: jumlah bunga betina (Gambar 11) dan berpotensi menurunkan hasil
(Gambar 12).
Gambar 11. Pengaruh stres air terhadap jumlah bunga betina

Gambar 12. Pengaruh stres air terhadap bobot buah melon

Stres air cenderung menurunkan produksi sebesar 9.49% pada perlakuan


stres vegetatif (P2), 16.05% pada perlakuan stres pembungaan (P3) dan 12.85%
pada perlakuan stres fruitset (P4) bila dibandingkan dengan kontrol (P1),
meskipun tidak berbeda secara statistik.

Pembahasan
Pengaruh stres air yang dapat diketahui secara fisik adalah tanaman
mengalami layu sementara dan dapat menyebabkan kematian (Pasarakli, 1999).
Tabel 1 menunjukkan bahwa stres air pada fase vegetatif tanaman melon lebih
cepat mengalami layu sementara dan mati daripada fase generatif. Hal ini diduga
karena pada masa pertumbuhan tanaman, jaringan tanaman yang terbentuk masih
sangat muda dan belum dapat beradaptasi dengan baik, sedangkan dalam fase
generatif jaringan tanaman sudah kompleks.

A B

Gambar 8. Pengaruh stres air terhadap tanaman melon pada 2 MST,


A : kontrol dan B : stres pada fase vegetatif

Peningkatan rasio bobot kering akar/tajuk (Gambar 6) akibat stres air


disebabkan karena peningkatan bobot kering akar (Gambar 7). Peningkatan bobot
kering akar akibat stres air disebabkan oleh respon tanaman agar dapat menyerap
air lebih efektif (Salisbury and Ross, 1992) dengan meningkatkan luas daerah
penyebaran akar dan volume akar (Islami dan Wani, 1995).

A B

Gambar 9. Pengaruh stres air terhadap luas permukaan daun pada 2 MST,
A : kontrol dan B : stres pada fase vegetatif

Penurunan luas permukaan daun dan tebal (Gambar 9 dan Gambar 10)
daun mendorong penurunan aktivitas fotosintesis (Pasarakli, 1999). Penurunan
aktivitas fotosintesis berarti berkurangnya hasil fotosintat yang cenderung
mengakibatkan menurunnya jumlah bunga betina (Gambar 11) dan hasil tanaman
atau bobot buah sesuai dengan gambar 12 (Islami dan Wani, 1995).
Peningkatan bobot kering akar per bobot kering tajuk (Pasarakli, 1999)
berarti hasil fotosintat tanaman sebagian besar dialokasikan ke akar, sehingga
suplai fotosintat ke bagian tajuk menurun. Penurunan jumlah fotosintat pada tajuk
menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun baru yang terbentuk tidak tumbuh
sempurna atau luas permukaan daun menurun (Kozlowski dalam Islami dan Wani
(1995)), tebal daun dan diameter batang (Pasarakli, 1999).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Stres air dapat meningkatkan rasio bobot kering akar dan menurukan
diameter batang, luas permukaan daun dan tebal daun. Penurunan variabel
vegetatif menginduksi penurunan produksi sebesar 9.49% pada perlakuan stres
vegetatif (P2), 16.05% pada perlakuan stres pembungaan (P3) dan 12.85% pada
perlakuan stres fruitset (P4). Secara umum terdapat kecenderungan bahwa stres
air dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon.

Saran

1. Stres air sebaiknya dihindarkan dalam budidaya tanaman melon karena


dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil terutama pada fase
pembungaan.
2. Stres air sebaiknya dihindarkan pada fase vegetatif karena dapat
menyebabkan kematian dini.
3. Perlu adanya optimalisasi kondisi lingkungan tumbuh agar respon tanaman
terhadap perlakuan stres air lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Dedywiryanto, Y. 2006. Respon Bibit dan Kajian Karakter Ketahanan terhadap


Cekaman Kekeringan pada Kelapa Sawit. Skripsi. Pemuliaan Tanaman
dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. PT Gramedia.


199 hal.

Direktorat Tanaman Buah. 2004. Standar Pelaksanaan Operasi Melon.


Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, Departeman Pertanian.
Jakarta.

Fabeiro, C., F. Martin de Santa Olalla and J. A. De Juan. 2001. Production of


muskmelon (Cucumis melo L.) under controlled deficit irrigation in a
semi-arid climate. Spanyol. University of Castilla-La-Mancha.
In: Agricultural Water Management 54 (2002). 93-105 p.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.


195 hal.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. World Vegetables Principles, Production and


Nutritive. Herison, C. 1997. Terjemahan: Sayuran Dunia 3: Prinsip,
Produksi dan Gizi. Edisi ke-2. Universitas Bengkulu. ITB. Bandung.
635 hal.

Imdad, Heri Purwanto dan Abdjad Asih Nawangsih. 2001. Sayuran Jepang.
Cetakan III. PT Penebar Swadaya, IKAPI. 220 hal.

Islami, Titiek. dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.
Semarang. IKIP Semarang Press.

Lubis, Khairunisa. 2000. Tanggap Tanaman terhadap Kekurangan Air. Library.


Usu.ac.id. Dari : http://library.usu.ac.id/download/fp/fp-khairunisa2.html.
(23 Oktober2007).

Oktafianti, Y. D. 2006. Evaluasi Karakter Hortikultura Enam Hibrida Melon


(Cucumis melo L.) Seri III Hasil Pemuliaan Pusat Kajian Buah Buahan
Tropika (PKBT) IPB. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pasarakli, M. 1999. Handbook of Plant and Crop Stres. University of


Arizona.Marcel Dekker Inc; New York. 1254 p.
Rahardjo, Ayuningtyas. 2007. Uji Karakterisrik Hortikultura Enam Genotip
Melon (Cucumis melo L.) dalam Sistem Hidroponik. Skripsi. Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Bogor. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 45 hal.

Salisbury F. B. and Ross C. W . 1992. Plant Physiology. 4th edition.


Wadsworth Inc.

Wudiri, B. B. and Henderson, D.W. 1985. Effects of water Stres on Flowering and
Fruitset in Processing-tomatoes. Scientia Horticulturae, 27. In: Elsevier
Science Publisher B.V. Netherlands. 189 198 p.

Yamaguchi, M. 1983. World Vegetables Principles, Production and Nutritive.


Westport, Connecticut. The Avi Publishing Company, Inc. 415 p.
LAMPIRAN
Gambar Lampiran 1. Bagan petak penanaman

U1 U2 U3

P1T1 P1T2 P2T1 P2T2 P3T1 P3T2


P1T3 P1T4 P2T3 P2T4 P3T3 P3T4
P1T5 P1T6 P2T5 P2T6 P3T5 P3T6
P3T1 P3T2 P4T1 P4T2 P1T1 P1T2
P3T3 P3T4 P4T3 P4T4 P1T3 P1T4
P3T5 P3T6 P4T5 P4T6 P1T5 P1T6
P4T1 P4T2 P1T1 P1T2 P2T1 P2T2
P4T3 P4T4 P1T3 P1T4 P2T3 P2T4
P4T5 P4T6 P1T5 P1T6 P2T5 P2T6
P2T1 P2T2 P3T1 P3T2 P4T1 P4T2
P2T3 P2T4 P3T3 P3T4 P4T3 P4T4
P2T5 P2T6 P3T5 P3T6 P4T5 P4T6

Keterangan :
P1 : Kontrol
P2 : Tanaman dengan perlakuan stres air pada fase vegetatif ( pertumbuhan )
P3 : Tanaman dengan perlakuan pada fase generatif ( perkembangbiakan )
P4 : Tanaman dengan perlakuan stres air pada fase fruitset ( pembentukan
buah )
U : Ulangan ke-1,2 dan 3
T : Tanaman ke-1,2,3,...
28

Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi pengaruh stres air terhadap nilai rata-rata dari
berbagai variabel
stres air stres air stres air
Variabel kontrol
vegetatif pembungaan fruitset
--------------- Fase vegetatif -------------

Diameter batang (mm) 4.66ab 4.48b


Tinggi tanaman (cm) 219.83 213.67
Jumlah buku 29.67 28.06
Panjang ruas rata-rata
(cm) 7.43 7.64
Luas permukaan daun
(cm2) 139.06ab 115.44b
Tebal daun (m) 4.27 3.93
-------------- Fase generatif -------------
Umur berbunga jantan
(HST) 21.17 21.61 21.89
Umur berbunga betina
(HST) 30.90 33.17 27.36
Jumlah bunga betina 10.81 8.67 8.89
Bobot buah (g) 306.58 277.46 257.39 267.19
Umur panen (HST) 60.39 63.11 60.33 60.00
Tebal daging buah
(mm) 15.41 15.55 14.60 14.25
Tebal kulit buah (mm) 0.49 0.44 0.42 0.46
Kekerasan buah
(kg/detik) 20.17 20.43 20.39 20.63
PTT (o Brix) 7.33 7.21 7.52 7.50
TAT (%) 21.67 24.00 22.94 24.5
Panjang buah (cm) 9.66 9.53 9.65 9.33
Lingkar buah (cm) 24.73 24.28 23.69 22.54
Diameter buah (mm) 77.69 78.86 75.49 71.03
Bobot kering tajuk (g) 35.71 42.33 35.49 41.97
Bobot kering akar (g) 2.74 3.65 4.02 4.78
Ket : Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda
nyata pada uji Tukey taraf 5%
29

Tabel Lampiran 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Diameter Batang


Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
1 MST P 3 0.355 0.118 0.0757 tn
Ulangan 2 0.035 0.017 0.5895 tn
Galat 6 0.185 0.30
Total terkoreksi 11 0.576
KK 5.96
2 MST P 3 0.052 0.0175 0.7087 tn
Ulangan 2 0.057 0.0285 0.5001 tn
Galat 6 0.219 0.036
Total terkoreksi 11 0.329
KK 6.23
3 MST P 3 0.049 0.016 0.5272 tn
Ulangan 2 0.294 0.147 0.0239 *
Galat 6 0.119 0.019
Total terkoreksi 11 0.462
KK 3.24
4 MST P 3 0.307 0.102 0.0416 *
Ulangan 2 0.579 0.289 0.0048 **
Galat 6 0.117 0.019
Total terkoreksi 11 1.004
KK 3.00
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam
30

Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Luas permukaan daun


Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
1 MST P 3 1292.030 430.6766 0.1386 tn
Ulangan 2 379.325 189.662 0.3669 tn
Galat 6 955.821 159.303
Total terkoreksi 11 2627.1768
KK 21.79
2 MST P 3 3799.301 1266.433 0.0456 *
Ulangan 2 319.973 159.986 0.5649 tn
Galat 6 1525.123 254.308
Total terkoreksi 11 5645.123
KK 12.37
3 MST P 3 1932.026 644.008 0.2154 tn
Ulangan 2 611.058 305.529 0.4383 tn
Galat 6 1930.959 321.826
Total terkoreksi 11 4474.044
KK 10.06
4 MST P 3 1669.925 556.641 0.0440 *
Ulangan 2 11355.129 5677.564 0.0002 **
Galat 6 659.066 109.844
Total terkoreksi 11 13684.121
KK 7.73
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam
31

Tabel Lampiran 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah buku


Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
0 MST P 3 0.119 0.039 0.6101 tn
Ulangan 2 0.060 0.030 0.6319 tn
Galat 6 0.366 0.61
Total terkoreksi 11 0.547
KK 8.81
1 MST P 3 1.435 0.478 0.1498 tn
Ulangan 2 0.113 0.056 0.7480 tn
Galat 6 1.116 0.186
Total terkoreksi 11 2.666
KK 8.04
2 MST P 3 1.240 0.413 0.5636 tn
Ulangan 2 3.357 1.678 0.1237 tn
Galat 6 3.333 0.555
Total terkoreksi 11 7.932
KK 6.52
3 MST P 3 5.721 1.907 0.2302 tn
Ulangan 2 9.858 4.929 0.0544 tn
Galat 6 6.013 1.002
Total terkoreksi 11 21.593
KK 4.94
4 MST P 3 7.867 2.622 0.0981 tn
Ulangan 2 7.897 3.933 0.0530 tn
Galat 6 4.732 0.788
Total terkoreksi 11 20.467
KK 3.05
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

32

Tabel Lampiran 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Tinggi Tanaman


Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
1 MST P 3 1.982 0.660 0.5406 tn
Ulangan 2 4.445 2.22 0.1483 tn
Galat 6 4.998 0.833
Total terkoreksi 11 11.426
KK 11.80
2 MST P 3 61.552 20.517 0.5384 tn
Ulangan 2 0.231 0.115 0.9955 tn
Galat 6 154.226 25.704
Total terkoreksi 11 216.011
KK 15.36
3 MST P 3 310.601 103.533 0.5047 tn
Ulangan 2 450.166 225.083 0.2293 tn
Galat 6 710.282 118.380
Total terkoreksi 11 147.050
KK 11.24
4 MST P 3 615.314 205.044 0.4192 tn
Ulangan 2 379.234 189.617 0.4166 tn
Galat 6 1118.761 186.460
Total terkoreksi 11 2113.130
KK 8.96
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

33

Tabel Lampiran 6. Rekapitulasi Sidik Ragam Ruas batang rata-rata


Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
0 MST P 3 0.544 0.181 0.3785 tn
Ulangan 2 0.781 0.390 0.1502 tn
Galat 6 0.887 0.147
Total terkoreksi 11 2.213
KK 13.51
1 MST P 3 12.307 4.102 0.0687 tn
Ulangan 2 0.766 0.383 0.7005 tn
Galat 6 6.087 1.014
Total terkoreksi 11 19.162
KK 15.69
2 MST P 3 0.709 0.236 0.5224 tn
Ulangan 2 0.413 0.206 0.5203 tn
Galat 6 1.700 0.283
Total terkoreksi 11 2.823
KK 6.36
3 MST P 3 0.193 0.064 0.7411 tn
Ulangan 2 0.107 0.053 0.7155 tn
Galat 6 0.907 0.151
Total terkoreksi 11 1.208
KK 5.18
4 MST P 3 0.228 0.076 0.1055 tn
Ulangan 2 0.128 0.064 0.1474 tn
Galat 6 0.143 0.023
Total terkoreksi 11 0.500
KK 2.04
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

34

Tabel Lampiran 7. Rekapitulasi Sidik Ragam Tebal Daun


Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
2 MST P 3 7.302 2.434 0.7102 tn
Ulangan 2 2.985 1.492 0.7567 tn
Galat 6 30.665 5.109
Total terkoreksi 11 40.942
KK 63.22
3 MST P 3 4.568 1.522 0.0726 tn
Ulangan 2 1.433 0.716 0.2370 tn
Galat 6 2.327 0.387
Total terkoreksi 11 8.330
KK 12.42
4 MST P 3 0.346 0.115 0.7491 tn
Ulangan 2 0.260 0.130 0.6484 tn
Galat 6 1.673 0.278
Total terkoreksi 11 2.280
KK 12.57
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

35

Tabel Lampiran 8. Rekapitulasi Sidik Ragam Periode Bunga Jantan


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 0.907 0.302 0.8622 tn
Ulangan 2 3.291 1.645 0.3321 tn
Galat 6 7.412 1.235
Total terkoreksi 11 11.611
KK 5.16

Tabel Lampiran 9. Rekapitulasi Sidik Ragam Periode Bunga Betina


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 62.164 20.721 0.2205 tn
Ulangan 2 22.003 11.001 0.4082 tn
Galat 6 63.222 10.537
Total terkoreksi 11 147.390
KK 10.46

Tabel Lampiran 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Bunga Betina


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 8.821 2.940 0.2491 tn
Ulangan 2 36.663 18.331 0.0095 **
Galat 6 9.858 1.643
Total terkoreksi 11 55.342
KK 13.39
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

36

Tabel Lampiran 11. Rekapitulasi Sidik Ragam Bobot Buah


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 4067.30 1355.76 0.4982 tn
Ulangan 2 9549.39 4774.69 0.116 tn
Galat 6
Total terkoreksi 11
KK 14.08

Tabel Lampiran 12. Rekapitulasi Sidik Ragam Umur Panen


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 6.490 2.163 0.0912 tn
Ulangan 2 44.032 22.016 0.0005 **
Galat 6 3.745 0.6242
Total terkoreksi 11 54.268
KK 1.31

Tabel Lampiran 13. Rekapitulasi Sidik Ragam Kekerasan


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 0.311 0.103 0.9212 tn
Ulangan 2 4.208 2.104 0.1140 tn
Galat 6 3.962 0.660
Total terkoreksi 11 8.482
KK 3.98
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

37

Tabel Lampiran 14. Rekapitulasi Sidik Ragam Diameter buah


Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
5 MST P 3 94.759 31.586 0.4261 tn
Ulangan 2 439.491 219.745 0.0233 *
Galat 6 175.561 29.260
Total terkoreksi 11 709.812
KK 18.48
6 MST P 3 35.426 11.808 0.5124 tn
Ulangan 2 116.302 58.151 0.0718 tn
Galat 6 82.707 13.784
Total terkoreksi 11 234.437
KK 7.84
7 MST P 3 83.819 27.939 0.5396 tn
Ulangan 2 52.674 26.337 0.5120 tn
Galat 6 210.713 35.118
Total terkoreksi 11 347.207
KK 11.39
8 MST P 3 107.544 35.848 0.3505 tn
Ulangan 2 10.852 5.426 0.8234 tn
Galat 6 162.173 27.028
Total terkoreksi 11 280.570
KK 6.86
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

38

Tabel Lampiran 15. Rekapitulasi Sidik Ragam PTT


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 0.1872 0.0624 0.8375 tn
Ulangan 2 0.8105 0.4054 0.2401 tn
Galat 6 1.3317 0.2219
Total terkoreksi 11 2.3298
KK 6.37

Tabel Lampiran 16. Rekapitulasi Sidik Ragam TAT


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 14.166 4.722 0.8653 tn
Ulangan 2 159.643 79.821 0.0766 tn
Galat 6 117.874 19.645
Total terkoreksi 11 291.685
KK 19.04

Tabel Lampiran 17. Rekapitulasi Sidik Ragam Warna Daging Buah


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 0.193 0.064 0.4397 tn
Ulangan 2 0.30 0.15 0.7915 tn
Galat 6 0.371 0.061
Total terkoreksi 11 0.595
KK 18.27
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

39
Tabel Lampiran 18. Rekapitulasi Sidik Ragam Warna Kulit
Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 0.260 0.086 0.372 tn
Ulangan 2 0.143 0.071 0.412 tn
Galat 6 0.417 0.069
Total terkoreksi 11 0.821
KK 18.13

Tabel Lampiran 19. Rekapitulasi Sidik Ragam Tebal Kulit


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 0.008 0.002 0.3925 tn
Ulangan 2 0.002 0.001 0.6696 tn
Galat 6 0.014 0.002
Total terkoreksi 11 0.024
KK 10.74

Tabel Lampiran 20. Rekapitulasi Sidik Ragam Tebal Daging Buah


Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 3.569 1.189 0.2537 tn
Ulangan 2 0.144 0.072 0.9002 tn
Galat 6 4.047 0.674
Total terkoreksi 11 7.760
KK 5.49
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

40
Tabel Lampiran 21. Rekapitulasi Sidik Ragam Panjang Buah
Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
5 MST P 3 6.157 2.052 0.3960 tn
Ulangan 2 14.644 7.322 0.0731 tn
Galat 6 10.51 1.753
Total terkoreksi 11 31.322
KK 27.52
6 MST P 3 1.113 0.371 0.4238 tn
Ulangan 2 1.095 0.547 0.2767 tn
Galat 6 2.049 0.341
Total terkoreksi 11 4.258
KK 8.49
7 MST P 3 1.309 0.436 0.4959 tn
Ulangan 2 0.091 0.045 0.9115 tn
Galat 6 2.924 0.487
Total terkoreksi 11 4.326
KK 9.37
8 MST P 3 0.203 0.067 0.9838 tn
Ulangan 2 0.867 0.433 0.7380 tn
Galat 6 8.142 1.357
Total terkoreksi 11 9.213
KK 12.21
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

41
Tabel Lampiran 22. Rekapitulasi Sidik Ragam Lingkar Buah
Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
5 MST P 3 37.898 12.632 0.2464 tn
Ulangan 2 58.866 29.433 0.0722 tn
Galat 6 41.995 6.999
Total terkoreksi 11 138.760
KK 28.26
6 MST P 3 3.874 1.291 0.4259 tn
Ulangan 2 11.567 5.783 0.0561 tn
Galat 6 7.172 1.195
Total terkoreksi 11 22.614
KK 7.05
7 MST P 3 6.854 2.284 0.4211 tn
Ulangan 2 2.019 1.009 0.6388 tn
Galat 6 12.530 2.088
Total terkoreksi 11 21.404
KK 8.61
8 MST P 3 8.058 2.686 0.2877 tn
Ulangan 2 6.564 3.282 0.2238 tn
Galat 6 10.145 1.690
Total terkoreksi 11 24.768
KK 5.46

Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam

Anda mungkin juga menyukai