BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partai politik mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dalam setiap sistem
demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses
pemerintahan dengan warga negara. Ada diantaranya menyatakan bahwa partai politik itu
sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elite yang berkuasa atau
berniat memuaskan keinginana kekuasaannya sendiri. Partai politik hanyalah berfungsi
sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan beruntung yang berhasil memenangkan
suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan
publik tertentu.
Partai politik adalah merupakan salah satu dari bentuk pelembagaan sebagai wujud ekspresi
ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis. Di
samping partai politik, bentuk ekspresi lainnya terjelma juga dalam wujud kebebasan pers,
kebebasan berkumpul, ataupun kebebasan berserikat melalui organisasi-organisasi non-partai
politik. Pertai politik betapapun juga sangat berperan dalam proses dinamis perjuangan nilai
dan kepentingan (values and interests) dari konstituen yang diwakilinya untuk menentukan
kebijakan dalam konteks kegiatan bernegara. Partai politik lah yang bertindak sebagai
perantara dalam proses-proses pengambulan keputusan bernegara, yang menghubungkan
antara warga negara dengan institusi-institusi kenegaraan.
Yang perlu kita dilihat adalah seberapa jauh organisasi kemasyarakatan ataupun partai politik
yang bersangkutan berhasil mengorganisasikan diri sebagai instrumen untuk membolisasi
dukungan konstituennya. Dalam sistem demokrasi dengan banyak partai politik, aneka ragam
aspirasi dan kepentingan politik yang saling berkompetisi dalam masyarakat memerlukan
penyalurannya yang tepat melalui pelembagaan partai politik. Semakin besar dukungan yang
dapat dimobilisasikan oleh dan disalurkan aspirasinya melalui suatu partai politik, semakin
besar pula potensi partai politik itu untuk disebut telah terlembagakan secara tepat.
B. Identifikasi Masalah.
Merupakan hal yang lumrah dalam sistem demokrasi dengan banyak partai politik, aneka
ragam aspirasi dan kepentingan politik yang saling berkompetisi dalam masyarakat
memerlukan penyalurannya yang tepat melalui pelembagaan partai politik. Semakin besar
dukungan yang dapat dimobilisasikan oleh dan disalurkan aspirasinya melalui suatu partai
politik, semakin besar pula potensi partai politik itu untuk disebut telah terlembagakan secara
tepat.Untuk menjamin kemampuannya dalam menyalurkan aspirasi konstituen itu, struktur
organisasi partai politik yang bersangkutan haruslah disusun sedemikian rupa, sehingga
ragam kepentingan dalam masyarakat dapat ditampung dan diakomodasikan seluas mungkin.
Karena itu, struktur internal partai politik penting untuk disusun secara tepat. Di satu pihak ia
harus sesuai dengan kebutuhan untuk mobilisasi dukungan dan penyaluran aspirasi
konstituen. Di pihak lain, struktur organisasi partai politik juga harus disesuaikan dengan
format organisasi pemerintahan yang diidealkan menurut visi partai politik yang dimintakan
kepada konstituen untuk memberikan dukungan mereka. Semakin cocok struktur internal
organisasi partai itu dengan kebutuhan, makin tinggi pula derajat pelembagaan organisasi
yang bersangkutan.
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi permaslahan di atas maka dipandang
cukup penting untuk mengadakan penelitian tentang Dinamika Partai Politik Indonesia dan
Permasalahannya.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan merupakan titik puncak untuk mengetahui bagaimana dinamika Partai Politik
Indonesia yang akan dilaksanakan sehingga dapat dirumuskan secara jelas. Dalam penelitian
ini, perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan
diteliti sehingga akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai langkah
pemecahan masalahnya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai syarat ujian akhir smester mata kuliah Sistem Politik Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana dinamika partai politik Indonesia.
3. Untuk mengetahui permasalahan dalam partai politik Indonesia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Partai Politk
Carl J. Frederich mengatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang
diorganisasikan secara stabil dengan tujuan mengamankan/ memelihara penguasaan para
pemimpinnya atas suatu pemerintahan, dengan demikian dapat memberikan anggota-
anggotanya keuntungan serta kelebihan- kelebihan ideal dan material.
R.H Soltou mengatakan bahwa partai politik merupakan suatu kelompok warga Negara yang
kurang lebih teroganisir, yang bertindak sebagai suatu unit politik dan yang berdasarkan
kekuatan votting mereka bermaksud mengontrol pemerintahan dan melaksanakan kebijakan
mereka.
Sigmund Neumann mengatakan bahwa partai politik merupakan organisasi penghubung yang
terdiri dari para pelaku politik aktif dalam suatu masyarakat, yang menaruh perhatian pada
pengendalian kekuasaan pemerintah yang berkompetisi dengan kelompok lain atau dengan
kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda dalam rangka memperoleh dukungan
rakyat.
Sedangkan menurut pasal 1 UU No.31/2002 mengatakan bahwa partai politik adalah
organisasi yang dibentuk oleh sekelompo warga Negara RI secara sukarela atas dasar
persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat,
bangsa dan Negara melalui pemilu.
Jadi partai politik dalah kelompok/organisasi yang bertujuan mengamankan/ memelihara
penguasaan para pemimpinnya atas suatu pemerintahan,dan memiliki visi dan misi yang
sama guna memperjuangkan kepentigan anggota, masyarakat, bangsa dan Negara.
B. Fungsi Partai Politik
Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan adanya 4 (empat) fungsi partai
politik. Keempat fungsi partai politik itu menurut Miriam Budiardjo, meliputi sarana- sarana
komunikasi politik sosialisasi politik (political socialization), sarana rekruitmen politik
(political recruitment), dan pengatur konflik (conflict management). Dalam istilah Yves Meny
dan Andrew Knapp, fungsi partai politik itu mencakup fungsi mobilisasi dan integrasi, sarana
pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih (voting patterns); sarana rekruitmen
politik; dan sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan.
Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya. Sebagai sarana
komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam upaya mengartikulasikan
kepentingan (interests articulation) atau political interests yang terdapat atau kadang-
kadang yang tersembunyi dalam masyarakat. Berbagai kepentingan itu diserap sebaik-
baiknya oleh partai politik menjadi ide-ide, visi dan kebijakan-kebijakan partai politik yang
bersangkutan. Setelah itu, ide-ide dan kebijakan atau aspirasi kebijakan itu diadvokasikan
sehingga dapat diharapkan mempengaruhi atau bahkan menjadi materi kebijakan kenegaraan
yang resmi.
Terkait dengan komunikasi politik itu, partai politik juga berperan penting dalam melakukan
sosialisasi politik (political socialization). Ide, visi dan kebijakan strategis yang menjadi
pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada konstituen untuk mendapatkan feedback
berupa dukungan dari masyarakat luas. Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga
berperan sangat penting dalam rangka pendidikan politik. Partai lah yang menjadi struktur-
antara atau intermediate structure yang harus memainkan peran dalam membumikan cita-
cita kenegaraan dalam kesadaran kolektif masyarakat warga negara.
Fungsi ketiga partai politik adalah sarana rekruitmen politik (political recruitment). Partai
dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-
kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-posisi tertentu. Kader-kader itu ada
yang dipilih secara langsung oleh rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak
langsung, seperti oleh Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun melalui cara-cara yang tidak
langsung lainnya.
Fungsi keempat adalah pengatur dan pengelola konflik yang terjadi dalam masyarakat
(conflict management). Seperti sudah disebut di atas, nilai-nilai (values) dan kepentingan-
kepentingan (interests) yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat sangat beraneka ragam,
rumit, dan cenderung saling bersaing dan bertabrakan satu sama lain. Jika partai politiknya
banyak, berbagai kepentingan yang beraneka ragam itu dapat disalurkan melalui polarisasi
partai-partai politik yang menawarkan ideologi, program, dan altrernatif kebijakan yang
berbeda-beda satu sama lain.
C. Tipologi Partai Politik Berdasarkan Komposisi dan Fungsi
Ada terdapat dua tipologi partai politk antara lain:
1. Partai kaukusatau partai kader
Memiliki jumlah anggota relative terbatas, aktifitas direkrut secara co-optation dan formal
nomination, kekuata bersumber pada kualitas, bukan kuantitas anggotanya.
Ada dua macam partai kader:
a. Konservatif, dengan kader kaum aristocrat, industrialis besar, banker agamawan
b. Liberal, dengan kaum pedagang, industrialis menengah, pegawai pemerintah, engacara dan
wartawan.
2. Partai Cabang atau partai massa
Mencari anggota sebanyak- banyaknya, memntingkan kuantitas disbanding kualitas. Dasar
rekrutmen adalah wide open to all people. Perhatian partai bukan pada kaum elit tapi pada
massa berfungsi memberikan pendidikan politik bagi kelas pekerja.
D. Kelemahan Partai Politik
Adanya organisasi itu, tentu dapat dikatakan juga mengandung beberapa kelemahan. Di
antaranya ialah bahwa organisasi partai cenderung bersifat oligarkis. Organisasi dan termasuk
juga organisasi partai politik kadang-kadang bertindak dengan lantang untuk dan atas nama
kepentingan rakyat, tetapi dalam kenyataannya di lapangan justru berjuang untuk
kepentingan pengurusnya sendiri. Seperti dikemukakan oleh Robert Michels sebagai suatu
hukum besi yang berlaku dalam organisasi bahwa,
Organisasilah yang melahirkan dominasi si terpilih atas para pemilihnya, antara si
mandataris dengan si pemberi mandat dan antara si penerima kekuasaan dengan sang
pemberi. Siapa saja yang berbicara tentang organisasi, maka sebenarnya ia berbicara tentang
oligarki.
Untuk mengatasi berbagai potensi buruk partai politik seperti dikemukakan di atas,
diperlukan beberapa mekanisme penunjang.
Pertama, mekanisme internal yang menjamin demokratisasi melalui partisipasi anggota partai
politik itu sendiri dalam proses pengambilan keputusan. Pengaturan mengenai hal ini sangat
penting dirumuskan secara tertulis dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai
politik bersangkutan yang ditradisikan dalam rangka. Di samping anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga, sesuai tuntutan perkembangan, perlu diperkenalkan pula sistem kode
etika positif yang dijamin tegaknya melalui dewan kehormatan yang efektif. Dengan
demikian, norma hukum, norma moral, dan norma etika diharapkan dapat berfungsi efektif
membangun kultur internal setiap partai politik. Di dalam kode normatif tersedia berbagai
prosedur kerja pengurus dan hubungannya dengan anggota, pengaturan mengenai lembaga-
lembaga internal, mekanisme hubungan lembaga-lembaga, serta mekanisme penyelesaian
konflik yang elegan dan dapat dijadikan pegangan bersama. Dengan begitu setiap perbedaan
pendapat dapat disalurkan secara baik dan konflik dapat diatasi agar tidak membawa kepada
perpecahan yang tidak demokratis dan biasanya kurang beradab.
Kedua, mekanisme keterbukaan partai melalui mana warga masyarakat di luar partai dapat
ikut-serta berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang hendak diperjuangkan melalui dan
oleh partai politik. Partai politik harus dijadikan dan menjadi sarana perjuangan rakyat dalam
turut menentukan bekerjanya sistem kenegaraan sesuai aspirasi mereka. Karena itu, pengurus
hendaklah berfungsi sebagai pelayan aspirasi dan kepentingan bagi konstituennya. Untuk itu,
diperlukan perubahan paradigma dalam cara memahami partai dan kegiatan berpartai.
Menjadi pengurus bukan lah segala-galanya. Yang lebih penting adalah menjadi wakil rakyat.
Akan tetapi, jika menjadi status sebagai menjadi faktor penentu terpilih tidaknya seseorang
menjadi wakil rakyat, maka setiap orang tentu akan berlomba-lomba menjadi pengurus dan
bahkan pimpinan puncak partai politik.
Ketiga, penyelenggaraan negara yang baik dengan makin meningkatnya kualitas pelayanan
publik, serta keterbukaan dan akuntabilitas organisasi kekuasaan dalam kegiatan
penyelenggaraan negara. Dengan adanya pelayanan umum yang baik disertai keterbukaan
dan akuntalitas pemerintahan dan penyelenggara negara lainnya, iklim politik dengan
sendirinya akan tumbuh sehat dan juga akan menjadi lahan subur bagi partai politik untuk
berkembang secara sehat pula.
Keempat, berkembangnya pers bebas yang semakin profesional dan mendidik. Media pers
adalah saluran komunikasi massa yang menjangkau sasaran yang sangat luas. Peranannya
dalam demokrasi sangat menentukan. Karena itu, pers dianggap sebagai the fourth estate of
democracy, atau untuk melengkapi istilah trias politica dari Montesquieu, disebut juga
dengan istilah quadru politica.
Kelima, kuatnya jaminan kebebasan berpikir dan berekspresi, serta kebebasan untuk
berkumpul dan beorganisasi secara damai. Pada intinya kebebasan dalam peri kehidupan
bersama umat manusia itu adalah bermula dari kebebasan berpikir. Dari kebebasan berpikir
itu lah selanjutnya berkembang prinsip-prinsip freedom of belief, freedom of expression,
freedom of assembly, freedom of association, feedom of the press, dan sebagainya dan
seterusnya. Oleh sebab itu, iklim atau kondisi yang sangat diperlukan bagi dinamika
pertumbuhan dan perkembangan partai politik di suatu negara, adalah iklim kebebasan
berpikir. Artinya, partai politik yang baik memerlukan lahan sosial untuk tumbuh, yaitu
adanya kemerdekaan berpikir di antara sesama warga negara yang akan menyalurkan aspirasi
politiknya melalui salah satu saluran yang utama, yaitu partai politik. Dalam sistem
representative democracy, biasa dimengerti bahwa partisipasi rakyat yang berdaulat
terutama disalurkan melalui pemungutan suara rakyat untuk membentuk lembaga perwakilan.
Mekanisme perwakilan ini dianggap dengan sendirinya efektif untuk maksud menjamin
keterwakilan aspirasi atau kepentingan rakyat. Oleh karena itu, dalam sistem perwakilan,
kedudukan dan peranan partai politik dianggap sangat dominan.
Partai politik di Indonesia setidak-tidaknya mengandung tiga kelemahan utama, yaitu: (1)
ideologi partai yang tidak operasional sehingga tidak saja sukar mengindentifikasi pola dan
arah kebijakan publik yang diperjuangkan tetapi juga sukar membedakan partai yang satu
dengan partai lain; (2) secara internal organisasi partai kurang dikelola secara demokratis
sehingga partai politik lebih sebagai organisasi pengurus yang bertikai daripada suatu
organisme yang hidup sebagai gerakan anggota; dan (3) secara eksternal kurang memiliki
pola pertanggungjawaban yang jelas kepada public.
Partai politik di Indonesia tampaknya belum dapat dibedakan secara jelas selain dari sentimen
kelompok. Partai politik di Indonesia lebih terkesan sebagai organisasi pengurus yang sering
bertikai daripada organisme yang hidup karena dinamika partai sebagai gerakan anggota.
Walaupun Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik mewajibkan
setiap partai politik untuk "mendaftar dan memelihara daftar anggotanya," tidak banyak
partai politik yang melaksanakan amanat UU tersebut. Hal ini terjadi tidak saja karena
banyak anggota masyarakat yang enggan mendaftarkan diri sebagai anggota partai tetapi juga
karena partai politik sendiri tidak melakukan berbagai upaya yang membangkitkan minat
menjadi anggota partai politik.
BAB III
METODOLOGI
Untuk mengetahui bagaimana dinamika partai politik Indonesia dan permasalahannya maka
terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan latar
belakang yang dipergunakan dalam mini skripsi ini. Maka penulis menggunakan metode
studi pustaka dan mencari bahan- bahan lain yang dibutuhka dengan menggunakan berbagai
sumber yang bisa dipakai.
BAB IV
PEMBAHSAN
A. Dinamika Partai Politik Indonesia
Sistem kepartaian yang baik sangat menentukan bekerjanya sistem ketatanegaraan
berdasarkan prinsip checks and balances dalam arti yang luas. Sebaliknya, efektif
bekerjanya fungsi-fungsi kelembagaan negara itu sesuai prinsip checks and balances
berdasarkan konstitusi juga sangat menentukan kualitas sistem kepartaian dan mekanisme
demokrasi yang dikembangkan di suatu negara. Semua ini tentu berkaitan erat dengan
dinamika pertumbuhan tradisi dan kultur berpikir bebas dalam kehidupan bermasyarakat.
Tradisi berpikir atau kebebasan berpikir itu pada gilirannya mempengaruhi tumbuh-
berkembangnya prinsip-prinsip kemerdekaan berserikat dan berkumpul dalam dinamika
kehidupan masyarakat demokratis yang bersangkutan.
Partai politik adalah merupakan salah satu saja dari bentuk pelembagaan sebagai wujud
ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyarakat
demokratis. Di samping partai politik, bentuk ekspresi lainnya terjelma juga dalam wujud
kebebasan pers, kebebasan berkumpul, ataupun kebebasan berserikat melalui organisasi-
organisasi non-partai politik seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi-
organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi non pemerintah (NGOs), dan lain
sebagainya.
Partai politik merupakan representation of ideas atau mencerminkan suatu preskripsi tentang
negara dan masyarakat yang dicita-citakan dan karena itu hendak diperjuangkan. Ideologi,
platform partai atau visi dan misi seperti inilah yang menjadi motivasi dan penggerak utama
kegiatan partai politik.
Partai politik juga merupakan pengorganisasian warga negara yang menjadi anggotanya
untuk bersama-sama memperjuangkan dan mewujudkan negara dan masyarakat yang dicita-
citakan tersebut. Karena itu, partai politik merupakan media atau sarana partisipasi warga
negara dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik dan dalam penentuan
siapa yang menjadi penyelenggara negara pada berbagai lembaga negara di pusat dan daerah.
Berdasarkan prinsip bahwa keanggotaan partai politik terbuka bagi semua warga negara,
sehingga para anggotanya berasal dari berbagai unsur bangsa, maka partai politik dapat pula
menjadi sarana integrasi nasional.
Apabila partai politik ingin berperan sebagai pihak yang dapat menyelesaikan konflik dalam
masyarakat ataupun peserta konflik yang fair dalam pemilihan umum dan di dalam lembaga
legislatif, maka partai politik seyogianya mampu berperan sebagai lembaga konflik, yaitu
mengatur dan menyelesaikan konflik secara internal melalui aturan main yang disepakati
bersama dalam AD/ART(anggaran dasar/anggaran rumah tangga). Aturan main seperti inilah
yang nanti saya sebut sebagai demokrasi prosedural.
Partai politik lah yang bertindak sebagai perantara dalam proses-proses pengambulan
keputusan bernegara, yang menghubungkan antara warga negara dengan institusi-institusi
kenegaraan. Menurut Robert Michels dalam bukunya, Political Parties, A Sociological Study
of the Oligarchical Tendencies of Modern Democracy, ... organisasi ... merupakan satu-
satunya sarana ekonomi atau politik untuk membentuk kemauan kolektif.
Berorganisasi itu merupakan prasyarat mutlak dan hakiki bagi setiap perjuangan politik.
Dengan begitu, harus diakui pula bahwa peranan organisasi partai sangat penting dalam
rangka dinamika pelembagaan demokrasi. Dengan adanya organisasi, perjuangan
kepentingan bersama menjadi kuat kedudukannya dalam menghadapi pihak lawan atau
saingan, karena kekuatan-kekuatan yang kecil dan terpecah-pecah dapat dikonsolidasikan
dalam satu front.
Organisasi yang berkembang makin melembaga cenderung pula mengalami proses
depersonalisasi. Orang dalam maupun orang laur sama-sama menyadari dan
memperlakukan organisasi yang bersangkutan sebagai institusi, dan tidak dicampur-
adukkannya dengan persoalan personal atau pribadi para individu yang kebetulan menjadi
pengurusnya. Banyak organisasi, meskipun usianya sudah sangat tua, tetapi tidak terbangun
suatu tradisi dimana urusan-urusan pribadi pengurusnya sama sekali terpisah dan dipisahkan
dari urusan keorganisasian. Dalam hal demikian, berarti derajat pelembagaan organisasi
tersebut sebagai institusi, masih belum kuat, atau lebih tegasnya belum terlembagakan
sebagai organisasi yang kuat.
Terkait dengan komunikasi politik itu, partai politik juga berperan penting dalam melakukan
sosialisasi politik (political socialization). Ide, visi dan kebijakan strategis yang menjadi
pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada konstituen untuk mendapatkan feedback
berupa dukungan dari masyarakat luas. Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga
berperan sangat penting dalam rangka pendidikan politik. Partai lah yang menjadi struktur-
antara atau intermediate structure yang harus memainkan peran dalam membumikan cita-
cita kenegaraan dalam kesadaran kolektif masyarakat warga negara.
Pada periode awal kemerdekaan, partai politik dibentuk dengan derajat kebebasan yang luas
bagi setiap warga negara untuk membentuk dan mendirikan partai politik. Bahkan, banyak
juga calon-calon independen yang tampil sendiri sebagai peserta pemilu 1955. Sistem multi
partai terus dipraktikkan sampai awal periode Orde Baru sejak tahun 1966. Padal pemilu
1971, jumlah partai politik masih cukup banyak. Tetapi pada pemilu 1977, jumlah partai
politik mulai dibatasi hanya tiga saja. Bahkan secara resmi yang disebut sebagai partai politik
hanya dua saja, yaitu PPP dan PDI. Sedangkan Golkar tidak disebut sebagai partai politik,
melainkan golongan karya saja.
B. Daftar Partai Politik Indonesia
a. Pemilu 1955
Pemilu 1955 diikuti oleh 172 kontestan partai politik. Empat partai terbesar diantaranya
adalah:
PNI (22,3 %),
Masyumi (20,9%),
Nahdlatul Ulama (18,4%), dan
PKI (15,4%).
b. Pemilu 1971
Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan, yaitu:
Partai Katolik
Partai Syarikat Islam Indonesia
Partai Nahdlatul Ulama
Partai Muslimin Indonesia
Golongan Karya
Partai Kristen Indonesia
Partai Musyawarah Rakyat Banyak
Partai Nasional Indonesia
Partai Islam PERTI
Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
c. Pemilu 1977-1997
Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 diikuti oleh 3 kontestan yang sama, yaitu:
Partai Persatuan Pembangunan
Golongan Karya
Partai Demokrasi Indonesia
d. Pemilu 1999
Pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik, yaitu:
1. Partai Indonesia Baru
e. Pemilu 2004
Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai politik, yaitu:
1. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme
4. Partai Merdeka
9. Partai Demokrat
f. Pemilu 2009
Pemilu 2009 diikuti oleh 38 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal Aceh, yaitu:
f.1 Partai politik nasional
1. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
Catatan: Tanda * menandakan partai yang mendapat kursi di DPR pada Pemilu 2004.
f. 2 Partai politik lokal Aceh
35. Partai Aceh Aman Seujahtra (PAAS)[2]
36. Partai Daulat Aceh (PDA)
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Maka dapat kita simpulkan bahwa dinamika partai politik Indonesia memiliki kecendrugan
akan kekuasaan pada pemerintahan,kurang lagi mementingkan kebutuhan Negara ini
sendiri,keendrungan ini lebih menitik beratkan pda penguasaan pemerintahan diberbagai
sektor. Pada dasarnya partai politik merupakan sarana untuk penyampaian aspirasi
masyarakat yang menginginka hal yang lebh baik.
Partai politik adalah merupakan salah satu saja dari bentuk pelembagaan sebagai wujud
ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyarakat
demokratis. Kelemahan partai politik mekanisme internal yang menjamin demokratisasi
melalui partisipasi anggota partai politik itu sendiri dalam proses pengambilan keputusan.
Mekanisme keterbukaan partai melalui mana warga masyarakat di luar partai dapat ikut-serta
berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang hendak diperjuangkan melalui dan oleh partai
politik. Penyelenggaraan negara yang baik dengan makin meningkatnya kualitas pelayanan
publik, serta keterbukaan dan akuntabilitas organisasi kekuasaan dalam kegiatan
penyelenggaraan Negara. Berkembangnya pers bebas yang semakin profesional dan
mendidik. Media pers adalah saluran komunikasi massa yang menjangkau sasaran yang
sangat luas. Kuatnya jaminan kebebasan berpikir dan berekspresi, serta kebebasan untuk
berkumpul dan beorganisasi secara damai.
DAFTAR PUSTAKA
Kantaprawira, rusadi. Dr. Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, Sinar Baru.
Algesindo, Bandung, 2006.
Merriam, Charles, Systematic Politics, University of Chicago Press, Chicago,1957.
http://www.suarapembaruan.com/News/2004/07/09/Editor/edi03.html
Hasan, Helmi, Drs. MPd. Buku Ajar Sistem Politik Indonesia, Universitas Negeri Padang,
Padang, 2005
TA Legowo Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi)
http://www.siwah.com/pendidikan/marketing-politik/masalah-pelembagaan-parpol.html