Anda di halaman 1dari 12

Fakultas Hukum, Faculty of Law

1129
Seminar BagusHukum
Nasional Edi Prayogo, Agung Pandu
Universitas NegeriWinasis
Semarang Law
Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018, 1129-1140

Penanggulangan Kampanye Hitam


Sebagai Hambatan Demokrasi di Era
Disrupsi Teknologi Informasi dengan
Sinergitas Bawaslu, Menkominfo, dan Tim
Cyber POLRI
Bagus Edi Prayogo*
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Agung Pandu Winasis
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Tahun 2019 merupakan tahun politik yang bisa dibilang adalah yang
paling penting bagi masa depan indonesia dimana akan dilaksanakan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Salah satu masalah pemilu yang
kerap muncul ke permukaan adalah Black Campaign atau kita kenal
dengan istilah kampanye hitam. Pelaksanaan kampanye hitam sangat
berpengaruh dalam merubah budaya demokrasi di negara kita karena jenis
kampanye ini dilakukan untuk menjatuhkan kandidat lainnya dengan
berita berita propaganda/ kebohongan bohong. Hal itu tentu sangat
bertentangan dengan asas asas pelaksanaan pemilu terutama asas jujur
dan adil. Kampanye hitam sering menggunakan berita berita bohong
berupa propaganda atau populer dengan istilah Hoax yang dilontarkan
oleh salah satu kubu politik ke kubu lainnya demi menurunkan
kredibelitas calon presiden atau calon wakil presiden yang diusungkan.
Seperti kita tahu dengan pesatnya teknologi informasi saat ini tentu sangat
mudah bagi oknum oknum yang ingin mencederai nilai luhur demokrasi
yang diimplemetasikan ke dalam asas asas pemilu dan juga tentu akan
sangan berpengaruh ke dalam pemahaman politik di dalam masyarakat di
tahun berikutnya. Suatu kekhawatiran bahwa black campaign akan
menjadi suatu kebiasaan yang dimaklumi di kalangan masyarakat.
Apalagi masyarakat masih belum seluruhnya paham mengenai apakah
suatu kabar atau berita itu asli atau hanya dibuat, karena untuk
memahaminya harus dengan pendalaman pada beberapa referensi lain.
Hal ini tentu menjadi perhatian kita semua baik di dalam tahun politik
ataupun saat bukan tahun politik sekalipun, bahwa black campaign adalah
suatu hal yang mencederai demokrasi yang dibangun di negara kita. Tentu
tidak hanya Bawaslu yang melaksanakan fungsi pengawasan. Namun
Bawaslu dalam hal ini dapat saja bekerja sama dengan Menkominfo serta
Tim Cyber POLRI untuk bersama sama menanggulangi adanya Hoax dan
fitnah fitnah lain yang merujuk pada salah satu kubu sehingga mencoreng
pelaksanaan demokrasi. Hal ini diharapkan sebagai salah satu solusi
dimana dari sisi pengawasan informasi dan peredaran data di masyarakat,

*Surel: bagus21edi@gmail.com, agungpanduw@student.uns.ac.id


ISSN (Cetak) 2614-3216 ISSN (Online) 2614-3569
© 2018 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
http://fh.unnes.ac.id
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1130

pengawasan pelaksanaan pemilu yang “LUBER JURDIL” dan


pengawasan pelanggaran warga negara dan pemberian rasa nyaman
dalam berpolitik yang sehat sebagai wujud pengayom masyarakat oleh
POLRI menjadi satu bagian yang penting sehingga pelaksanaan Pemilu
benar-benar Khidmat. Kita harus melihat bahwa tujuan dari pelaksanaan
Pemilu sendiri adalah dari rakyat, Oleh rakyat dan untuk rakyat yang
masa sama halnya dengan demokrasi itu sendiri. Sehingga perilaku untuk
memecah belah bangsa tidak diperbolehkan dan berkonsekuensi hukum
karena berkaitan dengan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Kata kunci: Demokrasi, Kampanye Hitam, Hoax, Teknologi


Informasi

Pendahuluan

Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini yang


menggunakan atau menganut asas kebebasan berpolitik dalam hal
menyampaikan aliran politik yang dianut masing-masing. Namun dari itu,
berbeda dengan negara lainnya, kebebasan yang dianut di Indonesia adalah
kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan yang bertanggung jawab
berarti apapun yang dilakukan demi terwujudnya suatu politik yang
diinginkan, adalah dapat dipertanggungjawabkan di kemudian hari
mengenai dampak-damapaknya. Berbicara tentang politik, tidak jauh
berbeda jauh dengan berbicara tentang kampanye. Kampanye sendiri adalah
suatu cara mengekspresikan atau memberitahukan kepada khalayak umum
tentang pandangan atau aliran politik yang dianut dengan tujuan agar apa
yang dimaksudkan dapat lebih menjadikan khalyak umum bahwa dirinya
pantas dianut atau diplih kelak. Berbagai cara dalam berkampanye pun
dilakukan demi terwujudnya tujuannya, bahkan sampai melampaui batas,
yang sudah dapat dikatakan tidak baik. Kita dapat mengenal istilah ini
dengan sebutan kampanye hitam (black campaign). Kampanye hitam (black
campaign) secara umum adalah memfitnah, mengadu domba, menghasut,
menghina, atau menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang
calon/sekelompok orang/partai politik/pendukung seorang calon, terhadap
lawan mereka. Jika bentuknya kritik terhadap visi dan misi atau program
calon tertentu, hal tersebut tidak tergolong black campaign, tetapi kampanye
negative (negative campaign). Kampanye hitam merupakan trend universal
di gelanggang politik dunia. Di negara-negara yang demokrasinya sudah
matang sekalipun, kampanye terhadap keburukan-keburukan lawan sering
dilakukan. Namun, dalam konteks Indonesia yang memiliki kultur

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1131 Bagus Edi Prayogo, Agung Pandu Winasis

Ketimuran dan berpolitik yang bebas bertanggung jawab yang kuat,


membuka keburukan-keburukan lawan masih belum bisa diterima secara
terbuka, kecuali dalam kasus-kasus yang merugikan publik secara luas,
seperti kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Fenomena Kampanye Hitam (Black Campaign) di Indonesia


Dilihat dari Tahun ke Tahun

Musim pemilihan umum (pemilu) adalah momen dimana gencar-


gencarnya pasangan calon (paslon) mengekspresikan pandangan politiknya
melalui kampanye. Banyak cara dalam melalukan kampanye, seperti pidato
di depan khalayak umum yang disaksikan banyak para pendukung atau juga
dengan pendekatan-pendekatan lain seperti berbagi sembako dalam suatu
desa yang rakyatnya serba kekurangan. Kampanye pun dilakukan agar
terwujudnya tujuan mereka sebagai pasangan calon yang disukai, dicintai,
bahkan dipuja rakyat sehingga terpilihlah mereka menjadi pemenang dalam
suatu pemilu tersebut. Bukan menjadi rahasia sendiri di Indonesia bahwa
tiap tahun ke tahun ada saja kreativitas dalam cara menyampaikan
kampanyenya. Selain itu, kerap kali kampanye dijadikan ajang untuk
menjelek-jelekkan bahkan menjatuhkan lawannya.
Dalam sebuah pembahasan mengenai Pilpres tahun lalu dalam
sebuah jurnal diungkapkan bahwa dalam pilpres 2014 terdapat beberapa
fenomena menarik terkait dengan perspective media. Yang pertemam
pengaruh media dalam kampanye dan kampanye hitam digunakan sebagai
batu loncatan antar kandidat sebelum pilpres 2014. Adapun b unyi aslinya
adalah sebagai berikut:
“The black campaigning in the lead-up to Pilpres 2014 presented
some interesting phenomena from a media studies perspective. First, the
widespread black campaigning proved the theoretical assumption that
media influence remained a cornerstone of contestation between candidates
and groups before Pilpres 2014.1”
Kampanye hitam (black campaign), sebuah cara untuk menjunjung
harkat dan martabat pasangan calon dengan mempertaruhkan lawannya

1
Pratama Dahlian Persadha, Irwan Abdullah, S. Bayu Wahyono. Yogyakarta netizen
community response to the black campaign: the 2014 presidential election in
Indonesia. Asian Journal of Media and Communication Volume 1, Number 1, 2017,
hlm.21

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1132

yang dijatuhkan. Menurut Cangara (2014) setiap usaha untuk mengisi


jabatan, terutama untuk jabatan publik, maka gossip yang mengarah pada
bentuk kampanye hitam selalu muncul. Kampanye hitam yang biasa disebut
black campaign cenderung menyudutkan para calon yang diusung untuk
menduduki suatu jabatan. Isu itu biasanya erat kaitannya dengan apa yang
disebut “3Ta”, yaitu : Harta, Wanita, dan Tahta. Harta biasanya diisukan
dalam bentuk korupsi, wanita dalam bentuk istri simpanan atau
perselingkuhan, sedangkan tahta dinilai sikap ambisius. 2
Cara ini tidak sesuai dengan prinsip dasar negara kita, yaitu
Pancasila. Dimana dapat dikatakan bahwa cara tersebut merupakan cara
yang paling kotor untuk berkampanye. Ada beberapa cara menyebarkan
kampanye hitam (black campaign), salah satunya melalui media massa. Di
Indonesia penyebaran melalui media massa sangat cepat dan pesat. Salah
satu media massa yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan
menyebarkan kampanye hitam (black campaign) adalah media sosial (social
media).
Seperti sebuah ungkapan yang diungkapkan oleh Pierre Levy :
“As expressed by Pierre Levy (1997) in his book Cyberculture, the
internet is an open, flexible, and dynamic informational environment that
allows people to develop new knowledge orientations. People are involved
in a democratic world which promotes a more interactive society-based
allocation of power. The online realm acts as a meeting place of sorts for
people to expand their social spheres, create opportunities for new
knowledge, and offer spaces for broadly sharing different views (Soukup,
2006: 423).”
Bukan dipungkiri lagi bahwasanya masyarakat Indonesia sesuai
yang diungkapkan oleh Pierre Levy tersebut ketika bermain media sosial
seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan forum diskusi online seperti
Kaskus, serta media percakapan (chatting) seperti Line, Whatsapp, dan
Black Berry Messenger (BBM) yang mana semua media ini dikembangkan
dan berkembang di dalam masyarakat dan berbentuk diskusi terbuka
sehingga secara tidak langsung dapat menimbulkan paham paham maupun
pengetahuan baru di dalam masyarakat dengan atau tanpa bukti yang jelas.
Untuk masyarakat perkotaan kelas menengah, komunikasi politik melalui
media massa sangat efektif karena pola hidup mereka yang sibuk tidak

2
Ade Tuti Turistiati. Fenomena Black Campaign Dalam Pemilihan Kepala Daerah
2015, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, Volume VIII, Nomor 02, 2016, hlm. 209

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1133 Bagus Edi Prayogo, Agung Pandu Winasis

memberi mereka peluang untuk melakukan komunikasi langsung dengan


orang lain. Apalagi kalau mereka tidak punya kepentingan langsung dengan
sang komunikator. Bagi mereka, media massa cetak dan elektronik
merupakan sarana paling efektif untuk mengetahui dan menyampaikan
umpan balik setiap pesan politik yang ada.3
Kemudahan dalam menggunakannya menjadikan media sosial
digemari dan digunakan terus menerus oleh masyarakat Indonesia. Dahulu
black campaign dilakukan melalui pembagian atau penyebaran informasi
melalui media cetak seperti pamflet, fotokopian artikel, dan lain-lain, yang
didalamnya berisikan mengenai informasi-informasi negatif pihak lawan,
kepada masyarakat luas. Penyebaran itu dilakukan oleh tim sukses maupun
simpatisan dari si bakal calon legislatif maupun eksekutif. Sekarang black
campaign dilakukan dengan menggunakan media yang lebih canggih,
seperti misalnya menggunakan sosial media dan komunikasi lewat gadget
Namun demikian, media cetak pun masih tetap digunakan untuk media
black campaign ini.4 Melihat hal ini, dimanfaatkan oleh oknum-oknum
tertentu sebagai ajang dalam menyebarkan kampanye hitam (black
campaign). Karena kemudahan dalam penggunanannya, pendukung salah
satu paslon pun dengan mudah menyebarkan ulang (re-share) hal-hal yang
berbabau kampanye hitam (black campaign) tersebut. Begitu pula dengan
pendukung lainnya yang tidak mau kalah, mereka juga membuat pernyataan
yang buruk yang menjatuhkan, tentang keburukan paslon lawannya
tersebut. Sehingga terjadilah kampanye hitam (black campaign) dalam
media sosial tersebut. Dari tahun ke tahun selalu ada saja paslon yang
menjadi sasaran kekejaman kampanye hitam (black campaign). Dari pilkada
sampai pilpres pun semuanya ada. Terlebih lagi kita sedang dalam masa
pilpres yang akan diselenggarakan tahun 2019 nanti. Kampanye hitam
(black campaign) bahkan juga kampanye negatif (negative campaign) sudah
mulai banyak terlihat di media sosial.
Sering juga dalam prakteknya kita menjumpai adanya iklan iklan
yang berbau black campaign ataupun negative campaign. Iklan kampanye
negatif sering dibagi menjadi tiga kategori: adil, palsu, dan menipu. Iklan
yang adil adalah mereka yang mewakili kejadian faktual dengan maksud

3
Ade Tuti Turistiati. Fenomena Black Campaign Dalam Pemilihan Kepala Daerah
2015, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, Volume VIII, Nomor 02, 2016, hlm. 210
4
Alfred B. David Dodu. Penerapan Regulasi Politik Kampanye Hitam: Studi Kasus
Pada Pilkada Kabupaten Banggai Tahun 2015. Jurnal Wacana Politik, Vol. 2, No. 1,
2017, hlm. 54

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1134

mempermalukan lawan dengan menonjolkan atribut negatif dari karakter


lawan atau karir . Iklan tersebut umumnya berisi kata-kata, frasa, atau
gambar abrasif, merendahkan, dan mudah dilupakan . Iklan palsu, tidak
seperti iklan yang adil , mereka berisi pernyataan yang tidak benar dibuat
dengan niat jahat yang sebenarnya. Iklan palsu bisa ditantang untuk
dibuktikan jika berisi pernyataan yang tidak benar. Sedangkan dalam iklan
kampanye menipu, iklan ini cenderung menyesatkan dan mendistorsi
kebenaran tentang calon lawan dan tidak ada cara yang lebih baik untuk
membuktikannya karena tujuan iklan ini memang menipu dan mendistorsi
kebenaran lawan politik).5
Pada 2016 lalu juga BAWASLU Daerah Istimewa Yogyakarta
secara serius dan intensif mencermati kampanye Pilkada Kota Yogyakarta
dan Kabupaten Kulonprogo lewat media sosial. Langkah ini untuk
mengantisipasi terjadinya black campaign (kampanye hitam) yang
dihembuskan di dunia maya. Berdasarkan pemantauan yang dilakukan,
menurut Bagus, hingga saat ini, kampanye di media sosial baik menyangkut
Pilkada Kota Yogyakarta maupun Kulonprogo masih bersifat wajar. Dalam
pencermatan yang dilakukan secara intensif itu, Bawaslu masih belum
menemukan adanya indikasi kampanye hitam. Dikatakan jika kampanye di
media sosial berisi ujaran kebencian, fitnah, atau hasutan maka bisa
dimasukkan ke ranah pidana. Kampanye hitam seperti itu dapat dijerat
dengan Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
potensi kampanye hitam akan muncul menjelang masa tenang atau akhir
masa kampanye. Kampanye hitam rawan dilakukan menggunakan media
sosial. Ia berharap tidak ada kampanye hitam atau kampanye yang
menyinggung SARA. Dengan kampanye yang fair maka akan menghasilkan
kepala daerah dengan integritas dan program yang bagus.
(mediaindonesia.com : 2016)
Penangggulangan secara serius perlu dilakukan oleh Polri, Bawaslu,
dan Kemenkominfo dalam penyelesaian secara jitu menurut penulis.
Alasannya karena 3 lembaga ini memegang peran penting dalam
pengendalian media untuk tidak melakukan hal hal yang kurang sportif
dalam penyelenggaraan pemilu. Pemilu seharusnya menjadi ajang pesta
demokrasi yang benar benar jujur dan adil.

5
Alfred B. David Dodu. Penerapan Regulasi Politik Kampanye Hitam: Studi Kasus
Pada Pilkada Kabupaten Banggai Tahun 2015. Jurnal Wacana Politik, Vol. 2, No. 1,
2017, hlm. 54

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1135 Bagus Edi Prayogo, Agung Pandu Winasis

Penanggulangan Black Campaign melalui kewenangan


BAWASLU, POLRI, dan Kemenkominfo

Kampanye Hitam (Black Campaign) adalah kampanye untuk


menjatuhkan lawan politik melalui isu-isu yang tidak berdasar. Metode
yang digunakan biasanya desas-desus dari mulut ke mulut dan sekarang ini
telah memanfaatkan kecanggihan teknologi, multimedia dan media massa.
Kampanye gelap dalam pemilu di Indonesia sudah dibilang sangat
memprihatinkan. Bisa kita lihat dalam setiap penyelenggaraan pesta
demokrasi pasti akan ada fenomena kampanye hitam itu. Telah banyak
upaya dari lembaga pemerintah dalam mengupayakan penanggulangan
kampanye hitam. Salah satunya dalam menangani terjadinya black
campaign atau kampanye hitam melalui media sosial dalam pemilihan
kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2018, Polda Metro Jaya membentuk
tim khusus bernama Satgas Nusantara. Hasilnya jajaran Cyber Crime Polda
Metro Jaya telah menemukan puluhan akun yang diduga melakukan black
champaign dalam menghadapi pilkada serentak 2018, khususnya di wilayah
hukum Polda Metro Jaya (Kompas.com : 2018).
Polri juga menjalin kerja sama dengan Badan Siber dan Sandi
Negara (BSSN) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)
untuk memberantas kampanye hitam (black campaign) di media sosial.
Siapa pun yang melakukan kampanye hitam saat masa Pemilu 2019 di
media sosial akan ditindak tegas oleh Polri sesuai peraturan perundang-
undangan. Selain itu, Polri juga telah menyiapkan tim khusus yang bertugas
untuk mengais seluruh konten di media sosial yang mengarah ke black
campaign dimana postingan ujaran kebencian atau provokatif dan black
campaign itu bisa dipidanakan.
Penyelenggaraan Pilpres pada masa sebelumnya juga banyak terjadi
yaitu pada PilPres 2014, dimana banyaknya akun twitter melakukan black
campaign. Dan salah satunya adalah akun @triomacan2000 yang menghina-
hina salah satu calon Presiden dan calon wapres. Hanya ada satu undang-
undang yang mengatur itu, yakni Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”). Dalam kampanye
hitam di media sosial seperti Twitter dalam pertanyaan Anda, perlu dilihat
lagi apakah kampanye hitam itu memuat suatu penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik atau tidak.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1136

Menurut Abraham Lincoln dalam Gettysburg Address yaitu pidato


politikus yang paling sering digunakan sebagai wujud demokrasi
menyatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakkyat dan untuk rakyat atau dalam bunyi pidatonya yaitu “government of
the people, by the people, [and] for the people”. Konsep demokrasi menurut
Abraham Lincoln merupakan konsep dengan tujuan yang sangat mulia
dimana semua urusan penyelengaraan Negara semuanya dikembalikan
kepada rakyat.6 Namun apakah perlu ketika pelaksanaan demokrasi sendiri
terdapat ujaran ujaran yang tidak sepantasnya dan merusak nilai fair dalam
pemilu sendiri.
Bila mengandung muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik terhadap suatu pasangan capres cawapres tertentu, hal tersebut
merupakan perbuatan yang dilarang sebagaimana disebut dalam Pasal 27
ayat (3) UU ITE: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.Adapun
ancaman pidana bagi mereka yang memenuhi unsur dalam Pasal 27 ayat (3)
UU ITE adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
[lihat Pasal 45 ayat (1) UU ITE].
Cara pembuktian kampanye hitam tidak dapat dilakukan dengan
mudah. Sebagai contoh, materi yang berisi fitnah dan penghinaan dilakukan
dalam komunikasi antarpribadi atau mulut ke mulut. Undang-undang dan
peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) jelas melarang ini. Selain itu
dugaan kampanye hitam pun kerap diberitakan media massa, seperti media
cetak dan televisi.7 Jika kita mengikuti perkembangan penanggulangan
kampanye gelap dari tiap tahun sejak kemunculan indikasi kampanye gelap,
sebenarnya sudah diambil langkah preventif dari lembaga lembaga Negara
terkait termasuk Polri dan Bawaslu sendiri. Namun meskipun upaya
tersebut sudah menuai hasil tetapi kurang maksimal karena hanya berupa
data dan kurang bertindak tegas dalam mengatasi kampanye gelap.
Seharusnya memang kebebasan dalam pemilu harus dijamin namun ketika

6
Wahyuningtyas Dwi Saputri, Bagus Edi Prayogo. Tantangan Demokrasi di Era
Globalisasi Demi Mewujudkan Pencegahan Politik Uang Dalam Pemilu UNNES
JOURNAL, Vol 4 no 2 (2018). Hlm. 4
7
Ade Tuti Turistiati. Fenomena Black Campaign Dalam Pemilihan Kepala Daerah
2015, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, Volume VIII, Nomor 02, 2016. hlm. 208

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1137 Bagus Edi Prayogo, Agung Pandu Winasis

kebebasan itu untuk merugikan orang lain ataupun melakukan kecurangan


tertentu yang bersifat melanggar asas asas pemilu maka harus ditindak
secara tegas demi tegaknya demokrasi dan kehormatan pemilu sendiri.
Sejatinya demokrasi Indonesia bukanlah sekedar demokrasi formal
tetapi demokrasi secara materiil, demokrasi yang menjunjung tinggi serta
menjamin hak-hak politik, baik hak asasi dan hak kebebasan dasar manusia,
termasuk kebebasan pers.8 Namun kebebasan disini bukanlah untuk berbuat
hal yang mencurangi rasa demokrasi itu sendiri. Di Indonesia kita mengenal
istilah LUBER JURDIL dalam penyelenggaraan pemilu. Salah satu nilai
yang kita cermati yaitu nilai jujur dan adil sendiri karena disinilah letak dari
dilarangnya melakukan kampanye hitam. Para kontestan yang terlibat dalam
pemilu harus jujur dalam melakukan kegiatan berpolitik dalam hal
mempromosikan dirinya dengan tidak menjatuhkan lawannya. Karena
tujuan dari pemilu sendiri adalah untuk memilih calon yang akan mengisi
suatu jabatan, bukan untuk mengalahkan kontestan lain.
Media massa dan juga media sosial memegang peran penting dalam
melakukan penggiringan opini publik yang bisa saja tidak berdasar. Hal itu
tentu berbahaya karena akan memunculkan dan memicu penggiring opini
lain sehingga saling ber adu opini. Tindakan tegas yang tentunya bisa
dilakukan adalah menindah tegas pasangan calon ataupun tim suksesnya
yang berimbas pada keikutsertaanya di dalam pemilu. Kewenangan
Bawaslu sendiri yaitu untuk mengawasi jalannya pemilu dan menindak
tegas pasangan calon yang melanggar tata tertib pemilu serta menanamkan
pendidikan pemilihan umum yang sesai dengan asas yang telah ada. Selain
itu polri juga harus menindak tegas orang yang melakukan ujaran kebencian
serta menyebar kebohongan melalui media sebagai bentuk pelaksanaan
KUHP sekaligus sebagai pelaksanaan nilai keadilan dalam pemilu sendiri.
Kemenkominfo sendiri dalam hal ini bertidak sebagai palang pintu dalam
akses internet aman yang dapat dikonsumsi masyarakat. Solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan mensinergikan 3 lembaga ini dalam pelaksanaan
pemilu khusunya dalam Pilpres nanti melalui keweangannya. Polri sendiri
memiliki keweanngan untuk memberikan pengayoman serta memberi rasa
keadilan pagi masyarakat dengan penengakkan UU UTE. Sedangkan
Kominfo berwenang untuk melakukan pembatasan akses dan penghapusan
akses publik ke dalam situs situs yang melakukan black campaign.

8
Aulia. Kampanye “Hitam” dalam Pemilu Melalui Media Massa. Rechtidee Jurnal
Hukum, Vol. 9. No. 2, 2014, hlm. 120-121

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1138

Pemilu yang ideal adalah Pemilu yang berintegritas dan


menghasilkan output yang berkualitas. Dan untuk menghasilkan output
yang berkualitas tersebut maka salah faktor yang ikut menunjang
keberhasilan pelaksanaan pemilu adalah pemilu itu harus memiliki
pengawasan yang melekat yang dilakukan oleh semua komponen
masyarakat yaitu peserta pemilu, lembaga pemantau pemilu, dan pemilih,
serta media massa. Pengawasan ini juga akan berjalan dengan baik jika
dibarengi dengan adanya rergulasi yang baik dan ditegakkan secara
konsisten, imparsial, dan tepat waktu (timely) oleh berbagai institusi
penegak peraturan pemilu baik sebelum, selama pelaksanaan dan sesudah
pelaksanaan pemilu. Sehingga hasil yang didapatkan memiliki legitimasi
yang kuat dalam masyarakat.9
Salah satu ukuran pemilu disebut sebagai proses demokrasi yang
ideal, dan efektif adalah rakyat secara langsung dapat memilih wakil-
wakilnya yang duduk di eksekutif maupun Legislatif. Hal ini paralel dengan
konsep modern tentang demokrasi ala Joseph Shumpeter (mazhab
Shumpeterian) yang menempatkan penyelenggaraan pemilu yang bebas dan
berkala sebagai kriteria utama bagi suatu system politik untuk dapat disebut
demokrasi (Najib, 2014). Begitu pentingnya pemilu dalam perjalanan
sebuah Negara sehingga semua Negara menjadikan ajang tersebut sebagai
mekanisme pergantian kekuasaan yang tertib sekaligus sebagai syarat
Negara tersebut diklaim sebagai Negara demokratis.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap permasalahan maka dapat


disimpulkan bahwa Media massa berperan besar dan menyebar sangat
pesat, sehingga memengaruhi khalayak umum melalui tayangan-
tayangannya tentang fenomena kampanye hitam dalam pemilu. Namun
demikian, khalayak umum semakin pintar untuk memilah-milah dan
menyeleksi berita dan juga sesuatu yang berkaitan dengan kampanye hitam
yang tersebar di media sosial. Kampanye hitam pada umumnya berdampak
negatif pada kontestan pasangan calon (paslon) pemilu. Namun demikian,
fakta membuktikan bahwa kadang-kadang kampanye hitam justru dapat

9
Alfred B. David Dodu. Penerapan Regulasi Politik Kampanye Hitam: Studi Kasus
Pada Pilkada Kabupaten Banggai Tahun 2015. Jurnal Wacana Politik, Vol. 2, No. 1,
2017, hlm. 55

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
1139 Bagus Edi Prayogo, Agung Pandu Winasis

menuai simpati, merupakan hiburan bagi masyarakat, dan mendongkrak


kepopularitasan sang kontestan pasangan calon pemilu. Seperti contoh
dalam kasus kampanye hitam berupa “ta” (wanita) terhadap dugaan
perselingkuhan Pasha-Angel ternyata tidak begitu memengaruhi potensi
kemenangan pasangan Hidayat-Pasha sebagai Wali Kota dan Wakil
Walikota Palu. Pasangan Hidayat-Pasha unggul di pilkada kota Palu 2015,
berdasarkan perhitungan cepat (quick count).
Penanggulangan kampanye hitam (black campaign) melalui
Lembaga Polri menjalin kerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara
(BSSN) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk
memberantas kampanye hitam (black campaign) di media sosial.
Dalam kampanye hitam di media sosial, perlu dilihat lagi apakah
kampanye hitam itu memuat suatu penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik atau tidak. Bila mengandung muatan penghinaan dan/atau pencemaran
nama baik terhadap suatu pasangan capres cawapres tertentu, hal tersebut
merupakan perbuatan yang dilarang sebagaimana disebut dalam Pasal 27
ayat (3) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronuik: “Setiap
Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik”.
Dengan demikian bahwa kampanye hitam (black campaign) itu jelas
dilarang dalam pemilu di Indonesia. Dan Lembaga yang berwenang tidak
akan segan untuk menindak pelaku yang menyebarkan kampanye hitam
tersebut.

Daftar Pustaka

Jurnal
Pratama Dahlian Persadha, Irwan Abdullah, S. Bayu Wahyono. (2017).
Yogyakarta netizen community response to the black campaign: the
2014 presidential election in Indonesia. Asian Journal of Media and
Communication Volume 1, Number 1
Ade Tuti Turistiati, (2016), Fenomena Black Campaign Dalam Pemilihan
Kepala Daerah 2015, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, Volume
VIII, Nomor 02

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 1140

Alfred B. David Dodu, (2017). Penerapan Regulasi Politik Kampanye


Hitam: Studi Kasus Pada Pilkada Kabupaten Banggai Tahun 2015.
Jurnal Wacana Politik, Vol. 2, No. 1
Aulia. (2014). Kampanye “Hitam” dalam Pemilu Melalui Media Massa.
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2
Wahyuningtyas Dwi Saputri, Bagus Edi Prayogo. (2018), Tantangan
Demokrasi di Era Globalisasi Demi Mewujudkan Pencegahan
Politik Uang Dalam Pemilu UNNES LAW JOURNAL, Vol 4 no 2

Surat Kabar Elektronik dan Website


www.kompas.com.https://nasional.kompas.com/read/2018/09/27/00312401/
cegah-kampanye-hitam-di-media-sosial-polri-kerja-sama-dengan-
bssn-dan. ditelusuri pada 8 November 2018
www.kompas.com.https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/27/17085
421/usut-black-campaign-via-medsos-polda-metro-jaya-bentuk-
satgas-nusantara. ditelusuri pada 10 November 2018
www. Mediaindonesia.com. http://mediaindonesia.com/read/detail/82925-
bawaslu-diy-cermati-black-campaign-lewat-medsos ditelusuri pada
9 November 2018
www.hukumonline.com.https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt538d
acd5bb6a4/menjerat-pelaku-kampanye-hitam-di-media-sosial
ditelusuri pada 10 November 2018

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai