Anda di halaman 1dari 26

PEMBENTUKAN TIM SUKSES

PEMENANGAN PILEG 2024 CALEG DPR RI


PARTAI AMANAT NASIONAL DAPIL 2
KALIMANTAN BARAT

IR. M. MURJANI, MT

PAN KALBAR 2 SUKSES


”Kenali musuh, kenali diri sendiri, maka
kemenangan tidak akan terancam. Kenali
lapangan, kenali iklim, maka kemenangan
akan lengkap (Sun Tzu).”
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka membantu calon anggota dewan untuk

maju dalam pemilihan legislatif harus membangun kompetensi

dan kapasitas dirinya, utamanya dalam mempersiapkan

perangkat kerja strategis pemenangan pemilu dengan berbasis

pada aspirasi konstituen, maka perlu kita kaji lebih mendalam

bagaimana strategi para calon legislatif dalam memenangkan

pemilihan kepala daerah dan pemilu legislatif, dalam

membangun strategi pemenangan pemilu yang efisien, efektif,

terukur dan mudah diterima banyak pihak.

B. TUJUAN

Tujuan dari penulisan ini adalah

1. Untuk memenangkan pemilihan calon legislatif DPR RI

Partai Amanat Nasional Dapil 2 Kalimantan Barat.

2. Untuk mengeksplorasi strategi komunikasi politik pada

pelaksanaan pemilihan calon legislatif DPR RI Partai

Amanat Nasional Dapil 2 Kalimantan Barat.

3. Strategi timses dalam menghadapi pemilihan calon legislatif

DPR RI Partai Amanat Nasional Dapil 2 Kalimantan Barat.


C. RUMUSAN MASALAH

Menjelaskan strategi-strategi dalam memenangkan pemilu

yaitu:

1. Strategi kampanye

a. Sistem Kampanye

Pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis

apabila memenuhi beberapa persyaratan. Pertama,

harus besifat kompetetitif, dalam artian Pemilu bebas

dan otonom. Kedua, Pemilu diselenggarakan secara

teratur dengan jarak waktu yang jelas. Ketiga, Pemilu

harus inklusif, artinya semua kelompok masyarakat

harus memiliki peluang yang sama untuk berpatisipasi

dalam Pemilu. Keempat, pemilih harus diberi

keleluasaan untuk mempertimbangkan dan

mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana

bebas tidak di bawah tekanan dan akses informasi yang

luas. Kelima, penyelenggara Pemilu yang tidak memihak

dan independen. Benang merah dari terjalinnya

interaksi politik antara Calon Legislatif dengan massa

pemilih dapat divisualisasikan ke dalam interaksi

proses komunikasi politik. Dampak komunikasi politik

dapat diukur melalui hasil pemungutan suara dalam

Pemilu. Untuk itu strategi komunikasi politik yang

harus digunakan ialah merawat ketokohan dan


membesarkan partai, menciptakan kebersamaan dan

membangun consensus berdasarkan visi, misi dan

program politik yang jelas. Sedangkan kegiatan Pemilu

yang berkaitan langsung dengan komunikasi politik

ialah kampanye dan pemungutan suara

Pengaturan mengenai materi kampanye calon

legislatif meliputi visi, misi, dan program caleg dan

partai politik. Sedangkan metode yang dapat

dipergunakan dalam pelaksanaan kampanye pemilihan

legislatif meliputi pertemuan terbatas; pertemuan tatap

muka; media massa cetak dan media massa elektronik;

penyebaran bahan kampanye kepada umum;

pemasangan alat peraga di tempat umum; rapat umum;

dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan

kampanye dan peraturan perundang-undangan. Agar

penyampaian pesan politik pada bagian kampanye

pemilihan kepala daerah dan pemilu legislatif dapat

diketahui oleh banyak orang pada tempat yang berbeda-

beda, maka diperlukan upaya yang maksimal dalam

rangka penyampaian pesan kampanye oleh Peserta

calon legislatif kepada masyarakat. Penggunaan Media

massa dalam bentuk pemberitaan, penyiaran dan iklan

kampanye adalah solusi efektif untuk memaksimalkan

upaya penyampaian pesan politik pada tahapan


kegiatan kampanye tersebut. Pesan kampanye itu

sendiri dapat berupa tulisan, suara, gambar, tulisan

dan gambar, atau suara dan gambar, yang bersifat

naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak interaktif,

serta yang dapat diterima melalui perangkat penerima

pesan.

b. Konsep Kampanye

Beberapa pengertian kampanye diantaranya, a

communication campaign is an organized communication

activity, directed at a particular audience, for a particular

period of time, to achieve a particular goal. Sedangkan

Roger dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai

serangkaian tindakan komunikasi yang terencana

dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada

sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara

berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.

Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya

harus mengandung 4 hal yakni:

1) Tidakan kampanye yang ditujukan untuk

menciptakan efek atau dampak tertentu,

2) Jumlah khalayak sasaran yang besar

3) Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu dan

4) Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang

terorganisir.
Disamping keempat hal tersebut kampanye juga

memiliki karakter yaitu sumber yang jelas yang menjadi

penggagas, perancang, penyampai sekaligus

penanggung jawab suatu produk kampanye, sehingga

setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat

mengindetifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas

sumber pesan tersebut setiap saat. Persoalan untuk

mengemas pesan politik dalam kampanye pemilu

menjadi urusan yang sangat penting bagi partai politik

dan wakil yang maju bersamanya, agar makna pesan

dapat diterima secara efektif oleh audiensnya. Pesan

sebagai elemen kampanye diartikan sebagai pernyataan

ringkas yang menyebutkan mengapa pemilih harus

memilih seorang kandidat tertentu. Pesan adalah salah

satu aspek terpenting dalam setiap kampanye politik.

Dalam kampanye politik modern, pesan harus disusun

dengan sangat hati-hati sebelum disebarkan dan

menjadi konsumsi media dan publik.

2. Untuk dapat menghasilkan pesan kampanye yang efektif,

maka perlu dilakukan orientasi yang mendalam terhadap

berbagai hal yang diinginkan khalayaknya. Orientasi calon

legislatif DPR RI Partai Amanat Nasional Dapil 2 Kalimantan

Barat.
terhadap kondisi khalayak dalam menyusun pesan

politiknya perlu memperhatikan Teori Stealth democracy

(demokrasi sembunyi sembunyi). oleh Hibbing dan

Theiss-Morse (2002) bahwa ketimbang pembicaraan

tentang isu-isu politik dan pengalaman dalam politik,

praktik-praktik dan strategi kampanye yang

memberikan petunjuk tentang kepribadian, kecedasan,

kecakapan dan komptensi kandidat lebih

mempengaruhi pilihan dalam pemilu. Lawan dari

pendapat ini disampaikan Lipsitz dengan

membandingkannya melalui conventional wisdom

(kearifan konvensional), bahwa rakyat tidak suka

kampanye karena sifatnya yang negatif, dangkal dan

terlalu bergantung pada jumlah uang yang

dibelanjakan. Rakyat suka pada kampanye yang lebih

bersih, lebih substansial dan lebih deliberatif. Teori

stealth democracy mengasumsikan rakyat walaupun

tidak suka dengan kampanye, belum tentu suka pada

kampanye deliberatif atau diskusi isu yang lebih

substansial. Mereka senang dengan informasi yang

sederhana dan dengan sesedikit mungkin menampilkan

konflik atau ketidaksetujuan diantara para kontenstan

Setidaknya ada 2 aspek penting yang harus

diperhatikan berkaitan pengaruh pesan terhadap


keberhasilan kampanye yaitu isi pesan dan struktur

pesan. Isi pesan mensyaratkan materi pendukung

seperti ilustrasi dan kejadian bersejarah sangat

berpengaruh terhadap kekuatan pesan dalam

mempengaruhi sikap orang yang menerima pesan

tersebut. Isi pesan juga harus menyertakan visualisasi

mengenai dampak positif atas respons tertentu yang

diharapkan muncul dari khalayak sasaran. Sedangkan

struktur pesan mensyaratkannya atas sisi pesan

(message sidedness), susunan penyajian (order of

presentation) dan pernyataan kesimpulan (drawing

conclusion). Sisi pesan memperlihatkan bagaimana

argumentasi yang mendasari suatu pesan persuasif

disajikan kepada khalayak. Bila pelaku kampanye

hanya menyajikan pesan-pesan yang mendukung

posisinya maka ia menggunakan pola pesan satu sisi

(one sided fashion). Kelemahannya kekuatan posisi

pihak lawan tidak pernah dinyatakan secara eksplisit.

Susunan penyajian erat kaitannya dengan cara

penyusunan klimaks, antiklimaks dan susunan

pyramidal. Pernyataan kesimpulan terkait apakah

khalayak perlu disajikan kesimpulan secara eksplisit

atau memberiakannya untuk menarik kesimpulan


sendiri. Ada beberapa model kampanye yang bisa

dijadikan rujukan dalam penelitian ini yaitu

1) Model komponensial, kampanye yang

diidentifikasikan dengan pendekatan transmisi

ketimbang interaksi dan model ini lebih bersifat satu

arah.

2) Model Kampanye Ostergaard, langkah pertama bagi

sumber kampanye adalah mengindetifikasi masalah

faktual yang dirasakan, setelah itu melakukan

pengelolaan kampanye yang dimulai dari

perancangan sampai evaluasi. Model ini diakhiri

pada tahap mengarahkan tingkah laku khalayak.

3) The Five Functional Stages Development Model, model

ini memfokuskan pada tahapan kegiatan kampanye

bukan pada proses pertukaran pesan antara

kandidat dengan khalayak.

4) The Communicative Functions Model, model ini

dimulai dari surfacing (pemunculan), memetakan

daerah kampanye, tahap primary yaitu

memfokuskan perhatian khalayak pada kandidat,

dan tahap terakhir adalah tahap pemilihan yang

dilaksanakan saat kampanye sudah berakhir.

Kemampuan calon bupati dan wakil bupati dan

caeg dalam menyusun pesan politik juga ditentukan


oleh pemahamannya terhadap keputusan khalayak

terhadap pesan politik yang diterimanya. Berdasarkan

teori Elaboratin Likelihood yang disajikan oleh pakar

komunikasi persuasive Richard E Petty dan John T

Caciopp, bahwa keputusan yang dibuat khalayak

bergantung pada jalur yang ditempuhnya dalam

memproses sebuah pesan. Jika seseorang secara

sungguh-sungguh mengolah pesan-pesan persuasif

yang diterimanya dengan semata-mata berfokus pada

isi pesan tersebut, maka orang tersebut menurut teori

ini dianggap menggunakan jalur sentral (central route).

Sementara jika orang tersebut tidak melakukan evaluasi

yang mendalam terhadap isi pesan yang diterimanya

melainkan lebih memperhatikan daya tarik penyampai

pesan, kemasan produk dan aspek periferal lainnya,

maka ia dipandang menggunakan jalur pinggiran

(peripheral route). Asumsi yang mendasari teori ini

adalah bahwa setiap orang dapat memproses pesan

persuasive dengan cara yang berbeda. Pada satu situasi

kita menilai sebuah pesan secara mendalam, hati-hati

dan dengan pemikiran kritis. Namun pada situasi lain

kita menilai pesan sambil lalu tanpa

mempertimbangkan argumen yang mendasari isi pesan

tersebut.
3. Strategi Kampanye

a. Pemetaan Politik

1) Pemetaan Politik adalah untuk memenuhi informasi

yg dibutuhkan oleh kandidat dan tim suksesnya.

2) Pemetaan Politik adalah kegiatan pengumpulan

pendapat atau persepsi masyarakat terhadap

berbagai hal menyangkut seorang tokoh atau

kandidat calon legislatif DPR JATENG dengan cara

mewawancarai sejumlah masyarakat.

3) PETA POLITIK adalah untuk seberapa besar

kemungkinan (kans) seorang kandidat dapat meraih

kemenangan dibanding dengan kandidat lain di

daerah tertentu

4) Output dari survei ini adalah sebuah rekomendasi

tentang bagaimana cara MEMPERTAHANKAN dan

atau MEMPERBESAR tingkat kemungkinan seorang

kandidat menang dalam pemilihan legislatif

Bagi Kandidat:

a) Posisi Tawar

Peta politik dapat dijadikan alat bukti ilmiah yang

menyakinkan/sangat kuat bagi kandidat agar

parpol dan organisasi politik lainya

mendukungnya.

b) Memilih Pasangan Yang Paling Tepat


Peta politik dapat digunakan untuk menentukan

siapa orang yang paling tepat secara taktis dan

strategis untuk dijadikan pendamping

c) Efisiesni Dana Kampanye

Dengan melihat peta politk ini, kandidat dapat

menentukan skala prioritas kampanye sehingga

dana yanga ada tidak dihabiskan untuk hal-hal

yang tidak produktif

d) Efektivitas Kampanye

Peta politik juga dapat digunakan untuk

menentukan berbagai bentuk kampanye mana

yang paling efektif menarik pemilih.

Bagi Partai Politik:

a) Menentukan tim sukses berdasarkan jaringan

partai

Melalui peta politk , partai politik dapat

menentukan jaringan berpotensi untuk

memenangkan pemilu

b) Mengetahui Peta Politik Lokal

Peta politik ini juga akan memberikan gambaran

yg komprehensif tentang peta politik local

Mengetahui Kekuatan dan

Kelemahan Diri Sendiri


1) Mengetahui seberapa besar pemilih di jorong, nagari

dan kecamatan yang akan memberikan suaranya

kepada masing-masing kandidat

2) Mengetahui kelompok/segmen masyarakat (agama,

klas sosial, suku, umur, jenis kelamin, pendidikan,

afiliasi politik, jorong, nagari kecamatan.) mana yang

mendukung dan tidak mendukung terhadap masing-

masing kandidat.

3) Mengetahui bagaimana kelebihan (citra positif) dan

kekurangan (citra negatif) dari masing-masing

kandidat.

Mengetahui Kekuatan dan

Kelemahan Lawan

1) Mengetahui variabel apa saja yang menjadi “modal”

bagi kandidat lawan.

2) Mengetahui basis dukungan dari kandidat lawan,

dilihat dari aspek agama, suku, umur, jenis kelamin,

pendidikan, afiliasi politik, kecamatan, desa, klas

sosial dll

3) Mengetahui kelebihan (citra positif) dan kekurangan

(citra negatif) dari kandidat lawan.

Mengetahui Karakteristik

Perilaku Pemilih Dan Media Komunikasi


1) Mengetahui alasan seseorang memilih calon, dililihat

dari aspek wilayah, agama, suku, umur, klas sosial,

afiliasi politik, pendidikan dll

2) Mengetahui media komunikasi (sosial dan massa)

yang paling efektif digunakan oleh masyarakat,

misalnya spanduk, radio, selebaran dll

Mengetahui Masalah/Isu/Topik

Sosial dan Politik Lokal

1) Mengetahui tema kampanye yang diinginkan oleh

masyarakat

2) Mengetahui masalah-masalah mendesak yang

dibutuhkan masing-masing segmen social

3) Mengetahui berbagai usulan dari masyarakat tentang

bagaimana seharusnya yang harus dilakukan oleh

kandidat agar sukses dalam pilkada.

Pemetaan Perilaku Pemilih

• Memetakan pemilih berdasarkan demografi dan

preferensi politik

• Memetakan isu-isu strategis lokal

• Memetakan nama-nama yg berpotensi menjadi kawan

dan lawan

• Memetakan media komunikasi yg efektif digunakan oleh

pemilih

• Output : Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih


Pemetaan Jaringan

• Inventarisir Jaringan yang potensial jadi mesin politik

• Memetakan wilayah dari masing-masing jaringan

• Inventarisir Nama-nama yang memiliki potensi menjadi

tim sukses

• Ouput : Strategi Mobilisasi

Pemetaan Media Massa

• Menginventarisir semua media baik media massa dan

internet khususnya

• Menganalisis Kecenderungan isi media

• Menjajaki kemungkinan kerja sama

• Analisis media paling efektif

• Output : Strategi Pencitraan

4. Strategi Mobilisasi

a. PEMBANGUNAN JARINGAN DAN ORGAN POLITIK

Design Struktur tim sukses, Pembentukan tim sukses

tingkat kabupaten, kecamatan, nagari, jorong dan

perluasan jaringan sosial.

b. PELATIHAN MANAJEMEN TIM SUKSES

Pemahaman perilaku pemilih, organisasi tim sukses,

media kampanye, targeting, penyusunan dan evaluasi

program

c. PENYUSUNAN PROGRAM PEMENANGAN


Design program kunjungan, ceramah, aksi sosial,

peresmian, kontrak politik, turnamen, pawai, hiburan,

komunikasi tradisional, komunikasi multimedia dan

alternatif

d. PEMBENTUKAN TIM KAMPANYE

- tim sukses kampanye caleg

- tim relawan

e. PEMBENTUKAN TIM SAKSI

f. PEMBENTUKAN TIM MOBILISATOR

5. STRATEGI PENCITRAAN

a. PEMBENTUKAN MEDIA CENTER

Mengorganisasi program, target dan evaluasi program

pencitraan kandidat

b. STRATEGI KOMUNIKASI MEDIA INTERNET , RADIO

iklan radio dan jaringan sosial dan website di internet

c. STRATEGI KOMUNIKASI MEDIA OUT DOOR

Baleho, pamlet, stiker, kaos dll

d. STRATEGI KOMUNIKASI SOSIAL

Kunjungan-kunjungan dalam pengertian membantu

masyarakat seperti contoh membantu anak yatim,

korban longsor atau kebakaran


e. STRATEGI KOMUNIKASI TATAP MUKA

Ceramah, seminar (MLM), dll

6. STRATEGI KOMUNIKASI ALTERNATIF

a. Storming

Tim stroming yang terdiri

1. Pengumpul data

2. Akademis

3. Tokoh masyarakat lokal

4. Jaringan IT (media sosial, dll)

5. Jaringan MLM

6. Jaringan Usaha Kecil Menengah (bengkel, toko

kelontong, warnet, counter HP, dll)

7. Tokoh pemuda lokal

8. Struktur pemerintah desa

9. Kelompok-kelompok organisasi massa

10.Kelompok-kelompok pertanian, peternakan, dll.

11.Komunitas-komunitas hobby (mancing, motor, IT,

dll)

12. Organisasi kepemudaan (karang taruna dll)

13. Jaringan bisnis

14. Jaringan Dakwah (pesantren, pengajian, remaja

masjid dll)

15.dan masih banyak lagi yang tidak dapat kami

sebutkan satu persatu.


b. LINGKARAN PEMILIH

Kandidat dikomukasikan oleh seluruh pelaku

tranportasi dan pelaku ekonomi yang ada di wilayah

tertentu. Sebagai contoh seorang ibu pasti pergi kepasar

untuk memenuhi kebutuhannya maka butuh tranportasi

untuk maka tukang ojek menyarankan untuk memilih

kandidat, lalu ibu membeli cabe maka penjual cabe

menyarankan memilih kandidat yang sama, lalu membeli

kebutuhan lainnya maka saran yang sama didapatkan

oleh ibu tadi,

Secara nyata bahwa masyarakat Indonesia masih

tradisional dan emosional berdasar fakta pemilu pileg

2009 maka secara psikologis ibu tadi telah mendapatkan

pemahaman bahwa dia sudah punya pilihan dalam

pilkada dan pemilu legsilatif , ibu tadi tidak punya

kemampuan untuk mencroscek informasi yang ia

dapatkan, maka ia telan informasi tersebut secara

mentah

c. SMS legislatif (visi dan misi serta pengenalan)

Satu perangkat system dengan sms mampu

mengirim pesan 10.000 nomor setiap jam, is isms berupa

pesan, arahan, pemberitahuan, pengenalan karakter

maupun ucapan-ucapan tertentu


Ungaran , 09 Juni 2013

Mengetahui

Koordinator Timses

(Hari Anggoro)

Ketua Sekretaris Bendahara

(HM Nur Hafidh. (Syaiful Amri) (Samsul Effendi)


Z.A)
Lampiran 1

STRUKTUR TIM PEMENANGAN CALEG DPR JATENG


“AGUS WARSITO”

Koordinator TIMSES
Hari Anggoro

Ketua
HM Nur Hafidh. Z.A

Sekretaris Bendahara
Syaiful Amri Samsul Effendi

Wakil Sekretaris Wakil Bendahara


Yulianto Drs. Suryatmoko R

Bidang kaderisasi :
H. Muh. Zainul Arifin
Suyanto
Bidang perempuan
Eni Mutiara
Sri Tinawati
Bidang IT :
Ardi Nugroho
Wahyu
Bidang Kehumasan
Widodo
Ali Sofyan
Halim
Lampiran 2

RENCANA AWAL TIMSES TIAP WILAYAH

1. Kodya Salatiga
a. Bambang
b. Muntoha
c. Gatot
d. Bendol
2. Ambarawa/tuntang
a. Imam
b. Gunawan
c. Risky
d. Eko
3. Tengaran
a. Wiyarto
b. Wahyudi
c. Triyanto
4. Kabupaten kendal
a. Kunjari
b. Sardi
5. Kotamadya
semarang
a. Ganang
b. Joko waluyo
c. Singgih
6. Kabupaten
Semarang
Timses BCAD caleg DPRD II

 Untuk wilayah2 lainnya menyusul menunggu


koordinasi dari timses inti.
 Jadwal pembentukan timses tiap wilayah
menyesuaikan dengan jadwal kegiatan caleg DPR
JATENG
Lampiran 3

Kebutuhan awal TIMSES :


Guna tercapainya semua kegiatan tersebut dalam
proposal ini maka kami selaku timses membutuhkan
beberapa akomodasi dan media untuk kelancaran dan
keberhasilan timses ini. Maka dari itu kami mengajukan
rencana awal guna memperlancar kegiatan timses
didaerah kami, yaitu :
1. Biaya pembentukan jaringan melalui MLM
2. Kantor pemenangan caleg DPR JATENG
3. Akomodasi (kaos, pamlet, poster, stiker dll)
Untuk hal-hal lainnya bisa dibicarakan setelah
pembentukan timses wilayah dan gerakan awal sudah
berjalan.

Ungaran , 09 Juni 2013

Mengetahui

Koordinator Timses

(Hari Anggoro)

Ketua Sekretaris Bendahara


(HM Nur Hafidh. (Syaiful Amri) (Samsul Effendi)
Z.A)

Anda mungkin juga menyukai