Anda di halaman 1dari 20

Fakultas Hukum, Faculty of Law

SeminarUniversitas
Seminar Nasional Hukum Nasional Hukum Universitas
Negeri Semarang Negeri Semarang 284
Law
Volume 4 Nomor 2 Tahun 2018, 284-303

Pro Kontra Gerakan Tagar


#2019GantiPresiden Sebagai Sarana Kampanye
dalam Pemilu
Sherly Nelsa Fitri *
Magister Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tagar yang sedang ramai


diperbincang di media sosial gerakan #2019GantiPresiden. Tagar ini
dikaitkan dengan jenis black campaign. Penelitian hukum ini penelitian
hukum normatif, yang mana penelitian ini bersifat prespektif dan terapan.
Bahan hukum tersebut dikumpulkan melalui studi dokumen (studi
pustaka), menggunakan teknik deduksi. Didapat bahwa Gerakan ini
sebenarnya, sah-sah saja dilakukan sebab ini merupakan kebebasan dari
tiap orang untuk berpendapat akan tetapi dapat menjadi suatu bagian dari
black campaign jika mengarah ke pembunuhan karakter dan cenderung
fitnah serta kebohongan dan tuduhan tanpa bukti.

Purpose of the study is to discuss the hashtags that are currently being talked
about #2019GantiPresiden in the social media. This hashtag is associated with the
type of black campaign. This legal research is a normative legal research, in
which this research is perspective and applied. The legal material is collected
through document study (literature study), using deduction techniques. The result
of this study that Movement is actually, just fine because this is the freedom of
each person to argue, but can be a part of a black campaign if it leads to character
assassination and defamation and lies and evidence without evidence.

Kata kunci: Pemilu, #2019GantiPresiden, Black Campaign

Pendahuluan

Pemilu (selanjutnya disebut Pemilu) merupakan salah satu sarana


perwujudan demokrasi di Indonesia. Yang mana pemilu dujadikan sarana
bagi warga negara untuk memilih para wakilnya dalam menjalankan
pemerintahan baik ditingkat provinsi, nasional, kabupaten atau kota untuk
duduk dalam lembaga eksekutif yakni Presiden atau Wakil Presiden,
Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, serta Walikota
atau Wakil Walikota, dan untuk memilih mereka yang akan duduk dalam

*Surel: sherlynf.snf@gmail.com
ISSN (Cetak) 2614-3216 ISSN (Online) 2614-3569
© 2018 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
http://fh.unnes.ac.id
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
285 Sherly Nelsa Fitri

lembaga legislatif yakni DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten
atau Kota.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemilihan presiden
(selanjutnya disebut Pilpres) 2019 akan dilakukan pada bulan April 2019,
namun beberapa partai politik peserta Pilpres 2019 mulai melakukan
kampanye. Seperti yang kita ketahui bahwa Kampanye politik merupakan
salah satu bagian dalam komunikasi politik. Kampanye merupakan sebuah
gerakan yang di dasarkan dari sebuah perilaku. Perilaku itu cenderung
sejalan dengan norma dan nilai yang ada. Apabila sebuah kampanye
tersebut bertentangan dengan norma dan nilai yang ada di khawatirkan akan
terjadi salah paham antara subyek (penyebar kampanye) dengan obyek
(penerima atau target dari kampanye tersebut).
Kampanye biasanya pengarah dan pemerkuat dari kecenderungan yang
ada ke arah tujuan yang diharapkan secara sosial seperti pemungutan suara,
pengumpulan dana, dan lain sebagainya.Dalam arti lebih umum atau lebih
luas, kampanye tersebut memberikan penerangan secara terus menerus serta
pengertian dan motivasi terhadap suatu kegiatan atau program tertentu
melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan
terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif.1 Macam-macam
bentuk kampanye jika dilihat dari isinya dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
kampanye positif, kampanye negatif, kampanye abu-abu, dan kampanye
hitam.2
Salah satu bentuk bentuk kampanye yang sedang banyak
diperbincangkan yakni Gerakan bertagar #2019GantiPresiden di media
sosial sejak pertama kali digagas oleh politikus PKS Mardani Sera bulan
lalu. Gerakan ini kini membentuk kelompok dan akan mendeklarasikan diri
hari ini, Ahad, 6 Mei 2018. Mardani terlihat pertama kali mengenakan
gelang berlogo #2019GantiPresiden dalam sebuah acara televisi, Selasa, 3
April 2018. Setelah itu, #2019GantiPresiden langsung ramai
diperbincangkan di media sosial. Gerakan #2019GantiPresiden telah
3
banyak mendapatkan dukungan.

1
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi: Kampanye Public Relations. Edisi Revisi, cet.3,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 66.
2
Candra, Kekuatan Politik Lokal Dalam Pemenangan Syahrul Yasin Limpo (Syl) Pada
Pemilihan Gubernur 2013 Daerah Pemilihan Kabupaten Gowa, 2014, Disertasi
3
https://nasional.tempo.co/read/1086128/deklarasi-hari-ini-begini-awal-mula-gerakan-
2019gantipresiden , ditelusuri pada tanggal 1 September 2018

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 286

Media sosial saat ini memiliki peranan yang penting bagi berbagai
aspek kehidupan sosial masyarakat modern. Hal tersebut dapat dilihat
dimana penggunaan media sosial sebagai alat untuk mempercepat proses
perubahan sosial di negara-negara berkembang dan dimanfaatkan juga
sebagai alat untuk melakukan kampanye politik, propaganda, dan
advertensi. Pengaruh kemajuan teknologi dan informasi terhadap politik,
dapat dilihat melalui dua aspek, yaitu komunikasi politik dan sosialisasi
politik. Media menjadi agen penting komunikasi dan sosialisasi politik.
Pesatnya perkembangan media baru tidak terlepas dari pesatnya
perkembangan teknologi dan globalisasi. Internet yang mendasari media
baru menghasilkan beberapa media sosial yang banyak diterima dengan baik
oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan data yang
menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia per tahun 2014 yang
dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet mencapai 88,1 juta orang
dan dari jumlah tersebut 63 juta orang Indonesia memiliki media sosial
Menurut Gunelius media sosial adalah penerbitan online dan alat-alat
komunikasi, situs, dan tujuan dari Web yang berakar pada percakapan,
keterlibatan, dan partisipasi.4
Sebagian ahli sampai pada kesimpulan bahwa media baru membawa
dampak yang siginifikan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.
Asumsi nya adalah, para teoretisi demokrasi selama ini percaya bahwa
demokrasi dapat terpelihara karena ada partisipasi politik warga negara yang
aktif dan peduli terhadap masalah-masalah kewargaan (civic affairs).
Disamping itu, dalam pandangan Terri L. Towner5 penggunaan media
massa merupakan prediktor positif (a positive predictor) dari partisipasi
politik, dan sebagaimana lanskap media telah berubah, Internet telah
memainkan peran yang semakin besar dalam politik. Sebagian pengamat
membesarkan peran internet sebagai alat yang dapat membantu proses
demokrasi dengan memberikan ekspos warga terhadap informasi politik
Menurut pandangan Towner, hubungan antara penggunaan Internet
dan tingkat partisipasi masih menjadi perdebatan dikalangan para ahli.
Beberapa ahli berpendapat bahwa penggunaan internet memiliki pengaruh
positif terhadap partisipasi politik, dan pengetahuan dan keterlibatan warga
(knowledge and civic engagement) melalui modal sosial, sementara

4
Gurnelius, Susan, 30-minute Sosial Media Marketing, United States: McGraw-Hill
Companies, 2011, hlm. 10
5
Towner, Terri L. “All Political Participation Is Socially Networked? New Media and
the 2012 Election”. Social Science Computer Review, 31(5) 527-541, 2013, hlm. 528

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
287 Sherly Nelsa Fitri

sebagian lain berpendapat bahwa penggunaan internet memiliki pengaruh


yang kecil dan tidak signifikan pada partisipasi politik.6
Kekuatan atau effect yang bisa ditimbulkan oleh media sosial ini tidak
bisa dianggap remeh. Pada 2011, Mesir sebuah negara yang demikian
otoriter, kokoh dan angkuh seperti pemerintahan Hosni Mubarak pun takluk
oleh media sosial dengan tiga tagar yang mampu memobilisasi rakyat mesir
yaitu: #jan25, #Cairo, #suez.7 Demikian juga dengan adanya Gerakan
bertagar #2019GantiPresiden di media sosial Indonesia banyak masyarakat
Indonesia yang ikut serta menggunakan tagar tersebut di media sosial
bahkan sejumlah masyarakat sudah membuat deklarasi untuk Gerakan
bertagar #2019GantiPresiden di berbagai kota. Tagar #2019GantiPresiden
sudah tersebar melalui pesan, email, media sosial, meme, spanduk, bendera,
baju dan simbol lainnya. Sebagian besar menilai bahwa Gerakan bertagar
#2019GantiPresiden merupakan suatu kampanye hitam (black campaign)
dan sebagian lagi menilai bahwa Gerakan bertagar #2019GantiPresiden
merupakan suatu hal yang wajar digunakan untuk menggiring masyarakat
agar berminat untuk memberikan hak suaru pada Pilpres 2019 nantinya.

Kampanye Politik dalam Tinjauan Teori dan Bentuk

Menurut Pasal 1 angka 35 Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, Kampanye Pemilu adalah
kegiatan peserta pemilu atau pihak yang ditunjuk oleh peserta pemilu untuk
meyakinkan Pemilih dengan menawarkan visi, misi, program dan/atau citra
diri Peserta Pemilu, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Pasal 267 ayat (1) dikatakan bahwa
kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab. Jadi berdasarkan pada definisi
diatas arti kampanye adalah sebuah purpose to something. Kampanye adalah
aktivitas komunikasi yang ditujukan ntuk memengaruhi orang lain agar ia
memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak atau
keinginan penyebar atau pemberi informasi.8 Venus9, mendefinisikan

6
Ibid
7
Aldy Raenaldy, dkk, Hubungan antara Media Sosial terhadap Peluang Kemenangan
Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta Pada Pilkada 2017 (Studi Wilayah Jakarta
Utara), Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
8
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011, hlm. 223

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 288

kampanye sebagai kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menunjang


dan meningkatkan proses pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu
yang bertujuan mempengaruhi masyarakat sasaran tertentu. Sementara
pengertian kampanye yang dikemukakan oleh Kotler dan Roberto dalam
Cangara, adalah sebagai berikut:10

“campaign is an organized effort conducted by one group (the change


agent) which intends to persuade other (the target adopters), to
accept, modify, or abandon certain ideas, attitudes, practices and
behavior.
(terjemahan bebas kampanye ialah sebuah upaya yang dikelola oleh
satu kelompok, (agen perubahan) yang ditujukan untuk mempersuasi
target sasaran agar bisa menrima memodifikasi atau membuang ide,
sikap dan perilaku tertentu).

Jika dikaji melauli definisi kampanye yang telah dibahas diatas, maka
setiap aktivis kampanye setidaknya harus mengandung 4 hal yakni:
1) Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptkan efek atau
dampak tertentu,
2) Jumlah khalayak sasaran yang besar,
3) Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan
4) Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
Jadi, yang dimaksud kampanye adalah suatu kegiatan atau perilaku
yang dilakukan untuk mengambil simpati masyarakat dengan cara
menunjukkan atau menawarkan yang baik-baik atas dirinya, dan
mengumumkan apa saja visi misi mereka untuk menduduki dan memimpin
pemerintahan.

Macam-macam Bentuk Kampanye

1) Berdasarkan Bentuk Media Kampanye


Arti dari kampanye massa yaitu sebuah bentuk persuasi massa dimana
seorang komunikator politik memberikan himbauan kepada massa baik
melalui hubungan tatap muka ataupun melaui jenis media beperantara yaitu

9
Antar, Venus, Manajemen kampanye: panduan teoritis dan praktis dalam mengekfektifkan
kampanye komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2004, hlm. 56
10
Cangara, Hafied, op.cit, hlm. 229

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
289 Sherly Nelsa Fitri

media elektronik, media cetak, atau poster.11 Penjelasaannya adalah sebagai


berikut:
a) Kampanye tatap muka
Kampanye ini merupakan kampanye yang dilakukan oleh tokoh
utama masyarakat atau suatu partai untuk memikat partisan dari kedua belah
pihak, dengan tujuan memperkuat golongan yang setia, mempublikasikan
gaya pribadi, memanfaatkan beberapa menit acara malam jaringan kabel dan
acara berita televisi, dan membantu pengumpulan dana.12Bentuk kampanye
tatap muka yakni berupa orasi kandidat, debat kandidat dan blusukkan atau
terjun lapangan langsung yang dilakukan oleh kandidat.
b) Kampanye Elektronik
Media elektronik termasuk saluran atau media kampanye massa. Yang
termasuk media elektronik adalah radio dan televisi, namun telepon
(handphone) juga merupakan alat komunikasi politik yang penting. Apalagi,
terdapatberebagai inovasi dalam komunikasi elektronik yang juga
13
mempunyai akibat terhadap bidang politik. salah satu bentuk kampanye ini
adalah melalui telepon.
(1) Telepon
Telepon sebagai alat komunikasi lisan satu- kepada satu mempunyai
beberapa kegunaan bagi kampanye kontemporer sebagai berikut :14
Pertama, telepon merupakan sarana yang berguna bagi hubungan
pribadi jika organisasi kampanye ingin mengumpulkan dana. Kedua,
telepon mencapai sejumlah besar pemilih dalam tempo yang sangat
singkat, baik melalui panggilan telepon kepada para pendukung ataupun
digunakan bersama- sama dengan telepon. Ketiga, telepon menambah
jumlah pemilih yang datang. Jika seorang kandidat menginginkan
banyak pemilih yang hadir dalam distrik dan seksi yang diketahuinya
banyak terdapat simpati yang laten terhadap pencalonannya.
Mengarahkan telepon untuk mencapai kantung- kantung Demokrat,
Republikan, kelas atas, bawah, atau menengah, atau gabungan lain relatif
mudah. Keempat, telepon juga dapat memperkenalkan kandidat kepada
pemilih. Kandidat merekam suatu pesan, kemudian pesan itu diputar
pada setiap pesawat penerima telepon setelah terjadi sambungan melalui

11
Dan Nimmo, Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 195
12
Ibid
13
Ibid, hlm. 196
14
Ibid, hlm. 196-197

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 290

pemutaran nomor otomatis. Kelima, telepon digunakan himbauan untuk


mendapat suara. Keenam, telepon mebantu survai tentang opini para
pemilih; polling telepon, dengan menggunakan teknik pemutaran nomor
secara acak dan menggunakan kuesioner peserta disesuaikan dengan
luwes, adalah prosedur utama survei.
(2) Kampanye radio
Radio memiliki keuntungan tertentu yang melebihi sarana
komunikasi lain yaitu, media ini lebih murah daripada televisi atau surat
langsung.
(3) Televisi
Televisi media komunikasi kampanye yang memuat citra, serta
memproyeksikan atribut- atribut terpilih dari kandidat. Pembuatan citra
dilaksanakan melalui video.
c) Kampanye Cetak
Kampanye adalah salah satu alat utama kandidat politik untuk
berkomunikasi dengan khalayak massa. Berikut merupakan dua tipe media
cetak:15
(1) Surat langsung
Kampanye surat langsung ditujukan untuk pengumpulan dana,
pembinaan, pengenalan nama dan citra kandidat, imbauan untuk
mengumpulkan suara. Namun telah ditemukan bahwa surat langsung
ternyata tidak memiliki cukup pengaruh terhadap tingkat informasi
pemilih, pandangan kandidat, tujuan memberikan suara dalam
pemilihan, atau pemilihan kandidat. Dengan kata lain hasil dari surat
langsung tidak selalu memadai bagi biayanya.16
(2) Surat kabar
Tiga tipe surat isi surat kabar bertindak sebagai sarana bagi
komunikasi kampanye, yaitu; ihwal berita, editorial, iklan.17
d) Kampanye Poster
Poster politik adalah salah satu teknik komunikasi kampanye yang
paling beraneka warna dan paling menarik. Yang tersebar pada lanskap
dalam setiap pemilihan, pada billboard, pohon, tiang telepon, atap gudang,
dan dinding bangunan adalah contoh- contoh bentuk periklanan politik ini.
Poster mencari dukungan luas untuk kandidat, partai, dan program partai;
mengumumkan pertemuan politik dan rapat umum partai yang akan datang;
15
Ibid, hlm. 201
16
Ibid, hlm. 201-202
17
Ibid, hlm. 201-202

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
291 Sherly Nelsa Fitri

membantu mengumpulkan dana; mengkritik oposisi; membina pengenalan


nama bagi kandidat yang tak dikenal; dan membangkitkan semangat para
pekerja kampanye. Poster yang disebarluaskan dengan seni rupa yang
menangkap gagasan dan tema kampanye adalah pengingat sehari- hari akan
imbauan yang diterima oleh pemilih melalui hubungan telepon,
pengumuman radio, spot telivisi, atau iklan surat kabar. Dengan demikian
poster membantu menjalin berbagai lembaran benang kampanye persuasif,
dan poster melaksanakan fungsi yang berguna dengan biaya yang relatif
murah.18

2) Berdasarkan TujuanKampanye
Jika dilihat dari tujuan sebuah kampanye, maka kampanye dapat
dibagi menjadi 4 macam, yaitu :19
a) Kampanye Positif
Kampanye positif adalah kampanye yang lebih cenderung
mengenalkan calon pemimpin atau presiden secara pribadi, program kerja
dan visi misinya. Bentuk kampanye ini bisa berupa slogan, baliho, iklan tv,
dialog, wawancara ataupun debat. Kampanye inilah yang harus dilakukan
oleh para calon. Kenyataannya baik calon, tim ataupun fan dari calon
pemimpin sangat jarang membahas ini, justru yang lebih dilakukan adalah
mengkampanyekan kekurangan lawan.
b) Kampanye Negatif
Kampanye negatif merupakan bentuk kampanye yang menyerang
calon pemimpin secara pribadi, kemudian kampanye negatif juga dapat
menjalar melalui penyerangan suatu program kerja dari visi misi lawan
politik. Kampanye memiliki konotasi yang jelek, akan tetapi selalu
digunakan oleh para calon pemimpin untuk menjatuhkan dan menampilkan
hal jelek tentang lawan politik dimata para pemilih. Terkadang kampanye
negatif juga berdasarkan kebenaran fakta dan data dan fakta akan tetapi
dimunculkan memlaui suatu opini yang negatif agar para pemilih
terpengaruh.Contoh kasus kampanye negatif yakni,
Kampanye negatif ditujukan ke Prabowo:
1) Prabowo seorang duda, pandangan lawan politiknya kalau
memimpin keluarga saja tidak bisa bagaimana memimpin negara.
2) Prabowo masih terkait orde baru karena istrinya anak Soeharto.
18
Ibid, hlm. 205
19
Candra, Kekuatan Politik Lokal Dalam Pemenangan Syahrul Yasin Limpo (Syl) Pada
Pemilihan Gubernur 2013 Daerah Pemilihan Kabupaten Gowa, 2014, Disertasi

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 292

3) Prabowo adalah orang yang emosional.


4) Prabowo ingin mengatur agama lewat visi misinya.
Kampanye negatif ditujukan ke Jokowi:
1) Jusuf Kalla berkata negara bisa hancur jika dipimpin Jokowi.
2) Jokowi boneka Megawati
3) Jokowi Pro Asing
4) Jokowi tidak bisa pidato bahasa inggris.
c) Kampanye Abu-abu
Kampanye Abu-abu adalah kampanye yang menjelekkan pihak lawan
akan tetapi untuk data dan faktanya masih abu-abu. Masih diragukan
kebenarannya dan belum dapat dibuktikan. Hanya menyalahkan salah satu
pihak lawan dalam berpolitik untuk menarik simpati masyarakat sebagai
pemilih. Contoh dari kampanye abu-abu ini adalah sebagai berikut:
1) Prabowo diduga menculik dan melanggar HAM ditahun 1998.
2) Prabowo pindah kewarganegaraan Yordania.
3) Jokowi diduga terlibat korupsi Transjakarta.
4) Jokowi gagal memimpin Jakarta.
Dalam contoh diatas kita dapat menyimpulkan bahwa dalam
kampanye abu-abu, kita tidaklah dapat memisahkan atau membenakan
antara kebenaran dan opini yang mana terlihat bahwa opini cenderung lebih
kuat dibandingkan dengan fakta yang diketahui. Sehingga, kita dapat
membedakan antara kampanye negatif dan kampanye abu-abu. Yang mana
dalam kampanye abu-abu ini kita belum bisa membuktikan benar dan
salahnya suatu informasi yang tersebar sebab data dan fakta belum bisa
dibuktikan. Sedangkan untuk kampanye negatif sudah sangat terlihat data
dan faktanya dilapangan.
d) Kampanye Hitam
Kampanye hitam atau biasa dikenal dengan istilah black campaign
dilakukan melalui pembagian atau penyebaran informasi melalui media
cetak seperti pamflet, fotokopian artikel, dan lain-lain, yang didalamnya
berisikan mengenai informasi-informasi negatif pihak lawan, kepada
masyarakat luas. Penyebaran itu dilakukan oleh tim sukses maupun
simpatisan dari si bakal calon legislatif maupun eksekutif (calon kepala
daerah). Namun, dewasa ini black campaign dilakukan dengan
menggunakan media yang lebih canggih, seperti misalnya menggunakan
sosial media dan komunikasi lewat gadget Namun demikian, media cetak
pun masih tetap digunakan untuk media black campaign ini.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
293 Sherly Nelsa Fitri

Black campaign adalah kampanye yang mengarah ke pembunuhan


karakter dan cenderung fitnah. Isinya fitnah, kebohongan dan tuduhan tanpa
bukti. Kampanye jenis inilah yang bisa dijerat hukuman, minimal dapat
sanksi dari KPU jika tim capres melakukan kampanye ini. Secara umum
bentuk kampanye hitam adalah menyebarkan keburukan atau kejelekan
seorang politikus dengan tujuan menjatuhkan nama baik seorang politikus
sehingga dia menjadi tidak disenangi teman-teman separtainya, khalayak
pendukungnya dan masyarakat umum. Kampanye hitam tidak sama dengan
kampanye negatif. Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agus
Suprio, membedakan black campaign biasanya hanya tuduhan tidak
berdasarkan fakta dan merupakan fitnah. Sedangkan kampanye negatif
adalah pengungkapan fakta kekurangan mengenai suatu calon atau partai
yang disampaikan secara jujur dan relevan.20
Kampanye hitam biasanya tidak memiliki dasar dan fakta, fitnah dan
tidak relevan diungkapkan terkait parpol maupun tokoh. Menurut Refly
Harun (pakar Hukum Tata Negara Indonesia) mengemukakan bahwa black
campaign adalah cara mendiskritkan kandidat tanpa didukung dengan data
dan fakta yang jelas, sementara kampanye negatif didefinisikan sebagai cara
mendiskriditkan kandidat dengan didukung data dan fakta yang jelas. Secara
garis besar, dalam hukum kampanye hitam jelas dilarang.
Berikut merupakan contoh black campaign:
1) Jokowi keturunan cina, Jokowi beragama Kristen.
2) Tweet akun Abraham Samad (akun palsu) yang mengatakan
Prabowo akan membunuh Jokowi.
Berdasarkan Pasal 280 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, larangan dalam
Kampanye mencakup hal sebagai berikut:
1) Mempersoalkan dasar negara Pancasila, pembukaan Undan-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia, Tahun 1945, dan bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
2) Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesiaf :

20
Reza Maulana Alamsyah, Prahastiwi Utari, Pengaruh Kampanye Hitam (Black
Campaign) Pada Pemilih Pemula (Studi Eksperimen Pengaruh Kampanye Hitam
(Black Campaign) Pada Kampanye Calon Presiden Dan CalonWakil Presiden Pemilu
2014 Melalui Media Sosialisasi Dan Diskusi Terhadap Pemahaman Pemilihan Umum
Dikalangan Pemilih Pemula Di SMA Negeri 1 Purworejo), Jurnal Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret, 2014

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 294

3) Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau


Peserta Pemilu yang lain;
4) Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun, masyarakat;
5) Mengganggu ketertiban umum;
6) Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota
masyarakat, dan/atau peserta Pemilu yang lain;
7) Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta
Pemilu;
8) Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan;
9) Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain
dari tanda gambar dan/atau atribut peserta
10) Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
peserta Kampanye pemilu.
Menurut Mufida, Cara-cara dalam Kampanye Hitam, adalah:
1) Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seorang politikus,
dengan cara memunculkan cerita buruk di masa lalunya,
menyebarkan cerita yang berhubungan dengan kasus hukum yang
sedang berlangsung, atau menyebarkan cerita bohong atau fitnah
lainnya.
2) Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan
menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-
benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan permasalahan.
Namun si penyebar foto berharap asumsi masyarakat terbentuk atau
bisa juga foto tersebut hasil rekayasa atau manifulasi dengan
bantuan teknologi komputer.
3) Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup yang
bercerita perihal keburukan atau pekerjaan jahat si politikus, baik
dimasa lalu maupun yang masih belum lama terjadi.21

Gerakan Bertagar #2019GantiPresiden Sebagai Media Kampanye

Seperti yang kita ketahui sejak pekan awal April 2018 muncul tagar
atau tagline yang menjadi trending di jagad media sosial yakni
#2019GantiPresiden dimana tagar tersebut menjadi topik hangat bagi

21
Mufida, Kampanye dan Pemilu, Semarang: IKIP PGRI, 2014, hlm. 55

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
295 Sherly Nelsa Fitri

netizen dan masyarakat. Menurut, pengamat politik bahwa perang isu untuk
menunjukkan kelemahan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) merupakan
hal yang lumrah menjelang tahun politik Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.
Pengamat Politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit mengatakan hal seperti
ini sangat wajar di tengah genderang perang merebut opini publik ditengah
kontestasi Pilpres setahun lagi. Apalagi Pak Prabowo Subianto (Ketum
Partai Gerindra) pada 11 April 2018 sudah ditetapkan sebagai calon
presiden dalam Rakernas (Partai Gerindra), jadi segala macam tagline
politis di media sosial sudah menjadi bagian dari strategi pemenangan
Pemilu Presiden 2019," ujar Arbi, Rabu (11/4) ketika dihubungi. Ia
menyebutkan pihak oposisi sengaja mengangkat sisi kelemahan dari
pemerintahan Jokowi yang masih dinilai belum cukup baik dan tidak
populer untuk menggiring opini publik. Masyarakat tidak perlu kaget lagi
jika ada wacana kontroversial mengangkat kelemahan pemerintahan saat ini.
Sejak pernyataan dari sumber fiksi bahwa 2030 Indonesia bubar,
menandakan sudah ditabuhnya genderang perang Pemilu Presiden 2019
yang sangat sengit, jelasnya. Arbi berpendapat bahwa masyarakat perlu
obyektif menilai segala wacana yang di lempar di media sosial apakah benar
sesuai fakta di lapangan. Ia juga meminta aparat tegas bertindak mengontrol
hoax (kabar bohong) yang sengaja digulirkan untuk menggiring opini
publik. Perlu diwaspadai juga masuknya kaum radikal mengambil
kesempatan dalam permainan isu jelang Pilpres 2019 ini.
Jangan kaget bila aksi massa akan semakin sering dilakukan untuk
menggiring opini publik tengah tahun politik," tuturnya. Direktur Eksekutif
Indo Barometer, Muhammad Qodari, menyebutkan datangnya tagar atau
tagline #2019GantiPresiden 2019 merupakan aspirasi yang didengungkan
pihak-pihak yang tidak puas dengan pemerintahan Jokowi. Qodri
mengatakan bahwa jika di runtut sumbernya tagar tersebut, datang dari yang
anti dengan Jokowi. Misalnya dari Mardani Alie Sera, beliau dari PKS yang
notabene mendukung Prabowo Subianto (oposisi). Meski demikian selama
mendasarkan pada fakta dan pendapat maka wacana tersebut merupakan
bagian dari kebebasan berpendapat karena menyangkut pemikiran masing-
masing personal dan bagian dari Demokrasi. Boleh beda pilihan, tapi jangan
sampai ada kekerasan dan kebohongan. Medium hasil kontestasi politik

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 296

beberapa waktu ke depan ini akan ditentukan oleh masyarakat Indonesia


saat mencoblos Presiden pilihannya tahun depan, jelasnya.22

a. Utilitas Media Internet Dengan Pemilu di Indonesia

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa perkembangan


terknologi menentukan perilaku politik. Juga ada anggapan di dunia politik
bahwa siapan yang menguasai media dan teknologi akan meraih kekuasaan.
Menurut Alwi Dahlan23, komunikasi adalah tulang punggung demokrasi;
seluruh proses demokrasi dilangsungkan dengan komunikasi. Kemajuan
teknologi yang sangat cepat akhir-akhir ini telah mendorong globalisasi
informasi, yang pada gilirannya membawa tekanan yang intens terhadap
negara berkembang untuk reformasi ke arah demokrasi Barat. Teknologi
media baru, menurut Dahlan, makin banyak diterapkan dalam proses
demokrasi di Asia meskipun tidak selalu berhasil baik dan kadang-kadang
dapat juga menimbulkan akibat yang justru tidak membantu pertumbuhan
demokrasi.
Dalam pandangan para ahli yang memiliki perhatian terhadap
hubungan media sosial dan demokrasi, internet atau media digital memiliki
potensi untuk meningkatkan komunikasi publik dan memperkaya (enrich)
demokrasi.24
Seiring dengan kehadiran sosial media, seperti Facebook, Twitter,
YouTube serta Blog, partisipasi politik masyarakat melalui internet
meningkat pesat. Partisipasi politik melalui sosial media di Indonesia
merupakan satu hal yang sempat menjadi fenomena beberapa saat lalu,
ketika warga melancarkan desakkan politik dan memobilisasi opini publik
secara online. Meskipun gerakan politik tersebut tidak selalu berhasil dalam
mengusung isu-isu politik tertentu untuk menekan pemerintah, namun tidak
jarang gerakan melalui sosial media berhasil mendesak pemerintah untuk
mengubah kebijakan-kebijakan yang kontroversial tersebut. Seperti
misalkan dalam kasus, KPK VS POLRI, kasus Primata Mulyasari, dan
skandal Bank Century yang cukup lama menyita perhatian publik. Dalam

22
http://www.beritasatu.com/politik/487744-tagar-2019-ganti-presiden-ini-kata-
pengamat.html , ditelusuri tanggal 4 September 2018
23
Dahlan, Alwi, Teknologi Informasi dan Demokrasi, Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia, Vol. IV/Oktober, 1999, hlm. 3
24
Coleman, Stephen dan Jay G. Blumler. The Internet and Democratic Citizenship;
Theory, Practice and Policy. New York : Cambridge University Press, 2009

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
297 Sherly Nelsa Fitri

kasus KPK vs POLRI (atau yang lebih dikenal dengan “cicak vs buaya”)
misalkan, menjadi kasus yang sangat aktual dan fenomenal karena mampu
melibatkan lebih dari sejuta facebooker dalam waktu yang relatif singkat
(kurang dari sebulan).25
Kemudian seperti halnya seperti gerakan tagar #2019GantiPresiden
yang tengah ramai diperbincangkan menuai kontroversi. Karena tagar ini
muncullah sebuah lagu. Lagu tersebut muncul di media sosial YouTube dan
disebar di grup-grup WhatsApp, kemudian muncul berbagai deklarasi
gerakan #2019GantiPresiden di beberapa wilayah di Indonesia serta terdapat
banyak atribut pendukung seperti kaos yang bertuliskan
#2019GantiPresiden untuk mendukung aksi #2019gantipresiden di beberapa
daerah di Indonesia tersebut dapat kita simpulkan bahwa media sosial
sangatlah membawa dampak yang sangat signifikan dan mampu
mempengaruhi masyarakat di Indonesia dengan sangat cepat. Sebagian ahli
sampai pada kesimpulan bahwa media sosial membawa dampak yang
siginifikan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.

b. Penyalahgunaan Media Sosial dalam Kampanye

Untuk pemilihan umum Presiden 2019, tentu masyarakat akan mencari


tahu bagaimana karakter calon-calon Presiden yang baik. Informasi
mengenai kepemimpinan bangsa dan pastinya hal ini akan dikaitkan dengan
bagaimana pola pemerintahan yang ditawarkan oleh semua calon Presiden.
Ditambah, informasi ini ditujukan pada politisi yang memiliki kemiripan
karakter seperti bangsa. Perkembangan Media sosial sangatlah dimafaatkan
oleh masyarakat. Seperti halnya dengan munculnya gerakan tagar
#2019GantiPresiden secara tidak langsung akan menampilkan aktor sebagai
kategori pihak yang menjadi presiden pada pemerintahan sebelum tahun
2019 yang akan mencalonkan diri pada Pemilu 2019 nantinya kemudian
juga secara tidak langsung tagar ini akan menawarkan aktor yang akan
menjadi lawan politik.
Tanpa disadari dengan adanya tagar ini kedua belah pihak pendukung
calon presiden untuk pemilu 2019 saling serang dengan pola ironi, atau
menyindir. Mencari kelemahan untuk lawan politik calon presiden yang
didukung atau menampilkan kelebihan calon presiden masing-masing pihak
25
Dalam kasus POLRI vs KPK (cicak vs buaya) menjadi kasus yang sangat fenomenal
karena mampu Mengenai kasus KPK vs POLRI, lihat Idy Subandy Ibrahim, (2011 :
97-120)

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 298

yang mereka dukung sehingga dapat mensugesti masyarakat akan


kekajaman, kerusakan, kebaikan dari kedua calon presiden yang nantinya
akan maju pada Pemilu 2019 kelak, secara tidak langsung akan muncul
berbagai informasi yang belum jelas asal-usulnya dari berbagai akun, baik
itu berupa fakta maupun hanya opini belaka yang belum jelas asal-usulnya
dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Sebenarnya, jika kita menelaah tagar #2019GantiPresiden tidaklah
menjadi bagian dari kampanye black campaign. Sebagaimana pendapat,
Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja yang
mengatakan bahwa gerakan tagar #2019GantiPresiden bukan termasuk
kategori kampanye. Menurut Rahmat, gerakan tersebut merupakan bagian
dari kebebasan berekspresi, tetapi jika gerakan ini dapat menjadi detonator
yang bisa menghancurkan lawan politik salah satu calon presiden nantinya,
maka akan lain nantinya. Jika kita mengkaji melalui pendekatan sosiologis.
Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan
pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan dalam menentukan perilaku memilih seseorang. Pemahaman
terhadap pengelompokan sosial baik secara formal, seperti kelompok
keagamaan, organisasi profesi, maupun pengelompokan informal seperti
keluarga, pertemanan, ataupun kelompok kecil lainnya memiliki peranan
besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi seseorang, yang nanti
sebagai dasar atau preferensi dalam menentukan pilihan politiknya. Gerald
Pomper memerinci pengaruh pengelompokan sosial dalam studi voting
behavior ke dalam variabel, yaitu variabel predisposisi sosial-ekonomi
keluarga pemilih dan predisposisi sosial-ekonomi pemilih. Menurutnya,
predisposisi sosial pemilih dan keluarga pemilih mempunyai hubungan yang
signifikan dengan perilaku memilih seseorang. Preferensi-preferensi politik
keluarga, apakah preferensi politik ayah atau preferensi politik ibu akan
berpengaruh pada preferensi politik anak. Dalam berbagai ragam perbedaan
struktur sosial, yang paling tinggi pengaruhnya terhadap perilaku politik
adalah faktor kelas (status ekonomi).
Kemudian jika kita mengkaji melalui pendekatan psikologis. Yang
mana dijelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian
seseorang, merupakan variabel yang cukup menentukan dalam
mempengaruhi perilaku politik seseorang. Pendekatan psikologis
menekankan pada tiga aspek psikologis, yaitu ikatan emosional pada suatu
partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi terhadap kandidat.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
299 Sherly Nelsa Fitri

Pendekatan psikologis menganggap sikap merupakan variabel sentral dalam


menjelaskan perilaku politik seorang.
Selanjutnya adalah pendekatan rasional. Ada faktor situasional yang
ikut perperan dalam mempengaruhi pilihan politik seseorang. Dengan
begitu, para pemilih tidak hanya pasif tetapi juga aktif, bukan hanya
terbelenggu oleh karakteristik sosiologis tetapi juga bebas bertindak. Faktor-
faktor situasional itu bisa berupa isu-isu politik ataupun kandidat yang
dicalonkan. Dengan demikian, isu-isu politik menjadi pertimbangan yang
penting. Para pemilih akan menentukan pilihan berdasarkan penilaiannya
terhadap isu-isu politik dan kandidat yang diajukan. Mereka melihat adanya
analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku memilih (politik).
Namun dari semua itu, peran media massa menjadi sangat penting
dalam mempengaruhi pemilih. Salah satu kunci persaingan politik adalah
media massa. Media massa ini diartikan sebagai suatu entitas yang memiliki
peran dan fungsi untuk mengumpulkan sekaligus mendistribusikan
informasi dari dan ke masyarakat.
Efektivitas komunikasi politik membutuhkan peran serta media massa,
karena merekalah salah satu profesi penting yang memiliki perangkat dan
kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat luas. Komunikasi politik
kerap kali terjadi secara tidak langsung melalui pemberitaan-pemberitaan
yang dilakukan oleh media massa.26
Berdasarkan kajian tersebut, maka gerakan kampanye
#2019GantiPresiden merupakan langkah awal untuk meraup dukungan
penuh dari para pemilih. Gerakan ini akan menjadi black campaign ketika
dalam tagar tersebut memuat hal-hal yang melanggar Undang-Undang
Pemilu, yang diuraikan sebagai berikut:
Pasal 280 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, larangan dalam Kampanye
mencakup hal sebagai berikut:
1) Mempersoalkan dasar negara Pancasila, pembukaan Undan-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Tahun 1945, dan bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2) Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesiaf;

26
https://sketsanews.com/maraknya-kampanye-2019-ganti-presiden/ , ditelusuri pada
tanggal 3 September 2018

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 300

3) Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau


Peserta Pemilu yang lain;
4) Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun,
masyarakat;
5) Mengganggu ketertiban umum;
6) Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota
masyarakat, dan/atau peserta Pemilu yang lain;
7) Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta
Pemilu;
8) Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan;
9) Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain
dari tanda gambar dan/atau atribut peserta;
10) Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
peserta Kampanye pemilu.
Tagar #2019Ganti Presiden akan menjadi black campign juga memuat
menganai hal- hal dibawah ini:
1) Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seorang politikus,
dengan cara memunculkan cerita buruk di masa lalunya,
menyebarkan cerita yang berhubungan dengan kasus hukum yang
sedang berlangsung, atau menyebarkan cerita bohong atau fitnah
lainnya.
2) Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan
menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-
benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan permasalahan.
Namun si penyebar foto berharap asumsi masyarakat terbentuk
atau bisa juga foto tersebut hasil rekayasa atau manifulasi dengan
bantuan teknologi komputer.
3) Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup
yang bercerita perihal keburukan atau pekerjaan jahat si politikus,
baik dimasa lalu maupun yang masih belum lama terjadi.27

27
Mufida, Op.Cit, hlm. 55

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
301 Sherly Nelsa Fitri

Kesimpulan

Gerakan ini sebenarnya, sah-sah saja dilakukan sebab ini merupakan


kebebasan dari tiap orang untuk berpendapat akan tetapi jika Gerakan tagar
#2019GantiPresiden dapat menjadi suatu bagian dari black campaign jika
dalam perkembangannya tagar ini memperluan isu yang melanggar Pasal
280 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017
Tentang Pemilihan Umum, dan menjelekkan atau menyerang salah satu
kandidat calon presiden secara langsung dan jika mengarah ke pembunuhan
karakter dan cenderung fitnah serta kebohongan dan tuduhan tanpa bukti.
Hal ini bergantung dengan media sebab media berperan besar memengaruhi
khalayak melalui informasi-informasi yang tersebar yang disebabkan karena
adanya tagar tersebut.

Daftar Pustaka

Buku
Antar, Venus. (2004). Manajemen kampanye: panduan teoritis dan praktis
dalam mengekfektifkan kampanye komunikasi. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media
Cangara, Hafied. (2011). Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Coleman, Stephen dan Jay G. Blumler. (2009).The Internet and Democratic
Citizenship; Theory, Practice and Policy. New York : Cambridge
University Press
Dan Nimmo. (2011). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Gurnelius, Susan. (2011). 30-minute Sosial Media Marketing. United States:
McGraw-Hill Companies
Mufida. (2014). Kampanye dan Pemilu, Semarang: IKIP PGRI
Peter Mahmud Marzuki. (2014). Penelitian Hukum:Edisi Revisi-Cetakan ke-
9. Jakarta:Kencana Pernada Media Group
Rosady Ruslan. (2002). Kiat dan Strategi: Kampanye Public Relations.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 302

Jurnal
Aldy Raenaldy, dkk. (2017). Hubungan antara Media Sosial terhadap
Peluang Kemenangan Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta Pada
Pilkada 2017 (Studi Wilayah Jakarta Utara). Jurnal Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Dahlan, Alwi. (1999). Teknologi Informasi dan Demokrasi. Jurnal Ikatan
Sarjana Komunikasi Indonesia. Vol. IV/Oktober
Reza Maulana Alamsyah, Prahastiwi Utari. (2014). “Pengaruh Kampanye
Hitam (Black Campaign) Pada Pemilih Pemula (Studi Eksperimen
Pengaruh Kampanye Hitam (Black Campaign) Pada Kampanye
Calon Presiden Dan CalonWakil Presiden Pemilu 2014 Melalui
Media Sosialisasi Dan Diskusi Terhadap Pemahaman Pemilihan
Umum Dikalangan Pemilih Pemula Di SMA Negeri 1 Purworejo)”,
Jurnal Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sebelas Maret
Towner, Terri L. (2013). “All Political Participation Is Socially Networked?
New Media and the 2012 Election”. Social Science Computer
Review, 31(5), hlm. 527-541

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilihan Umum

Sumber Online
[…] https://nasional.tempo.co/read/1086128/deklarasi-hari-ini-begini-awal-
mula-gerakan-2019gantipresiden , ditelusuri pada tanggal 1
September 2018
[..] http://www.beritasatu.com/politik/487744-tagar-2019-ganti-presiden-ini-
kata-pengamat.html , ditelusuri tanggal 4 September 2018
[..] https://sketsanews.com/maraknya-kampanye-2019-ganti-presiden/,
ditelusuri pada tanggal 3 September 2018

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
303 Sherly Nelsa Fitri

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai