ABSTRACT
This research entitled Political Marketing Communications Indonesia Movement
Party In Election 2014 where Indonesia Movement Party won third position in 2014
Election. This research aims to analyze Political Marketing Communication
Indonesia Movement Party In Election 2014 by using the theory of Political
Communication, Marketing Communications, Political Marketing Communications,
Segmentation, Targeting and Positioning (STP) analyzed by SWOT analysis. This
research uses descriptive qualitative methodology of case study based on post
positivism paradigm. The result of the research is to highlight the figure of Prabowo
Subianto to get votes, able to combine Marketing Communication, Political
Communication STP, SWOT so as to convince the society and invite influential
figures both local and national level to enter Indonesia Movement Party. While the
discussion, there are three important things that are Strategy CSR Indonesia
Movement Party, Strategy Milenial Indonesia Movement Party and Campaign
Strategy Indonesia Movement Party.
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menganalsis bagaimana komunikasi pemasaran politik Partai
Gerindra pada Pemilu 2014 dengan menggunakan paradigma postpositivisme.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dengan pendekatan
kualitatif deskriptif (Maleong, 2007) menyebutkan, penelitian kualitatif sebagai
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian.
SEGMENTASI
Pengelompokan atau segmentasi ini bertujuan untuk meraih perolehan suara
sebanyak-banyaknya oleh Partai Gerindra pada Pemilu 2014. Dalam melakukan
segmentasi, Partai Gerindra mengelompokkan pemilih atau masyarakat dalam tiga
kelompok yakni kelompok berdasarkan geografi, demografi dan perilaku.
1. Segmentasi Geografi
Segmentasi geografi adalah pengelompokan yang dilakukan berdasarkan
kerapatan dan populasi penduduk di suatu wilayah. Segmentasi berdasarkan
kerapatan populasi penduduk yang dilakukan oleh Partai Gerindra hampir merata
untuk seluruh Indonesia. Dasarnya karena Partai Gerindra adalah partai Nasionalis
sehingga untuk segmentasi geografi hampir merata di seluruh Indonesia (Gunawan,
Partai Gerindra, 2017). Bentuk penyampaian pesan politik pada kampanye berbeda
satu sama lainnya terhadap segmen geografi. Pesan politik dari partai politik terhadap
segmen-segmen tersebut adalah berupa janji-janji (produk politik) yang disampaikan
oleh komunikator politik atau produsen politik.
Ketika dilakukan kampanye di wilayah atau daerah-daerah, maka bentuk
komunikasi yang dilakukan sangat tergantung kepada tokoh-tokoh lokal. Selain
menyerahkan bentuk komunikasi kepada tokoh lokal, Ketua Dewan Pembina Partai
Gerindra juga melakukan komunikasi dengan menyampaikan permasalahan yang ada
di masing-masing daerah.
2. Segmentasi Demografi
Untuk segmentasi demografi, konsumen politik (masyarakat) dapat dibedakan
berdasarkan umur jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan kelas sosial.
Masing-masing segmentasi tersebut memiliki karakteristik dan pandangan yang
berbeda tentang isu politik.
Dari segmentasi demografi, Partai Gerindra mengelompokkan pemilih menurut
umur, agama, profesi dan pendidikan. Untuk segmen umur, secara garis besar Partai
Gerindra mengelompokkan pemilih pada usia 17-35. Pada Pemilu 2014, jumlah
pemilih pemula berdasarkan data BPS (sensus penduduk 2010) menyebutkan, jumlah
total pemilih pemula 40.749.503 orang. Sedangkan Data Daftar Penduduk Potensial
Pemilih Pemilu (DP4) menunjukkan, data pemilih berumur 10-20 tahun berjumlah 46
juta.
Untuk pra kampanye, masa kampanye yang dilakukan Partai Gerindra terhadap
pemilih pemula adalah dengan melakukan aksi-aksi atau kegiatan secara teratur
berupa kegiatan-kegiatan seperti pertandingan olahraga, pagelaran musik. Selain
menggelar kegiatan yang bersifat kepemudaan, Partai Gerindra juga memberdayakan
penggunaan media sosial, seperti Facebook, Twitter sebagai sarana untuk
menampung aspirasi kaum muda atau pemilih pemula. Partai Gerindra menyadari,
media sosial sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari bagi
pemuda yang notabene adalah pemilih pemula.
Media sosial sebagai media kampanye untuk kalangan pemilih pemula adalah
dengan memberikan pencerahan tentang demokrasi, politik dan pemerintahan bahkan
arah pembangunan Indonesia untuk kedepan. Dari media sosial tersebut, Partai
Gerindra menjaring aspirasi masyarakat sekaligus melakukan rekrutmen terhadap
pemilih pemula untuk menjadi anggota Partai Gerindra.
3. Segmentasi Perilaku
Untuk segmentasi perilaku, Partai Gerindra memilih kelompok yang menjadi
penggemar Prabowo Subianto. Segmen ini adalah perempuan, khususnya ibu-ibu..
Pemberlakuan affirmative ini menjadikan Partai Gerindra memfokuskan diri untuk
menggarap segmen perempuan, yang notabene adalah penggemar Prabowo Subianto.
Kelompok perempuan dipersempit lagi menjadi kelompok ibu rumah tangga
yang diperkirakan mampu menyumbang hingga 25 persen suara. Kecenderungan
pemilih kini tak lagi dikuasai kepala keluarga. Menyasar ibu rumah tangga selama
kampanye juga bisa berdampak ganda untuk partai. Kelompok ibu rumah tangga juga
bisa menjadi orang berpengaruh dalam pilihan politik anggota keluarga. Selain
sebagai custumer, ibu rumah tangga juga bisa jadi marketing.
Dalam menentukan pilihan, kelompok ibu rumah tangga memiliki karakteristik
unik. Mereka lebih mudah terdorong untuk memilih karena alasan emosional. Karena
itu, partai pun menyasar mereka dengan isu-isu populis yang bersentuhan dengan
keseharian ibu rumah tangga, seperti isu kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan
pokok.
Bentuk kampanye yang sesuai dengan segmen ini adalah dengan “serangan
udara” berupa iklan-iklan yang menampilkan sosok Prabowo Subianto sebagai
kekuatan atau keunggulan dari Partai Gerindra. Partai Gerindra menyasar penonton
yang entertaiment, dari pola acara dari pagi hingga malam, sinetron jadi andalan saat
itu dan kita masuk kesana untuk mendrive ibu-ibu muda dan ibu-ibu sudah mapan
sehingga Gerindra mempunyai penonton dari berbagai kalangan (Adam, 2017).
TARGETING
Pada Pemilu 2014, Partai Gerindra mentargetkan 3 kelompok besar untuk
mendapatkan suara. Ketiga kelompok tersebut adalah Rakyat Kecil, Pemilih
Pemula/Pemuda dan Penggemar Prabowo.
1. Rakyat kecil
Untuk rakyat kecil terdiri dari nelayan, petani, peternak, pedagang kecil dan
sebagainya. Menurut Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, isu yang
diangkat oleh Partai Gerindra tak lepas dari kesejahteraan, menjanjikan pupuk murah,
harga gabah yang tinggi, bank pertanian, irigasi, bibit tanaman yang ketersediaan
kapal-kapal penangkap ikan, harga jual ikan yang tinggi, subsidi BBM untuk nelayan.
Sedangkan untuk pedagang kecil, Partai Gerindra menjanjikan adanya kredit murah,
ketersediaan lokasi pasar yang mudah dijangkau pembeli. Gerindra bukan hanya
menginginkan suara dari mereka tapi ingin berjuang untuk mereka. Suara para rakyat
kecil digaet dengan iklan-iklan politik yang bernuansa kerakyatan dan membela hak
rakyat kecil.
2. Pemilih pemula
Target Partai Gerindra selanjutnya adalah para pemilih pemula/pemuda.
Pemilih ini merupakan pemilih yang mayoritas diisi oleh remaja. Partai Gerindra
telah menyiapkan strategi untuk menggaet suara Pemilih Pemula. Website, media
sosial seperti twitter, facebook dan instagram adalah salah satu cara agar para pemilih
pemula dapat lebih dekat dan mengenali Partai Gerindra.
Adapun kampanye untuk merebut pangsa pasar (pemilih pemula) melalui
dunia maya adalah membuat berbagai konten kreatif dalam sosial media yang
ditujukan kepada 2.036.221 orang untuk facebook dan 146.553 follower untuk
twitter. Usia 18-26 tahun merupakan bagian dari pemilih pemula.
Karena sifat dari pemilih pemula cenderung apatis, Partai Gerindra
menyiapkan secara khusus sebuah konten yang akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan pemilih pemula sekaligus membuat konten kreatif untuk meyakinkan
pemilih pemula untuk memilih Gerindra. Dengan kata lain, pendekatan secara
personal melalui media sosial tidak hanya menggiring pemilih pemula untuk tidak
golput, sekaligus memberikan pendidikan politik. Persaingan proses kreatif sosial
media menurutnya sangat dinamis dan mengasyikan. Beberapa pesaing kuat dalam
sosial media di antaranya PKS dan Golkar.
POSITIONING
Positioning identik dengan image. Berbicara soal politik, maka positioning yang
dibangun partai politik sangat erat kaitannya dengan image politik. Image politik
menurut Harrop (1990) dapat mencerminkan tingkat kepercayaan dan kompetensi
tertentu sebuah partai politik. Image politik didefinisikan sebagai kontruksi atas
representasi dan persepsi masyarakat terhadap suatu partai politik atau individu
mengenai semua hal atas aktivitas politik. Image politik dapat diciptakan, dibangun
dan diperkuat. Juga image politik dapat melemah, luntur dan bahkan hilang dalam
sistem kognitif masyarakat (Firmanzah, Marketing Politik, Antara Pemahaman dan
Realitas, 2008)
Berbicara mengenai positioning Partai Gerindra terhadap segmen dan targeting,
Partai Gerindra memposisikan diri ke dalam beberapa hal yang sangat mudah untuk
diingat masyarakat.
1. Strength (Kekuatan)
Dalam komunikasi politik, hal yang menjadi pengaruh dan menjadi kekuatan
sebuah partai politik adalah “pahlawan politik” atau politisi yang muncul. Dalam
beberapa penelitian, pemberi suara pada pemilihan umum akan lebih cenderung
menjatuhkan pilihan pada pahlawan politik. Pahlawan politik memiliki daya tarik
tersendiri, yang dalam proses komunikasi politik sangat penting untuk mempengaruhi
khalayak, terutama calon pemilih (Arifin, Komunikasi Politik, Filsafat-Paradigma-
Teori-Tujuan- Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, 2011).
2 Weakness (Kelemahan)
Partai Gerindra belum memiliki pola kampanye yang standar. Beda dengan
partai PDI Perjuangan, Golkar dan Partai Demokrat dan partai-partai yang sudah
beberapa kali ikut Pemilu. Adapun kelemahan Partai Gerindra pada Pemilu 2014
adalah keterbatasan jumlah anggota DPR RI. Sehingga dalam pengambilan keputusan
di DPR RI, Partai Gerindra tak bisa berbuat banyak.
3. Treath (Ancaman)
Adapun ancaman (treath) yang dihadapi Partai Gerindra pada Pemilu 2014
adalah ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik, termasuk kepada partai
politik baru. Belum lagi adanya stigma negatif dari masyarakat kepada Prabowo
Subianto seperti pelaku pelanggaran HAM, masalah rumah tangga, dan itu
berdampak negatif kepada Partai Gerindra.
4. Opportunity (Peluang)
Indikasi peluang untuk meraih suara pada Pemilu 2014 dikarenakan keinginan
masyarakat akan pemimpin yang kuat, tegas, berani, melindungi rakyat dan mampu
mensejahterakan rakyat. Peluang lain adalah kecenderungan masyarakat akan sesuatu
yang baru dalam politik, misalnya tokoh yang diusung, atau yang dipunyai oleh
partai. Masyarakat beranggapan, partai baru adalah partai yang mampu memberikan
hal positif bagi rakyat. Beda dengan partai lama, yang janji-janjinya tidak terpenuhi
sama sekali kepada rakyat.
Dengan mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2014,
membuka peluang bagi Partai Gerindra untuk menarik pemilih partai lain, dalam hal
ini Partai Demokrat karena pada Pilpres 2014, Susilo Bambang Yudhoyono tidak lagi
maju sebagai calon presiden. Partai Gerindra yang merupakan partai yang tidak
terlalu nasionalis dan juga tidak terlalu religius diminati oleh masyarakat, khususnya
di luar Jawa.
Tabel 1.1 Penggunaan analisis SWOT Partai Gerindra pada Pemilu 2014
KESIMPULAN
1. Partai Gerindra dalam menjalankan komunikasi pemasaran politik
menghadapi Pemilu 2014 adalah menampilkan dan menonjolkan ketokohan
Prabowo Subianto. Ketokohan Prabowo Subianto adalah sebuah keunggulan
yang dimiliki Partai Gerindra. Ketokohan Prabowo Subianto mampu menarik
simpati pemilih sehingga Partai Gerindra mampu bertengger di posisi ketiga
pada Pemilu 2014.
2. Menghadapi Pemilu 2014, Partai Gerindra mampu mengkombinasikan unsur-
unsur penting dalam komunikasi pemasaran politik. Unsur tersebut adalah
Segmentasi, Targeting dan Positioning (STP), Strength/keunggulan,
Weakness/kelemahan, Opportunity/peluang, Treath/ancaman (SWOT),
tipologi pemilih di Indonesia, dan penggunaan media massa yang tepat dan
efisien. Dengan keberhasilan menggabungkan STP, SWOT, tipologi pemilih
dan media massa yang kemudian diimplementasikan saat pra kampanye,
kampanye resmi dan pasca kampanye melahirkan metode dan sistem
kampanye yang efektif untuk Pemilu selanjutnya.
3. Partai Gerindra dalam menerapkan komunikasi pemasaran politik menghadapi
Pemilu 2014, berhasil meyakinkan masyarakat, mengajak tokoh-tokoh
berpengaruh di daerah maupun pusat bahwa Partai Gerindra adalah partai.
REKOMENDASI
Penelitian ini disarankan untuk bisa digunakan oleh Partai Gerindra dalam
rangka memperbaiki dan meningkatkan komunikasi pemasaran politik bagi pemilih
guna menghadapi Pemilu 2019. Partai Gerindra harus membuat system yang lebih
baik dalam rangka menghadapi persaingan, terutama soal rekrutmen kader dan tidak
lagi mengandalkan ketokohan dan sosok Prabowo Subianto yang selama ini menjadi
ikon partai.
DAFTAR RUJUKAN
Buku
Jurnal
Astuti, Widji. 2008. Peranan Pemasaran Politik Kandidat Dalam Meyakinkan Pemilih
Pada Pilkada Kota Malang. Jurnal National Conference on Management Research,
ISBN: 979-442-242-8 Makassar, 27 November 2008
Ediraras, Dharma Tintri, Rahayu, Dewi A, Natalia, Ary, Winda Widya. 2013.
Political Marketing Strategy of Jakarta Governor Election in The 2012s. Jurnal
Procedia - Social and Behavioral Sciences 8,
Kongo, Andries. 2014. Marketing Politik Dalam Komunikasi Politik. Jakarta. Jurnal
Farabi. Jurnal Farabi Vol 11. No 1 Juni 2014.
Liliana, Nita Ria. 2015. Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Dalam Kampanye
Calon Legislatif (Caleg) Terpilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dalam
Pemenangan Pileg 2014 Kota Pekanbaru. JOM FISIP Vol. 2 No. 2.
Rifai, Maulana. 2016. Marketing Politik Partai Gerindra Pada Pemilu Legislatif 2014
Di Kabupaten Karawang. Jurnal politikom Indonesiana, vol.1 no.1.
Sulthan, Muhammad. 2011. Komunikasi Pemasaran Politik Elite PKS Kota Bandung.
Jurnal Acta diurnA. Vol 7 No 1 │2011
Wijaya, Bambang Sukma. 2012. Perang Tema dan Psikologi Publik : Analisis
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Pilkada DKI Jakarta 2007. Jurnal Of
Communication, Komunikologi, Vol 9 No 2, 2012.
Internet