"Penataan Kampanye Politik di Media Sosial untuk Persiapan Pemilu dan Pilkada Serentak Tahun 2024 yang informatif dan Edukatif".
Melihat bagaimana masifnya penggunaan media sosial sebagai wadah
kampanye politik maka perlu adanya pengawasan, pengkoordinasian, dan pembatasan capes pemilu dan pilkada serentak tahun 2024 yang akan datang. Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Uslimin selaku komisioner KPU Sulsel, beliau juga mengatakan bahwa berdasarkan data jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi di dalam negeri. Hal demikian karena Media sosial merupakan platform yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari. Dengan media sosial, kita akan terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia, berbagi pikiran dan pendapat, serta memperluas pengetahuan kita tentang berbagai topik.
Kampanye di media sosial menjadi sesuatu yang terhindarkan, kampanye
sendiri dapat didefinisikan sebagai kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk oleh peserta pemilu untuk meyakinkan pemili dengan menawarkan visi, misi, program, dan atau citra diri peserta pemilu. Sedangkan yang termasuk kedalam peserta pemilu adalah anggota masyarakat atau warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pemilih. Media dalam kampanye pemilu ada empat 4 yaitu, iklan kampanye, lembaga penyiaran publik maupun swasta dan media sosial.
Pengaturan kampanye di media sosial diatur dalam UNDANG-UNDANG
pasal 36, 37, 40, 41, 69 dimana dalam pasal-pasal ini berisi apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di media sosial bagi kampanye pemilu berupa pembatasan dan pengawasan terhadap kampanye dalam pemilu yang jika dapat terlaksana maka pemilu tahun 2024 akan berjalan dengan baik, aman dan damai. Dan juga tidak kalah penting yaitu bagaimana mencegah hoaks atau berita palsu yang dengan mudah menyebar melalui media sosial utamanya yang dilakukan oleh peserta kampanye nah adapun beberapa upaya menghindari hoax seperti yang di jelaskan oleh pak Uslimin dalam pptnya yaitu melalui literasi yang baik, fatwa, UU ITE, deklarasi, jaringan relawan yang dibutuhkan untuk memantau situasi kampanye di media sosial ini bisa dilakukan mahasiswa, dan yang terakhir yaitu perayaan kegiatan lintas agama dan kelompok.
Penataan kampanye politik di media sosial yang informatif dan edukatif
menurut bapak Saiful Jihad sebagai anggota Bawaslu Sulawesi Selatan yang disampaikannya melalui seminar politik di Balroom Pinisi bahwa ada 4 hal yang harus diperhatikan diantaranya yaitu yang pertama regulasi terkait kampanye politik di media sosial, isu terkait kampanye politik di media sosial, penanganan pelanggaran kampanye di media sosial, dan upaya strategi Bawaslu. Seperti sudah dijelaskan diatas regulasi kampanye pemilu di media sosial di atur dlm UU begitupun terkait isu kampanye politik. Adapun upaya strategis yang dilakukan oleh Bawaslu, yaitu kerjasama dan koordinasi aktif dengan multi stakeholder diantaranya ada, kominfokom sebagai Edukasi dan dukungan Kebijakan, Platform Media Sosial sebagai Edukasi dan dukungan Kebijakan untuk Men-takedown postingan yang dinilai melanggar, Tim cyber Kepolisian Untuk Penindakan terhadap pelaku penyebaran ujaran kebencian dan pelanggaran UU ITE, Mafindo sebagai untuk edukasi dan penyebaran informasi yang sehat, Ceck-Fakta dengan Pengecekan informasi yang beredar untuk mamastikan kebenarannya sebelum disebar, Komunitas Milenial sebagai Edukasi dan Penyebaran Informasi yang benar kepada kaum muda dan yang terakhir mengembangkan aplikasi JARIMU AWASI PEMILU.
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta seminar terkait
kampanye politik di media sosial yaitu pertanyaan pertama bahwa bagaimana menangani buzzer-buzzer yang dimana dia menyembunyikan identitasnya untuk kemudian mengunggulkan salah satu peserta pemilu dan menyebarkan hoax untuk peserta pemilu lainnya, menurut saya buzzer ini adalah salah satu tekhnik kampanye yang dalam tanda kurung secara curang yang tentu saja mungkin diketahui oleh peserta pemilu itu sendiri maka dari itu perlu ada perhatian khusus oleh segenap stakeholder yang disebutkan oleh pak saiful untuk menangani masalah buzzer karena kecenderungan hoax yang disebar oleh buzzer sangat rentang menimbulkan konflik antar pendukung peserta pemilu jadi jangan sampai pemilu serentak 2024 justru menimbulkan konflik diantara kita.
Pertanyaan kedua yaitu bagaimana mengatasi politik uang atau money
politik menurut politik uang di Indonesia sudah menjadi budaya sangat sulit untuk dipungkiri karena kepercayaan masyarakat terhadap para wakil rakyat sudah todak ada lagi jadi menurut masyarakat alangkah baiknya jika calon wakil rakyat ini mengeluarkan duitnya memang toh nanti juga pasti korupsi nah anggapan seperti demikian lumrah kita temui di masyarakat. Bagaiman mengatasinya menurut saya sanksi hukum masih terlalu kecil sehingga calon kandidat pemilu dengan enteng melakukan perbuatan yang demikian dan kecenderungan kita masyarakat takut melaporkan karrna takut berurusan dengan perpolitikan semisal saja munir meninggal karena ingin membongkar kebusukan para penguasa dan politikus di Indonesia begitupun dengan bapak Novel Baswedan yang disiram wajahnya air keras sunggu memilihkan dan masih banyak lainnya kekejaman-kekejaman sistem politik yang pernah terjadi di Indonesia.
Peran Penting Penggunaan Sosial Media dalam Penerapan Pancasila sebagai Pedoman dalam Pembangunan Industri, Inovasi, dan Infrastruktur sesuai dengan SDGs 9 Pasca Pemilu