Anda di halaman 1dari 7

KEEFEKTIFAN STRATEGI KOMUNIKASI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PADA PEMILU


SERENTAK 2019 DI KABUPATEN PONOROGO

A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana strategi Komisi Pemilihan Umum dalam upaya mengingkatkan partisipasi
politik pemilih pada Pemilu Serentak 2019 di Kabupaten Ponorogo?
2. Bagaimana keefektifan penerapan strategi komunikasi Komisi Pemilihan Umum
dalam upaya meningkatkan partisipasi politik pemilih pada Pemilu Serentak 2019 di
Kabupaten Ponorogo?

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pelbagai penelitian mengenai strategi komunikasi KPU untuk meningkatkan
partisipasi politik pemilih dalam Pemilu telah banyak diteliti sebelumnya. Jurnal dan
penelitian-penelitian yang membahas kemiripan teori maupun subjek penelitian dijadikan
sebagai acuan dalam penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang
membahas terkait strategi komunikasi KPU untuk meningkatkan partisipasi politik
pemilih dalam Pemilu:
Dari hasil penelitian Desak Putu Adistyananingsih dan Anak Agung Gede Oka
Wisnumurti (2019) dalam jurnalnya yang berjudul “Strategi Komunikasi Komisi
Pemilihan Umum (KPU) untuk Meningkatkan Partisipasi Politik dalam Pemilihan
Umum Kepala Daerah Kabupaten Gianyar” mengungkapkan bahwa peran Komisi
Pemilihan Umum (KPU) sangat dibutuhkan untuk menjalankan strategi komunikasi
sehingga informasi-informasi terkait politik yang terkandung dalam sosialisasi akan
tersampaikan pada masyarakat dan dapat menciptakan masyarakat yang cerdas politik.
Untuk meningkatkan partisipasi politik dalam Pemilu dapat dilakukan dengan berbagai
cara, bisa melakukan sosialisasi berbasis digital maupun melalui pentas budaya, ceramah,
dialog langsung, dan lain sebagainya. Selain itu, KPU juga perlu memberikan motivasi
dan pemahaman terkait pentingnya hadir ke TPS dan menggunakan hak pilih untuk
memilih pemimpin yang apabila nantinya terpilih akan menentukan nasib masyarakat dan
negaranya di masa mendatang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tehubijuluw Zacharias (2020) dalam
jurnalnya yang berjudul “Strategi Komunikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Maluku dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilukada Tahun 2018”
menyatakan bahwa strategi komunikasi KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih ada
beberapa langkah yakni melalui perencanaan komunikasi yang mana untuk menentukan
komponen-komponen komunikasi serta meminimalisir faktor-faktor penghambat untuk
mewujudkan tujuan dari sosialisasi peningkatan partisipasi pemilih, pemetaan segmentasi
pemilih berdasarkan tipologi dan karakteristik pemilih, analisis dan segmentasi khalayak
dengan menentukan target sasaran program yang sedang dijalankan, pemilihan dan
pemanfaatan media, serta evaluasi program.
Dila Novita dan Ai Fitri (2020) dalam penelitiannya yang tertuang pada jurnal
yang berjudul “Peningkatan Partisipasi Pemilih Milenial: Strategi Komunikasi dan
Sosialisasi Komisi Pemilihan Umum pada Pemilu 2019” menyatakan bahwa dari hasil
penelitian tersebut terdapat temuan tingkat partisipasi Pemilih Milenial dalam pemilihan
umum serentak terus meningkat, akantetapi Komisi Pemilihan Umum harus terus
melakukan sosialisasi menggunakan metode dialogis dan berkomunikasi langsung
dengan Pemilih, hal tersebut berdampak juga pada peningkatan partisipasi pemilih
khususnya milenial pada Pemilu.
Penelitian Mustaqim (2022), dalam jurnalnya yang berjudul “Strategi
Komunikasi Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Aceh Tengah dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pelaksanaan Pilkada Serentak” menyatakan
bahwa strategi atau upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan partisipasi pemilih
diantaranya adalah dengan memperkokoh atau memperkuat kelembagaan KPU,
melakukan sosialisasi melalui metode tatap muka (face to face) dan melalui media baik
media cetak, media masa, maupun media elektronik, serta memberikan perhatian dan
pendidikan secara khusus kepada pemilih pemula.
Sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, dalam
penelitian yang dilakukan oleh L. M. Azhar Sa’ban, Andy Arya Maulana Wijaya, dan La
Doli (2020) dalam jurnalnya yang berjudul “Meningkatkan Partisipasi Pemilih Melalui
Komunikasi Politik” diperoleh hasil bahwa KPU selaku penyelenggara Pemilu,
diharapkan secara gencar melakukan sosialisasi Pemilu kepada masyarakat terutama pada
pemilih pemula. Yang di mana pemilih pemula ini pada dasarnya membutuhkan
pendidikan politik agar mampu menjadi pemilih cerdas di kemudian hari. Selain itu,
untuk meningkatkan partisipasi politik pemilih, KPU dapat melakukan strategi
komunikasi politik dengan memanfaatkan media massa. Hal ini didasarkan pada
kenyataan zaman sekarang di mana teknologi dan media massa menjadi sarana informasi
yang sangat mudah untuk diakses oleh masyarakat.
Sedangkan menurut hasil penelitian dari Nilam Satma dan Nora Eka Putri (2019),
dalam jurnalnya yang berjudul “Strategi Komunikasi KPU Kota Padang dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pemilukada Tahun 2018” menyatakan
bahwa strategi komunikasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kota
Padang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dari segi pengenalan sasaran,
penempatan sasaran dan pembagian segmen pemilih strategis. Selain itu, strategi
komunikasi melalui pemilihan media terbagi dalam media massa dan media kelompok
sehingga dapat mengjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dalam jurnal ini juga
membahas terkait kendala-kendala yang dihadapi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih (masyarakat).

