Anda di halaman 1dari 5

Dian Nursyabani

14030114130097

BUDAYA
Budaya adalah cara berpikir, cara bertindak, dan objek material yang bersama-sama
membentuk cara hidup seseorang. Budaya termasuk apa yang kita pikirkan, bagaimana kita
bertindak, dan apa yang kita miliki. Budaya juga merupakan penghubung dengan masa lalu
dan panduan untuk masa depan.
Untuk mengerti budaya secara utuh, kita harus mempertimbangkan gagasan dan
benda. Budaya nonmaterial adalah gagasan yang dibuat oleh anggota masyarakat, gagasan
yang tersusun dari seni sampai Zen. Sedangkan budaya material adalah benda fisik yang
dibuat oleh anggota masyarakat, seluruhnya, dari kursi berlengan sampai ritsleting. Budaya
membentuk tidak hanya apa yang kita lakukan namun juga membentuk apa yang kita
pikirkan dan bagaimana kita merasakan unsur yang umum, secara salah kita sebut sebagai
sifat dasar manusia. Terkadang kita menemukan pengelana yang merasa sulit memasuki
sebuah budaya yang tidak dikenalnya. Kesulitan ini disebut culture shock,
ketidakberhasilan seseorang mempelajari cara hidup yang tidak dikenal sebelumnya. Tidak
ada cara hidup khusus yang bisa disebut alami untuk semua orang, walaupun kebanyakan
orang berpikir cara hidupnya demikian. Semangat kerjasama yang datang secara alami pada
komunitas kecil yang tinggal di pegunungan Andes, Peru sangat berbeda dengan kompetisi
yang secara natural hadir pada kebanyakan orang yang tinggal di Chicago atau New York.
Keberagaman itu muncul dari fakta bahwa manusia, berkumpul bersama dan membentuk cara
hidup masing-masing. Setiap hewan dari semut sampai zebra, berperilaku hampir sama di
dunia ini karena tingkah laku dituntun oleh insting program biologis yang mana binatang
tidak mampu mengendalikannya. Beberapa hewan seperti simpanse dan primata sejenismempunyai kapasitas untuk mengerti budaya, seperti yang telah diteliti menggunakan alat
dan peneliti mengajari kemampuan sederhana kepada keturunan mereka. Namun,
kemampuan kreatif yang dimiliki manusia lebih besar dari semua makhluk dan menghasilkan
berbagai cara untuk hidup. Singkatnya, hanya manusia yang mengandalkan budaya daripada
insting untuk menjalani kehidupan dan memastikan dirinya selamat (Harris, 1987; Morrel,
2008)
Scientist memberi tahu kita bahwa planet ini berumur 4,5 miliar tahun. Kehidupan
muncul 1 miliar tahun setelahnya. 2 sampai 3 miliar tahun berikutnya kita menemukan
dinosaurus menguasai kehidupan di bumi, setelah dinosaurus punah, kurang lebih 65 juta

tahun lalu, sejarah kita bermula dengan munculnya hewan jenis primata. Primata menjadi
penting dalam perkembangan bumi karena dia mempunyai otak yang lebih besar untuk
ukuran tubuhnya dibandingkan semua hewan yang ada di bumi. Kira-kira 12 juta tahun yang
lalu, primata berkembang dan mulai terpisah antara manusia permulaan dan kera besar. 5 juta
tahun kemudian, manusia awal mulai turun dari pohon dan mencoba berjalan diatas tanah.
Mereka mulai belajar berjalan tegak, keuntungan berburu bersama kelompok, menggunakan
api, peralatan sederhana dan senjata. Belajar membangun tempat tinggal sederhana dan
menggunakan pakaian dasar. Pencapaian zaman batu ini terlihat sederhana, namun mereka
menandai titik penting sebuah evolusi, membangun budaya dasar untuk keselamatan. 250.000
tahun lalu, spesies kita yang dikenal sebagai homo sapiens akhirnya muncul. Manusia
berkembang dan sekiranya 40.000 tahun lalu, manusia yang mirip dengan kita sekarang
menjelajahi bumi. Dengan ukuran otak yang relative besar, homo sapiens modern
mengembangkan budaya dengan cepat, terlihat dari peralatan dan lukisan gua yang mereka
hasilkan. Penemuan perumahan permanen dan spesialisasi kerja di Timur Tengah(sekarang
Iraq dan Mesir) menandai lahirnya peradaban. Pada titik ini, kekuatan biologis yang kita
sebut insting hampir hilang digantikan rencana yang lebih efisien : menata lingkungan alam
sekitar sesuai kebutuhan. Sejak itu, manusia telah membuat dunianya masing-masing dan
menghasilkan keberagaman budaya yang dapat kita amati sekarang ini.
Walaupun budaya bermacam banyaknya, mereka mempunyai unsur umum meliputi
simbol, bahasa, nilai dan norma. Seperti makhluk lainnya, manusia menggunakan inderanya
untuk menjelajahi sekitar namun tidak seperti makhuk pada umumnya, manusia mencoba
memberikan arti pada sekitarnya. Simbol adalah arti khusus yang dikandung setiap hal dan
dikenali oleh individu yang berbagi budaya. Sebuah kata, siulan, tembok penuh graffiti,
kilasan lampu merah, kepalan tangan semuanya disebut sebagai simbol. Bahasa, kunci untuk
budaya, adalah sebuah sistem dari simbol yang memungkinkan manusia untuk berkomunikasi
dengan manusia lainnya. Manusia telah menciptakan banyak abjad untuk mengekspresikan
bahasa yang kita gunakan untuk berbicara. Bahasa tidak hanya mengizinkan kita untuk
berkomunikasi tetapi juga kunci untuk penyebaran budaya, yaitu sebuah proses pewarisan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kemampuan bahasa mungkin menghubungkan kita
dengan masa lalu, tetapi juga memunculkan imajinasi untuk menghubungkan simbol dengan
cara baru, membuat peluang di masa depan yang hampir tak terbatas. Bahasa membentuk
manusia menjadi satu-satunya mahkluk yang memiliki kesadaran, mengetahui keterbatasan
kita dan kepastian kematian, lalu membuat kita dapat bermimpi dan berharap untuk masa

depan yang lebih baik dari sekarang. Bahasa juga membentuk apa yang kita alami dan
rasakan, Sapir-Whorf menyatakan bahwa orang melihat dan memahami dunia melalui bahasa
dalam lensa kebudayaan. Nilai, secara cultural didefinisikan sebagai standar yang digunakan
untuk memutuskan mana yang diinginkan, baik dan cantik serta memberikan arahan untuk
kehidupan sosial. Orang yang berbagi budaya menggunakan nilai untuk memilih bagaimana
cara hidup. Nilai adalah dasar yang mendukung kepercayaan, pemikiran khusus atau ide yang
orang anut. Dengan kata lain, nilai adalah standar abstrak kebaikan, sedangkan kepercayaan
adalah perkara khusus yang dipertimbangkan oleh individu baik atau buruknya. Norma
adalah aturan dan harapan dari masyarakat yang mengatur perilaku dari anggotanya. William
Graham Sumner (1959, orig. 1906) menyadari bahwa beberapa norma lebih penting untuk
hidup kita daripada norma lainnya. Sumner menyebutkan istilah mores adat istiadat- berarti
norma yang dihormati dan memiliki arti moral yang penting. Orang-orang memberikan
sedikit perhatian perhatian pada folkways kebiasaan- norma untuk interaksi umum atau
rutin. Singkatnya, adat membedakan antara yang benar dan salah sedangkan kebiasaan
membatasi antara yang sopan dan kasar.
Keberagaman budaya meliputi tidak hanya imigrasi tetapi juga kelas sosial. Pada
kenyataannya kita terbiasa menyebut istilah budaya untuk mendefinisikan hasil karya seni
semacam literature klasik, musik, tari dan lukisan. Kita mendeskripsikan orang yang sering
menonton opera sebagai orang yang berbudaya, karena kita berpikir dia mengapresiasi hal
yang baik dalam hidup. Kita terbiasa menganggap bahwa musik dari Haydn lebih berbudaya
daripada Hip-hop, dan polo lebih halus daripada ping-pong. Perbedaan anggapan ini muncul
karena banyak pola budaya yang hanya tersedia untuk sebagian anggota masyarakat. mereka
mengungkapkan istilah high culture untuk mendefinisikan pola budaya yang memisahkan
masyarakat elit dan popular culture untuk menunjuk pada pola budaya yang menyebar secara
luas pada masyarakat. Pada umumnya banyak yang berkata bahwa high culture berada diatas
pop culture, tetapi sosiolog berkata tidak demikian dengan dua alasan : pertama, kebanyakan
orang biasa atau elit berbagi rasa dan ketertarikan yang sama; kedua, kita tidak memandang
budaya dari pelaku yang entah berpunya atau tidak. Istilah subkultur memiliki arti pola
budaya yang memisahkan beberapa segmen dalam populasi masyarakat. Sangat mudah untuk
menempatkan orang dalam kategori walaupun terkadang tidak akurat, karena setiap orang
pada dasarnya berpartisipasi dalam dalam berbagai subkultur dan tidak mengkhususkan diri
pada satu subkultur saja. Pada beberapa kasus, perbedaan budaya dapat memisahkan individu
satu dengan lainnya. Untuk dapat memahami perbedaan budaya kita harus mengembangkan

multikulturalisme. Multikulturalisme yaitu sudut pandang yang mengenal adanya perbedaan


budaya dan menganggap semua budaya berdiri sejajar. Perbedaan budaya juga termasuk
didalamnya penolakan dari luar terhadap gagasan atau perilaku umum. Counterculture yaitu
pola budaya yang menolak dengan keras apa yang diterima dalam sebuah masyarakat.
Sebagai contoh, selama periode 1960an pemuda-pemuda pendukung counterculture menolak
budaya yang lazim dengan berperilaku lebih kompetitif, egois dan matrialistik. Mereka lebih
mementingkan jadi apa ketimbang lakukan apa, sehingga mobil dan rumah dihargai lebih
tinggi daripada kesadaran. perubahan dalam salah satu unsur budaya adalah hal yang lazim
terjadi yang biasanya timbul dan memengaruhi perubahan unsur lainnya. Sekarang ini, wanita
yang mengenyam pendidikan tinggi akan lebih tertarik bekerja ketimbang berkeluarga,
walaupun bekerja juga tidak mematikan keinginan mereka membesarkan anak. Namun, hal
itu berpengaruh terhadap umur pernikahan mereka dan tingkat perceraian. Hubungan saling
memengaruhi tadi mengilustrasikan adanya integrasi budaya hubungan dekat diantara
berbagai unsur dalam sistem budaya. Beberapa unsur budaya berubah lebih cepat daripada
unsur lain. William Ogburn(1964) menemukan bahwa teknologi berkembang pesat, membuat
budaya material berkembang lebih cepat daripada budaya nonmaterial. Ogburn menyebut
ketidaksamaan ini sebagai cultural lag, yaitu fakta bahwa dalam budaya ada unsur yang
berkembang lebih cepat daripada lainnya dan mengganggu sistem. Cultural lag dapat terjadi
karena tiga sebab : 1) Invention penciptaan, yaitu proses penemuan unsur budaya baru. 2)
Discovery penemuan, melibatkan pengenalan dan pengertian lebih lanjut bahwa sesuatu
memang ada atau suatu cara baru melihat kenyataan sebagai sebuah proses perubahan kedua.
3) Diffusion difusi, penyebaran suatu penciptaan dan penemuan dari satu mesyarakat ke
lainnya.
Banyak dari kita berpikiran bahwa masa kanak-kanak adalah saat untuk bersenangsenang dan masa kebebasan tidak seperti orang dewasa yang mempunyai kewajiban untuk
bekerja. Namun, pada negara-negara miskin di dunia, anak-anak menjadi tulang punggung
keluarga. Jadi apa yang orang pikirkan di suatu tempat tidak selalu sama dengan ditempat
lainnya. Konfusius mungkin memang benar ketika ia mengemukakan bahwa semua orang itu
sama, hanya perilakunya yang berbeda. Dengan adanya perbedaan pikiran tadi, lahirlah
etnosentrisme perilaku mengukur budaya orang lain menggunakan standar budaya kita.
Sedikit etnosentrisme memang penting untuk mengingatkan kita tentang cara hidup yang
telah kita pilih, namun terkadang etnosentrisme berlebih dapat menimbulkan kesalahpahaman

dan terkadang konflik. Mendekati etnosentrisme ada cultural relativism yaitu praktik
menggunakan budaya kita untuk menilai sebuah budaya lain.
Sekarang ini kita dapat menemukan kesamaan budaya, pemakaian celana jeans, jenis
musik, bahkan kesamaan produk walau beda negara. Factor-faktor pemicunya antara lain : 1)
Ekonomi global, perdagangan internasional membuat masyarakat menjadi konsumen suatu
produk yang sama. 2) Komunikasi global, aliran arus informasi, internet memungkinkan kita
merasakan pengalaman baru berkomunikasi dan menjadikan informasi menyebar lebih cepat.
3) Migrasi global, perpindahan manusia menjadi lebih mudah dengan transportasi udara,
memuaskan rasa ingin tahu manusia menjelajah dunia yang belum dikenalnya dan mencoba
tinggal untuk kehidupan yang mungkin lebih baik. Hubungan tadi membuat budaya di dunia
sekilas terlihat mirip.
Budaya sebagai paksaan, sebagai mahkluk simbolik manusia tidak dapat hidup tanpa
budaya. Tetapi budaya juga memiliki kekurangan. Kita mungkin satu-satunya hewan yang
menamai diri kita. Budaya sesungguhnya masalah tentang perbedaan kita berperilaku yang
membatasi pilihan kita dan memandu kita untuk mengulang pola yang sama. Budaya sebagai
kebebasan, manusia seperti halnya semut dan gajah yang terbatas pada unsure biologis
mereka, kita terbatas pada budaya. Namun, terdapat perbedaan mendasar disini, insting
biologis membuat kita menciptakan dunia siap huni, budaya memaksa kita untuk membuat
pilihan dan merombak dunia sesuai kebutuhan kita. Tidak ada bukti kebebasan melebihi
kebebasan kita dengan perbedaan budaya dan perbedaan manusia di dunia.
Belajar lebih tentang keragaman budaya adalah salah satu hal penting dalam hidup.
Dimanapun kita hidup, semakin kita mengerti bagaimana sekitar kita bekerja, persiapan kita
menggunkan kebebasan yang telah tersedia akan menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai