PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
44222010264
2023
BAB I
PENDAHULUA
Pengguna internet Indonesia menurut data We Are Sociali awal tahun 2015
tercatat berjumlah 72.7 juta orang, 72 juta pengguna aktif media sosial, dimana 62
penggunanya mengakses media sosial menggunakan perangkat mobile, dan 308,2 juta
pengguna handphone. Twitter, media sosial berlogo burung warna biru menjadi salah
satu media sosial yang banyak di gemari di Indonesia. Terbukti berdasarkan data We
Are Social Twitter berada di urutan ke tiga urutan aktivitas pengguna internet yang
paling banyak di gunakan. Urutan pertama jatuh pada aplikasi Facebook disusul oleh
aplikasi Whatsapp. Menurut CEO Twitter Dick Costolo (www.cnnindonesia.com),
tahun 2015 ketika bertemu wakil presiden Jusuf Kalla mengatakan jumlah pengguna
Twitter di Indonesia yang jumlahnya mencapai 50 juta pengguna dan di yakini angka
itu akan terus bertambah di masa depan. Begitu banyaknya jenis dan pengguna di
setiap sosial media yang kini berkembang membuat banyak pula dampak dan yang
dengan secara sengaja memanfaatkan sosial media untuk dapat mencapai tujuan yang
hendak dicapai hampir dalam segala aspek kehidupan (Mirabito, 2004).
Saat masa sosialisasi dan kampanye politik, terjadi persaingan yang sengit antar
peserta pileg 2014, partai politik peserta beradu strategi sosialisasi politik dan
kampanye politik untuk memperoleh citra positif masyarakat demi meraih dukungan.
Salah satu strategi sosialisasi politik partai kontestan pileg yaitu menyampaikan pesan
sosisliasi melalui media sosial. Salah satu kontestan Pileg tahun 2014 yang
menggunakan media sosial sebagai alat sosialisasi, kampanye dalam membentuk citra
adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Sejarah Perolehan suara pada pemilu di mulai dari Debut PK dalam pemilihan
umum (Pemilu) dilakukan pada Pemilu tahun 1999 dengan perolehan suara sebesar
1,36 %. Namun PK tidak mampu memenuhi ambang batas parlemen sebesar 2 % yang
mengharuskan PK untuk berganti nama. Selanjutnya PK berganti menjadi Partai
Solidaritas Indonesia (PSI) yang dipakai secara resmi sejak tanggal 2 Juli 2003. PSI
kemudian ikut serta dalam Pemilu 2004 dengan mendapatkan suara sebanyak 7,34 %.
Dengan ini, PSI menempatkan wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak
45. Pada Pemilu 2014 perolehan suara PSI turun menjadi 6,79%. Sehingga, PSI hanya
menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 40 kursi turun 5 kursi sebelumnya.
Anjloknya perolehan kursi PSI di pileg 2014 tidak terlepas terbelik kasus korupsi
tahun 2013 partai berlambang kabah, bulan sabit dan padi yang menyeret Presiden PSI
Lutfi Hasan Ishak menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Lembaga survei dan analis memprediksi suara partai ini di bawah ambang batas yang
artinya tidak lolos pemilu 2014. Direktur lembaga survei Soegeng Sarjadi Syndicate
(SSS) (pikiran-rakyat.com) Ari Nurcahyo memprediksi ada enam partai politik peserta
pemilihan umum 2014 tidak lolos ke Senayan, mengutip berita dari media online
www.pelita-rakyat.com, tanggal 12 desember 2013. Alasannya, partai politik tersebut
kesulitan untuk memenuhi persyaratan ambang batas parlemen. Keenam partai politik
yang diperediksi tersebut adalah Partai Nasdem, PSI, PAN, Partai Hanura, PBB dan
PKPI. Hal itu berdasarkan kajian yang dilakukan SSS melalui 18 hasil survei yang
dilakukan beragam lembaga selama 2013. Untuk PSI sendiri, kasus korupsi yang
dialami PSI berdampak kepada kader dan konstituennya di daerah. sehingga
pemberitaan korupsi tersebut kuat tentu akan berpengaruh terhadap pemilih. Kasus
Korupsi tersebut menurut Ari, memperburuk citra PSI.
Namun, hasil Pileg 2014 mematahkan prediksi lembaga survei dan pengamat
tersebut. PSI lolos persyaratan ambang batas pileg 2014, dan menempati peringkat ke
tujuh dengan memperoleh suara sebanyak 8,480,204. Sebelumnya, pada pileg tahun
2009, preolehan suara PSI sebesar 8,204,946. Artinya terjadi kenaikan sebesar 200.000
suara dari pemilu sebelumnya. Walaupun terjadi penurunan 5 kursi di parlemen.
Berbagai strategi sosialisasi politik yang dilakukan PSI untuk menaikkan citra
partai. Salah satu strategi sosialisasi politik yang di lakukan PSI memanfaatkan New
Media sebagai media bersosialisasi. PSI sendiri memiliki website resmi
www.PSI.or.id. PSI dalam website resminya, mempunyai beberapa sosial media resmi,
Fanspage Facebook dengan nama Partai Solidaritas Indonesia dengan jumlah suka
50.294, Twitter resmi @PSIejahtera dengan jumlah follower 154.035, Youtube resmi
PSI TV dengan jumlah pelanggan 7.070.
Penggunaan sosial media sebagai media kampanye politik oleh partai politik
semakin meningkat. Bentuk yang digunakan dalam kampanye politik pun beragam,
mulai dari iklan langsung, video, hingga berita mengenai kampanye. Media sosial
digunakan PSI untuk membentuk opini publik sehingga memperoleh citra yang positif.
Sebuah pencitraan merupakan bagian atau salah satu model dari simulasi yang
dimaksudkan Jean Baudrillard bahwa simulasi adalah citra tanpa referensi (suatu
simulacrum). Simulacrum dapat dipahami sebagai sebuah cara pemenuhan kebutuhan
masyarakat modern atas tanda atau penampakan yang menyatakan diri sebagai realitas.
Media sosial sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas dari citra partai.
Teori S-R pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap
situasi tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat mengharapkan sesuatu atau
memperkirakan sesuatu dengan sejumlah pesan yang disampaikan melalui penyiaran.
Teori ini memiliki tiga elemen, yakni: (1) Pesan (stimulus), (2) Penerima (receiver), (3)
Efek (respons).
Teori S-R disebut juga teori jarum Hipodermiks, yaitu teori yang mempunyai
asumsi bahwa komponen–komponen komunikasi (komunikator-pesan-media) amat
perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Disebut jarum hipodermiks karena isi
media dipandang sebagai obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh audien, kemudian
diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan
Peneliti berharap dapat memberikan kontribusi pengetahuan bagi bidang studi
Public Relations, yakni dengan memberikan sumbangsih dalam pemahaman mengenai
komunikasi organisasi, dalam hal ini ialah efek komunikasi politik partai solidaritas
indonesia pada media sosial twitter PSI jakarta ( survey pada mahasiswa universitas
mercu buana di lingkungan kampus ) . Pada penelitian ini objeknya adalah Mahasiswa .
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini,
adalah: “Bagaimana efek komunikasi politik partai solidaritas indonesia pada media
sosial twitter PSI jakarta ( survey pada mahasiswa universitas mercu buana di
lingkungan kampus )?”
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah: “Untuk mengetahui Bagaimana efek komunikasi politik partai solidaritas
indonesia pada media sosial twitter PSI jakarta ( survey pada mahasiswa universitas
mercu buana di lingkungan kampus )”
Adapun ahli lain Jung, Kim, dan Gil de Zúñiga (2011, p. 414)
memaparkan bentuk partisipasi politik online di berbagai kegiatan, di antara lain
menyumbangkan uang untuk seorang calon atau partai politik secara daring;
menghubungi kandidat atau partai melalui email; dan mengunjungi website
kandidat politik. Sementara itu, peneliti lain Kim dan Chen (2016, p. 14)
menguraikan bentuk partisipasi politik secara online dengan aktivitas mencari
informasi lebih tentang kandidat politik atau catatan pemungutan suara;
membagikan foto, video, atau audio yang berkaitan dengan kampanye atau
Pemilu; meneruskan (forward) komentar atau tulisan orang lain kepada orang
lain; meneruskan rekaman audio atau video kepada orang lain; dan berlangganan
atau menerima informasi politik. Partisipasi politik akan meningkat atas kontribusi
dari konsumsi berita dan pengetahuan politik.
2.2.1 Komunikasi
massa meliputi segala barang yang dicetak yang ditujukan untuk publik
tertentu termasuk melalui buku (Widjaja, 2000: 35).
Teori S-O-R dikemukakan oleh Hovland, Janis dan Kelly pada tahun 1953
yang merupakan kepanjangan dari Stimullus (pesan) – Organism
(komunikan/penerima) – Response. Peran kognisi dilambangkan dengan huruf O
diantara S dan R yang mana dapat dimaknai bahwa kognisi merupakan proses
akal atau mental memperoleh, menyimpan, mendapatkan serta mengubah
pengetahuan. Pada teori tersebut apabila organism diberikan stimullus tertentu
maka akan menimbulkan perilaku tertentu, seperti halnya reaksi khusus akan
diperoleh dari stimullus khusus pula, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi penerima. Mengutip pendapat
Hovland, Janis dan kellye dalam Mar’at (1981) mengemukakan bahwa dalam
bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian,
pengertian, dan penerimaan. Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses
terhadap individu. Stimullus merupakan informasi yang di berikan kepada
komunikan dapat memugkinkan untuk diterima maupun ditolak berdasarkan
respon pada stimulus yang telah disampaikan. Dari pengolahan informasi tersebut
akan menimbulan suatu pengertian dan penerimaan yang kemungkinan
sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan kognitif, afektif, dan
konatif ari model S-O-R tersebut dapat diasumsikan apabila stimulus telah
mendapat perhatian dari organism (diterima) maka mengerti stimulus ini dan
dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organism mengolah stimulus
tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah
diterimanya (bersikap). Sehingga menimbulkan efek tindakan berdasarkan respon
dari stimulus yang telah diberikan kepada penerima tersebut.
yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan
di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik. Kejadian tersebut
merupakan proses yang berkesinambungan, melibatkan pula pertukaran informasi
di antara individu-individu dengan kelompok- kelompoknya pada semua tingkatan
masyarakat. Lagi pula tidak hanya mencakup penampilan pandangan-pandangan
serta harapan-harapan para anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana
dengan mana pandangan dan asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang
berkuasa diteruskan kepada anggota-anggota masyarakat selanjutnya juga
melibatkan reaksi-reaksi anggota-anggota masyarakat terhadap pandangan-
pandangan dan janji serta saran-saran para penguasa. Maka komunikasi politik itu
memainkan peranan yang penting sekali di dalam sistem politik: komunikasi
politik ini menentukan elemen dinamis, dan menjadi bagian menentukan dari
sosialisasi politik, partisipasi politik, dan pengrekrutan politik (Michael Rush dan
Phillip Althoff, 2008: 24)
Dampak komunikasi politik seperti citra politik dan pendapat umum serta efek
distribusi partisipasi politik yang dapat diukur adalah hasil pemungutan suara
dalam pemilihan umum. Strategi komunikasi politik yang harus digunakan ialah
merawat ketokohan sebagai pahlawan politik, membesarkan partai, menciptakan
kebersamaan, serta membangun konsensus berdasarkan visi, misi dan program
politik yang jelas. Kegiatan pemilihan umum yang berkaitan langsung dengan
komunikasi politik ialah kampanye dan pemungutan suara. Kampanye pemilihan
umum merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak
9
Partai Politik banyak diartikan berbeda-beda oleh para ahli, salah satunya yang di
kutip oleh B.Hestu Cipto Handoyo tentang Carl J.Friedrich yang mengatakan
bahwa “Partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintah bagi
pemimpin partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil”
Dari pemahaman secara terminologis seperti diatas dapat dipahami bahwa Partai
Politik tidak lain adalah segolongan orang yang berkumpul atas dasar kesamaan
asas, haluan dan tujuan yang aktivitasnya berkaitan dengan urusan dan tindakan
kebijaksanaan termasuk siasat mengenai pemerintahan suatu negara. Dengan
demikian tidak dapat dipungkiri bahwa Partai Politik akan selalu erat kaitannya
dengan kesamaan asas, haluan, tujuan, kebijaksanaan pemerintah dan siasat.
9
Partai Politik memiliki peran yang penting dan fundamental dalam masyarakat
demokrasi. Sebuah partai sejatinya adalah perantara masyarakat dalam
menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Partai Politik tidak akan menjadi
besar tanpa adanya dukungan dari masyarakat itu sendiri. Ini yang membuat
adanya simbiosis mutualisme antara masyarakat dan Partai Politik. Bagaimanapun
Partai Politik sangat bergantung dengan adanya anggota partainya yang tidak lain
berasal dari masyarakat, baik itu dari segi kepengurusan dan bisa sampai ke
pendanaan partai itu sendiri.
Partai Politik adalah elemen penting yang juga merupakan salah satu syarat sistem
demokrasi dapat dijalankan, Partai Politik dapat dikatakan sebagai kendaraan
politik bagi seseorang untuk mengisi jabatan di pemerintahan melalui proses
demokrasi. Partai politik juga menghubungkan antara masyarakat dengan lembaga
atau pemerintahan
pesan yang disampaikan melalui suatu saluran atau media dapat diterima,
dipahami, dan ditanggapi secara positif oleh khalayak sasaran, dalam arti sesuai
dengan harapan yang diinginkan komunikator (Sendjaja, 2005: 24). Menurut
pengertian yang dipakai secara umum dalam komunikasi, pihak yang menjadi
tujuan disampaikannya suatu pesan disebut sebagai penerima (receiver), khalayak
(audience), atau komunikan. Walaupun demikian, khalayak sebenarnya hanyalah
suatu peran yang bersifat sementara. Pada giliran berikutnya, penerima pesan akan
memprakarsai penyampaian suatu pesan berikutnya dan pada saat itu khalayak
telah berubah peran menjadi komunikator. Pengertian yang sama berlaku pula
dalam komunikasi politik. Pihak yang tadinya dikenal sebagai komunikator atau
saluran, pada saat yang lain dapat pula diidentifikasi sebagai penerima pesan.
Untuk itu, pembahasan khalayak pada bab ini akan ditekankan pada khalayak
(audience) dalam arti masyarakat luas atau yang sering disebut publik sebagai
salah satu komponen dalam proses komunikasi. Khalayak adalah penerima
(reciever) pesan yang dikirimkan oleh sumber atau komunikator dengan
menggunakan media. Dalam studi komunikasi, khalayak bisa berupa individu,
kelompok, atau masyarakat (Cangara, 2010: 157). Khalayak media massa modern
memiliki beberapa ciri yang sama, tetapi sangat berbeda dalam beberapa hal.
Khalayak media massa tertarik pada pasokan konten untuk memenuhi kepuasan
alih-alih terbentuk dalam respons terhadap pertunjukan atau ketertarikan berkala
(McQuail, 2012:146)
Dalam komunikasi politik, khalayak adalah sejumlah besar orang yang menerima
pesan-pesan politik yang disampaikan melalui media (media massa, media baru,
dan media sosial). Dalam pilkada, misalnya, khalayak politik yang dipandang
sebagai penerima pesan adalah masyarakat pemilih. Pemilih adalah semua pihak
yang menjadi tujuan utama para kandidat politik untuk dipengaruhi dan
diyakinkan agar mendukung serta memberikan hak suaranya (Firmanzah, 2008).
Secara umum, khalayak bukan hanya dalam proses komunikasi politik, melainkan
dalam berbagai bidang kajian. Baik dari sudut pandang ilmu politik maupun
komunikasi, terdapat persamaan gambaran mengenai ciri-ciri khalayak yang ideal.
Gambaran tersebut adalah mempunyai perhatian untuk mengikuti perkembangan
9
REFERENSI
Buku :
Abdillah S., Ubed. 2002. Politik Identitas: Pergulatan Tanda Tanpa Identitas.
Magelang: Yayasan Indonesiatera.
Ahmad, Nyarwi.2012. Manajemen komunikasi Politik dan Marketing Politik,
Sejarah, Perspektif dan Perkemnbangan Riset, Yogyakarta: Pustaka Taman,
2012.
Anas, Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada Press.
Arni Muhammad. 1992. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bina Aksara. h 127
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
_________________. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Atmoko, Bambang Dwi. 2012. Instagram Handbook. Jakarta: Media Kita.
Jurnal:
Anshari, F. (2013). Komunikasi Politik di Era Media Sosial. Jurnal
Komunikasi. https://doi.org/10.1021/acs.orglett.5b02435
Alver & Caglar. 2015. The Impact Of Symbolic Interactionism On Research
Studies About Communication Science. International Journal of Arts &
Sciences, CD-ROM. ISSN: 1944-6934 :: 08(07):479–484
(2015). http://universitypublications.net/
Budiyono. 2015. Fenomena Komunikasi Politik dalam Media Sosial. Jurnal
IPTEK-KOM, Vol. 17 No. 2, Desember 2015: 143-160 ISSN 1410 – 3346.
(Sumber: https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/iptekkom/article/view/436 dia
kses 5 April 2019.
Boyd, D. M., & Ellison, N. B. 2007. Social network sites: Definition, history, and
scholarship. Journal of Computer-Mediated
Communication. https://doi.org/10.1111/j.1083-6101.2007.00393.x
Cristian, Valeriani, Barberá, Bonneau, Jost, Nagler & Tucker. 2015. Political
Expression and Action on Social Media: Exploring the Relationship Between
Lowerand Higher-Threshold Political Activities Among Twitter Users in Italy.
9