Tsamara berpendapat bahwa media baru tidak bisa jadi tulang punggung
utama bagi tokoh dan partai politik. Hal tersebut lantaran pada beberapa
tokoh dan partai politik tingkat elektabilitas yang diperoleh tidak berbanding
lurus dengan popularitas di media sosial.
Ia juga menekankan pentingnya literasi digital pada era masa kini guna
menyaring informasi dari kedua media tersebut.
Kumparan.com - Kontestasi politik yang akan berlangsung pada 2024
mendatang memantik banyak isu muncul terkait dengan pelaksanaan
pemilihan umum. Sebagai akademisi, mahasiswa Magister Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Jakarta (MIKOM FISIP UMJ) turut ambil bagian dalam
memberikan sumbangsih pemikiran melalui forum webinar nasional
dengan tema Strategi Digitalisasi Pemasaran dan Kampanye Politik pada
Pemilu 2024.
Di samping itu, media sosial dapat menjadi bagian dari survei yang dapat
dihitung dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun survei yang dilakukan
juga perlu dicek kembali, mengingat media sosial dapat diakses dengan
menggunakan lebih dari satu akun.
Media sosial sebagai alat kampanye dewasa ini dirasa lebih efektif.
Terlebih saat pandemi, kegiatan sosial dibatasi. Namun sebelum pandemi
covid-19, media sosial juga dilaksanakan sebelum pemilu. Hal ini
dimaksudkan agar informasi atau program yang disampaikan melalui
media sosial dapat membentuk opini publik. berikut ini beberapa hal
tentang media sosial dalam berpolitik.
Terlebih dengan membuat akun resmi media sosial khusus calon kandidat
dan partai menjadi solusi dalam hal tersebut. Mengingat publik perlu
mengklarifikasi informasi dari akun resmi. Bukan yang berasal dari
potongan informasi lalu dimodifikasi sedemikian rupa. Selain itu, efek
penetrasi ini terbilang cukup besar. Dilansir dari laporan We Are Social
sebelumnya, sejumlah kurang lebih 170 juta penduduk Indonesia yang
menggunakan tablet atau smartphone, memiliki penetrasi sebesar 99
persen.
Big data inilah yang disebut oleh Mark Andrejevic (2013) sebagai alat
pengawasan terhadap warga negara, konsumen, sekaligus pekerja.
Vincent Mosco (2014) bahkan menyebut big data yang dikumpulkan oleh
media sosial dan dibeli oleh negara sebagai kombinasi dari “kapitalisme
pengawasan” dan “negara pengawasan”.
Peran yang bisa diambil oleh platform media sosial ialah membuka data
seluruh iklan politik di Indonesia sejak ditetapkannya partai politik peserta
Pemilu 2024, yakni 14 Desember 2022. Data tersebut penting untuk
disampaikan kepada publik, sebagai bentuk transparansi iklan politik yang
memiliki dampak terhadap Pemilu 2024.
Dari platform Meta, Twitter, Youtube/Google, dan Tiktok, hanya Meta yang
mengizinkan adanya iklan politik di Facebook. Sejak 2020, Meta
menyediakan Facebook Ads Library untuk mentransparansi iklan yang
beredar di platform Meta.
Transparansi iklan politik di media sosial lebih krusial, karena tak seperti
halnya iklan di media lainnya yang ditampilkan kepada publik yang lebih
luas, iklan di media sosial dapat disesuaikan dengan kelompok orang
tertentu, yang berpotensi mempolarisasi basis pemilih dan mendistorsi
debat politik.
Keempat, jumlah pengguna media sosial yang dijangkau oleh suatu iklan.
Kelima, iklan yang dilarang harus tetap dipublikasi dalam repositori iklan
demi pengawasan publik. Penjelasan terkait mengapa suatu iklan dihapus
jiuga dinilai penting.
Pengalaman Filipina
Laporan program Undercover Asia, jasa troll bisa disewa sebagai tantara
bayaran dalam perang media sosial di Pemilu Filipina. Dari wawancara
dengan salah satu troll, tugas yang diberikan ialah mempromosikan politisi
tertentu, membagikan konten disinformasi minimal 150 kali sehari, dan
bergabung dengan grup yang memiliki lebih dari 3.000 anggota. Operasi ini
dilakukan lebih dari satu tahun sebelum pemilihan.
Upah jasa troll yang diberikan lebih tinggi dari tingkat upah rata-rata
bulanan masyarakat Filipina di tahun 2020. Kebanyakan troll merupakan
orang yang bekerja di industri iklan, public relation, produksi konten,
bahkan mantan jurnalis.
Source :
1. https://www.liputan6.com/surabaya/read/5265198/media-baru-
disebut-efektif-tingkatkan-popularitas-tokoh-dan-partai-politik-di-
pemilu-2024
2. https://kumparan.com/ksu/menakar-efektivitas-kampanye-digital-
pemilu-2024-mikom-fisip-umj-gelar-webinar-1yYecst3xHH/full
3. https://rajakomen.com/blog/efektivitas-penggunaan-media-sosial-
sebagai-alat-kampanye-dalam-pemilihan-umum-51bd427d9f.php
4. https://perludem.org/2022/12/23/tantangan-kampanye-di-media-
sosial-oleh-nurul-amalia-salabi