Anda di halaman 1dari 36

Pengaruh Terpaan Black Campaign Di Twitter

Terhadap Persepsi Mahasiswa FPSB UII


Dalam Dunia Politik
Dosen Pengampu: Panji Dwi Ashrianto, S.Sos., M.I.Kom

Muhammad Chamdan Husein (18321167)

Mutiara Ayu Kirani (18321029)

Umair Abdurrrosyad (18321099)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan
oleh tweet black campaign di sosial media twitter yang dilakukan oleh aktor-aktor
politik maupun buzzer politik terhadap persepsi mahasiswa FPSB UII angkatan
2018 dalam dunia politik menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa FPSB UII angkatan 2018. Penelitian
ini menemukan bahwa adanya pengaruh antara eksistensi tweet black campaign di
twitter terhadap persepsi mahasiswa FPSB UII angkatan 2018 dalam perpolitikan
dimana hal tersebut memiliki pengaruh negatif sehingga persepsi mahasiswa
tentang politik menjadi buruk dan melahirkan sifat apatis terhadap perpolitikan,
penelitian ini juga menemukan bahwa para mahasiswa jarang ada yang
melibatkan diri dalam sebuah tweet black campaign dan juga banyak dari
mahasiswa yang tidak meyakini kebenaran atas adanya cuitan black campaign.
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
Bersamaan dengan berkembangnya penggunaan twitter, umumnya pada
mahasiswa, setelah terdapat jeda beberapa tahun dengan instagram mulai menduduki
platform dan menjadi pupoler dalam waktu yang singkat , twitter secara berangsur
kembali berdiri dan ramai akan penggunanya, baik pengguna twitter lama maupun
pengguna twitter baru. Selain menjadi platform online untuk berinteraksi terhadap
sesama orang, penggunaan media sosial secara umum dapat menjadi suatu hiburan
sesaat, memperoleh berita dan informasi terkini, serta membentuk opini publik. Tidak
jarang juga dengan era digital yang terus berkembang hingga saat ini, kegiatan
kampanye politik didorong untuk beradaptasi dan menggunakan setiap peluang yang
ada untuk mencari dukungan untuk kepentingan kelompoknya. Dalam kampanye
politik, seseorang atau suatu kelompok akan menggunakan segala cara untuk
mendapatkan suara yang dibutuhkan, termasuk dengan black campaign.
Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang lalu, kedua calon presiden saat
itu yakni Presiden Joko Widodo dan sekarang mantan calon presiden Prabowo
Subianto kerap menggunakan cara apapun untuk mengkampanyekan dirinya masing-
masing dengan tujuan mendapatkan dukungan suara serta memperoleh rasa trust and
loyalty dari pendukung. Pramomo Ubaid Tanthowi, Komisioner Komisi Pemilihan
Umum (KPU) menyebut hoaks menjadi strategi kampanye dari tim sukses Jojo
Widodo-Ma’aruf Amin dan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019. Pramono juga
menyebut hoaks sengaja diproduksi kedua timses guna menjatuhkan kandidat lawan
dengan menyewa buzzer untuk berkampanye. Buzzer bertugas untuk membuat
‘perang isu’ dan terus-menerus mendorong naik isu yang dibuatnya dalam media
sosial sehingga menjadi perhatian publik (CNN Indonesia, 2019).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Haidir Fitra Siagian (2015) yang meneliti
pengaruh dan efektivitas penggunaan media sosial sebagai saluran komunikasi politik
dalam membentuk opini publik, dia menjabarkan bahwa media sosial dapat
dikategorikan sebagai media massa, karena sifatnya terbuka untuk semua khalayak
yang berhasil mengaksesnya tanpa batasan, termasuk batasan geografis dan batasan
ideologis, dan bisa memasuki ranah pribadi dari penggunannya, dengan begitu sosial
media bisa menjadi penyambung lidah bagi para pelaku politik dalam
mengkampanyekan pandangan politiknya terhadap publik luas.
Pesan-pesan politik yang disampaikan seorang kandidat melalui media sosial
dapat memberikan pengaruh kepada khalayak. Tingkat pengaruh kepada setiap
individu adalah berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Pengaruh pesan-pesan
politik tersebut boleh jadi menimbulkan sikap yang politik positif atau negatif
khalayak. Sikap positif adalah dengan mengikuti apa yang diinginkan oleh
komunikator politik. Sedangkan sikap negatif adalah mengabaikan keinginan para
kandidat.
Tidak hanya itu, khalayak juga dapat memberikan sikap yang berlawanan
terhadap apa yang disampaikan oleh seorang komunikator politik. Dengan demikian,
pengaruh pesan-pesan politik melalui media sosial kepada khalayak adalah ditentukan
oleh sejauh mana seorang kandidat atau komunikator politiknya dapat mengemas
proses penyampaian pesan dengan baik dan efektif. Apabila proses penyampaian
pesan tersebut tidak sesuai dengan harapan khalayak, maka hasilnya mungkin saja
tidak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Haidir menyimpulkan: dalam
menggunakan media sosial sebagai saluran komunikasi politik, tidaklah serta merta
dapat berhasil dengan baik. Justru harus menggunakan strategi dan kerja-kerja politik
yang profesional dan terukur. Pihak yang berkampanye untuk memenangkan
pemilihan presiden maupun dalam pemilihan kepala daerah dan anggota legislatif,
perlu mengenal khalayak secara cermat sehingga dapat mengetahui keperluan mereka.
Dengan demikian pesan-pesan yang akan disampaikan kepada khalayak sudah dapat
dipastikan akan dapat memberikan pengaruh yang positif.
Menurut Cangara (2014), setiap usaha untuk mengisi jabatan, terutama untuk
jabatan publik, gossip yang mengarah pada bentuk kampanye hitam akan selalu
muncul. Kampanye hitam yang biasa disebut dengan black campaign cenderung
menyudutkan para calon yang diusung untuk menduduki suatu jabatan. Isu itu
biasanya erat kaitannya dengan apa yang disebut “3Ta”, yaitu : Harta, Wanita, dan
Tahta. Harta biasanya diisukan dalam bentuk korupsi, wanita dalam bentuk istri
simpanan atau perselingkuhan, sedangkan tahta dinilai sikap ambisius.
Sedangkan dalam penelitian Yudha Pradana (2017), Yudha meneliti peranan
media sosial dalam pengembangan melek potik mahasiswa, dia menjelaskan bahwa
dengan adanya media sosial, mahasiswa bisa mengakses setiap waktu untuk
mengumpulkan informasi, salah satu informasi yang kerap dicari adalah informasi
tentang perpolitikan di Indonesia dan Yudha menyimpulkan bahwa Penggunaan
media sosial oleh mahasiswa 48% termasuk kategori baik, 36% cukup baik, dan 15%
kurang baik. Melek politik mahasiswa berada pada kategori 36% baik, 43% cukup
baik, dan 21% kurang baik. Peranan media sosial dalam pengembangan melek politik
mahasiswa menunjukkan bahwa sebesar 54,79% dipengaruhi oleh media sosial.
Sedangkan sisanya sebesar 45,21% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diamati
olehnya
Menurut Kantaprawira (2004) beliau mengartikan melek politik sebagai
perwujudan dari pendidikan politik untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat
dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.
Abdurrahman (Suhiat, 2009) berpendapat bahwa semakin tinggi taraf kesadaran
seseorang maka akan semakin tinggi pula ketaatannya terhadap sistem politik dan
juga sebaliknya. Melek politik berpangkal pada adanya suatu pengetahuan tentang
politik dan nilai-nilai Konstitusi yang mengatur kehidupan politik. Dari pengetahuan
tersebut akan lahir suatu pengakuan dan penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan
hukum sehingga akan muncul sikap penghayatan terhadap sistem politik tersebut.

Dengan melihat penelitian yang sudah dilakukan dengan melihat pengaruh


media sosial dan politik, penelitian ini akan fokus terhadap salah satu contoh situs
sosial media yang digemari orang orang, yaitu Twitter, Twitter memiliki fitur untuk
mengupdate status, mengunggah foto, dan bisa saling berinteraksi dengan pengguna
Twitter yang lain, salah satu kekurangan Twitter adalah saat akan berkicau dibatasi
140 huruf, namun pada tanggal 07 November 2017 bertambah menjadi 280 huruf.
Survey mengatakan ada 500 juta pengguna aktif Twitter di dunia, dan di Indonesia
sendiri ada 19,5 juta pengguna aktif twitter.

Kebanyakan pengguna twitter adalah remaja dari kalangan pelajar


SMP,SMA, dan Kuliah, dikarenakan penelitian ini dilakukan pada saat tahun 2019
yang sedang hangat hangatnya dengan perpolitikan, Twitter menjadi salah satu media
sosial yang sering digunakan untuk berkampanye oleh kedua belah pihak yang sedang
memperjuangkan calon presiden yang mereka inginkan, namun semakin mendekati
waktu pemilihan umum, banyak sekali hashtag yang menyerang secara langsung
suatu kubu politik hingga menjadi trending topic wilayah Indonesia, seperti halnya
hashtag #2019gantipresiden dan lain sebagainya yang sewaktu waktu menduduki
peringkat pertama di trending topic wilayah Indonesia, banyak dari pengguna twitter
saling beradu argumen terhadap pandangan politik mereka dengan pengguna yang lain
yang berbeda pandang politik dengan cara berebut tahta di trending topic tersebut,
kadang dikuasai oleh kubu 01 dan kadang juga dikuasai kubu 02, dan ini tidak stabil
dengan seringnya berganti kekuasaan panggung di Twitter, banyak dari warganet
yang resah akan hal ini dan keresahan mereka dicurahkan dengan me mention akun
yang sering menjadi trigger dalam kancah perhashtagannya, dengan begitu penelitian
ini akan fokus terhadap tanggapan warganet tentang blackcampaign yang sering
terjadi di media sosial Twitter.

I.II. Rumusan Masalah:

1. Bagaimana respon mahasiswa FPSB UII yang menggunakan twitter terhadap adanya
black campaign ?
2. Apa saja pengaruh yang timbulkan atas adanya black campaign di twitter ?

I.III. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana respon mahasiswa FPSB UII sebagai pengguna twitter
terhadap adanya black campaign
2. Untuk melihat pengaruh yang timbulkan atas adanya black campign di twitter

I.IV. Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritik

a.       Untuk menambah referensi terhadap kajian politik tentang eksistensi gerakan

blackcampaign atau kampanye hitam

b.      Sebagai bahan acuan dan referensi pada penelitian sejenis yang dilakukan

dimasa yang akan datang

2.      Manfaat Praktis

a.       Menambah pemahaman masyarakat umum mengenai pengetahuan sosial dan

politik untuk meningkatkan pemahaman tentang blackcampaign atau kampanye hitam

b.      Memberikan pemahaman akan pengaruh blackcampaign atau kampanye hitam

terhadap mahasiswa FPSB UII yang menggunakan twitter

I.V. Kerangka Teori


I.V.I. Kajian tentang politik

Pengertian politik menurut Deliar Noer (1983: 6) “politik adalah … segala

aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk

mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk

susunan masyarakat”.

Sedangkan pengertian politik yang dikemukakan oleh Miriam Budiardjo

(1982: 8) sebagai berikut: “pada umumnya dikatakan bahwa politik (politics) adalah

bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut

proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”.

Fungsi politik:

a. Sosialisasi Politik

Sosialisasi antara lain berarti proses sosial yang memungkinkan seseorang

menjadi anggota kelompoknya. Oleh karena itu ia mempelajari kebudayaan

kelompoknya dan peranan dalam kelompok. Jadi dengan demikian sosialisasi politik

adalah merupakan proses sosial yang menjadikan seseorang anggota masyarakat

memiliki budaya politik kelompoknya dan bersikap serta bertindak sesuai dengan

budaya politik tersebut. Dan sosialisasi dilakukan oleh semua unsur dalam

masyarakat, misalnya lingkungan pergaulan dan pekerjaan, media massa, keluarga


dan sekolah, juga instansi resmi. Dengan demikian kebudayaan politik dapat

berkembang dan terpelihara sampai pada generasi berikutnya.

b. Rekruitmen Politik

Rekruitmen politik dimaksudkan adalah proses seleksi warga masyarakat

untuk menduduki jabatan politik dan administrasi. Menurut Gabriel A. Almont setiap

sistem politik mempunyai cara tersendiri dalam merekrut warganya untuk menduduki

kedudukan politik dan administrasi.

c. Artikulasi Kepentingan

Fungsi ini merupakan suatu proses penentuan kepentingan yang dikehendaki

dari sistem politik. Hal ini rakyat menyatakan kepentingan mereka kepada lembaga-

lembaga politik dan pemerintahan dengan melalui kelompok kepentingan yang


dibentuk bersama dengan orang lain yang memiliki kepentingan yang sama, kadang-

kadang rakyat secara langsung menyatakan keinginannya kepada pejabat

pemerintahan.

d. Agresi Kepentingan

Fungsi ini adalah proses perumusan alternatif dengan jelas dengan jalan

penggabungan atau penyesuaian kepentingan yang telah diartikulasikan atau dengan

merekrut calon-calon pejabat yang menganut politik kebijaksanaan tertentu. Agresi

kepentingan dapat diselenggarakan oleh seluruh subsistem dari sistem politik seperti

lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, birokrasi, media komunikasi, partai-partai

politik dan kelompok kepentingan. Memahami Tentang Beberapa Konsep

Politik(Suatu Telaah Dari Sistem Politik) 271 (Abdulkadir B. Nambo dan Muhamad

Rusdiyanto Puluhuluwa)

e. Komunikasi Politik

Fungsi ini merupakan alat untuk penyelenggaraan fungsi-fungsi lainnya.

Artinya pihak lain mengambil bagian dalam sosialisasi politik dengan menggunakan

komunikasi. Fungsi-fungsi keluaran (output functions), meliputi fungsi-fungsi

pembuatan aturan, pelaksanaan aturan dan pengawasan azas pelaksanaan aturan-

aturan. Ketiga fungsi ini oleh Gabriel A. Almond sebagai fungsifungsi pemerintahan
dan tidak dibahas lebih lanjut karena pertimbangan ketidakpastian struktur formal

pemerintahan umumnya negara-negara non barat dan penyimpangan besar dalam

penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan dari konstitusi. Sehubungan dengan hal

di atas, di sini Almond mengemukakan bahwa ditinggalkannya fungsi-fungsi ini

disebabkan konsep yang diajukannya kekurangan unsur yang esensial sebab fungsi

pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari pengertian politik.

I.V.II. Kajian dan Terpaan Black Campaign

Black campaign pada umumnya sering kita temui pada keadaan politik.

Menurut Ade Tuti (2016), Black campaign atau yang sering juga disebut dengan

kampanye hitam yaitu suatu kegiatan yang dikaitkan dengan mengadu domba,

menghasut, menghina, bahkan menyebar berita bohong atau yang biasa disebut doang
hoax. Pelaku black campaign meliputi seorang calon/sekelompok orang/partai politik/

pendukung seorang calon, terhadap lawan mereka. Menurut Mahfud Md (2019), Jika

black campaign lebih dikaitkan dengan kampanye yang penuh fitnah dan kebohongan,

maka beda halnya dengan negative campaign, yang lebih fokus pada mengemukakan

sisi negatif atau kelemahan faktual tentang lawan politik. Maka dari itu, Mahfud Md

menolak keras black campaign dan tidak melarang negative campaign karena Mahfud

Md berpendapat bahwa kedua hal tersebut berbeda.

Melalui pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dimensi yang akan
dijadikan indikator dari terpaan :
a. Frekuensi
b. Intensitas penggunaan media sosial twitter

I.VI. Hipotesis
Hipotesis ialah pernyataan mengenai populasi yang kebenarannya diuji
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian yang diambil. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui dampak terpaan black campaign di aplikasi twitter
terhadap persepsi mahasiswa FPSB UII dalam dunia politik, dimana penelitian ini
ingin mencari pandangan mahasiswa tentang perpolitikan setelah adanya fenomena
kampanye hitam ini. Berikut ini perumusan hipotesis dari penelitian ini:

H0: Terdapat pengaruh yang signifikan dengan adanya black campaign atau


kampanye hitam di twitter terhadap perspektif politik mahasiswa FPSB UII
Ha: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan adanya black campaign atau
kampanye hitam di twitter terhadap perspektif politik mahasiswa FPSB UII
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I. Tinjauan pustaka


II.I.I Kajian Tentang CMC (Computer Mediated Communication)
Menurut Arnus (2015), Computer Mediated Communication atau biasa
disingkat dengan CMC dalam Bahasa Indonesia bisa diterjemahkan menjadi
komunikasi yang berwahanakan komputer atau komunikasi yang diperantarakan oleh
komputer. Dalam konteks CMC komputer yang dimaksud tidak hanya perangkat
Personal Computer (PC) atau Laptop, tetapi semua alat-alat yang berbasiskan
komputer seperti PDA, smarphone, tablet, dan sejenisnya, alat-alat tersebut disebut
dengan media baru komunikasi. Computer Mediated Communication (CMC) dapat
secara sederhana diartikan sebagai komunikasi yang terjadi antara orang dengan
menggunakan media komputer atau melalui komputer.
Apabila dahulu kita berkomunikasi dengan seseorang atau suatu kelompok
hanya mengandalkan komunikasi tatap muka (face to face), dan harus berdekatan
secara fisik, sehingga apabila kita ingin berkomuikasi dengan seseorang atau
berdiskusi dengan sekelompok orang, maka kita harus bertemu dengan orang tersebut
secara langsung, tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, muncullah pola CMC
yang mendukung munculnya alat-alat komunikasi yang dapat memudahkan kita untuk
berkomunikasi satu sama lain tanpa harus bertatap muka atau bertemu secara
langsung, atau berdekatan secara fisik.
Pola CMC memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan menggunakan
alat komunikasi yang berbasis komupter, dengan didukung perangkat internet dan
aplikasi-aplikasi yang memungkinkan kita untuk membaca berita teraktual dari koran
online, bisa bermain game virtual yang memungkinkan kita seolah-olah bermain dengan
seseorang tetapi orang tersebut tidak berada di dekat kita, kita dapat becakap-cakap,
berdiskusi, dengan seseoang dimanapun mereka berada, bahkan trend berniaga saat ini
adalah dengan menggunakan media online, dengan adanya media jejaring sosial seperti
facebook, twiter, BBM, instagram, dan masih banyak jejaring sosial lainnya. Luasnya
pola CMC juga dapat membuka peluang untuk penyebar luasan black campaign yang
semakin marak seiring berkembangnya jejaring sosial. Bentuk-bentuk black campaign
yang paling banyak ditemui ialah melalui internet dengan jejaring sosial yang semakin
banyak jumlahnya setiap tahunnya.

II.I.II. Kajian tentang politik

Pengertian politik menurut Deliar Noer (1983: 6) “politik adalah … segala

aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk

mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk

susunan masyarakat”.

Sedangkan pengertian politik yang dikemukakan oleh Miriam Budiardjo

(1982: 8) sebagai berikut: “pada umumnya dikatakan bahwa politik (politics) adalah

bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut

proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”.

II.I.III. Kajian tentang Black Campaign

Black campaign pada umumnya sering kita temui pada keadaan politik.

Menurut Ade Tuti (2016), Black campaign atau yang sering juga disebut dengan

kampanye hitam yaitu suatu kegiatan yang dikaitkan dengan mengadu domba,

menghasut, menghina, bahkan menyebar berita bohong atau yang biasa disebut doang

hoax. Pelaku black campaign meliputi seorang calon/sekelompok orang/partai politik/

pendukung seorang calon, terhadap lawan mereka. Menurut Mahfud Md (2019), Jika

black campaign lebih dikaitkan dengan kampanye yang penuh fitnah dan kebohongan,

maka beda halnya dengan negative campaign, yang lebih fokus pada mengemukakan

sisi negatif atau kelemahan faktual tentang lawan politik. Maka dari itu, Mahfud Md

menolak keras black campaign dan tidak melarang negative campaign karena Mahfud

Md berpendapat bahwa kedua hal tersebut berbeda.

II.I.IV. Respon Kognitif dalam Ilmu Komunikasi


Teori respon kognitif adalah teori yang merujuk pada sebuah model
komunikasi persuasi. Teori ini mengasumsikan bahwa dampak sebuah pesan terhadap
sikap bergantung pada pemikiran yang dibangkitkan oleh pesan. Pengertian lainnya
adalah teori respon kognitif merujuk pada sebuah teori yang menyatakan bahwa
seluruh perubahan sikap yang terjadi merupakan hasil dari pikiran dan keyakinan
seseorang ketika menerima imbauan persuasif.
Berbagai literatur menyebutkan bahwa teori respon kognitif adalah salah
satu teori komunikasi persuasif yang digagas oleh Anthony G. Greenwald dkk di
tahun 1968. Menurut Greenwald (1968), respon kognitif adalah reaksi kognitif
penerima komunikasi terhadap informasi persuasif yang datang padanya. Greenwald
juga menjelaskan bahwa ketika seseorang menerima pesan persuasi dan ia dihadapkan
pada keputusan untuk menerima atau menolak pesan persuasi tersebut, ia akan
berusaha untuk menghubungkan informasi baru yang diterimanya dengan sikap,
pengetahuan, perasaan, dan lain sebagainya yang telah ada sebelumnya.

II.II. Penelitian terdahulu


Penelitian – penelitian seperti ini telah dilakukan sebelumnya, karena
penelitian – penelitian terdahulu dirasa sangat penting dalam sebuah penelitian yang
akan dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini antara
lain : Pengaruh kampanye hitam (black campaign) pada pemilih pemula (Reza tahun
2015).
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. mendeskripsikan pemahaman pemilu pada pemilih pemula
b. pemahaman black campaign pada pemilih pemula
c. mengetahui perbedaan dan pengaruh kampanye hitam terhadap pemahaman
pemilihan calon presiden dan wakil presiden pada pemilih pemula
d. mengetahui perbedaan pemahaman kampanye hitam terhadap penerimaan pesan
kampanye hitam pada pemilih
hasil kajian ini adalah :
a. Pemilih pemula sebelum perlakuan memiliki kesulitan dalam membedakan black
dengan negatif campaign yang terlihat dari hasil persentase jawaban sangat setuju,
setuju dan netral yang berjumlah 73% dalam pernyataan black campaign yang
tidak berbeda dengan negatif campaign. Pemilih pemula setelah perlakuan
menunjukkan perubahan pemahaman mengenai perbedaan black campaign
dengan negatif campaign yang terlihat dari hasil persentase jawaban sangat setuju,
setuju dan netral turun menjadi 20 % yang semula sebelum perlakuan 73%
b. Media sosialisasi dan diskusi terbuka berpengaruh terhadap pemahaman dan
penerimaan pesan black campaign pemilih pemula sebelum dan sesudah
eksperimen. Ditunjukkan dengan uji beda t – paired test pemahaman black
campaign sebesar p = 0,036 dan penerimaan pesan black campaign sebesar p =
0,561. Artinya, berdasar tabel diketahui bahwa korelasi sebelum perlakuan dan
setelah perlakuan adalah kuat dan signifikan pada taraf kepercayaan 95% dengan
p<0.05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan terhadap
pemahaman pesan black campaign sebelum dan sesudah eksperimen yang berupa
media sosialisasi dan diskusi terbuka. Namun terdapat perbedaan yang kurang
signifikan pada penerimaan pesan black campaign pemilih pemula sebelum dan
sesudah eksperimen.

1. Peranan media sosial dalam pengembangan melek politik mahasiswa (Yudha


tahun 2015)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan media sosial
oleh mahasiswa, tingkat melek politik mahasiswa, dan peran media sosial dalam
pengembangan melek politik mahasiswa. Batasan penelitian
hanya mengkaji bagaimana tingkat penggunaan media sosial oleh mahasiswa dan
hanya mengkaji bagaimana tingkat melek politik mahasiswa.

Hasil kajian ini adalah :


a. Penggunaan media sosial oleh mahasiswa 48% termasuk kategori baik, 36%
cukup baik, dan 15% kurang baik.
b. Melek politik mahasiswa berada pada kategori 36% baik, 43% cukup baik, dan
21% kurang baik.
c. Peranan media sosial dalam pengembangan melek politik mahasiswa
menunjukkan bahwa sebesar 54,79% dipengaruhi oleh media sosial. Sedangkan
sisanya sebesar 45,21% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diamati oleh
peneliti.

2. Fenomena black campaign dalam pemilihan kepala daerah 2015 (ade tuti tahun
2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana peran media dalam
penyebaran kampanye hitam yang menimpa Sigit Purnomo Syamsuddin Said atau
Pasha dan Bagaimana dampak kampanye hitam terhadap pemenangan pasangan
Hidayat Pasha

Hasil kajian ini adalah :

a. Media berperan besar memengaruhi khalayak melalui tayangan-tayangannya


tentang fenomena kampanye hitam dalam pilkada Palu. Namun demikian,
khalayak semakin pintar untuk memilah-milah dan menyeleksi berita (khalayak
kepala batu).
b. Kampanye hitam pada umumnya berdampak negatif pada kontestan pemilu atau
pilkada. Namun demikian, fakta membuktikan bahwa kadang-kadang kampanye
hitam justru dapat menuai simpati, merupakan hiburan bagi masyarakat, dan
mendongkrak populariatas sang kontestan. Singkat kata dalam kasus kampanye
hitam berupa “ta” (wanita) terhadap dugaan perselingkuhan Pasha-Angel ternyata
tidak begitu memengaruhi potensi kemenangan pasangan Hidayat-Pasha sebagai
Wali Kota dan Wakil Walikota Palu. Buktinya berdasarkan perhitungan cepat
pasangan Hidayat-Pasha unggul di pilkada kota Palu 2015.
BAB III

METODE PENELITIAN
III.I. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, dimana penelitian ini bermaksud untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Tujuan penelitian ini adalah
peneliti ingin menjelaskan,memaparkan secara objektif mengenai “Pengaruh Black
Campaign Di TwitterTerhadap Perspektif Mahasiswa FPSB UII Dalam Dunia Politik”

III.II. Lokasi penelitian


Penelitian dilakukan di fakultas psikologi dan ilmu sosial budaya Universitas Islam
Indonesia

III.III. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas psikologi dan
sosial budaya Universitas Islam Indonesia angkatan tahun 2018 yang berjumlah
kurang lebih 800 mahasiswa. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah mahasiswa FPSB 2018 yang terdiri dari program studi Ilmu komunikasi,
Psikologi, Pendidikan Bahasa Inggris, dan Hubungan Internasional yang dihitung
berdasarkan rumus slovin yang jika dihitung menghasil kurang lebih 88 sampel dalam
penelitian ini

III.IV. Variabel
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel independent (variabel bebas). Yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah fenomena black campaign di twitter
b. Variabel dependen (variabel terikat). Sedangkan yang menjadi variabel terikat
dalam penelitian ini adalah dampak yang mempengaruhi mahasiswa FPSB UII
III.V. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
menyebarkan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan model skala
Likert yang terdiri atas beberapa item dengan empat alternatif jawaban, yaitu SL
(selalu), SR (sering), JR (jarang), TP (tidak pernah), dengan beberapa pernyataan
seputar black campaign dan politik

III.VI. Teknik Analisis Data


Analisis Linear Regresi Sederhana
Untuk mengetahui bagaimana besarnya pengaruh black campaign terhadap
perspektif mahasiswa FPSB UII dalam dunia politik, maka peneliti menggunakan
analisis regresi sederhana yang dapat dirumuskan sebagai berikut
Y’ = a + bX
Keterangan:
Y’= Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

III.VII. Operasional Tabel

Variabel Sub Indikator Skala Keterangan


Variabel/Dimensi
Terpaan Intensitas  Pengguna aktif Likert
Black penggunaan twitter
Campaign twitter  Membuka twitter
di media setiap hari
sosial
Twitter (X)
Durasi  Sekali login twitter Likert
Penggunaan saya dapat
Twitter menemukan 3 atau
lebih tweet black
campaign
Isi postingan  Isi dari tweet black Likert
campaign
mengganggu
mahasiswa
 Isi dari tweet black
campaign tidak benar
kepastiannya
 Isi dari tweet black
campaign persuasif
Daya Tarik  Satu twit black Likert
campaign yang
mahasiswa liat/temui
dapat memiliki lebih
dari 100 retweet dan
likes
 Saya melibatkan diri
untuk berdiskusi
dalam suatu twit
black campaign
 Mutual/orang yang
saya follow di twitter
ikut serta berdiskusi
dalam suatu tweet
black campaign
Persepsi Pemikiran  Sering mengikuti Likert
Mahasiswa berita politik
terhadap  Merasa kesal ketika
Politik (Y) melihat tweet yang
menyudutkan pilihan
politik pribadi
 Setuju dengan bentuk
pemikiran tokoh
politik yang diikuti di
twitter
Kontribusi Politik  Sering berpatisipasi Likert
dalam permasalahan
politik di twitter
 Mengikuti(follow)
akun tokoh politik
dalam twitter
 Menggunakan
hashtag yang
berkaitan dengan
gerakan politik
 Me-retweet suatu
tweet yangbelum
diyakini
kebenarannya
 Pernah berpatisipasi
dalam penyebaran
black campaign
Perspektif  Tetap mengikuti dan Likert
mahasiswa berpatisipasi dalam
pemilu 2019
meskipun terkena
terpaan black
campaign
 Adanya terpaan black
campaign membuat
mahasiswa tidak
peduli dengan politik
di Indonesia
 Adanya terpaan black
campaign membuat
mahasiswa tidak
ingin mengikuti
perkembangan politik
di Indonesia

III.VIII. Uji Validitas


Pengujian validitas dilakukan terhadap 10% dari jumlah sample yang di dapat. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kolerasi pearson product moment, yaitu
mengetahui setiap item pertanyaan apakan valid atau tidak.maka syaratnya jika rhitung ≥
rtabel dengan taraf signifikasi 95% maka instrument tersebut dinyatakan valid, tetapi jika
rhitung ≤ rtabel dengan taraf signifikasi 95% makan instrument tersebut tidak dinyatakan
valid (Sugiono, 2005 : 213). Nilai rhitung untuk pengujian ini dapat melalui output SPSS
pada kolom Item Total Statistic, sedang untuk menentukan nilai-nilai rtabel dengan rumusan
jumlah responden. Dari uji validitas yang dilakukan terhadap 29 responden, maka diperoleh
hasil rangkuman uji validitas dapat ditunjukan pada table berikut.

Uji Validitas Terpaan Black Campaign di media sosial twitter (X):


NO. ITEM R HITUNG R TABEL KETERANGAN
1 0,707 0,3 Valid
2 0,663 0,3 Valid
3 0,601 0.3 Valid
4 0,493 0.3 Valid
5 0,539 0.3 Valid
6 0,637 0.3 Valid
7 0,637 0.3 Valid
8 0,573 0.3 Valid
9 0,613 0.3 Valid

Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Politik (Y):


NO. ITEM R HITUNG R TABEL KETERANGAN
1 0,548 0,3 Valid
2 0,568 0,3 Valid
3 0,741 0.3 Valid
4 0,642 0.3 Valid
5 0,804 0.3 Valid
6 0,671 0.3 Valid
7 0,478 0.3 Valid
8 0,595 0.3 Valid

III.IX. Hasil Uji Reliabilitas


Setelah instrument dinyatakan valid, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas yang
digunakan untuk menguji sejauh mana hasil pengukuran terhadap hal yang sama untuk dua
kali atau lebih dengan alat pengukur yang sama bila dilakukan pengukuran.kembali pada
subyek yang sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek yang tidak mengalami
perubahan (Singarimbun dan Sofyan Effendi, 2006:140).
Reliabilitas berkaitan dengan fungsi dari keseluruhan rancangan. Studi yang
menyangkut prosedur sampling, prosedur perhitungan, prosedur perbandingan dan reliabilitas
kategori. Semakin tinggi angka korelasi, maka semakin rendah kesalahan pengukuran
variabel Cronbach’ Cronbach’s Alpha Keterangan
s Alpha Standarised
Terpaan Black Campaign di media sosial 0,799 0,6 Reliabel
twitter
Persepsi Mahasiswa Terhadap Politik 0,777 0,6 Reliabel

Skala Pengukuran
Teknik pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur siapa, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini, variabel yang diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel, kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiono,1999:89).
Dari instrument diperoleh jawaban dengan gradiasi skor sebagai berikut:

1. Sangat setuju jawaban mendapat skor 5


2. Setuju jawaban mendapat skor 4
3. Netral jawaban mendapat skor 3
4. Tidak setuju jawaban mendapat skor 2
5. Sangat tidak setuju jawaban mendapat skor 1
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti telah melakukan analisis data yang terkumpul. Data yang telah
terkumpul tersebut merupakan hasil jawaban dari 80 responden yang dijadikan sampel, yaitu para
mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Indonesia tahun 2018 yang aktif menggunakan
aplikasi media sosial twitter. Penelitian tentang pengaruh terpaan black campaign terhadap
mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
pengguna media sosial twitter di Yogyakarta, yang mana menjadi bahan objek yang akan diteliti.
Hal ini berdasarkan pertimbangan dalam maraknya black campaign yang tersebar pada media
sosial terlebih dalam era yang serba digital seperti saat ini. Dalam mengumpulkan data, penelitan
menggunakan metode survey yang melibatkan 80 orang responden ialah mahasiswa dan
mahasiswi Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia pengguna twitter di
Yogyakarta.
Instrument kuesioner yang diuji terdiri dari 17 butir pertanyaan yang terbagi dalam 2
bagian yaitu bagian I berisi pertanyaan tentang pengaruh terpaan black campaign di twitter dan
bagian II memuat pertanyaan tentang persepsi mahasiswa FPSB UII tentang dunia politik.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan butir butir pertanyaan yang digunakan dalam
penelitian ini dengan melibatkan 80 responden. Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid
tidaknya pertanyaan yang digunakan, sebagai uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan derajat
ketepatan, ketelitian dan keakuratan yang ditunjukan oleh instrument penelitian.

IV.I. Deskripsi variabel


Variabel penelitian adalah pengaruh terpaan black campaign di twitter terhadap persepsi
mahasiswa FPSB UII tentang dunia politik di Yogyakarta, yang didasarkan terhadap 7 indikator
diantaranya intensitas penggunaan twitter, durasi penggunan twitter, isi postingan, daya Tarik,
pemikiran, kontribusi politik, perspektif mahasiswa. Untuk mengetahui pengaruh terpaan black
campaign di twitter terhadap persepsi mahasiswa FPSB UII tentang dunia politk di yogyakarta,
maka dibahas tiap-tiap pertanyaan sebagai berikut.

IV.II. Variabel Intensitas Penggunaan Twitter


Frekuensi pertanyaan berdasarkan Intensitas waktu responden dalam menggunakan
aplikasi Twitter, dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut:

IV.II.I. Frekuensi Responden


Dalam keaktifan menggunakan aplikasi Twitter
Tabel iv.i.
kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 23 31,1
Setuju 22 33,8
Netral 10 13,5
Tidak Setuju 11 14,8
Sangat Tidak Setuju 5 6,8
Total 74 100
Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 23 orang (31,1%) termasuk kategori
sangat Setuju,22 orang (33,8%) masuk dalam kategori Setuju, 10 orang (13,5%) masuk
kategori Netral, 11 orang (14,8%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 5 orang (6,8%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
merupakan pengguna aktif aplikasi Twitter.

IV.II.II. Frekuensi Responden


Dalam keaktifan menggunakan aplikasi Twitter setiap hari
Tabel iv.ii.
kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 21 28,4
Setuju 19 25,7
Netral 14 18,9
Tidak Setuju 13 17,6
Sangat Tidak Setuju 7 9,5
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 21 orang (28,4%) termasuk kategori
sangat Setuju,19 orang (25,7%) masuk dalam kategori Setuju, 14 orang (18,9%) masuk
kategori Netral, 13 orang (17,6%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 7 orang (9,5%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
menggunakan aplikasi twitter setiap hari.

IV.III. Variabel Durasi Penggunaan Twitter


Frekuensi pertanyaan berdasarkan durasi penggunaan dalam menggunakan aplikasi
Twitter, dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut:
IV.III.I. Frekuensi Responden
Dalam menemukan 3 atau lebih tweet black campaign dalam sekali login
Tabel iv.iii.
kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 3 4,1
Setuju 14 28,9
Netral 28 37,8
Tidak Setuju 22 29,7
Sangat Tidak Setuju 7 9,5
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 3 orang (4,1%) termasuk kategori
sangat Setuju,14 orang (28,9%) masuk dalam kategori Setuju, 28 orang (37,8%) masuk
kategori Netral, 22 orang (29,7%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 7 orang (9,5%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
jarang menemukan 3 atau lebih tweet black campaign dalam sekali login

IV.IV. Variabel Isi postingan


Frekuensi pertanyaan berdasarkan isi postingan yang responden lihat dalam
menggunakan aplikasi Twitter, dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut:

IV.IV.I. Frekuensi Responden


Dalam perasaan terganggu dengan isi tweet black campaign
Tabel iv.iv.
Kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 9 12,5
Setuju 32 44,4
Netral 17 23,6
Tidak Setuju 8 11,1
Sangat Tidak Setuju 6 8,3
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 9 orang (12,5%) termasuk kategori
sangat Setuju,32 orang (44,4%) masuk dalam kategori Setuju, 17 orang (23,6%) masuk
kategori Netral, 8 orang (11,1%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 6 orang (8,3%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
merasa terganggu dengan isi tweet black campaign

IV.IV.II. Frekuensi Responden


Dalam ketidakyakinan kebenaran yang ada di isi tweet black campaign
Tabel iv.v.
kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 13 17,8
Setuju 33 45,2
Netral 22 30,1
Tidak Setuju 2 2,7
Sangat Tidak Setuju 3 4,1
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 13 orang (17,8%) termasuk kategori
sangat Setuju,33 orang (45,2%) masuk dalam kategori Setuju, 22 orang (30,1%) masuk
kategori Netral, 2 orang (2,7%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 3 orang (4,1%) masuk
dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang tidak
meyakini atas kebenaran yang ada di isi tweet black campaign.

IV.IV.III. Frekuensi Responden


Dalam pernah tidaknya melihat atau menemukan
tweet black campaign yang persuasive
Tabel iv.vi.
Item jumlah persentase
Sangat Setuju 9 12,3
Setuju 27 37
Netral 23 31,5
Tidak Setuju 7 9,6
Sangat Tidak Setuju 7 9,6
Total 73 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 73 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 9 orang (12,3%) termasuk kategori
sangat Setuju,27 orang (37%) masuk dalam kategori Setuju, 23 orang (31,5%) masuk
kategori Netral, 7 orang (9,6%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 7 orang (9,6%) masuk
dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang terkadang
melihat atau menemukan tweet black campaign yang persuasive

IV.V. Variabel Daya Tarik Black Campaign


Frekuensi pertanyaan berdasarkan daya tarik sebuat tweet black campaign di aplikasi
Twitter, dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut.
IV.V.I. Frekuensi Responden
Dalam pernah tidaknya melihat tweet black campaign yang
memiliki lebih dari 100 retweet dan likes
tabel iv.vii.
Item jumlah persentase
Sangat Setuju 8 11,1
Setuju 24 33,3
Netral 18 25
Tidak Setuju 12 16,7
Sangat Tidak Setuju 10 13,9
Total 72 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 72 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 8 orang (11,1%) termasuk kategori
sangat Setuju,24 orang (33,3%) masuk dalam kategori Setuju, 18 orang (25%) masuk
kategori Netral, 12 orang (16,7%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 10 orang (13,9%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
jarang melihat tweet black campaign yang memiliki lebih dari 100 retweet dan likes

IV.V.II. Frekuensi Responden


Dalam pernah tidaknya melibatkan diri dalam suatu tweet black campaign
tabel iv.viii.
Item jumlah persentase
Sangat Setuju 0 0
Setuju 2 2,7
Netral 17 23,3
Tidak Setuju 18 24,7
Sangat Tidak Setuju 36 49,3
Total 73 100
Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 73 responden yang memberikan tanggapan
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 0 orang (0%) termasuk kategori
sangat Setuju,2 orang (2,7%) masuk dalam kategori Setuju, 17 orang (23,3%) masuk
kategori Netral, 18 orang (24,7%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 36 orang (49,3%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
tidak pernah melibatkan diri dalam suatu tweet black campaign

IV.V.III. Frekuensi Responden


Dalam sering tidaknya melihat mutual/orang yang mereka follow
melibatkan diri dalam suatu tweet black campaign
tabel iv.ix.
Item jumlah persentase
Sangat Setuju 4 4,1
Setuju 16 21,9
Netral 25 34,2
Tidak Setuju 10 13,7
Sangat Tidak Setuju 19 26
Total 73 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 73 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 4 orang (4,1%) termasuk kategori
sangat Setuju,16 orang (21,9%) masuk dalam kategori Setuju, 25 orang (34,2%) masuk
kategori Netral, 10 orang (13,7%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 19 orang (26%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
tidak sering melihat mutual/orang yang mereka follow melibatkan diri dalam suatu tweet
black campaign

IV.V.IV. Frekuensi Responden


Dalam intensitas mengikuti berita politik saat menggunakan aplikasi Twitter
tabel iv.x.

kategori jumlah persentase


Sangat Setuju 1 1,4%
Setuju 10 13,5%
Netral 24 32,4%
Tidak Setuju 25 33,8%
Sangat Tidak Setuju 14 18,9%
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 1 orang (1,4%) termasuk kategori
sangat Setuju, 10 orang (13,5%) masuk dalam kategori Setuju, 24 orang (32,4%) masuk
kategori Netral, 25 orang (33,8%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 14 orang (18,9%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
tidak mengikuti berita politik saat menggunakan twitter.

IV.V.V. Frekuensi Responden


Apakah merasa kesal karena melihat tweet yang menyudutkan pilihan politik pribadi
saat menggunakan aplikasi Twitter
tabel iv.xi.
kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 5 6,8%
Setuju 12 16,2%
Netral 25 33,8%
Tidak Setuju 18 24,3%
Sangat Tidak Setuju 14 18,9%
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 5 orang (6,8%) termasuk kategori
sangat Setuju, 12 orang (16,2%) masuk dalam kategori Setuju, 25 orang (33,8%) masuk
kategori Netral, 18 orang (24,3%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 14 orang (18.9%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
tidak merasa kesal karena melihat tweet yang menyudutkan pilhan politik pribadi saat
menggunakan twitter

IV.V.VI. Frekuensi Responden


apakah setutu dengan bentuk pemikiran tokok politik yang diikuti di twitter
tabel iv.xii.

kategori jumlah persentase


Sangat Setuju 0 0%
Setuju 4 5,4%
Netral 33 44,6%
Tidak Setuju 27 36,5%
Sangat Tidak Setuju 10 13,5%
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tidak terdapat satu orang pun (0%) termasuk
kategori sangat Setuju, 4 orang (5,4%) masuk dalam kategori Setuju, 33 orang (44,6%%)
masuk kategori Netral, 27 orang (36,5%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 10 orang
(13,5%) masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden
yang tidak setuju dengan bentuk pemikiran tokoh politik yang diikuti saat menggunakan
twitter.

IV.VI. Variabel kontribusi politik di twitter


Frekuensi pertanyaan berdasarkan kontribusi politik responden dalam menggunakan
aplikasi twitter, dari hasil penelitian diperoleh sebagai berikut:

IV.VI.I. Frekuensi Responden


apakah pernah berpartisipasi dalam permasalahan politik di twitter
tabel iv.xiii.
kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 2 2,7%
Setuju 8 10,8%
Netral 11 14,9%
Tidak Setuju 22 29,7%
Sangat Tidak Setuju 31 41,9%
Total 74 100
Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 2 orang pun (2,7%) termasuk
kategori sangat Setuju, 8 orang (10,8%) masuk dalam kategori Setuju, 11 orang (14,9%)
masuk kategori Netral, 22 orang (29,7%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 31 orang
(41,9%) masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden
yang tidak sering berpartisipasi dalam permasalahan politik di twitter.
IV.VI.II. Frekuensi Responden
Apakah mengikuti akun tokok politik di twitter
tabel iv.xiv.
kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 4 5,4%
Setuju 17 23%
Netral 15 20,3%
Tidak Setuju 21 28,4%
Sangat Tidak Setuju 17 23%
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 4 orang (5,4%) termasuk kategori
sangat Setuju, 17 orang (23%) masuk dalam kategori Setuju, 15 orang (20,3%) masuk
kategori Netral, 21 orang (28,4%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 17 orang (23%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
tidak mengikuti akun-akun tokoh politik di twitter.

IV.VI.III. Frekuensi Responden


Apakah menggunakan hashtag yang berkaitan dengan Gerakan politik
tabel iv.xv.

kategori jumlah persentase


Sangat Setuju 2 2,7%
Setuju 8 10,8%
Netral 11 14,9%
Tidak Setuju 22 29,7%
Sangat Tidak Setuju 31 41,9%
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan terdapat 2 orang (2,7%) termasuk kategori
sangat Setuju, 8 orang (10,8%) masuk dalam kategori Setuju, 11 orang (14,9%) masuk
kategori Netral, 22 orang (29,7%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 31 orang (41,9%)
masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden yang
tidak menggunakan hashtag yang berkaitan dengan Gerakan politik di twitter.

IV.VI.IV. Frekuensi Responden


Apakah me-retweet suatu tweet yang belum diyakini kebenarannya
tabel iv.xvi.

kategori jumlah persentase


Sangat Setuju 0 0%
Setuju 11 14,9%
Netral 15 20,3%
Tidak Setuju 29 39,2%
Sangat Tidak Setuju 19 25,7%
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tidak terdapat satu orang pun (0%) termasuk
kategori sangat Setuju, 11 orang (14,9%) masuk dalam kategori Setuju, 15 orang (20,3%)
masuk kategori Netral, 29 orang (39,2%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 19 orang
(25,7%) masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden
yang tidak me-retweet yang belum diyakini kebenarannya.

IV.VI.V. Frekuensi Responden


Apakah pernah berpartisipasi dalam penyebaran black campaign
tabel iv.xvii.
kategori jumlah persentase
Sangat Setuju 0 0%
Setuju 10 13,5%
Netral 17 23%
Tidak Setuju 25 33,8%
Sangat Tidak Setuju 22 29,7%
Total 74 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 74 responden yang memberikan tanggapan


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tidak terdapat satu orang pun (0%) termasuk
kategori sangat Setuju, 10 orang (13,5%) masuk dalam kategori Setuju, 17 orang (23%)
masuk kategori Netral, 25 orang (33,8%) masuk dalam kategori tidak setuju, dan 22 orang
(29,7%) masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Maka diketahui bahwa banyak responden
yang tidak pernah berpartisipasi dalam penyebaran black campaign.

IV.VIII. Analisis Regresi Linear


Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis regresi. Dalam
penelitian terdapat satu variabel independen, yaitu terpaan black campaign terhadap persepsi
politik mahasiswa FPSB UII 2018 pengguna media sosial twitter yang terdiri dari frekuensi,
intensitas, durasi, daya tarik, serta isi postingan.untuk menguji apakah metode regresi
tersebut benar atau layak maka perlu dilakukan pengujian hubungan linearitas antara variabel
(X) dengan variabel (Y) angkanya adalah:
IV.VIII.I. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
Tabel iv.xviii.
Variabel Koefisien Standard Error T hitung Probabilitas
regresi
Konstanta 32,993 3,456 9,545 0,000
terpaan black campaign -0,293 0,120 -2,428 0,018
R2 : 0,078
Adjusted R2 : 0,064
Fstatistik : 5,894
N : 72

Berdasarkan tabel hasil regresi linear sederhana di atas, dapat diperoleh persamaan :
Y= 32,993 – 0,293X
Pada persamaan di atas menunjukkan bahwa perngaruh terpaan black campaign di
twitter(X) terhadap persepsi mahasiswa FPSB UII angkatan 2018 tentang politik yang
menggunakan media sosial twitter(Y). adapun arti dari koefisien tersebut ialah :
a. Konstanta sebesar 32,993
Artinya apabila terpaan black campaign di twitter (X) sama dengan nol
tidak ada perubahan, maka persepsi mahasiswa FPSB UII Angkatan 2018
tentang politik yang menggunakan twitter (Y) sebesar 32,993
b. Koefisien terpaan black campaign di twitter sebesar -0,293
Pada variabel terpaan black campaign di twitter (X) mempunyai
pengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa tentang politik (Y) dengan
koefisien regresi sebesar -0,293. Dengan adanya pengaruh negatif ini, berarti
terpaan black campaign twitter menunjukkan bahwa tidak searah. Apabila
variabel X mengalami peningkatan, maka akan menyebabkan variabel Y
mengalami penurunan, sehingga semakin adanya terpaan black campaign di
twiter akan menyebabkan persepsi negatif dari mahasiswa tentang
perpolitikan.

Dari hasil output SPSS for windows versi 16.0 menunjukkan bahwa koefisien
determinasi atau R square R2 sebesar 0,078, hal ini menjelaskan bahwa 7,8% dari persepsi
mahasiswa tentang politik dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent (bebas) yaitu
pengaruh terpaan black campaign di twitter bersifat netral. Sisanya, yaitu 92,2% dijelaskan
oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini, sehingga tidak dapat
dijelaskan, jadi disimpulkan bahwa hipotesis yang menjelaskan pengaruh black campaign di
twitter dapat digunakan sebagai predictor terhadap persepsi mahasiswa tentang politik

IV.IX. Uji T Statistik


Uji statistik t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
penjelas atau independen yaitu pengaruh terpaan black campaign di twitter secara indivisuan
atau persial dalam menerangkan vasiasi variabel terikat yaitu persepsi politik mahasiswa
FPSB UII Angkatan tahun 2018 yang menggunakan media sosial twitter.
Dengan taraf nyata α = 5% = 0,05 dengan derajat kebebasan degree of freedom yaitu :
df = n-k = 72 - 2 = 670, diperoleh t-tabel = 1,666 dan dari hasil Regresi diperoleh t-hitung =
9,545
IV.IX.I. Hasil uji t variabel tingkat terpaan black campaign
Tabel iv.xix.
Variabel T hitung t-tabel Sig. Keterangan
Terpaan black 9,545 1,666 0,000 Signifikan
campaign

Berdasarkan data tabel yang telah dipaparkan di atas dapat diperoleh nilai t itung
sebesar 9,545 serta nilai t-tabel sebesar 1,666 maka dapat disimpulkan bahwa t hitung>t-
tabel. Maka dapat diartikan bahwa variabel X memiliki pengaruh pada variabel Y. Kemudian
nilai t-hitung 0,000 < Level of Significant = 0,05, maka disimpulkan bahwa variabel pengaruh
terpaan black campaign di twitter(X) berpengaruh signifikan persepsi politik mahasiswa
FPSB UII Angkatan tahun 2018 yang menggunakan media sosial twitter (Y).

IV.X. Pembahasan
Aplikasi sosial media twitter pada 2 tahun terakhir ini mulai kembali naik daun, namun
hal tersebut juga disertai hal-hal negatif seperti black campaign, hal tersebut muncul dikarenakan
pada tahun 2019 negara Indonesia memasuki tahun politik, dan hal tersebut mempengaruhi
persepsi mahasiswa dalam perpolitikan, seperti banyaknya twet penggiringan opini, hoax, dll.
Dari hasil survey 72 responden, dapat diketahui bahwa pengaruh terpaan black campaign di
twitter terhadap persepsi mahasiswa dalam dunia politik berpengaruh sekali dan memiliki
dampak yang sangat besar, dikarenakan mahasiswa sudah memasuki umur dalam mengikuti
demokrasi dan memiliki pemahaman terhadap perpolitikan. Mahasiswa pun mampu membedakan
mana berita yang hoax atau tidak, dan juga bisa menyaring pemikiran pemikiran politikus yang
menyampaikan cuitannya di media sosial twitter.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran ini merupakan hasil dari penelitian untuk


mengatahui pengaruh terpaan black campaign di twiter terhadap persepsi
mahasiswa FPSB UII Angkatan 2018 dalam dunia politik. Kesimpulan yang
diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran akan diuraikan sebagai
berikut:

V.I. Kesimpulan
1. Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa variabel terpaan black
campaign di twitter (X) sama dengan nol tidak ada perubahan, maka persepsi
mahasiswa FPSB UII Angkatan 2018 tentang politik yang menggunakan twitter (Y)
sebesar 32,993 dan Koefisien terpaan black campaign di twitter sebesar -0,293
menunjukan bahwa variabel X memiliki pengaruh negatif kepada variabel Y.
2. Hasil regresi diperoleh R2 sebesar 0,078, hal ini menjelaskan bahwa 7,8% dari
persepsi mahasiswa tentang politik dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent
(bebas) yaitu pengaruh terpaan black campaign di twitter bersifat netral. Sisanya,
yaitu 92,2% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
3. Hasil dari uji T menunjukkan bahwa variabel X mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Y dikarenakan nilai t-hitung 0,000 < Level of Significant = 0,05, dan
juga diperoleh nilai t itung sebesar 9,545 serta nilai t-tabel sebesar 1,666 maka dapat
disimpulkan bahwa t hitung>t-tabel. Maka dapat diartikan bahwa variabel X memiliki
pengaruh pada variabel Y.

V.II. Saran
Berkaitan dengan pengaruh terpaan black campaign di twitter terhadap persepsi
mahasiswa FPSB UII Angkatan 2018 dalam dunia politik, maka dapat diberikan saran kepada
mahasiswa agar bisa lebih bijak dalam menggunakan media sosial twitter dan juga dapat
mencari kebenaran sebelum menyebarkan sebuah informasi. Dan juga terhadap para politikus
maupun buzzer diharapkan lebih bijak juga agar tidak menggiring opini para pengikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arnus, S.H. (2015). Computer Mediated Communication (CMC), Pola Baru Berkomunikasi,
Kendari.

Cangara, Hafied. (2014). Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

CNN Indonesia. (2019, 29, Maret). KPU Sebut Hoaks jadi Strategi Kampanye Tim Jokowi
dan Prabowo. Diambil dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190329190049-32-381880/kpu-sebut-
hoaks-jadi-strategi-kampanye-tim-jokowi-dan-prabowo?

Detiknews. (2018,15,Oktober). Mahfud: Negative Campaign Tak Dilarang, Black Campaign


Bisa Dihukum. Diambil dari
https://news.detik.com/berita/d-4256503/mahfud-negative-campaign-tak-dilarang-
black-campaign-bisa-dihukum

Fitra Siagian, Haidir. (2015). Pengaruh dan Efektivitas Penggunaan Media Sosial Sebagai
Saluran Komunikasi Politik dalam Membentuk Opini Publik. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. 1(2).

Pradana, Yudha. (2017). Peranan Media Sosial dalam Pengembangan Melek Politik
Mahasiswa. Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta.

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 2006. Metode Penelitian Survai. Penerbit LP3ES,


Jakarta

Sugiono, 2010, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.

Suhiat. (2009). Pengaruh pembelajaran PKn dalam meningkatkan melek politik warga
negara. Universitas Pendidikan Indonesia.

Turistiati, Ade Tuti. (2016). Fenomena Black Campaign dalam Pemilihan Kepala Daerah
2015. 8(2).

https://pakarkomunikasi.com/teori-respon-kognitif-dalam-komunikasi, diakses pada 20


November pukul 13.36

Anda mungkin juga menyukai