Oleh:
Oleh:
Menyetujui,
Mengetahui,
Stres air terjadi ketika evapotranspirasi lebih tinggi daripada absorbsi air.
Stres air mempengaruhi fase vegetatif dan generatif tanaman tergantung dari
masing-masing tanaman. Stres air secara umum dapat menghambat dan
menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari respon pertumbuhan dan
perkembangan tanaman melon H-52 terhadap stres air. Penelitian dilaksanakan di
rumah kaca Cikabayan, Institut Pertanian Bogor.
Rancangan Acak Lengkap 1 faktor dengan 3 ulangan digunakan dalam
penelitian ini. Perlakuan stres air terdiri dari 4 perlakuan yaitu : kontrol atau tanpa
stres air (P1), stres air pada fase vegetatif (P2), stres air pada pembentukan bunga
(P3) dan stres air pada fruitset (P4).
Stres air dapat meningkatkan rasio bobot kering akar per bobot kering
tajuk, menurunkan luas permukaan daun dan diameter batang. Terdapat
kecenderungan bahwa stres air menurunkan bobot buah 9.49% pada P2, 16.05%
pada P3 dan 12.85% pada P4.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 12 April 1986 di kota Magetan, Jawa Timur.
Pada tahun 1990 penulis mulai belajar di Taman Kanakkanak (TK)
Candra Kirana Magetan. Tahun 1992 penulis diterima di SDN Magetan II
Magetan. Selama 6 tahun di Sekolah Dasar ini penulis berhasil lulus pada tahun
1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 4 Magetan. Setelah lulus dari SLTP pada tahun
2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I
Magetan dan lulus pada tahun 2004. Selama di SLTP dan SMA, penulis aktif
dalam kegiatan ekstrakurikuler Bola Basket dan sering memenangkan kejuaraan
daerah atas nama sekolah yang bersangkutan. Pada tahun 2002 penulis termasuk
dalam Tim Bola Basket Putri Magetan mewakili daerah Magetan dalam Pekan
Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Jawa Timur.
Pada tahun 2004 penulis diterima menjadi salah satu mahasiswi di Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada Fakultas Pertanian dengan Program Studi
Hortikultura melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswi IPB, penulis aktif
mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Basket. Tim bola basket
penulis berhasil mendapatkan beberapa kali juara I pertandingan bola basket putri
antar Jurusan , juara II pertandingan bola basket putri antar Departemen Fakultas
Pertanian (Faperta), juara III pada Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2005
dan juara II OMI pada tahun 2006 atas nama Faperta. Pada tahun 2007 penulis
termasuk dalam tim bola basket putri IPB untuk Liga Basket Mahasiswa
(LIBAMA) tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas berkah, rahmat dan karunia Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Melon (Cucumis melo L.) terhadap
Stres Air ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir dalam rangka
menyelesaikan program sarjana.
Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada ;
1. Dr Ir Adiwirman, MS sebagai dosen pembimbing I dan Dr Ir Winarso D.
Widodo, MS sebagai dosen pembimbing II atas bimbingan, kesabaran,
motivasi dan waktunya.
2. Ir Diny Dinarti, MSi sebagai dosen pembimbing akademik.
3. Semua pihak yang membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini berguna bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................... 1
Tujuan............................................................................................ 2
Hipotesis......................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
Melon.............................................................................................. 3
Melon Bright Meta (H52)............................................................... 7
Hubungan Air dan Tanaman............................................................. 8
Stres Air............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 24
LAMPIRAN............................................................................................. 26
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Persentase kadar air tanah..................................................................... 17
Lampiran
Nomor Halaman
Teks
Lampiran
Latar belakang
Melon merupakan salah satu tanaman yang penting di Indonesia, namun
belum tersedia di pasar secara stabil. Produksi melon di Indonesi pada
tahun 2002 sebesar 59 106 ton, tahun 2003 sebesar 70 560 ton, tahun 2004
sebesar 47 664 ton dan tahun 2005 sebesar 58 440 ton1. Dapat terlihat dari data
tersebut bahwa nilai produksi melon di Indonesia mengalami fluktuaksi, hal ini
diduga karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melon kurang optimal. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melon salah satunya adalah air.
Air merupakan unsur yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian
besar tubuh tanaman terdiri dari air, kurang lebih sekitar 70% - 90%.
Banyak aktivitas tanaman yang ditentukan oleh sifat air dan bahan terlarut dalam
air (Salisbury dan Ross, 1992).
Stres air merupakan suatu kondisi ketika tanaman tidak mampu menyerap
air untuk menggantikan kehilangan akibat transpirasi2. Perlakuan stres air perlu
diteliti karena memberikan efek yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang berbeda. Stres air dapat juga menurunkan produksi
tanaman buah-buahan. Menurut Islami dan Wani (1995) pertumbuhan dan
perkembangan sel tanaman akan terhambat jika tanaman mengalami stres air.
Hal tersebut dapat mengganggu metabolisme karbohidrat, protein, zat pengatur
tumbuh dan translokasi fotosintat pada tanaman. Terganggunya metabolisme
tanaman dapat menyebabkan tumbuh kerdil dan daun yang baru terbentuk tidak
berkembang sempurna, sehingga menurunkan hasil dan kualitas buah.
Imdad dan Nawangsih (2001) menjelaskan bahwa pada fase vegetatif tanaman
mentimun yang kekurangan air akan tumbuh lambat, daun cepat tua, serta bunga
layu dan mudah rontok.
Menurut Wudiri dan Henderson (1985) jumlah bunga tomat Saladette
lebih banyak pada keadaan stres air sedangkan untuk buah tomat 7879 berbunga
sangat sedikit. Kondisi stres air ini juga dapat menghambat waktu pembuahan
tomat. Buah tomat Saladette dapat berbuah 18 hari setelah perlakuan stres air,
1
www.deptan.go.id
2
www.wikipedia.com
sedangkan untuk tomat 7879 yang diberikan perlakuan stres air tidak terjadi
pembuahan.
Menurut Fabeiro et al. (2001) stres air pada tanaman melon mempunyai
pengaruh yang berbeda-beda selama fase pertumbuhannya. Stres air yang terjadi
selama bunga melon mekar dapat menurunkan hasil produksi buah (kuantitas).
Stres air pada saat pembentukan buah mempengaruhi kualitas dan kuantitas buah,
sedangkan pada saat pematangan buah dapat meningkatkan kualitas buah
(kadar gula buah).
Dari berbagai pustaka di atas, pertumbuhan dan perkembangan berbagai
tanaman terhadap stres air menunjukan respon yang berbeda-beda. Oleh karena
itu perlu dipelajari pengaruh stres air terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman melon.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh stres air terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon.
Hipotesis
Stres air dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan produksi
tanaman melon.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani melon
Kantalup atau melon adalah tanaman semusim dengan bunga monoecious
dan kadang-kadang andromonoecious. Sistem perakaran biasanya luas namun
agak dangkal. Batang bersudut-sudut dengan sulur tunggal. Sebagian besar
kultivar tumbuh menjalar, introduksi kultivar tipe semak adalah perkembangan
yang boleh dikatakan baru (Yamaguchi, 1983).
Daun melon berbeda dengan daun mentimun, yaitu bentuknya agak
bundar, bulat telur, atau seperti ginjal, lebar sekitar 8 15 cm, dan memiliki lima
atau tujuh lengkuk dangkal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Bunga jantan terbentuk pada buku-buku batang tanaman. Bunga betina
dan hermaprodit tumbuh tunggal dengan tangkai yang gemuk dan pendek, tumbuh
pada ketiak daun yang berbeda. Bunga membuka hanya sekali pada pagi hari, dan
diserbuki oleh serangga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Ukuran, bentuk, warna, dan kekerasan kulit buah sangat beragam pada
berbagai tipe dan kultivar melon. Buah biasanya bulat atau bulat telur lonjong.
Permukaan buah rata, tidak berbulu, beberapa sangat bersudut dan yang lainnya
tertutup oleh jala-jala bergabus (retikulat). Jaringan pembuluh yang juga disebut
dengan urat, berupa lekukan memanjang atau strip pada permukaan buah yang
tidak berjala. Urat ini berkaitan dengan ikatan pembuluh angkut (vascular bundle)
dan tidak mudah terlihat pada buah yang sangat berjala. Permukaan buah paling
sering berwarna kuning atau hijau kecoklatan. Daging buah, yang sebenarnya
adalah dinding bakal buah (perikarp), juga sangat beragam ketebalan, warna, dan
teksturnya. Warna daging buah dapat putih, hijau, merah jambu, atau jingga.
Beberapa kultivar yang baru dikembangkan ketika matang sempurna, memiliki
daging buah dengan dua warna. Aroma pada melon disebabkan oleh berbagai
senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam, ester, yang terbentuk selama
pematangan; jumlah dan nisbah senyawa atsiri ini beragam pada berbagai grup
Cucumis melo, yang memberikan sifat aroma dan rasa yang berbeda-beda pula
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Sifat khusus kultivar melon tertentu adalah terbentuknya lapisan absisik
yang bersamaan dengan kematangan buah, dan memudahkan buah dipisahkan dari
batang (Yamaguchi, 1983). Sifat ini adalah petunjuk yang berguna sebagai tanda
eksternal kematangan buah saat panen. Buah melon menghasilkan biji dalam
jumlah yang sangat banyak, berwarna putih atau kusam, dan halus
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Budidaya
Prosedur budidaya melon sama dengan budidaya timun, walaupun
kebutuhan haranya lebih tinggi karena periode pertumbuhan melon yang lebih
panjang sehingga memerlukan hara dan air yang lebih banyak
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Benih ditanam sedalam 3 - 4 cm, dan jika tanah menghangat dengan suhu
lebih dari 20oC, kecambah dapat muncul dalam waktu satu minggu.
Melon biasanya tidak dipindah-tanam karena akar telanjang, bibit cabutan tidak
tumbuh dengan baik dan bibit berbumbungan mahal harganya. Namun, jika
digunakan benih hibrida yang mahal dan khususnya jika diproduksi di dalam
greenhouse atau bangunan pelindung lainnya, pindah tanam mungkin menjadi
lebih layak. Di Jepang dan beberapa negara lain, melon diproduksi dalam rumah
kaca (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Kecambah tanaman melon muncul pada 4 8 hari setelah penanaman.
Daun sejati tumbuh atau muncul setelah 5 6 hari setelah membukanya kotiledon,
lalu diikuti oleh pertumbuhan 2 4 tunas-tunas aksilar pada batang primer.
Cluster bunga jantan pertama muncul pada ruas buku yang ke 5 12 yaitu sekitar
30 50 hari setelah penanaman, diikuti munculnya bunga betina dan bunga
hermaprodit pada cabang sekunder. Penyerbukan bunga dibantu oleh serangga
terutama lebah. Setelah bunga diserbuki oleh bantuan serangga maka berlangsung
proses pembuahan. Perkembangan buah terjadi setelah 10 40 hari setelah bunga
mekar hingga buah melon mengalami pemasakan buah. Pemasakan buah melon
ini ditandai dengan bekembangnya ukuran buah, melunaknya buah, terdapat
senyawa aromatik, dan tangkai buah mudah patah sekitar 8 10 minggu setelah
tanam (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Buah yang lambat terbentuk (sering gugur) atau gagal mencapai ukuran
atau padatan terlarut (Soluble solids) dan rasa manis yang memadai adalah
penyebab rendahnya kinerja tanaman. Kadang kadang buah yang terbentuk
terlambat ini, dibiarkan matang untuk diambil bijinya.
Suhu ratarata optimum adalah 18oC sampai 24oC. Pertumbuhan tanaman
meningkat secara nyata jika terdapat intensitas cahaya tinggi. Selama periode
dingin, seperti matahari rendah di cakrawala, bedengan dibentuk miring ke arah
matahari untuk memanfaatkan tambahan cahaya dan suhu selama pertumbuhan
tanaman. Bedengan yang ditinggikan dan mulsa biasa digunakan untuk
meminimumkan sentuhan langsung buah terhadap air dan untuk meningkatkan
drainase; genangan air harus dihindari. Berbagai jenis mulsa, penutup barisan dan
sungkup panas kadangkadang digunakan untuk mempercepat pertumbuhan
tanaman (Yamaguchi, 1983).
Tanah yang dalam dan berdrainase yang baik adalah tanah yang paling
sesuai. Tanah bertekstur halus berpotensi lebih produktif, tetapi biasanya
cenderung menunda waktu matang. Melon peka terhadap tanah asam, pH tanah
terbaik harus berada antara 7 8.
Jarak tanam di lapangan sangat beragam, dari 30 cm x 200 cm hingga
60 cm x 200cm, yang menghasilkan populasi 15 00020 000 tanaman per hektar.
Pada produksi komersial, bahkan pada jarak tanam ini biasanya hanya satu atau
dua buah per tanaman yang akan memenuhi kualitas pasar dan sesuai untuk
dipanen. Untuk jarak tanam di Greenhouse dari 60 cm x 70cm hingga
60 cm x 100 cm. Jarak tanam dalam Greenhouse ini dapat pula disesuaikan
dengan luas Greenhouse yang tersedia. Tanaman melon dapat diletakan secara
zig-zag ataupun berpola persegi panjang (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Dalam pertumbuhanya, tanaman melon membutuhkan para-para atau ajir
untuk menopang berat tanaman dan buah serta sebagai arah rambatan. Dalam
rumah kaca atau Greenhouse dapat digunakan tali sebagai pengganti ajir.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon membutuhkan
suply nutrisi. Suply nutrisi ini diberika berupa pupuk buatan maupun alami.
Pupuk alami atau organik diperoleh dari kompos, kotoran ternak, kotoran unggas
maupun sisia-sisa organik lainya. Pemberian pupuk organik dapt dicampurkan
melalui medi dengan perbandingan 1 : 1 ataupun ditambahkan pada polybag 5 kg
pupuk tiap polybag (50 cm x 50 cm x 30 cm). Pupuk buatan berupa 100 kg urea,
200 kg TSP (267 kg SP-36), dan 100 kg KCl per hektar. Pupuk diberikan dua kali
pada umur dua minggu dan empat minggu setelah tanam
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Pemupukan dengan pupuk buatan berupa; Pemupukan susulan I (7 HST)
berupa pupuk NPK konsentrasi 20 g/L sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman.
Pemupukan susulan II (14 HST) berupa pupuk NPK konsentrasi 40 g/L sebanyak
200 ml larutan pupuk/tanaman. Pemupukan susulan III (21 HST/menjelang
pembungaan) berupa pupuk NPK konsentrasi 20 g/L sebanyak 200 ml larutan
pupuk/tanaman. Pemupukan susulan IV (28 HST/setelah pembungaan) berupa
pupuk NPK konsentrasi 20 g/L sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman. Pada
umur 45 HST ditambahkan pupuk KNO3 dengan cara disiramkan di sekitar
tanaman dengan konsentrasi 1 g/L air sebanyak 200 ml larutan/ tanaman3.
Menurut Herison (1997) untuk menghindari kontaminasi oleh penyakit
dari tanah (soil born disease) polybag diletakan tidak secara langsung pada tanah.
Hal ini dapat menggunakan bangku yang terbuat dari bambu atau papan dengan
ketinggian sekitar 2550 cm dari tanah, dengan lebar 100120 cm.
Beberapa hama yang menyerang tanaman melon; kutu kuning
(Myzus persicae) yang merupakan vektor virus mozaik (Cucumber Mozaic Virus),
kutu hijau (Aphis gossypii), tungau merah (Tetranychus sp.), dapat diatasi dengan
semprotan Temaron 0.2%. Ada pula penyakit yang menghambat pertumbuhan
melon seperti penyakit layu (Erwinia tracheiphila), busuk leher akar
(Fusarium oxysporum) dapat dicegah atau diatasi dengan Benlate 0.2%
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Kelembapan rendah biasanya mengurangi munculnya sebagian besar
penyakit daun. Penyakit daun menyebabkan kerontokan daun dan dapat
menyebabkan buah lebih mudah terbakar matahari. Untuk mengurangi buah yang
terbakar sinar matahari selama periode suhu sangat tinggi, kadangkadang
digunakan kain kasa untuk membungkus buah ketika menjelang matang.
Air merupakan unsur yang sangat penting bagi tanaman. Air berfungsi
sebagai pelarut, berperan dalam reaksi kimia, bahan mentah dalam fotosintesis
(Salisbury dan Ross, 1995) dan air menyusun sepertiga dari berat karbohidrat dan
protein pada tanaman (Harjadi, 1996).
Pergerakan air dalam tumbuhan dimulai dari absorbsi air dari permukaan
akar. Terjadinya absorbsi air dari akar tanaman karena adanya perbedaan
potensial air yang menyebabkan pompa xilem, aksi kapiler dan penarikan keatas
(Salisbury dan Ross, 1995). Jalur pergerakan air dalam tanaman terbagi
menjadi 2, yaitu: simplas dan apoplas. Simplas adalah pergerakan air melalui
plasmodesmata, sedangkan apoplas adalah pergerakan air melalui dinding sel
tanpa menembus membran sel (Salisbury dan Ross, 1995).
Konsumsi air pada tanaman terjadi karena adanya evapotranspirasi.
Evaporasi merupakan hilangnya air dari permukaan tanah sedangkan transpirasi
adalah hilangnya air dari tajuk tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi
transpirasi adalah sinar matahari, suhu, kelembapan, angin dan keadaan
air dalam tanah (Dwijoseputro, 1980). Apabila transpirasi lebih besar dari
absorbsi air maka tanaman mengalami gejala stres misalnya kelayuan dan dapat
menyebabkan kematian.
Stres air
Metode Penelitian
Perlakuan stres air dilakukan dengan tidak memberikan pengairan pada
tanaman selama 6 hari pada fase vegetatif (2 MST) dan selama 3 hari pada fase
generatif (4 MST) dan pada fruitset (6 MST). Perlakuan stres air yang diberikan
tidak dilakukan bersamaan dengan pemupukan ( 2 hari menjelang perlakuan stres
pemupukan dihentikan).
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
satu faktor, 3 ulangan, yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu P1 kontrol, P2 perlakuan
stres air pada fase vegetatif (16 HST), P3 perlakuan stres air pada fase generatif
(28 HST) dan P4 perlakuan stres air pada fruitset (42 HST). Setiap satuan
percobaan terdiri dari 6 tanaman sehingga total terdapat 72 tanaman. Bagan petak
penanaman (Gambar Lampiran 1).
Model statistika yang digunakan sebagai berikut:
Yij = + i + j + ij
Keterangan:
Yij =Nilai pengamatan (respon) perlakuan jenis ke-i pada ulangan ke-j
= Nilai tengah populasi
i = Pengaruh perlakuan strees air pada taraf ke-i (i=1,2,3,.....dst)
j = Pengaruh kelompok ke-j (j=1,2,3.....dst)
ij = Pengaruh galat percobaan perlakuan jenis ke-i pada ulangan ke-j
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical
Analysis Sistem). Jika terdapat pengaruh yang nyata pada uji F maka dilakukan uji
beda nilai tengah menggunakan uji Tukey pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk buatan berupa: Pemupukan I (7 HST) berupa
pupuk NPK konsentrasi 20 g/l sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman.
Pemupukan susulan II (14 HST) berupa pupuk NPK konsentrasi 40 g/L sebanyak
200 ml larutan pupuk/tanaman. Pemupukan susulan III (21 HST atau menjelang
pembungaan) berupa pupuk NPK konsentrasi 20 g/l sebanyak 200 ml larutan
pupuk/tanaman. Pemupukan susulan IV (28 HST atau setelah pembungaan)
berupa pupuk NPK konsentrasi 20 g/l sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman.
Pada umur 45 HST ditambahkan pupuk KNO3 dengan cara disiramkan di sekitar
tanaman dengan konsentrasi 1 g/l air sebanyak 200 ml larutan/tanaman.
Pemupukan tambahan diberikan dengan pupuk Gandasil 5-10 g/l
sebanyak 100 ml per tanaman.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi; menjaga sanitasi rumah kaca,
pengajiran, pengenalian OPT dan irigasi dilakukan setiap hari (kapasitas lapang)
kecuali pada saat diberikan perlakuan stres air.
Pengamatan
Peubah yang diamati pada fase vegetatif :
1. Tinggi tanaman (cm), hingga tanaman berumur 4 MST.
4. Diameter batang (mm), ruas yang diamati ke-2 dari bawah (1 MST), daun
ke-6 dari bawah (2 MST), daun ke-12 dari bawah (3 MST) dan daun ke-16
dari bawah (4 MST).
5. Luas permukaan daun (cm2) dengan gravimetri. Daun yang diamati adalah
daun ke-2 dari bawah (1 MST), daun ke-6 dari bawah (2 MST), daun
ke-12 dari bawah (3 MST) dan daun ke-16 dari bawah (4 MST).
6. Tebal daun (m), daun ke-4 dari bawah (2 MST), daun ke-8 dari bawah
(3 MST) dan daun ke-12 dari bawah (4 MST).
11. Total asam tertitrasi (TAT), dengan cara daging buah melon dihaluskan
lalu diambil 10g dan diencerkan dengan aquades hingga 100ml (disaring).
Larutan buah melon diambil sebanyak 20ml dan ditambahkan 3 tetes
indikator phenophtalein (pp) lalu dititrasi dengan NaOH 0.1 N dilakukan
secara duplo.
dihitung:
ml NaOH x N NaOH x fp x 40
% TAT =
mg contoh
Kondisi umum
Suhu rata-rata rumah kaca pada pukul 09.00 10.00 WIB adalah 42 oC
dengan kelembapan rata-rata 43.91%. Pada suhu ini kurang optimum bagi
pertumbuhan tanaman melon yang baik tumbuh pada suhu 18 oC -24 oC. Terlebih
lagi ketersediaan sinar matahari yang kurang (gelap) dibandingkan rumah kaca
yang lain meskipun tidak dilakukan pengukuran intensitas sinar matahari.
Hama yang menyerang tanaman melon dalam penelitian ini adalah kutu
daun (Bemisia tabacci). Serangan kutu daun terjadi mulai pada 3 MST hingga
panen meskipun telah dikendalikan menggunakan insektisida. Namun serangan
kutu daun ini tidak menyebabkan kerusakan yang berarti.
Dari kondisi yang kurang optimum ini diperoleh bentuk buah normal,
malformasi, tidak berbuah dan busuk berturut-turut sebesar 34.7%, 55.6%, 8.3%,
dan 1.4%.
Normal Malformasi Malformasi
Gambar 2. Buah melon tanpa perlakuan stres air (kontrol)
Gambar 3. Buah melon dengan perlakuan stres air pada fase vegetatif
Gambar 6. Pengaruh stres air terhadap rasio bobot kering akar / bobot kering tajuk
Peningkatan rasio bobot kering akar tajuk berarti peningkatan bobot kering
akar sebesar 33.21% pada stres vegetatif (P2), 46.72% pada stres pembungaan
(P3) dan 74.45% pada stres fruitset (P4) dibanding kontrol (P1) (Gambar 7).
Peningkatan bobot kering akar menyebabkan penurunan pertumbuhan tajuk
sehingga komponen peubah pertumbuhan tajuk seperti: luas permukaan daun,
tebal daun dan diameter batang terjadi penurunan juga (Tabel Lampiran 1).
Pertumbuhan tanaman yang terhambat ini berpotensi menurunkan produksi
tanaman melon.
Stres air pada fase vegetatif tanaman melon (P2) secara nyata
(Tabel lampiran 2) menurunkan diameter batang sebesar 3.86% (Gambar 8),
luas permukaan daun (Tabel lampiran 3) sebesar 16.99% (Gambar 9), dan
cenderung menurunkan tebal daun sebesar 7.96% dibanding kontrol (P1)
(Gambar 10).
Pembahasan
Pengaruh stres air yang dapat diketahui secara fisik adalah tanaman
mengalami layu sementara dan dapat menyebabkan kematian (Pasarakli, 1999).
Tabel 1 menunjukkan bahwa stres air pada fase vegetatif tanaman melon lebih
cepat mengalami layu sementara dan mati daripada fase generatif. Hal ini diduga
karena pada masa pertumbuhan tanaman, jaringan tanaman yang terbentuk masih
sangat muda dan belum dapat beradaptasi dengan baik, sedangkan dalam fase
generatif jaringan tanaman sudah kompleks.
A B
A B
Gambar 9. Pengaruh stres air terhadap luas permukaan daun pada 2 MST,
A : kontrol dan B : stres pada fase vegetatif
Penurunan luas permukaan daun dan tebal (Gambar 9 dan Gambar 10)
daun mendorong penurunan aktivitas fotosintesis (Pasarakli, 1999). Penurunan
aktivitas fotosintesis berarti berkurangnya hasil fotosintat yang cenderung
mengakibatkan menurunnya jumlah bunga betina (Gambar 11) dan hasil tanaman
atau bobot buah sesuai dengan gambar 12 (Islami dan Wani, 1995).
Peningkatan bobot kering akar per bobot kering tajuk (Pasarakli, 1999)
berarti hasil fotosintat tanaman sebagian besar dialokasikan ke akar, sehingga
suplai fotosintat ke bagian tajuk menurun. Penurunan jumlah fotosintat pada tajuk
menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun baru yang terbentuk tidak tumbuh
sempurna atau luas permukaan daun menurun (Kozlowski dalam Islami dan Wani
(1995)), tebal daun dan diameter batang (Pasarakli, 1999).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Stres air dapat meningkatkan rasio bobot kering akar dan menurukan
diameter batang, luas permukaan daun dan tebal daun. Penurunan variabel
vegetatif menginduksi penurunan produksi sebesar 9.49% pada perlakuan stres
vegetatif (P2), 16.05% pada perlakuan stres pembungaan (P3) dan 12.85% pada
perlakuan stres fruitset (P4). Secara umum terdapat kecenderungan bahwa stres
air dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon.
Saran
Imdad, Heri Purwanto dan Abdjad Asih Nawangsih. 2001. Sayuran Jepang.
Cetakan III. PT Penebar Swadaya, IKAPI. 220 hal.
Islami, Titiek. dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.
Semarang. IKIP Semarang Press.
Wudiri, B. B. and Henderson, D.W. 1985. Effects of water Stres on Flowering and
Fruitset in Processing-tomatoes. Scientia Horticulturae, 27. In: Elsevier
Science Publisher B.V. Netherlands. 189 198 p.
U1 U2 U3
Keterangan :
P1 : Kontrol
P2 : Tanaman dengan perlakuan stres air pada fase vegetatif ( pertumbuhan )
P3 : Tanaman dengan perlakuan pada fase generatif ( perkembangbiakan )
P4 : Tanaman dengan perlakuan stres air pada fase fruitset ( pembentukan
buah )
U : Ulangan ke-1,2 dan 3
T : Tanaman ke-1,2,3,...
28
Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi pengaruh stres air terhadap nilai rata-rata dari
berbagai variabel
stres air stres air stres air
Variabel kontrol
vegetatif pembungaan fruitset
--------------- Fase vegetatif -------------
32
33
34
35
36
37
38
39
Tabel Lampiran 18. Rekapitulasi Sidik Ragam Warna Kulit
Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
P 3 0.260 0.086 0.372 tn
Ulangan 2 0.143 0.071 0.412 tn
Galat 6 0.417 0.069
Total terkoreksi 11 0.821
KK 18.13
40
Tabel Lampiran 21. Rekapitulasi Sidik Ragam Panjang Buah
Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
5 MST P 3 6.157 2.052 0.3960 tn
Ulangan 2 14.644 7.322 0.0731 tn
Galat 6 10.51 1.753
Total terkoreksi 11 31.322
KK 27.52
6 MST P 3 1.113 0.371 0.4238 tn
Ulangan 2 1.095 0.547 0.2767 tn
Galat 6 2.049 0.341
Total terkoreksi 11 4.258
KK 8.49
7 MST P 3 1.309 0.436 0.4959 tn
Ulangan 2 0.091 0.045 0.9115 tn
Galat 6 2.924 0.487
Total terkoreksi 11 4.326
KK 9.37
8 MST P 3 0.203 0.067 0.9838 tn
Ulangan 2 0.867 0.433 0.7380 tn
Galat 6 8.142 1.357
Total terkoreksi 11 9.213
KK 12.21
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam
41
Tabel Lampiran 22. Rekapitulasi Sidik Ragam Lingkar Buah
Ket Sumber keragaman db JK KT Pr > F Uji F
5 MST P 3 37.898 12.632 0.2464 tn
Ulangan 2 58.866 29.433 0.0722 tn
Galat 6 41.995 6.999
Total terkoreksi 11 138.760
KK 28.26
6 MST P 3 3.874 1.291 0.4259 tn
Ulangan 2 11.567 5.783 0.0561 tn
Galat 6 7.172 1.195
Total terkoreksi 11 22.614
KK 7.05
7 MST P 3 6.854 2.284 0.4211 tn
Ulangan 2 2.019 1.009 0.6388 tn
Galat 6 12.530 2.088
Total terkoreksi 11 21.404
KK 8.61
8 MST P 3 8.058 2.686 0.2877 tn
Ulangan 2 6.564 3.282 0.2238 tn
Galat 6 10.145 1.690
Total terkoreksi 11 24.768
KK 5.46
Ket = P : Perlakuan
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam