PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
aktivitas kampanye politik partai dan calon legislative dan calon walikota maupun
calon gubernur. Untuk memahami makna strategi politik,tentunya perlu dipenuhi arti
sesuatu hal yang penting. Dalam kehidupan dan segala kegiatannya, pastilah seseorang
dua orang atau lebih untuk menjadi komunikator pesan dan komunikan, serta informasi
atau pesan sebagai bahan dalam sebuah kegiatan berkomunikasi. Teori komunikasi
sendiri adalah sebuah proses serta kegiatan penyampaian sebuah informasi maupun
pesan dari komunikator ke komunikan, yang nantinya komunikan akan merespon dari
yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat ( Cangara, 2012).
Di dalam dunia politik, peran komunikasi juga tidak dapat terlepas dalam
politik akan dapat tersampaikan dengan baik sebagaimana mestinya seperti yang
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
menjadi salah satu bidang yang sangat dinamis dalam kehidupan berorganisasi di
seluruh dunia (Lattimore et al., 2004:6). Keberadaannya tidak lagi dibutuhkan oleh
organisasi profit saja, namun organisasi non profit (Morrissan, 2006:76-81). Mulai dari
2004:4). Heath dan Coombs (2006:36) juga menambahkan bahwa PR dipakai oleh
mengembangkan relasi serta melakukan komunikasi yang efektif antara organisasi dan
menciptakan hubungan yang harmonis antar suatu organisasi dengan pihak masyarakat
melalui suatu proses komunikasi timbal balik, hubungan yang harmonis, saling
mempercayai dan menciptakan citra yang positif. Tujuannya untuk memperoleh good
will, kepercayaan, saling pengertian dan citra baik dari masyarakat. Dengan demikian
dipahami oleh Oliver (2007:50) sebagai suatu gambaran tentang mental, ide yang
dihasilkan oleh imajinasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada publik oleh
citra sebagai sesuatu yang abstrak dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi
wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk yang khususnya datang
2
dari masyarakat. Oleh sebab itu pembentukan citra yang positif dibutuhkan dalam
rangka membentuk opini publik dalam mewujudkan keharmonisan sosial yang sangat
mengembangkan eksistensi (Arifin, 2014:20). Saat ini usaha dalam membangun citra
positif tidak hanya dibutuhkan pada tataran organisasi saja. Para tokoh atau individu
yang terjun dalam dunia politik juga membutuhkan citra positif. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya individu atau tokoh yang melakukan upaya bersaing dengan
melakukan ‘aksi nampang’ melalui berbagai media diantaranya iklan, baliho, spanduk
dan sebagainya (Badudu, 2013). Fenomena ini dimaknai sebagai ajang pencitraan para
mendapatkan dukungan agar dipilih pada pemilihan umum kepala daerah (selanjutnya
pemilihan, tidak lepas dari peran penting PR politik. Hal ini disampaikan oleh
terhadap kandidat pada ajang pemilihan. Lebih lanjut Ardial (2010:44) mengatakan
bahwa PR dalam dunia politik dipahami sebagai suatu fungsi yang melakukan sebuah
pendapat dan gagasan (Arifin, 2014:3) yang didasarkan pada nilai-nilai partai (Wasesa,
2011:4). Selain itu pencitraan politik juga harus berdasarkan etika dan undang-undang
yang berlaku (Luvithania, 2013). Ada berbagai cara pencitraan yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh politik, salah satunya menjadi selebritis. Hal ini seperti yang diungkapkan
3
Thus in the modern age of campaigning, we find politics becoming celebritised and
greater focus made of personalities. This promotes the emotionalisation of politics,
campaigns attempting to promote a candidate's authenticity and the individual rather
than the political; and sees popular culture invading the political sphere (dikutip dari
Lilliker, 2006:195).
Selain itu, adapula yang menggunakan cara negatif seperti money politics dan
black campaign. Hal ini dapat dilihat dari kasus Foke dan Nara pada
pemilihan gubernur pada tahun 2012 (Hasan, 2012). Selebritis, money politics dan
black campaign merupakan cara atau strategi dalam mendapatkan citra bayangan
kedekatan relasi dan komunikasi dengan masyarakat pemilih, hal ini dikemukakan oleh
Peteraf dan Shanley (dalam Firmanzah, 2007:230). Contoh nyata keberhasilan strategi
pencitraan diraih oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Penelitian yang
dilakukan oleh Barack Obama yaitu melalui pendekatan terhadap akar rumput.
Pengemasan pesan serta pemilihan media juga disesuaikan dengan budaya Amerika
melalui media sosial dan kampanye house to house. Kecermatan tim sukses Obama
menduduki kursi kepresidenan Amerika. Di Indonesia pada tahun 2012, Joko Widodo
yang akrab dipanggil dengan nama Jokowi menjadi populer pada Pemilihan Gubernur
DKI Jakarta. Pencitraan dan kampanye yang dilakukan tergolong unik dengan baju
kotakkotak (Teresia, 2012), tidak memasang baliho atau alat peraga kampanye (Asril,
4
2012) dan melakukan pendekatan pada akar rumput serta melakukan aksinya yang
disebut ‘gaya blusukan’ (Sari, 2012). Jokowi dianggap mampu menarik simpati
masyarakat kalangan bawah untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan (Rachma,
2013) ditambah Jokowi peduli dan empati terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi
menyebutkan bahwa strategi pencitraan yang dilakukan oleh Jokowi dibentuk melalui
menarik dukungan dari masyarakat kalangan bawah hingga mampu menggalang dana
strategi pencitraan juga diraih oleh Eddy Rumpoko (selanjutnya disingkat ER) pada
urut empat (4) yang berpasangan dengan Punjul Santoso (selanjutnya disingkat PS)
yang duduk sebagai anggota DPRD Kota Batu yang diusung oleh PDI Perjuangan
bersama 10 partai pendukung. Sementara itu tiga kandidat lainnya adalah nomor urut
satu (1) Abdul Majid–Kustomo (MK) dari jalur independen, nomor urut dua (2)
Suhadi–Suyitno (Dino) diusung oleh tujuh (7) partai politik yang didukung oleh Partai
Golkar yang memiliki tiga kursi di DPRD, nomor urut tiga (3) Gunawan Wirutomo–
Sundjojo (WakGus) yang didukung oleh tiga partai politik yaitu Hanura, PKNU,
Kota Batu menetapkan pasangan nomor urut empat (4) yaitu ER-PS sebagai walikota
dan wakil walikota untuk dapat menjabat kembali dalam pemerintahan lima tahun ke
depan. Hasil rekapitulasi menyebutkan bahwa pasangan ER-PS unggul atas tiga lawan
politiknya dengan memperoleh 46.724 suara (44.7 persen), disusul MK 25.379 suara
5
(24.3 persen), DiNo 23.929 suara (22.91 persen) dan WakGus 8.396 suara (8.03
persen) (PDI Perjuangan Jatim, 2012). Namun demikian, didalam proses pencalonan
yang tidak memenuhi syarat (Irfan, 2012). Ditambah lagi dengan pemberitaan media
cenderung bernada negatif yang dapat dilihat dari headline berita seperti ‘ijazah Eddy
Rumpoko benar-benar palsu’ (Hadi, 2012), ‘calon incumbent dicoret KPUD’ (Irfan dan
Julius, 2012), ‘calon walikota Batu Eddy Rumpoko kena santet’ (Anggara, 2012) dan
‘Eddy Rumpoko dituntut sumpah pocong’ (Ika, 2012). Pemberitaan media yang
sedang bersaing. Hal ini jelas berpengaruh terhadap citra ER sebagai kandidat walikota.
Pada akhirnya tim sukses bertugas dalam merancang strategi untuk berusaha membawa
kandidat ER menang dalam pemilihan umum kepala daerah pada periode 2012-2017.
Tim sukses dalam hal ini melakukan fungsinya sebagai PR politik untuk
emosional sekaligus penyusunan trategi yang komprehensif juga harus diikuti oleh
jargon-jargon politik yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat awam
pada umumnya.
B. Menciptakan Kelembagaan
Dalam sebuah negara tentu terdapat sebuah pemerintahan dan interaksi antar
secara tertib, maka dibentuklah aturan atau sebuah lembaga yang disebut sebagai
6
lembaga politik. Dalam buku Kamus Sosiologi (2018) karya Agung Tri Haryanta dan
Eko Sujatmiko, lembaga politik adalah lembaga sosial yang mengkhususkan diri pada
Lembaga politik tidak hanya mengatur hubungan antara kekuasaan dan wewenang
dalam masyarakat. Tetapi juga mencakup aturan tentang penerapan hukuman atau
Ada dua aspek penting untuk memahami lembaga politik. Pertama, lembaga
mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Dilansir dari buku Pengantar Ringkas Sosiologi :
Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial (2020) karya Elly M. Setiadi,
dijelaskan bahwa ada tiga ciri-ciri lembaga politik, yaitu: Terdapat komunitas manusia
yang secara sosial bersatu (hidup bersama) atas dasar nilai-nilai yang telah disepakati
bersama. Terdapat asosiasi politik atau bisa disebut pemerintahan yang aktif. Asosiasi
tersebut juga diberi kewenangan luas (jangkauan kewenangan hanya dalam teritorial
tertentu).
dengan kewenangan yang dimilikinya. Baik itu menggunakan cara persuasif maupun
menggunakan cara paksaan fisik. Menjaga keamanan dari luar Lembaga politik,
melalui alat-alat yang dimiliki berfungsi mempertahankan negara dan masyarakat dari
serangan pihak luar. Mempertahankan bisa dilakukan dengan cara diplomasi atau
pokok masyarakat seperti pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan
7
lain-lain. Pendistribusian kebutuhan pokok tersebut juga menjadi tugas dari lembaga
politik.
Selain fungsi utama, lembaga politik juga memiliki fungsi tersembunyi. Fungsi
tersembunyi lembaga politik adalah sebagai saluran mobilitas sosial. Lembaga politik
C. Membangun Konsensus
suatu partai politik maupun antara para pemimpin politik dari partai
politik yang berbeda (Arifin, 2003:182). Pada umumnya, hal itu terjadi dalam rapat dan
Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam membangun konsensus yaitu seni
berkompromi dan kesediaan membuka diri. Seni berkompromi yaitu pemimpin politik
konflik atau perbedaan pendapat terhadap suatu masalah (Arifin 2003:183). Hal ini
dapat terjadi dalam rapat, persidangan atau musyawarah untuk penyusunan undang-
penetapan atau pemilihan pucuk pimpinan seperti pemilihan presiden dan wakil
presiden. Selanjutnya bersedia membuka diri dapat dijelaskan ketika para pemimpin
politik akan melakukan lobi untuk mencari solusi dengan membangun konsensus harus
siap membuka diri sesuai dengan konsep diri yang ada pada tiap-tiap politikus yang
berbeda pendapat (Arifin, 2003:142). Konsep diri merupakan faktor yang sangat
berkomunikasi memiliki posisi yang sama dan sederajat sehingga tercipta suasana yang
8
bersifat dialogis. Strategi pencitraan dibangun oleh PR politik untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang mendukung organisasi atau kandidat politik yang dicitrakan
(Wasesa, 2011:165). Citra kandidat yang telah terbentuk dalam benak publik nantinya
tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan
memiliki posisi khas, jelas, dan berarti. Positioning ini secara tidak langsung juga akan
mendefinisikan pesaing dan menjadi pembeda atau kekhasan yang dimiliki kandidat
tersebut dari kandidat lain. Tujuannya agar masyarakat luas semakin mengenal
citra yang diinginkan kandidat dalam benak pemilih serta menunjukkan konsistensi
kandidat dalam suatu bidang (kekhasan). Disamping itu Rice dan Paisley (1981:275-
278) mengatakan bahwa source, message dan channel merupakan elemen yang penting
bidang studi yang meliputi ethos, pathos dan logos. Setiap individu sebagai
beda dalam setiap situasi yang dihadapi. Salah satu karateristik komunikator yang
dikemukakan oleh Aristoteles (dikutip dari Griffin, 2003:304), yaitu ethos yang
sebagai ethos yang terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik dan maksud yang baik
(good sense, good moral character, good will). Hal tersebut dipertegas dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Cutlip et al. (2000:200) yang menyatakan bahwa
9
status, kepercayaan dan keahlian yang dirasakan pada
komunikator akan menambah bobot pesan. Selanjutnya Rice dan Paisley (1981:275)
Sedangkan yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pesan adalah frekuensi, style
(struktur pesan) dan content appeals (isi pesan) (Rice dan Paisley, 1981:275).
Kemudian media merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam menyampaikan
10
BAB III
PENUTUP
Di dalam dunia politik, peran komunikasi juga tidak dapat terlepas dalam
politik akan dapat tersampaikan dengan baik sebagaimana mestinya seperti yang
diinginkan. Komunikasi Politik adalah suatu bidang atau disiplin menelaah. Tim sukses
dalam hal ini melakukan fungsinya sebagai PR politik untuk melakukan pencitraan
kepada masyarakat. Salah satu strategi pencitraan yang digunakan adalah melakukan
dengan menampilkan jargon atau slogannya yaitu Menyapa Rakyat Mendekat Pada
komprehensif juga harus diikuti oleh jargon-jargon politik yang mudah dimengerti dan
dengan kewenangan yang dimilikinya. Baik itu menggunakan cara persuasif maupun
menggunakan cara paksaan fisik. Menjaga keamanan dari luar Lembaga politik,
melalui alat-alat yang dimiliki berfungsi mempertahankan negara dan masyarakat dari
serangan pihak luar. Mempertahankan bisa dilakukan dengan cara diplomasi atau
pokok masyarakat seperti pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan
11
lain-lain. Pendistribusian kebutuhan pokok tersebut juga menjadi tugas dari lembaga
politik.
suatu partai politik maupun antara para pemimpin politik dari partai
politik yang berbeda. Pada umumnya, hal itu terjadi dalam rapat dan persidangan
maupun dalam lobi, dengan menggunakan model komunikasi interaktif. Terdapat dua
hal yang harus diperhatikan dalam membangun konsensus yaitu seni berkompromi dan
12
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dkk. (2007). Konsep Dasar Dalam Komunikasi di Masyarakat. Jakarta. Grasindo
Utama.
13
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat,
rahma taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul "Keterampilan Abad 21" salawat serta salam semoga
selalu terlimpah curahkan kepada baginda alam nabi paling mulia Muhamad SAW.
Makalah ini membahas mengenai pemanfaatan energi angin dan pemanfaatan energy
Panas bumi terhadap proses pemanfaatannya merupakan makalah yang di tulis untuk
memenuhi tugas dalam penulisan makala ini, saya selaku penyusun sangat bertimakasi
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama
kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini
dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis
ii
14
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Literatur ................................................................................. 4
B. Tantangan Guru Profesional Dalam Keterampilan Abad 21 ................ 10
DAFTAR PUSTAKA
15
iii