NIM: 200509500009
KELAS: A SOSIOLOGI
Sesuatu yang sakral itu termasuk yang gaib tetapi ia tidak sama dengan
yang gaib. Karena, sebagaimana telah kami jelaskan, kesakralan itu ada dalam
sikap para peme- luk, acuan-acuan sikap-sikap tersebit mungkin benda-benda dan
wujud-wujud yang terdapat di dunir ini (yang dipandang secara khusus) atau
benda-benda dan wujud- wujud yang terdapat di alam gaib. Yang gaib, jika
dibandingkan dengan yang sakral, hanya bisa dianggap sebagai benda-benda dan
wujud-wujud yang berasal dari dunia lain yang diyakini berada di luar dunia yang
dikenal secara empirik.8 Di kalang- an sebagian besar sekte-sekte Kristen dan
Yahudi, dan memang dalam kebanyakan agama-agama besar spiritual di dunia,
yang gaib dalam pengertian inilah tujuan utama tingkah-laku keagam an. Akan
tetapi benda-benda alam yang dipakai sebagai lambang- lambang juga
diperlakukan dengan cara yang sakral. Dalam dunia gaib, Tuhan dan surga adalah
sakral; di dunia nyata terdapat kitab-kitab dan lilin-lilin yang sakral: yang
sebagian besar, merupakan lambang- lambang dari benda-benda yang gaib.
Akan tetapi kami jadi terlibat dalam masalah- masalah yang lebih rumit
apabila kami menanyakan lebih lanjut: "Apakah agama itu benar-benar suatu
agama apabila benda-benda dan wujud-wujud yang dianggap sakral oleh
penganutnya itu hanya terdiri dari benda-benda dan wujud- wujud duniawi?" De-
ngan perkataan lain, bagaimana kalau pusat acuan yang bersifat gaib bagi sikap
hormat dan perasaan kagum terhadap yang sakral itu sama sekali tidak ada? Dan
agama-agama jenis apa yang bisa hidup apabila sikap pengagungan dan sikap
penghormatan itu dibe- rikan hanya kepada benda-benda dan makhluk- makhluk
duniawi ini? Persoalan-persoalan ini, teru- tama pada masa kini, tidak melulu
bersifat akademik.
Tidak akan ada sesuatu yang sakral dalam komunisme apabila orang-orang
komunis hanya memikirkan tercapainya tujuan-tujuan praktis menggunakan cara-
cara praktis yang sesuai dengan- nya. Tetapi nyatanya komunisme juga
merupakan keyakinan-yaitu keyakinan akan kebenaran ajaran dialektika Marxis
sebagai sesuatu-yang akan berhasil dengan sendirinya dan menghasilkan suatu
masyara- kat yang tanpa kelas, sejenis surga dunia, yang menu- rut dugaan tidak
tergantung kepada cara-cara politik dan ekonomi yang dipergunakan. Banyak
orang ko- munis yang rela bekerja [keras], menderita dan bah- kan meninggal
demi membela keyakinan ini. Apabila dilihat dengan cara ini, sebagai suatu
keyakinan ter- hadap kebenaran hukum sejarah yarıg tidak dapat dibuktikan, maka
komunisme adalah agama, meski- pun bukan agama supernatural. Apabila hanya
dilihat dari sudut pandangan bahwa ia merupakan struktur kekuatan politik, tentu
saja, tidak ada yang khusus bersifat keagamaan dalam komunisme itu.
Kita lihat sekarıng nasionalisme dengan cara yang sama. Suatu kelompok
kebangsaan yang teror- ganisasi dengan tujuan melindungi dan menciptakan
kehidupan yang baik, tidak merupakan gejala yang sakral. Akan tetapi
nasionalisme mengambil suatu aspek yang sakral karena adanya sikap batin
terhadap bangsa sebagai suatu wujud menempati kedudukan akal sehat yang
justeru menaruh perhatian terhadap kesejahteraan para anggota [nya] sebagai
alaszn (tujuan] diadakannya kelompok yang terorganisasi tersebut. Dengan