Anda di halaman 1dari 10

AGAMA DAN

BUDAYA
Disusun Oleh :

1. Aindah Firdayani

2. Bya Pramesti Dwi Banowati

3. Mutiara febriyanti

4. Siti Latifah
A. Interelasi Antara Agama Dan Budaya


 Hubungan manusia, masyarakat, dan kebudayaan pun berada dalam
dialektika gamsut ini. Satu sisi manusia menciptakan sejumlah nilai bagi
masyarakatnya, pada sisi yang lain, secara bersamaan, manusia secara
kodrati senantiasa berhadapan dan berada dalam masyarakatnya,
homosocius. Masyarakat telah ada sebelum seorang individu dilahirkan
dan masih akan ada sesudah individu mati. Lebih dari itu, di dalam
masyarakatlah dan sebagai hasil proses sosial, individu menjadi sebuah
pribadi; ia memperoleh dan berpegang padasuatu identitas. Manusia
tidak akan eksis bila terpisah dari masyarakat. Dengan kata lain,
masyarakat (sebagai kumpulan individu-individu manusia) diciptakan
oleh manusi, sedangkan manusia sendiri merupakan produk dari
masyarakat. Kedua hal itumenggambarkan adanya dialektika inheren
dari fenomena masyarakat.[1] Inilah yang dimaksud dengan dialektika
sosial.

 Denagn demikian, suatu agama yang masuk pada
masyarakat tertentu tidak pernah bisa ditemukan
sebagaimana dalam bentuk aslinya secara utuh;
selalu ada fluiditas atau pelenturan nilai-nilai.
HAKIKAT DAN FLUIDITAS KEBUDAYAAN

FLUIDITAS

MEMBACA KEBUDAYAAN ADALAH MENAFSIR


B. Agama Merupakan Bagian Kebudayaan

 Suatu pihak menyatakan bahwa agama bukan kebudayaan, sementara pihak
yang lainnya menyatakan bahwa agama adalah kebudayaan.[12] Kelompok
orang yang tidak setuju dengan pandangan bahwa agama itu kebudayaan
adalah pemikiran bahwa agama itu bukan berasal dari manusia, tetapi datang
dari Tuhan, dan sesuatu yang datang dari Tuhan tentu tidak dapat diseut
kebudayaan. Kemudian, sementara orang yang menyatakan bahwa agama
adalah kebudayaan, karena praktik agama tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan. Memang benar bahwa wahyu yang menjadi sandaran
fundamental agama itu datang dari Tuhan, akan tetapi realisasinya dalam
kehidupan adalah persoalan manusia, dan sesungguhnya tergantung pada
kapasitas diri manusia sendiri, baik dalam hal kesanggupan “pemikiran
intelektual” untuk memahaminya. Maupun kesanggupan dirinya untuk
menjalankannya dalam kehidupan. Menurut pandangan ini realisasi dan
aktualisasi agama sesungguhnya telah memasuki wilayah kebudayaan,
sehingga “agama mau tidak mau menjadi soal kebudayaan”[13].

 Sebenarnya, apabila ditarik garis batas antara agama
dan kebudayaan itu adalah “garis batas Tuhan dan
manusia” maka wilayah agama dan wilayah
kebudayaan itu pada dasarnya tidak “statis”, tetapi
“dinamis”, sebab tuhan dan manusia berhubungan
secara dialogis, dimana manusia menjadi “khalifah”
[wakil]-Nya di bumi. Maka pada tahapan ini,
adakalanya antara “agama” dan “kebudayaan”
menempati wilayah sendiri-sendiri, dan adakalanya
keduanya berada dalam wilayah yang sama, yaitu yang
disebut dengan “wilayah kebudayaan agama”.

 Di kalangan sarjana barat, penganjur kelompok ini adalah
Emil Durkheim , seorang sarjana Perancis, yang agaknya ikut
mempengaruhi pemikiran sebagian sarjana indonesia. Salah
seorang sarjana Indonesia Koentjaraningrat, yang menurut
pengakuannya sendiri telah terpengaruh oleh konsep Emil
Durkheim. Dengan menggunakan istilah “religia” dan bukan
“agama” [karena menurut beliau lebih netral],
Koentjaraningrat berpendapat bahwa religie merupakan
bagian dari kebudayaan. Pendirian Koentjaraningrat ini di
dasarkan kepada konsep Durkheim mengenai dasar-dasar
religi yang mengatakan bahwa tiap-tiap religi merupakan
suatu sistem yang terdiri dari empat komponen yaitu:

 a) Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia
menjadi religius.
 b) Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta
bayangan-bayangan manusia tentang sifat- sifat Tuhan,
serta tentang wujud dari alam gaib.
 c) Sistem upacara religius yang bertujuan mencari
hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau
makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib.
 d) Kelompom-kelompok religius atau kesatuan-
kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan
tersebut.
C. Agama Bukan Wahyu- Merupakan Bagian dari
Kebudayaan

 Secara faktual, agama di dunia ini banyak, beraneka ragam,
berbeda-beda dan mempunyai asal usul dan sejarah sendiri-
sendiri. Hal ini merupakan relitas dunia yang tidak dapat
dielakkan. Artinya, semua agama yang ada di dunia ini
beraneka ragam, berbeda-beda asal usul dan sejarahnya,
ditinjau dari segi sumbernya dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok, pertama, agama alamiyah adalah agama ciptaan
atau hasil karya manusi dinamakan pula agama “filsafat”,
agama bumi, dan agama budaya. Kedua,agama samawiyah
yakni agama yang diwahyukan Allah kepadapara Nabi dan
Rasul-Nya. juga disebut “agama wahyu”, agama langit, dan
agama profetis.

 Ahmad Abdullah al-Masdoosi, merumuskan perbedaan antara agama wahyu [agama
samawiyah] dengan agama bukan wahyu [agama budaya] sebagai berikut:
 1. Agama wahtu berpokok pada konsep “ke-Esaan Tuhan”, sedangkan agama bukan
wahtu tidak.
 2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak.
 3. Bagi agama wahyu sumber utama tuntutan dan ukuran baik buruk adalah kitab suci
yang diwahyukan sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak esensial.
 4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu, kecuali
“paganisme”, lahir di luar area tersebut.
 5. Agama wahyu timbul di daerah-daerah yang secara historisdibawah pengaruh ras
semitik
 6. Sesuai dengan ajaran dan atau historisnya, maka agama wahyua adalah agama
missionary.
 7. Ajaran agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para
pemeluknya. Para pemeluknya berpegang, baik kepada aspek duniawi atau aspek
spiritual dari hidup ini. Agama bukan wahyu tidak demikian.[17]

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai