Anda di halaman 1dari 12

NAMA : Isti Nur Khasanah

NIM : 53020200030

KELAS : IAT/B SEM 4

MATKUL : Sejarah agama-agama

1. Agama telah hadir dalam sejarah peradaban manusia, tidak hanya berorientasi kepada Tuhan
atau spiritual, namun juga berorientasi dalam kehidupan bermasyarakat. Jelaskan: Latar belakang
penyebab terjadinya perubahan yang dilakukannya

a) Pengertian agama secara etimologi dan terminology

b) Asal usul kemunculan agama

c) Klasifikasi agama ditinjau dari sumbernya

Jawab :

Agama hadir dalam sejarah peradaban manusia, tidak hanya berorientasi kepada Tuhan
namun, juga berorienrasi dalam kehidupan dalam bermasyarakat. Agama atau religi
mengenalkan bahwa di dunia ini terdapat hal yang berkuasa atas segala sesuatu dan memiliki
kekuatan kendali. Terdapat beberapa ahli yang memberikan definisi mengenai agama atau
kepercayaan. Secara umum, agama dapat didefisinikan sebagai sistem yang mengatur
kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya,
serta pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatan kehidupan. Masing-masing
agama biasanya mempunyai mitologi, simbol, atau sejarah untuk menjelaskan makna hidup dan
asal-usul kehidupan atau alam semesta. Dilihat dari segi pengertiannya, secara etimologi,
terdapat beberapa pendapat mengenai asal kata Agama, salah satunya Agama berasal dari bahasa
Sangsekerta dengan akar kata “Gam” yang bermakna pergi. Kemudian, ditambah huruf “a” pada
awal dan akir kata “Gam” menjadi “Agama” yang bermakna Jalan. Jalan yang dimaksud pada
kata Agama adalah jalan mencapai kebahagiaan.

Adapun secara terminologis yang terdapat dalam ensiklopedi Indonesia, Agama merupakan
aturan ataupun tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan Tuhan serta sesamanya
manusia. Jauh sebelum tersiarnya agama Islam, yaitu menjelang pertengahan abad ke enam
Masehi, dunia dikuasai oleh dua Negara besar yaitu Romawi di Barat dan Persia di timur.
Bangsa-bangsa yang berada dalam kekuasaan kedua Negara tersebut pada umumnya mengalami
kemerosotan moral, akhlak dan sosial.Saat itu dunia berada dalam kegelapan dan merebaknya
tahayul dan khufarat yang merusak kehidupan ruhaiyah dan keagaamaan manusia pada
umumnya. Bahkan kaum fir’aun menganut agama Mesir kuno dengan inti ajarannya sebagai
berikut :

1. Mereka menggap sungai Niil sebagai Tuhan

2. Mereka mempersembahkan tumbal ke sungai Niil setiap bulan purnama dengan


mengorbankan tumbal seekor binatang ( atau manusia yang memiliki penyakit berat terutama
dari kalangan wanita

3. Mereka menggunakan sesjen dalam mengiringi tumbal di sungai Niil

4. Mereka menganggap Matahari sebagai Dewa (Ra) Dewatertinggi.

Maka dari itu Allah SWT menjawab penyimpangan yang terjadi dengan mengutus Rasul-Rasul-
Nya untuk mengubah dunia gelap gulita tersebut. Dan berikut klarifikasi agama berdasarkan
sumbernya. Ditinjau dari sumbernya agama dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu agama wahyu
(revealed religion) dan agama budaya (cultural religion).

1. Agama wahyu ( revealed religion)

Agama wahyu (revealed religion) disebut juga dengan agama langit, agama samawi, agama
profetis yang artinya agama yang diterima oleh manusia dari Allah sang pencipta melalui
malaikat jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia.

Ciri-ciri Agama Wahyu (revealed religion)

Ø Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan
diturunkan kepada masyarakat.

Ø Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya.

Ø Memiliiki kitap suci yang bersih dari campur tangan manusia


Ø Ajaran serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah berubah sesuai dengan kecerdasan dan
kesepakatan manusia

Ø Kebenarannya adalah universal, yaitu berlaku bagi setiap umat manusia.

Ø Ajaran agama wahyu mutlak benar karena berasal dari Allah yang maha benar, maha
mengetahui segala-galanya

Ø System nilai agama wahyu ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran
dan hakikat kemanusiaan.

Ø Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudian dibuktikan kebenarannya oleh
ilmu pengetahuan modern.

Ø Melalui agama wahyu Allah memberikan petunjuk, pedoman, tuntunan, dan peringatan
kepada manusia dalam pembentukan insan khamil, yaitu manusia yang sempurna, dan manusia
baik yang bersih dari noda dan dosa. Contoh Agama Wahyu

Ø Agama Islam dengan kitap sucinya Alquran yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad
SAW, melalui malaikat Jibril, untuk seluruh umat manusia dan semesta alam.

Ø Agama Kristen (nasrani) dengan kitap sucinya Injil yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa
AS, melalui malaikat Jibril untuk kaum Bani Israil.

Ø Agama Yahudi dengan kitap sucinya Taurat yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa AS,
melaui malaikat Jibril untuk Bani Israil.

2. Agama Budaya (cultural religion)

Disebut juga dengan agama bumi yang artinya bersandar semata-mata kepada ajaran seorang
manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya
secara mendalam.

Ciri-ciri Agama Budaya

Ø Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya

Ø Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul)

Ø Umumnya tidak memiliki kitab suci


Ø Ajaran dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran penganutnya

Ø Kebenaran ajarannya tidak unversal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia. Contoh agama
budaya adalah konghucu, hindu dan buddha. Jadi, kesimpulannya adalah agama merupakan
sebuah sistem yang mengatur tentang kepercayaan manusia kepada Tuhan, yang juga berdampak
pada hubungan antar manusia satu dengan lainnya. Berdasarkan klarifikasi sumbernya agama
memiliki dua pintu yakni wahyu dan budaya.

2. Dikenal dalam sejarah agama agama yang ada di dunia dengan agama primitif. Jelaskan

a) Mengapa hal itu bisa terjadi pada umat manusia

b) Animisme dengan latar belakang kemunculan dan sistem ketuhanan serta ritual peribadatannya.

Jawab :

Dilihat dari segi Agama dan Primitif (keadaan yang sangat sederhana; belum maju) yang
masing – masing memiliki keeratan satu sama lain, sering kali banyak di salah artikan oleh orang
– orang yang belum memahami bagaimana menempatkan posisi Agama dan posisi keadaan yg
sangat sederhana pada suatu kehidupan. Pada dasarnya agama primitif mempunyai dua asal-usul
yaitu : Pertama suatu ajaran yang bersumber langsung dari Tuhan yang berupa wahyu yang
kemudian diturunkan kepada manusia, yeng terbuktu dengan diturunkannya Adam kedunia,
namun terjadi penyelewengan agama oleh para pemeluknya. Sehingga agama yang pada
dasarnya monotheisme menjadi politeisme dan bahkan animisme. Muka oleh sebab itu Tuhan
menurunkan kembali utusannya guna meluruskan penyelewengan tersebut. Kedua agama
bersumber pada kajian antropologis, sosiologis, histories, dan psikologis, karena agama
merupakan suatu fenomena sosial ataupun spiritual yang mengalami evolusi dari bentuk yang
sederhana , biasa disebut dengan agama primitif, kepada bentuk yang sempurna.

Teori animisme pertama kali dikemukakan oleh E.B. Taylor, sarjana aliran evolusionisme
Inggris, yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini semuanya bernyawa.
Penganutnya percaya bahwa roh dapat memberi manfaat kepada kehidupan manusia serta
mampu memberi pertolongan. Menurut Taylor, manusia purba pada mulanya merasa dihadapkan
pada dua persoalan, yaitu perbedaan antara orang hidup dan mati, serta pengalaman dalam
mimpi. Manusia purba kemudian berusaha memahami dan menjelaskan fenomena aneh tersebut
melalui pemikirannya. Misalnya, ketika kedatangan kupu-kupu, mereka meyakini bahwa hal itu
pertanda akan kedatangan tamu. Masih menurut Taylor, peradaban dimulai dengan adanya
pemikirian animisme, kemudian berkembang menjadi agama. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa animisme merupakan cikal-bakal lahirnya agama.

Terdapat dua keyakinan pokok yang terkandung dalam teori animisme, yaitu: Keyakinan
adanya jiwa pada setiap makhluk hidup yang dapat terus berada, sekalipun makhluk tersebut
sudah mati atau tubuhnya dibinasakan. Keyakinan adanya banyak roh yang berpangkat-pangkat,
dengan para dewa sebagai puncaknya. Masyarakat yang menganut paham animisme meyakini
bahwa orang yang telah meninggal dianggap sebagai mahatinggi yang menentukan nasib dan
mengontrol perbuatan manusia. Mereka juga beranggapan roh tersebut dapat merasuk ke dalam
benda, yang membuat benda tersebut menjadi sakral atau sakti. Kepercayaan seperti ini
kemudian berkembang menjadi penyembahan kepada roh-roh, dan untuk menghindari
kemarahan roh biasanya diadakan ritual tertentu.

Dan macam-macam peribadatan atau sistem ibadah dan kepercayaan animisme pun beragam,
dianataranya adalah penyembahan kepada alam, seperti penyembahan matahari, api dan bntang,
kemudian kepercayaan kepada benda-benda, dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai
atau menggunakan benda benda tersebut terhindar dari malapetaka atau kesengsaraan. Seperti
batu akik, jimat, api untuk membakar mayat atau lainnya. Yang ketiga, kepercayaan kepada
bintang-bintang yang dipercayai dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan. Yang terakhir
adalah penyembahan kepada roh-roh Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang
sudah mati masih hidup dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang
mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan seterusnya.
Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat
dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk dimintai doa restu dan lainnya. Jadi, Paham beragama
terus berkembang seiring dengan perkembangan pikiran manusia dan kebutuhan-kebutuhan
mereka. Semakin maju ilmu manusia yang berarti lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri,
maka semakin sedikit Tuhan yang dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan
berangsur-angsur dari keyakinan akan banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada keyakinan akan
satu Tuhan (monotheisme). Dan hal tersebut pula yang mendorong orang-orang primitif untuk
membuat keyakinan terhadap sesuatu yang dipercayainya, termasuk pada benda-benda mati, roh
ataupun alam yang mereka anggap sebagai Tuhan atau pelindung bagi mereka.

3. Hindu yang berkembang pesat di Bali termasuk salah satu dari enam agama yang diakui di
Indonesia.

a) Sejarah munculnya agama Hindu

b) Inti dari ajaran agama Hindu

c) Konsep Moksa dalam agama Hindu

Jawab :

Asal usul agama hindu dimulai dari masuknya bangsa arya ke india sejak tahun 1500 SM.
Dari masuknya agama arya ke Indonesia membawa perubahan besar dalam tata kehidupan
masyarakat di india.perubahan terjadi karena bangsa arya mengadakan integrasi kebudayaan
dengan bangsa Dravida sehingga dari situ lahirlah agama hindu, Selain itu bangsa arya juga
menulis kitab-kitab weda sebagai keyakinan dan kepercayaan dari agama hindu, misalnya kitab
suci seperti Reg Weda,Sama Weda,Yayur Weda dan Atharwa Weda. Asal-usul agama hindu
didasarkan juga pada corak kehidupan masyarakat hindu yang berkeyakinan terhadap kepercayaan
pada dewa-dewa yang mengatur corak kehidupan pada mereka masing-masing.dari corak
kehidupan masyarakat tersebut dapat dibedakan menjadi (4) kasta, diantaranya: kasta
Brahmana'(yakni kasta Keagamaaan), yang terdiri dari para pendeta, kasta Ksatria'(yakni kasta
pemerintahan),yang terdiri dari para raja juga keluarganya,para bangsawan dan para prajurit, kasta
Waisya'(yakni kasta pertanian dan perdagangan),yang terdiri dari para pengusaha,para
pedagang,dan juga para petani, kasta Sudra'(yakni kasta kaum pekerja keras), yang terdiri dari
para pelayan, pekerja keras, juga rakyat jelata. Kasta-kasta tersebut memiliki makna sebagai
pembeda dari struktur maupun golongan kehidupan dimana kepercayaan agama hindu itu bersifat
politeisme (memuja banyak dewa), yang dimana dari pemujaan terhadap dewa tersebut dibuatkan
patung-patung yang sesuai dengan peranan dewa-dewa tersebut dalam kehidupan manusia. 

Dari tujuan dibuatnya patung-patung tersebut sebagai simbol dari dewa-dewa yang
disembahnya misalnya seperti Dewa Brahmana'sebagai Dewa Pencipta,Dewa Wisnu sebagai
Dewa Pelindung,dan Dewa Siwa sebagai Dewa pelebur atau pembinasa.ketiga Dewa tersebut
diberi nama Trimurti yang artinya penguasa.adapun dewa-dewa lainya seperti dewi saraswati
sebagai dei kesenian dan ilmu pengetahuan,Dewi Sri sebagai Dewi Kesenian.selain itu umat hindu
beranggapan bahwa, tempat suci adalah tempat yang hanya digunakan untuk  bersemayamnya
para dewa saja sehingga umat hindu terbiasa mengadakan ziarah ke tempat-tempat suci untuk
memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi umat di dunia.

Inti ajaran Hindu dikonsepkan kedalam “Tiga Kerangka Dasar” dan “Panca Sradha”. Tiga
kerangka dasar tersebut terdiri dari Tattwa (Filsafat) Susila (Etika) Upacara (Yadnya). Tattwa –
Ajaran Hindu kaya akan Tattwa atau dalam ilmu modern disebut filsafat , secara khusus filsafat
disebut Darsana. Dalam perkembangan agama Hindu atau kebudayaan veda terdapat Sembilan
cabang filsafat yang disebut Nawa Darsana. Pada masa Upanishad , akhirnya filsafat dalam
kebudayaan veda dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu astika (kelompok yang mengakui veda
sebagai ajaran tertinggi) dan nastika ( kelompok yang tidak mengakui Veda ajaran tertinggi ).
Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui veda yang disebut Sad Darsana (Saṁkhya, Yoga,
Mimamsa, Nyaya, Vaisiseka, dan Vedanta ) dan tiga cabang filsafat yang menentang veda yaitu
Jaina, Carvaka dan Budha (agama Budha).

Susila – Secara harfiah susila diartikan sebagai etika . hal-hal yang tekandung yang
dikelompokan kedalam susila memuat tata aturan kehidupan bermasyarakat yang pada intinya
membahas perihal hukum agama. Mulai dari hukum dalam kehidupan sehari-sehari hingga hukum
pidana ( Kantaka Sodhana ) dan hukum perdata ( Dharmasthiya ). Upacara – Yang dimaksud
upacara dalam agama Hindu adalah ritual keagamaan , sarana ritual keagamaan disebut Upakara ,
upakara di Bali disebut Banten. Upacara ini dapat dikelompok kedalam beberapa bentuk korban
suci ( Yajna ) yang disebut Panca Yadnya ( Panca Maha Yadnya ). Ada banyak jenis panca
Yadnya tergantung dari kitab mana uraian dari panca yadnya tersebut, artinya meskipun Panca
Yadnya sama-sama terdiri dari lima jenis yadnya namun bagian-bagian yang disebutkan berbeda-
beda masing – masing uraian kitab suci Smrti. Sedang konsep moksa dalam agama hindu adalah
salah satu sradha dalam ajaran agama yang menjadi tujuan tertinggi bagi penganutnya. Dalam
moksa, Atman (jiwa) harus terbebas dari unsur duniawi supaya bisa menyatu dengan Brahman
(Tuhan). Dan moksa terbagi menjadi beberapa tingkatan yakni :

1. Samipya
Samipya merupakan suatu kebebasan yang dapat dicapai seseorang selama hidup di dunia.
Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan Maharsi dengan melepaskan unsur-unsur duniawi
sehingga dapat mendengar wahyu Tuhan. Dalam keadaan yang demikian, Atman berada
sangat dekat dengan Tuhan. Ini karena, para Yogi dan Maharsi melakukan samadhi yang
dapat mengosongkan jiwa dan pikiran mereka. Ketika samadhi selesai, maka keadaan akan
kembali seperti biasa.
2. Sarupya (Sadharmya)
Sarupya adalah suatu kebebasan yang didapat seseorang ketika di dunia karena sebab
kelahirannya. Kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan, seperti
halnya Sri Rama, Buddha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun Atman telah mengambil suatu
perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di ini.
3. Salokya
Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman karena telah berada dalam
posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan ini, Atman telah mencapai
tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri. Selain tiga tingkatan tadi,
agama Hindu juga mengenal tingkatan lain yang terdiri dari Jiwa Mukti, Wideha Mukti, dan
Purna Mukti.

4. Salah satu agama besar yang ada di dunia adalah agama Shinto dan dianut pula oleh banyak
pemeluk di Indonesia.
Jelaskan:
a) Asal usul dan sejarah perkembangan agama Shinto
b) Ajaran ajaran pokok yang dianut oleh para pemeluknya
c) Konsep kebaikan dan keburukan dalam agama Shinto.

Jawab :
Shinto sendiri banyak mendapat pengaruh dari agama lain. Hal ini bisa kita lihat dari
nama Shinto sendiri. Shinto berasal dari Shin dan To. Arti kata Shin adalah roh dan To adalah
jalan. Jadi Shinto mempunyai arti lafdziah jalannya roh, baik roh-roh orang yang telah
meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam
taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata Shin atau
Shen identik dengan kata Yin dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan
sebagainya lawan dari kata Yang. Dengan melihat hubungan nama Shinto ini, maka
kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok. Dalam
berkeyakinan sendiri penganut agama ini jelas memuja roh-roh atau spirit dan juga roh-roh
orang yang telah meninggal dengan mempersembahkan sesajian.
Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan antara agama Budha dengan
kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhirnya mengakibatkan munculnya
persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa Jepang (Shinto) dengan para pendeta
agama Buddha, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para
pendetanya menerima dan memasukkan unsur-unsur Buddha ke dalam sistem keagamaan
mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya.
Misalnya, aneka ragam upacara agama bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama
Shinto banyak dipengaruhi oleh agama Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak
dikenal dalam agama Shinto mulai diadakan dan ciri kesederhanaan tempat-tempat suci
agama Shinto lambat laun menjadi lenyap digantikan dengan gaya yang penuh hiasan warna-
warni yang mencolok. Pengaruh agama Buddha yang lain tampak pada hal-hal seperti
anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari
Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang disamakan
dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal
ini berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi. Setelah abad ketujuh belas timbul
gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran Shinto murni di bawah pelopor Kamamobuchi,
Motoori, Hirata, Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin membedakan
“Badsudo” (jalannya Buddha) dengan “Kami” (roh-roh yang dianggap dewa oleh bangsa
Jepang) untuk mempertahankan kelangsungan kepercayaannya. Pada abad kesembilan belas
tepatnya tahun 1868 agama Shinto diproklamirkan menjadi agama resmi negara, pada saat itu
agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan
bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang,
sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti
kepada negara dan politik negara. Agama shinto pun memiliki ajaran yang dianut oleh
pemeluknya yakni :
1. Ajaran tentang KAMI
Istilah “Kami” diartikan “ di atas” atau “unggul”, yang secara spiritual diartikan
dengan “dewa”, Tuhan, God, dan sebagainya. “ bagi bangsa Jepang istilah “Kami” yang
menjadi suatu objek pemujaan berbeda pengertiannya dengan pengertian objek pemujaan
yang ada dalam agama lain, dan dimana istilah tersebut bisa berarti tunggal dan jamak
sekaligus, karena dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, senantiasa
bertambah, diungkapkan dalam istilah yao-yarozu no Kami, “delapan milun dewa”.
Bangsa Jepang kuno menggunakan istilah Kami terhadap kekuatan dan kekuasaan yang
terdapat dalam berbagai objek, tanpa membedakan apakah objek itu benda hidup atau
mati, bersifat baik atau buruk. Semua yang memiliki sifat-sifat misterius dan
menimbulkan rasa segan dan takut dianggap sebagai Kami. Pendapat yang hampir senada,
Kami berarti dewa atau tuhan. Kata ini mencakup sekian nama dewa terkenal di
masyarakat jepang ( dan Asia) kala. Dalam pengertian lain, Setiap wujud yang bersifat
independen merupakan anggota dari sekumpulan Kami. Indikasi lain dari kata Kami
adalah wibawa, mukjijat, dan segala sesuatu yang menyerupai atau mendekati substansi
ketuhanan.
2. Ajaran tentang manusia
Konsep tentang manusia dapat ditelusuri dari kepercayaan akan adanya garis
kesinambungan antara Kami dan manusia. Kami diyakini bukan merupakan sesuatu
kekuasaan yang mutlak dan transenden atas manusia. Oya-ku, suatu hubungan antara
orangtua dan anak, atau antara nenek moyang dan keturunannya. Hal ini digambarkan
dalam mitologi garis keturunan kaisar pertama Jepang, yang diyakini sebagai keturunan
Dewa Matahari. Jadi, “Manusia adalah putra Kami”. Ungkapan yang mengandung dua
pengertian: pertama, kehidupan manusia berasal dari Kami, sehingga dianggap suci;
kedua, kehidupan sehari-hari adalah pemberian dari Kami. Manusia disebut dengan hito
yang berarti “tempat tinggal spirit”, yang dalam bahasa Jepang kuno disebut ao-hito-gusa
(rumput-manusia-hijau) untuk memperbandingkan manusia dengan rumput hijau yang
tumbuh subur. Selain itu, manusia dapat disebut pula ame no masu hit (manusia langit
yang berkembang), maknanya adalah makhluk suci yang memiliki kemampuan tidak
terbatas. Setiap pemeluk agama Shinto, idealnya wajib menyadari bahwa ia memiliki
asal-usul yang suci, jasmani yang suci, dan tugas yang suci, dan harus hidup bekerjasama
untuk membangun sebuah dunia yang sejahtera.
3. Ajaran tentang dunia
Agama Shinto termasuk tipe agama”lahir satu kali”, dalam arti, memandang dunia
ini sebagai satu-satunya tempat kehidupan bagi manusia. Dalam pemikiran Shinto ada
tiga jenis dunia, yaitu: (1) Tamano-hara, berarti “tanah langit tinggi”, sebuah dunia suci,
rumah, dan tempat tinggal para dewa langit (Amatsukami); (2) Yomino-kuni, dunia
yang dibayangkan sebagai dunia yang gelap, kotor, jelek, menyengsarakan, tempat
orang-orang yang sudah meninggal dunia; (3) Tokoyono-kuni, berarti “kehidupan yang
abadi”, “negeri yang jauh di seberang lautan”, atau “kegelapan yang abadi”, yakni dunia
yang dibayangkan penuh dengan kenikmatan orang-orang yang kedamaian, dianggap
sebagai tempat tinggal arwah orang-orang yang meninggal dalam keadaan suci. Ketiga
dunia ini sering disebut kakuriyo (dunia yang tersembunyi), dan dunia tempat tinggal
manusia disebut ut-sushiyo (dunia yang terlihat atau dunia yang terbuka).
4. Ajaran tentang etika
Menurut D.C. Holten, ahli sejarah Jepang, menyatakan bahwa orang-orang Jepang
dilahirkan dalam ajaran Shinto, kesetiaannya terhadap kepercayaan dan pengalaman
ajarannya menjadi kualifikasi pertama sebagai “orang Jepang yang baik”. Beberapa
ajaran yang berkaitan dengan kepribadian terkandung dalam ajaran kesusilaan yang
biasanya dilakukan para bangsawan atau para ksatria Jepang, antara lain:
a. Keberanian dianggap sebagai suatu keutamaan pokok dan ditanamkan pada anak
dalam masa permulaan hidupnya. Sikap keberanian dinyatakan dengan semboyan:
“Keberanian yang benar untuk hidup ialah bilamana hal itu benar untuk hidup, dan
untuk mati bilamana hal itu benar untuk mati”.
b. Sifat penakut dikutuk, karena sifat ini dipandang dosa. “Semua dosa besar dan kecil
dapat diampuni dengan melalui cara tobat, kecuali penakut dan pencuri”.
c. Loyalitas, yaitu setia, kesetian pertama kepada Kaisar, kemudian meluas kepada
seluruh anggota keluarga Kaisar, pada masyarakat dan pada generasi yang akan dating.
d. Kesucian dan kebersihan adalah suatu hal yang sangat penting dalam Shintoisme,
oleh karenanya dalam faham ini terdapat upara-upacara pensucian. Orang tidak suci
adalah berdosa, karena berarti melawan dewa-dewa. Atas pengaruh ajaran keberdsihan
dan kesucian ini, maka soal “mandi” termasuk perbuatan utama, sehingga dijadikan
salah satu upacara keagamaan. Kamar atau tempat mandi dipandang sebagai tempat
yang menarik hati bagi semua orang, sedang waktu mandi ditetapkan sebagai tradisi,
misalnya 2 jam di waktu sore antara jam 17.00 dan 19.00 sebelum makan malam.
Banyak terdapat upacara-upacara ditetapkan dengan melalui permandian. Demikianlah
sejarah perkembangan dan ajaran agama shinto.

Anda mungkin juga menyukai