Anda di halaman 1dari 7

partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan

tujuan umum. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Bisa juga di definisikan, perkumpulan
(segolongan orang-orang) yang seasas, sehaluan, setujuan di bidang politik

Menurut Miriam Budiardjo – partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisasi
yang beranggotakan orang-orang yang memiliki orientasi nilai-nilai dan cita-cita yang sama
dengan tujuan adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan kebijaksanaan mereka.

Menurut Carl. J. Friedric – partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara
stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintah bagi pemimpin
partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan
yang bersifat ideal maupun materil.

Indonesia sebagai penganut demokrasi pancasila memilih sistem multi partai dengan berbagai
macam tujuan atau fungsi, diantaranya :

1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Partai politik bertindak sebagai salah satu sarana komunikasi dalam dunia politik. Jika dilihat
dari segi ini, tugas yang dimiliki partai politik adalah :

 Sebagai penyalur berbagai macam pendapat dan aspirasi dari masyarakat yang nantinya akan
ditampung dan disatukan menjadi satu kesatuan guna menghasilkan tujuan yang sama. Proses
tersebut dinamakan interest agregation atau penggabungan kepentingan.
 Sebagai perantara penyebarluasan kebijakan-kebijakan yang berasal dari pemerintah kepada
warga negaranya. Dalam hal ini partai politik bertindak sebagai pendengar bagi pemerintah dan
bertindak sebagai pengeras suara bagi warga negara.

Jadi kesimpulannya adalah sebagai sarana komunikasi politik, partai politik sangat berperan
dalam mengartikulasikan kepentingan (interest articulation) yang ada pada masyarakat yang
nantinya akan di diserap dengan sebaik-baiknya untuk dijadikan ide-ide, visi-visi, maupun
kebijakan-kebijakan dari partai politik yang bersangkutan. Lalu baik ide, visi, kebijakan-
kebijakan maupun aspirasi yang berasal dari masyarakat tersebut akan diadvokasikan dan
nantinya diharapkan mampu memberikan pengaruh dan bahkan menjadi suatu materi kebijakan
yang resmi digulirkan oleh pemerintah.
2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik (Political Sosialization)

Sosialisasi politik merupakan usaha untuk mentransmisikan budaya politik dalam upaya
membentuk sikap dan orientasi setiap anggota masyarakat selaku warga negara. Atau dengan
kata lain, ini merupakan suatu pendidikan politik, dimana partai politik merupakan struktur
penting dalam menanamkan cita-cita kenegaraan dalam kesadaran kolektif masyarakat. .

Dalam fungsi ini, partai politik akan berusaha memasyarakatkan berbagai visi, ide, serta
kebijakan-kebijakan strategis yang dimilikinya guna mendapatkan tanggapan dari masyarakat
yaitu berupa dukungan.

3. Sebagai Saran rekruitment Politik (Political Recruitment)

Partai politik ikut serta dalam upaya memperluas partisipasi politik bagi warga negara, dimana ia
merupakan suatu wahana untuk dapat melakukan penyeleksian kader-kader yang nantinya akan
memimpin negara pada tingkat maupun posisi jabatan tertentu yaitu dengan berusaha melakukan
pencarian serta mengajak warga negara yang memiliki bakat untuk menjadi anggota partai
politik untuk ikut serta dalam kegiatan partai. Setelah mereka masuk ke dalam keanggotaan
partai, maka partai politik akan melakukan pembinaan serta mendidik kader-kader baru tersebut
untuk menggantikan kader-kader yang lama.

4. Sebagai pengatur Konflik (Conflical Management)

Adalah suatu hal yang wajar apabila terjadi persaingan maupun beda pendapat yang terjadi pada
masyarakat dalam suatu sistem demokrasi, dimana nilai-nilai dan kepentingan yang tumbuh
dalam suatu lingkungan masyarakat memiliki berbagai keanekaragaman, rumit, serta cenderung
terjadi persaingan antara satu dengan yang lainnya. Suatu negara yang memiliki jumlah partai
politik yang banyak dimana setiap partai menawarkan ideologi, program, serta kebijakan-
kebijakan alternative yang berbeda-beda, maka melalui polarisasi partai politik tersebut beraneka
ragam kepentingan masyarakat dapat disalurkan.

5. Sebagai sarana partisipasi politik

Partisipasi merupakan penentuan sikap dan keterlibatan hasrat dari setiap individu dalam setiap
situasi maupun kondisi yang dialami oleh organisasi yang menaunginya dengan tujuan agar
individu tersebut nantinya dapat terdorong untuk ikut serta dalam upaya mencapai tujuan
organisasi serta ikut berpartisipasi dalam setiap pertanggungjawaban bersama. Dari pengertian
tersebut kita bisa simpulkan bahwa dalam suatu sistem demokrasi yang dianut oleh suatu negara,
partisipasi dari partai politik adalah salah satu faktor terpenting dalam hal pengambilan
keputusan, karena keputusan yang diambil oleh pemerintah tidak akan dapat berjalan dengan
baik tanpa adanya partisipasi partai politik di dalamnya. Partisipasi politik bisa dilakukan melalui
berbagai kegiatan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat-rapat
umum, berpartisipasi dalam partai politik yaitu dengan menjadi anggota salah satu partai politik,
dan lain sebagainya.

Dari uraian tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa partai politik merupakan suatu wadah guna
menampung hasrat, keinginan, maupun aspirasi masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan politik, seperti ikut serta dalam memberikan suara dalam pemilu untuk memilih
pemimpin negara maupun wakil-wakil rakyat yang nantinya hal tersebut dapat berpengaruh pada
pembuatan maupun pelaksanaan kebijakan-kebijakan dari pemerintah.

6. Sebagai sarana untuk melakukan kontrol politik

Dalam pembuatan serta pelaksanaan kebijakan-kebijakan dari pemerintah seringkali terjadi


penyimpangan maupun kesalahan. Dalam hal ini, partai politik berkewajiban untuk menunjukkan
kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan tersebut. Jadi dalam hal ini, partai
politik memiliki tugas untuk melakukan pengawasan serta peninjauan terhadap pelaksanaan
jalannya pemerintahan agar dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Selain itu, partai
politik juga berkewajiban untuk membantu masyarakat dalam menyampaikan aspirasi mereka
sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah.
Dalam penyampaian aspirasi atau kritisi terhadap pemerintah, terdapat 2 mekanisme yang bisa
diakukan, yaitu :

 Dapat disalurkan melalui wakil-wakil partai politik yang duduk di lembaga-lembaga legislative
 Dapat disalurkan melalui jalur non parlementer, misalnya saja dengan melakukan diskusi terkait
dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, atau bisa juga dengan melakukan dialog bersama media
massa guna membentuk opini publik sehingga publik dapat memberkan dukungan politis.
Tipologi

TIPOLOGI PARTAI POLITIK

Tipologi partai politik ialah pengklasifikasian berbagai parpol berdasarkan kriteria tertentu,
seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan. Klasifikasi ini
cenderung bersifat ideal karena dalam kenyataannya tidak sepenuhnya demikian. Pembahasan ini
penting dalam hal melihat sejauh mana fungsi-fungsi ideal partai politik dapat terwujud di
Indonesia selama ini. Di bawah ini diuraikan sejumlah tipologi parpol menurut kriteria-kriteria
tersebut.

Pertama, kita dapat melihat berdasarkan asas dan orientasi dari parpol tersebut. Berdasarkan
asas dan orientasinya, parpol diklasifikasikan menjadi tiga tipe. Adapun tiga tipe ini meliputi
parpol pragmatis, parpol doktriner dan parpol kepentingan.

1. Parpol pragmatis ialah suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat
kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu. Artinya, perubahan waktu, situasi dan
kepemimpinan akan juga mengubah program, kegiatan dan penampilan parpol tersebut.
Penampilan parpol pragmatis cenderung merupakan cerminan dari program-program yang
disusun oleh pemimpin utamanya dan gaya kepemimpinan sang pemimpin. Partai pragmatis,
biasanya muncul dalam sistem dua partai berkompetisi yang relatif stabil.

2. Parpol doktriner ialah suatu partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan
kongkrit sebagai penjabaran ideologi. Partai ini biasanya terorganisasikan secara agak longgar.
Hal ini tidak berarti partai politik pragmatis tidak memiliki ideologi se-bagai identitasnya. Dalam
program dan gaya kepemimpinan terdapat beberapa pola umum yang merupakan penjabaran
ideologi. Namun ideologi yang dimaksud lebih merupakan sejumlah gagasan umum daripada
sejumlah doktrin dan program kongkrit yang siap dilaksanakan. Ideologi yang dimaksud ialah
seperangkat nilai politik yang dirumuskan secara kongkrit dan sistematis dalam bentuk program-
program kegiatan yang pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai. Pergantian
kepemimpinan mengubah gaya kepemimpinan pada tingkat tertentu, tetapi tidak mengubah
prinsip dan program dasar partai karena ideologi partai sudah dirumuskan secara kongkrit dan
partai ini terorganisasikan secara ketat. Partai Komunis di mana saja merupakan contoh partai
doktriner. Dan PKS pun sepertinya lebih dekat dengan klasifikasi partai doktriner ini.

3. Parpol kepentingan merupakan suatu parpol yang dibentuk dan dike¬lola atas dasar
kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidup yang secara
langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan. Partai ini sering ditemui dalam sistem banyak
partai, tetapi kadangkala terdapat pula dalam sistem dua partai berkompetisi namun tak mampu
mengakomodasikan sejumlah kepentingan dalam masyarakat.
Kedua, Partai politik kalau dilihat dari tujuan dan orientasi dari parpol itu sediri.
Walaupun permasalahan klasifikasi jenis partai ini tidaklah mudah dalam memberikan
contohnya. Dalam kenyataannya, kebanyakan parpol tak hanya mempunyai basis sosial dari
kalangan tertentu, tetapi juga dari berbagai kalangan dengan satu atau dua kelompok sebagai
pihak yang dominan. Pendukung Partai Demokrat di Amerika Serikat pada umumnya berasal
dari kalangan menengah dan bawah, berkulit hitam, dan Katholik. Hal ini tidak berarti
pendukung partai ini tidak ada yang berasal dari kalangan atas, kulit putih dan Protestan.

Pengklasifikasian jenis partai yang dilihat dari sudut pandang secara umum, adalah seperti di
bawah ini:

1. Partai Proto

Jenis partai ini merupakan karakter dasar dari tipe awal parpol, yang
biasanya ada dalam lingkung¬an parlemen atau intraparlemen. Basis
pendukungnya adalah kelas menengah ke atas. Bentuk organisasi dan
ideologinya relatif rendah (sederhana). Belum sepenuhnya sebagaimana
dalam ciri parpol modern. Ciri faksional masih menonjol, dan ciri yang jelas
adalah pembedaan antara kelompok anggota dan non-anggota.

2. Partai Kader

Secara historis partai ini berkembang sebagai akibat hak pilih belum diberikan kepada
masyarakat luas. Anggotanya kebanyak¬an kelas menengah ke atas, dan tidak memerlukan
organi¬sasi besar untuk memobilisasi massa. Di In¬donesia partai yang masuk dalam kategori
ini tidak begitu banyak. Karena penekanan partai kader sesungguhnya adalah terletak pada
penguatan yang cukup tinggi pada level pengurusnya, dalam hal peningkatan kapasitas
personalnya untuk kepentingan partai. Masih banyaknya kader loncatan yang berasal dari basis
yang tidak jelas yang mewarnai partai politik di Indonesia, utamanya partai-partai pemenang
Pemilu pada era reformasi.

3. Partai Massa.

Berkembangnya jenis ini karena adanya perluasan hak pilih rakyat. Parpol ini dibentuk di
luar parlemen (ekstraparlemen). Orientasi parpol ini adalah kepada basis pendukung, yaitu
buruh, petani dan massa lainnva. Tujuannva adalah untuk pendidikan politik dan pemenangan
pemilu. Ideologi dan organisasinya rapi. Di Indonesia tidak dapat dikatakan sepenuhnva
demikian. Sebab berbagai partai yang berbasis formal massa tertentu, seperti buruh, petani
maupun massa lainnya itu sifatnya masih slogan saja. Artinya, basis massa yang
dilembagakannya itu sebatas untuk menarik pemilih dalam pemilu semata, dan lebih dari, untuk
melakukan pendidikan politik dan sebagainya, masih sangat jauh.

4. Partai Diktaktoral

Jenis ini adalah merupakan subtipe partai massa. Ideologinya kaku dan radikal. Pimpinan
tertinggi melakukan kontrol ketat. Rekrutmen anggotanya sangat ketat, di mana anggota parpol
dituntut mengabdi secara total. Di Indonesia jenis partai ini banyak juga ditemukan, terutama
pada partai-partai baru yang berangkat dari ideologisasi yang baru pula.

5. Partai Catch All

Jenis partai ini merupakan gabungan antara partai kader dan massa. Mereka berusaha
menampung kelompok sosial sebanyak¬banyaknya untuk menjadi anggotanya. Tujuannya
memenangkan pemilu berkaitan dengan berkembangnya kelompok kepentingan dan penekan,
dan ideologinya tidak terlalu kaku. Seperti telah dikatakan di muka bahwa sebagian besar partai
politik di Indonesia pemenang Pemilu pada era reformasi adalah masuk dalam kategori jenis ini.
Partai-partai besar yang ada sekarang memang hidup tidak mengandalkan ideologi, namun
penguatan pada kuantitas basis massa, Meskipun demikian mereka juga melakukan kaderisasi di
internal elit pengurusnya, sehingga konsekuensinya adalah terabaikannya proses pendidikan
politik. Banyaknya jenis partai seperti ini sesungguhnya masih sedikit jauh dari cita-cita partai
modern, terutama ketika transformasi di tingkat masyarakat tidak dapat berjalan secara efektif.

Menurut Haryanto, parpol dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya secara umum dapat
dibagi mejadi dua kategori, yaitu:

1. Partai Massa Dengan ciri utamanya adalah jumlah anggota atau


pendukung yang banyak. Meskipun demikian, parta jenis ini memiliki
program walaupun program tersebut agak kabur dan terlampau
umum. Partai jenis ini cenderung menjadi lemah apabila golongan
atau kelompok yang tergabung dalam partai tersebut mempunyai
keinginan untuk melaksanakan kepentingan kelompoknya.
Selanjutnya, jika kepentingan kelompok tersebut tidak terakomodasi,
kelompok ini akan mendirikan partai sendiri
2. Partai KaderKebalikan dari partai massa, partai kader
mengandalkan kader-kadernya untuk loyal. Pendukung partai ini tidak
sebanyak partai massa karena memang tidak mementingkan jumlah,
partai kader lebih mementingkan disiplin anggotanya dan ketaatan
dalam berorganisasi. Doktrin dan ideologi partai harus tetap terjamin
kemurniannya. Bagi anggota yang menyeleweng, akan dipecat
keanggotaannya.
Sistem Kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat dalam pasal 6A(2) UUD
1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik. Frasa gabungan partai politik mengisyaratkan paling tidak ada dua partai atatu
lebih yang bergabung untuk mengusung seorang calon pasangan presiden dan wakio presiden dan
bersaing dengan calon lain yang diusulkan partai-partai lain. Ini artinya sistem kepartaian di Indonesia
harus diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih.
Sejak era kemerdekaan, sebetulnya Indonesia telah memenuhi amanat pasal tersebut. Melalui Keputusan
Wakil Presiden No X/1949, pemilihan umum pertama tahun 1955 diikuti oleh 29 partai politik dan juga
peserta independen.
Pada masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto memandang terlalu banyaknya partai politik
menyebabkan stabilitas poltik terganggu, maka Presiden Soeharto pada waktu itu memiliki agenda untuk
menyederhanakan jumlah partai politik peserta pemilu. Pemilu tahun 1971 diikuti oleh 10 partai politik
dan pada tahun 1974 peserta pemilu tinggal tiga partai politik saja. Presiden Soeharto merestrukturisasi
partai politik menjadi tiga partai(Golkar, PPP, PDI) yang merupakan hasil penggabungan beberapa partai.
Walaupun jika dilihat secara jumlah, Indonesia masih menganut sistem multi partai, namun banyak ahli
politik menyatakan pendapat sistem kepartaian saat itu merupakan sistem kepartaian tunggal. Ini
dikarenakan meskipun jumlah partai politik masa orde baru memenuhi syarat sistem kepartaian multi
partai namun dari segi kemampuan kompetisi ketiga partai tersebet tidak seimbang.

Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan diberikannya ruang bagi masyarakat untuk
merepresentasikan politik mereka dengan memiliki hak mendirikan partai politik. Banyak sekali parpol
yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik yang lolos verifikasi dan berhak
mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh berbeda dengan era orba.

Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini disebabkan telah
diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold) sesuai UU no 3/1999 tentang PEMILU yang
mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti pemilu selanjtnya adalah parpol yang meraih
sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai politikyang tidak mencapai ambang batas boleh
mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan parpol baru.
tuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa perlu seperti persentasi Electroral
Threshold 2009 menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%. Begitu juga selanjutnya pemilu
2014 ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau diturunkan.

Anda mungkin juga menyukai