C. LANDASAN TEORI
1. Strategi
Strategi secara umum merupakan suatu upaya yang ditempuh oleh suatu
organisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Jhon A. Byrne, strategi dapat didefinisikan
sebagai pola dasar dari tujuan organisasi yang sedang berlangsung dan direncanakan,
penyebaran sumber daya, dan interaksi sebuah organisasi dengan pasar (khalayak umum),
pesaing, dan faktor-faktor lingkungan.
Sedangkan Effendy (1993), menjelaskan bahwa strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan dan pengelolaan untuk mencapai tujuan. Singkatnya, strategi merupakan
kombinasi dari perencanaan dan pengelolaan prioritas, sebagai turunan dari metode,
diperjelas melalui taktik dalam operasi dan implementasinya untuk mencapai tujuan yang
efektif dan efisien.
Strategi pada dasarnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai
tujuan. Strategi merupakan jembatan yang menghubungkan kebijakan dengan tujuan.
Strategi adalah konsep yang merujuk pada jaringan pemikiran, gagasan, pemahaman
yang mendalam, pengalaman, tujuan, keahlian, ingatan, persepsi, dan harapan yang
memandu untuk membangun kerangka pikir yang sama sehingga kita dapat memutuskan
tindakan spesifik untuk mencapai tujuan.

2. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan bersosial,
yang mana dengan melalui komunikasi seseorang dapat mempengaruhi sikap orang lain
dalam hal pengambilan keputusan. Komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk
bisa berinteraksi satu sama lain.
Komunikasi merupakan proses penyampaian sebuah informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain melalui simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka dan lain
sebagainya. I. Hovland menyatakan bahwa komunikasi adalah sebuah proses mengubah
perilaku orang lain. Sedangkan, William Albig (dalam Djoernasih,1991: 16), menyatakan
bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang
yang mengandung makna di antara individu-individu.

3. Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi
dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan. Strategi komunikasi harus
menunjukkan bagaimana operasionalnya harus dilakukan secara praktis, bahwa
pendekatan yang digunakan pun dapat bervariasi setiap saat tergantung pada situasi dan
kondisi.
Dalam buku yang berjudul, Techniques For Effective Communication, R. Wayne
Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett menyatakan bahwa tujuan sentral
kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu: Pertama, To secure
understanding, yaitu memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan yang diterimanya.
Kedua, To establish acceptance, yaitu apabila komunikan sudah dapat mengerti dan
menerima pesan, maka penerima pesan tersebut harus dibina. Dan ketiga, To motivate
action, yaitu setelah penerima pesan tersebut dibina maka kegiatan itu harus
dimotivasikan.
Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam sebuah organisasi. Untuk mencapai
komunikasi yang efektif dalam kinerjanya maka sebuah organisasi harus memiliki
perencanaan atau strategi agar tujuan komunikasi dapat memperoleh hasil yang
diinginkan. Sebuah komunikasi dalam organisasi dapat dikatakan efektif apabila dalam
organisasi tersebut terjadi pemahaman antara komunikator dan komunikan. Sehingga setelah
adanya pemahaman tersebut maka akan muncul rasa percaya (trust) kepada komunikator.
Dalam hal ini, Lembaga Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat menyusun
strategi komunikasi yang efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat terkait
segala hal khususnya penyelenggaraan pemilu sehingga masyarakat dapat percaya dan
partisipasi politik pemilih pun dapat mengalami peningkatan.

3. Partisipasi Politik Pemilih


Partisipasi politik merupakan keterlibatan warga negara dalam segala kegiatan
yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Menurut Ramlan
Surbakti dalam buku yang berjudul Memahami Ilmu Politik (2005), partisipasi politik
dapat diartikan sebagai segala bentuk keikutsertaan warga negara dalam menentukan
keputusan yang nantinya dapat mempengaruhi hidupnya.
Menurut Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson Partisipasi politik adalah
kegiatan yang bertindak sebagai pribadi pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individu dan kolektif,
terorganisasi atau spontan, mantap, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau
illegal, efektif atau tidak efektif. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi politik
adalah hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seseorang maupun sekelompok orang
dalam pengambilan kebijakan pemerintah baik itu dalam hal pemilihan pemimpin seperti
dalam Pemilu yang dibuat pemerintah untuk dijalankan. Yang dilakukan secara
konvensional maupun non konvensional.
Gabriel Almond menyatakan ada dua jenis partisipasi politik yaitu, yang pertama,
jenis partisipasi politik dalam bentuk konvensional dimana dalam jenis partisipasi politik
bentuk konvensional ini contoh penerapannya seperti pemberian suara contohnya dengan
cara datang ke TPS dalam pemilu, diskusi kelompok, membentuk dan bergabung dalam
suatu organisasi, komunikasi individual dengan pejabat politik atau administrasi,
pengajuan petisi. Dan yang kedua adalah, jenis partisipasi politik non konvensional
dimana dalam jenis partisipasi politik non konvensional ini contoh penerapan nya seperti
demonstrasi, aksi mogok, tindak kekerasan politik
Dalam pemilu, partisipasi politik merupakan perwujudan negara demokrasi, di
mana masyarakat turut berperan untuk memilih pemimpin ataupun pejabat negara untuk
dapat menyelenggarakan aktivitas pemerintahan. Peran serta warga negara dalam hal ini
didasarkan pada harapan-harapan tentang kualitas warga negara dan keinginan untuk
terlibat dalam kehidupan pemerintahan.
Partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator implementasi
penyelenggaraan kekuasaan negara tetinggi yang absah oleh rakyat (kedaulatan rakyat),
yang dimanifestasikan melalui keterlibatan rakyat dalam pesta demokrasi. Semakin tinggi
tingkat partisipasi politik, semakin mengindikasikan bahwa rakyat mengikuti dan
memahami serta melibatkan diri dalam kegiatan kenegaraan. Sebaliknya, tingkat
partisipasi politik yang rendah pada umumnya mengindikasikan bahwa rakyat kurang
menaruh apresiasi atau minat terhadap masalah atau kegiatan kenegaraan termasuk
rendahnya tingkat partisipasi politik masyarakat yang lebih memilih golongan putih
(golput) dalam pemilu.

D. KERANGKA PIKIR
Pada kerangka pikir ini akan dijelaskan bahwa penelitian ini akan menganalisa
bentuk strategi Komisi Pemilihan Umum dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih
pada Pemilu serentak 2019 di Kabupaten Ponorogo.
Adapun teori yang digunakan pada penelitian menggunakan teori strategi komunikasi,
yang mana dalam hal penerapannya yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum untuk
meningkatkan partisipasi politik pemilih pada Pemilu harus memperhatikan beberapa hal
yakni:
- Pengenalan sasaran: hal yang pertama dilakukan adalah dengan mengenal sasaran
yang akan dituju, dalam hal ini sasarannya adalah masyarakat yang berperan sebagai
pemilih dalam pemilihan umum.
- Penyusunan pesan: Pesan yang disampaikan oleh KPU kepada masyarakat dalam
strategi komunikasi ini memiliki tujuan tertentu yakni untuk meningkatkan partisipasi
politik pemilih. Maka, KPU perlu menentukan teknik komunikasi yang akan dipilih
dan digunakan, perumusan pesan yang baik juga dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi sehingga dapat tepat mengenai sasaran.
- Pemilihan media: Dalam strategi komunikasi, perlu mempertimbangkan pemilihan
media komunikasi yang tepat dan dapat menjangkau sasaran dengan tepat dan cepat,
pemilihan media komunikasi dalam strategi komunikasi yang disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai, pesan yang akan disampaikan, serta teknik komunikasi
yang digunakan.
Bagan Kerangka Berpikir
Pengenalan Sasaran
(Masyarakat)

Strategi Penyusunan Pesan


Komunikasi (Pentingnya partisipasi politik
dalam Pemilu)
KPU

Pemilihan Media (Media Komunikasi Efektif


sosial, media cetak, media
elektronik
Peningkatan Partisipasi Politik Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat

Strategi ini digunakan untuk mencapai komunikasi yang efektif sehingga pesan
dapat tersampaikan kepada masyarakat. Dengan demikian, apabila pesan tersampaikan
tepat sasaran sehingga memunculkan kepercayaan masyarakat dan partisipasi politik
pemilih dalam pemilu pun tentunya mengalami peningkatan.

E. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas,maka penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
1. Hipotesis Nol (Ho) : Penerapan strategi komunikasi KPU tidak efektif dalam upaya
meningkatan partisipasi politik pemilih pada Pemilu Serentak 2019 di Kabupaten
Ponorogo.
2. Hipotesis alternatif (Ha) : Penerapan strategi komunikasi KPU efektif dalam upaya
meningkatan partisipasi politik pemilih pada Pemilu Serentak 2019 di Kabupaten
Ponorogo.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai