Anda di halaman 1dari 33

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

PALEMBANG

BAHAN AJAR MKWU


AGAMA (Fenomenologi Agama)

OLEH:

AGUSTINUS RIYANTO, SCJ., MA

PALEMBANG
FEBRUARI 2018

1
BAHAN AJAR
AGAMA (Fenomenologi Agama)
Oleh: Agustinus Riyanto, SCJ., MA.

1. PENGERTIAN
Fenomenologi berasal dari kata Yunani Phainomenon yang berarti “gejala” dan
Logos yang berarti “ilmu”. Maka fenomenologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari gejala-gejala atau apa yang ditampakkan mengenai sesuatu. Fenomenologi
Agama dengan demikian merupakan suatu pola pikir yang berusaha menjelaskan segala
sesuatu yang ditampakan atau menjadi gejala-gejala yang kelihatan dalam agama.
Fenomenologi merupakan metode berpikir ilmiah dengan latar belakang
filsafat.Metode ini dirintis oleh Husserl (1859-1938) dengan semboyan “Kembali kepada
hal-hal itu sendiri” (Zuruk zu den Sachen selbst). Prinsip tersebut mengajarkan bahwa
kalau kita ingin mengetahui sesuatu, kita jangan mencari tahu dari apa kata orang tentang
sesuatu itu, melainkan harus kembali kepada hakikat dari sesuatu itu. Metode
fenomenologi berusaha menemukan makna asli dan dasariah dari sesuatu.
Metode fenomenologi mengembangkan dua cara pendekatan: pertama, fenomen
diselidiki sejauh disadari secara langsung dan spontan namun belum masuk dalam
kesadaran itu sendiri.Kedua, fenomen diselidiki sejauh merupakan bagian dari dunia
yang dihayatai sebagai keseluruhan (Lived world).Melalui dua langkah tersebut, segala
fenomen dan pengungkapannya (ilmiah atau sehari-hari) dianalisa dan dibersihkan dari
semua bentuk-bentuk penyempitan atau interpretasi yang ada (epoche) sampai ditemukan
hakekat asli dari fenomen tersebut (eidos), yaitu sebuah fenomen yang selalu dan telah
dialami namun tidak disadari karena tertimbun oleh aneka interpretasi, teori-teori atau
pendapat.
Metode Fenomenologi digunakan juga untuk mengurai fenomen-fenomen asli
dalam agama, terlepas dari segala interpreatsi, teologi atau dogma agama yang sudah
merupakan perkembangan dari fenomen asli agama.

Beberapa pemikir yang mengetrapkan fenomologi pada gejala agama yaitu:


1) Rudolf Otto (1869-1937): Dalam jiwa (budi) manusia terdapat struktur apriori
rasional dan irasional. Struktur apriori merupakan pola kausalitas atau hubungan
sebab akibat yang terbentuk dalam akal budi manusia. Akal mampu memikirkan
hubungan kausalitas terhadap segala sesuatu yang tampak oleh indera maupun
yang tidak tampak. Oleh karena itu, struktur apriori bersifat rasional yang berarti
dapat dijelaskan oleh pemikiran dan disertai bukti-bukti empiris. Selain itu,
struktur apriori juga melingkupi hal-hal yang irasional, yang terletak di bidang
sense (perasaan hati). Salah satu struktur irasional itu adalah kesadaran beragama
(sensus religiousus), yaitu kepekaan batin akan yang kudus atau yang ilahi.
Sensus religiousus memampukan manusia mengalami hal-hal duniawi sebagai
tanda dari yang ilahi. Pengalaman inilah yang akhirnya memunculkan idea
tentang ‘Allah’.
2) Scheler (1874-1928): Mendukung pendapat Otto, Scheler berpendapat bahwa
sensus religiousus merupakan kemampuan dasariah manusia yang berdiri sendiri
dan tidak dapat didekati oleh kemampuan insani lainnya seperti akal, kehendak,

2
perasaan estetika. Semua kegiatan rohani (cintakasih, seni, filsafat, teologi,
peribadatan, ritus muncul dari rasa keagamaan tersebut.
3) M. Eliade: Kesadaran manusia akan hierofani (penampakan dari yang kudus)
merupakan pengalaman asli atau dasar dalam diri manusia. Pengalaman itu oleh
Eliade dinamakannya sebagai ‘pengelaman religius’.

2. KEPERCAYAAN DASAR (basic trust)

Pengalaman religius manusia muncul dari adanya kepercayaan dasar dalam


dirinya bahwa ada ‘sesuatu’ di luar dirinya yang lebih tinggi dari manusia bahkan
menjadi sumber hidup, mengatur kehidupan dan kepadanya hidup terarah. Pengalaman
religius tersebut, berkembang dinamis dalam pergaulan dengan dunia.Dengan demikian
pengalaman religius atau pengalaman beragama selain bersifat natural (alami) namun
juga berkembang melalui budaya (cultural).
a. Pengalaman religius bersifat subjektif sekaligus objektif. Bersifat subjektif
dalam arti pengalaman religius muncul dalam diri personal atau kelompok yang
belum tentu ada dalam diri orang lain atau kelompok lain. Bersifat objektif dalam
arti kebenaran pengalaman religius benar adanya bagi orang atau kelompok yang
mengalaminya namun tidak berlaku secara universal atau bagi semua orang.
b. Pengalaman religius personal yang kemudian menjadi pengalam komunal
(bersama) yang dipelihara terus-menerus diwujudnyatakan dalam berbagai
aktivitas peribadatan (ritual) dengan memasukan berbagai segi kehidupan
manusia seperti budaya, seni, tata tertib, bahasa, sastra dsb.
c. Manusia merupakan makhluk religius (homo religiousus), hanya manusia yang
memiliki kepercayaan dasar dan pengalaman religius. Dalam sejarah kehidupan
manusia, sejak lama manusia memiliki kepercayaan akan “yang suci” atau “yang
transenden” yang selalu hadir dalam kehidupan manusia secara simbolis,
misalkan batu besar, pohon besar, peristiwa yang aneh, fenomena alam. Seluruh
alam (cosmos) dapat menjadi pengungkapan akan kepercayaan kepada “yang
transenden” seperti matahari, bulan, angin, air, api, gua, petir dsb.
Segala sesuatu yang diyakini menjadi manifestasi dari kehadiran “yang
transenden” akan dikuduskan, dihargai atau masuk dalam ritual keagamaan.
Karena kepercayaan dasar bersifat subjektif-objektif namun tidak universal, maka
tidak semua fenomen atau benda-benda alam memiliki nilai yang sama bagi
semua orang atau keyakinan agama. Satu benda dapat dipandang suci oleh agama
tertentu, namun benda yang sama dapat bernilai profan bagi kelompok lainnya.
Yang transenden diyakini juga hadir bukan hanya dalam ruang namun juga dalam
waktu, sehingga munculah waktu-waktu yang dikhususkan atau
dikuduskan.Sakralisasi waktu disebabkan oleh ritus atau upacara keagamaan.
d. Ritual keagamaan lebih berisi pengenangan atau pengaktualan kembali dari
yang transenden dalam hidup manusia. Dengan menghadirkan kembali karya-
karya yang transenden bagi manusia melalui berbagai ritus diharapkan berkat
yang sama hadir dan dinikmati oleh manusia yang menjalankan ritus.
Untuk mempertahankan kepercayaan dasar tersebut terutama untuk mewariskan
kepada generasi berikutnya, setiap kelompok kepercayaan memiliki kisah-kisah
hubungan manusia dengan yang transenden dibalik semua ritus yang
dimilikinya.Kisah-kisah tersebut menjadi unsur teoritis dari kepercayaan dasar
yang dalam perkembangan selanjutnya kisah-kisah tersebut disebut sebagai
mitos.

3
Mitologi mengungkapkan kehadiran dari yang transenden melalui simbol, konsep
dan bahasa. Melalui mitos, manusia kuno memiliki suatu kerangka acuan (frame
of reference) yang menjadi pegangan hidup dan memberikan penjelasan makna
akan semua ritus dan simbol-simbol yang digunakan. Mitos-mitos itu yang
nantinya menjadi ajaran agama dan teologi dari suatu kelompok agama.
Fenomen-fenomen keagamaan tersebut mendapatkan istilah yang beragam dari
para ahli: Tyler menyebutnya dengan istilah animisme, Marret dan Preuss (pra
animisme), Durkheim (totemisme), Levy Bruhl (jalan pikir pra logis), Lang
dan Schmidt (monotheisme). Dalam perkembangannya, para ahli menjadikan
monotheisme sebagai kriteria fenomen kepercayaan dasar untuk disebut sebagai
agama.
Fenomen-fenomen religius yang ada, tidak dapat dinilai dalam kacamata agama
tertentu atau berdasarkan pola pikir religius di zaman ini. Pengalaman religius
yang membentuk suatu kultur itu harus dilihat apa adanya yang mengungkapkan
kepercayaan dasar dan itu menjadi agama asli (originil religion).
Kepercayaan dasar yang menjadi agama asli dalam perjalanannya mengalami
ketegangan seiring dengan perkembangan pola pikir manusia yang dipengaruhi
pemikiran filsafat, sehingga segala sesuatu dipertanyakan serta digali dasar
logisnya.
e. Dua tegangan dihadapi oleh agama asli, pertama antara kepercayaan dasar akan
yang transenden dengan rasionalitas, kedua, antara teisme dengan kosmo
vitalisme. Kaum rasionalis berpikir berdasarkan teori kausalitas, bahwa segala
sesuatu ada hubungan sebab akibat. Sementara itu dalam kepercayaan dasar tidak
semua hal dapat dijelaskan secara rasional atau memiliki hubungan sebab akibat.
f. Konsep teisme muncul kemudian setelah agama-agama asli banyak berkembang.
Dengan demikian, pemikiran teisme tidak dapat menjadi norma untuk menilai
agama-agama asli. Semua harus dikembalikan kepada kepercayaan dasar
akanadanya sesuatu yang melebihi manusia dan mengatur hidup manusia yang
tersebar dalam aneka simbol kekuatan alam (cosmo vital). Melalui kepercayaan
dasar itu manusia berusaha memberikan penghormatan agar terjadi harmoni
hidup. Dalam pengertian sederhana, agama asli sudah mengarahkan diri kepada
teisme bahkan monoteisme, hanya saja mereka belum sampai pada pemikiran
bahwa yang mereka sembah dan hormati itu bernama ‘Tuhan’, ‘Allah’ atau
istilah lain dalam agama modern.
g. Menurut Rudolf Otto, Yang Transenden diyakini oleh agama asli sebagai sesuatu
yang menggetarkan atau menakutkan namun sekaligus dekat dan menyatu
dengan manusia (tremendum et fascinosum).
h. Pengalaman keseharian bisa disebut sebagai pengalaman religius kalau
pengalaman itu dihayati dalam terang iman, sehingga manusia melihat
keterlibatan Tuhan di dalamnya.Pengalam keseharian yang disadari sebagai
pengalam religius akan membantu orang untuk memetik makna kehidupan
dibalik pertiwa hidup sehari-hari, sehingga org akan mendapat kekuatan dalam
kegagalan, penghiburan dalam kesedihan dan bersyukur dalam keberhasilan.
i. Agama sebagai fenomena universal. Yang Transenden diyakini terdapat dalam
zat berpribadi tinggi dan lebih luhur dari segala makhuk serta bersifat ilahi
(teisme) dan hadir tersebar di seluruh semesta ini (kosmovitalisme).Yang
transenden kadang menjadi objek pujaan, daya kekuatan yang dirayakan dalam
ritus, dan manusia berusaha mengintegrasikan diri kepadanya. Kadang manusia

4
juga ingin mengambil bagian dari daya yang transenden melalui tindakan-
tindakan magic (sihir).
Fenomena beragama sudah terjadi sejak ribuan tahun.Agama menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari hidup manusia.Manusia membutuhkan agama untuk
menopang dan menuntun hidupnya.
Agama mempunyai kekhasan masing-masing tetapi mempunyai persamaan
dalam hal-hal dasar hidup manusia, misalnya: siapa manusia, darimana dia
berasal, apa yang ada dibalik kematian dll.
Kendati banyak kritik mengenai agama, namun de facto, agama tetap eksis
ditengah kemajuan sains dan tehnologi. Mengapa agama tetap menjadi pilihan
hidup? Pertama: tradisi agama adaptable dengan kehidupan. Kedua: hanya gama
yang mampu membantu manusia menjawab persoalan-persoalan mendasar hidup
manusia.
j. System Kepercayaan. System kepercayaan adalah segala sesuatu yang
adikodrati, yang suci atau ilahi, yang duangkapkan dalam bentuk Ritual. Agama
adalah ekspresi dari kesadaran manusia yang bersifat intuitif dan mistis. Perasaan
dan pengalaman tergantung pada sesuatu yang melampaui manusia. Perasaan
religius itu adalah inti dan jiwa dari setiap agama. Manusia religius ingin
mengungkapan pengalaman batinnya melalui kepecayaan tertentu, dan ungkapan
itu dilakukan bersama-sama, dan dibudayakan dalam lingkungan tertentu,
menjadi sebuah pandangan hidup bersama, yang disebut ajaran.
Ketika kepercayaan diungkapkan dalam sebuah sistem kepercayaan, mulai
munculah perbedaan antara agama yang satu dan yang lainnya.
Faktor lingkungan, budaya ikut mempengaruhi cara pandang manusia terhadap
sesuatu yang dialaminya
k. Tantangan absolutism agama. Agama merupakan suatu ajaran yang berasalal
dari “realitas Atas”, yang menawarkan prinsip-prinsip kebenaran dan bersifat
transenden (mengatasi akal budi), maka bersifat absolut, mutak dan universal. Di
pihak lain agama bersifat imanen, karena pengalamam relasi dengan Tuhan itu
langsung menyentuh pengalaman hidup konkret, insani dan kontekstual. Agama
ditampilakan dalam keluhuran perilaku para penganutnya.
Dalam agama ada unsur Esensi dan Eksistensi. Esensinya adalah: unsur ilahi
yang merupakan unsur mutlak agama. Eksistensinya: system atau ajaran yang
dibuat oleh manusia untuk mewujudkan kepercayaannya akan yang Ilahi. Maka
eksistensinya bisa berubah-ubah. Setiap agama mempunyai ajaran dan
pandangannya sendiri mengenai Allah (eksitensi), walapun esensinya (realitas
Allah) tetap sama. Konflik antar agama terjadi bila eksistensi (ajaran) itu di
mutakkan dan terjadi absolutisme suatu agama.

3. OBYEK AGAMA

Objek Agama menyangkut: Yang Transenden atau Yang Kudus, Tempat suci dan Waktu
Suci.
a. Yang Transenden dalam sistem kepercayaan dasar diyakini sebagai ‘Yang
Kudus’ yang dijadikan sebagai objek agama. Yang Kudus dimengerti sebagai
yang terlindung dari pelanggaran atau yang jahat, kekacauan dan kecemaran.
Itulah yang dihormati, dimuliakan dan diagungkan. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan Yang Kudus; tempat, benda-benda, waktu, sikap, kebiasaan,
tindakan akan dikhususkan dan mendapatkan penghormatan tersendiri.

5
Yang Kudus biasanya dilawankan dengan yang profan (pro= terletak di depan,
fan=penampakan yang ilahi, atau bukan kudus). Segala sifat yang bertentangan
dengan Yang Kudus digolongkan sebagai yang profan demikian juga segala
tindakan, benda, kegiatan, kebiasaan yang tidak ada hubungannya dengan Yang
Kudus disebut profan.Yang Kudus merupakan sesuatu yang par exxelence, tidak
boleh dan tidak dapat disentuh oleh yang profan tanpa mengakibatkan
hukuman.Yang profan dapat dikuduskan sejauh bertalian dengan Yang Kudus
berdasarkan suatu kepercayaan.
b. Konsep Yang Kudus:
1) Agama Hindu mengajarkan bahwa Yang Kudus ada dalam Veda (Pengetahuan
suci), Brahman (realitas suci), Dharma (kewajiban suci) dan mokhsa
(Pembebasan). Veda merupakan kumpulan teks yang merupakan wahyu.
Brahman merupakan upacara-upacara suci atau tata cara peribadatan. Dharma
merupakan aturan atau norma yang menjadi hukum abadi yang dilihat sebagai
prinsip dalam memberikan patokan-patokan yang baik dan yang jahat. Mokhsa
merupakan tujuan akhir yaitu terbebasnya manusia dari berbagai ikatan sehingga
yang ada hanya kebenaran sejati. Buddha: Sang Buddha diyakini sebagai kodrat
kesucian tertinggi yang menjadi pola bagi semua orang untuk mencapainya atau
menjadi Buddha (Bodhisattva). Yang Kudus dicapai dengan Jalan Kebijaksanaan
(anna) yang akan membawa orang pada kebahagiaan, dan pembebasan dari
penderitaan serta mencapai Nirvana. Jalan Kebijaksanaan ini dicapai dengan
latihan dan praktek.
2) Tradisi Cina: Yang Kudus diyakini sebagai dewa tertinggi yang ada di puncak
pimpinan hirarki dunia supernatural dan suci. Dewa tertinggi itu disebut T’ien.
Daya atau kualitas suci dari T’ien dinamakan Te yang diperoleh dengan cara
istimewa dan diberikan oleh T’ien. Te adalah kekuatan ilahi dan rajawi yang
digunakan untuk kebaikan rakyat dan negara. Untuk mendapatkannya diperlukan
sikap kesalehan putra (hsiao) yaitu sikap taat penuh hormat seorang anak kepada
orangtua dan leluhur. Tao menjadi jalan yang harus dilewati untuk mencapai
tujuan yang diatur oleh surga. Apapaun boleh dilakukan asalkan tidak melanggar
jalan surga itu.
3) Bangsa Israel: Yang Kudus dalam tradisi Israel dikenal dengan sebutan
Yahweh. Yahweh dipahami sebagai Yang Agung, Maha Tinggi, Maha Kuasa
sehingga manusia tidak berarti di hadapannya. Oleh karena itu, manusia tidak
dapat bertemu atau berhadapan secara langsung dengan Yahweh. Yahweh hadir
melalui tanda-tanda alam: api, angin, kilat, gempa. Yahweh berbicara dengan
umat melalui nabi atau utusannya. Kendati demikian, mereka percaya bahwa
Yahweh selalu dekat dengan manusia. Keselamatan terjadi bila manusia setia
pada ikatan perjanjian antara Yahweh dan manusia (Vasal) yaitu, Yahweh
menjadi Allah Israel dan Israel menjadi umat Yahweh. Yahweh akan senantiasa
melindungi Israel, asalkan Israel setia kepada Yahweh.
c. Tempat Suci:
Semua agama memiliki tempat-tempat suci.Tempat itu menjadi suci karena
dikhususkan bagi Yang Kudus dan kegiatan bagi Yang Kudus.Hal ini yang
menjadikan orang bertingkahlaku berbeda dengan di tempat-tempat lainnya yang
profan.
d. Benda benda Suci:
Untuk keperluan peribadatan dan simbolisasi dari “Yang Kudus” setiap
kelompok religius memiliki benda-benda yang disucikan karena diyakini

6
berhubungan dengan Yang Kudus. Benda-benda itu dapat berupa patung untuk
merepresentasikan dewa-dewi mereka, emas atau benda berharga lainnya sebagai
ungkapan persembahan, serta benda-benda lain yang dipakai dalam ritual. Semua
benda-benda yang sudah dimasukan atau dikaitkan dengan dewa-dewi akan
dijaga, dihormati dan ditempatkan pada tempat terhormat. Tidak semua orang
juga boleh menyentuh atau menggunakan benda-benda tersebut di luar ketentuan
yang disepakati.
e. Waktu Suci:
Manusia religius mulai secara khusus menyediakan waktu bagi rasa religiusitas
mereka dan ini menjadi waktu-waktu suci bagi mereka yang dipisahkan dari
waktu biasa (profan). Dalam sistem kepercayaan tradisional, waktu-waktu suci
dipilih berdasarkan kesatuan antara kepercayaan dasar akan Yang Transenden
yang hadir dalam historis kehidupan manusia dan fenomen kosmis. Oleh karena
itu, waktu-waktu suci disesuaikan dengan siklus hidup manusia seperti kelahiran,
dan kematian. Waktu-waktu suci juga dikaitkan dengan kehadiran dewa-dewi
penguasa alam, sehingga waktu-waktu suci kadang diselaraskan dengan musim-
musim dalam dunia pertanian.Dari tradisi tersebut, maka setiap kelompok
kepercayaan memiliki waktu-waktu suci atau kalender religius tersendiri.
f. Kosmos Suci:
Manusia religius memiliki pandangan kosmologis yang sudah diperhitungkan
dalam sistem kepercayaan.Mereka menghargai alam sebagai sarana bagi dewa-
dewi untuk hadir dan menyampaikan pesan bagi manusia.Oleh karena itu
manusia tidak berani sembarangan memperlakukan alam apalagi
merusaknya.Harmoni antara manusia dengan alam melukiskan harmoni
hubungan manusia dengan dewa-dewi.Dalam Tradisi cina, harmoni tersebut
digambarkan dengan kesatuan Yin dan Yang.Pengaruh timbal balik mereka
menhasilkan segala sesuatu didunia.Dalam Kosmologi Buddha semesta diyakini
sebagai siklus atau perputaran dalam suatu evolosi.Setiap siklus berbeda dan
mengalami perkembangan. Dalam Hinduisme penciptaan merupakan tindakan
bermain (lila) Tuhan melalui maya. Dunia fisik maupun psikis terbentuk dari tiga
unsur yaitu unsur baik dan buruk (sattva), unsur tindakan dan nafsu (rajas) dan
unsur kegelapan dan kejemuan (tamas) dalam tingkatan yang bervariasi. Dari
kombinasi tersebut muncul 5 unsur asli yaitu eter, udara, api, air dan bumi.
g. Upacara Suci/ Ritus: Kepercayaan dasar akan Yang kudus, tempat-tempat suci,
waktu suci, alat-alat suci dan kosmos suci dipadukan dalam bentuk upacara-
upacara religius. Uapacara keagamaan atau ritus dilakukan dalam rangka
menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan dewa-dewi agar manusia
senantiasa selamat. Oleh karena itu, ritus atau upacara diadakan berkaitan dengan
pengalaman hidup manusia seperti: Kelahiran, kematian, sakit, inisiasi, bencana,
perang, musim bertanam atau musim panen dsb.

7
4. AGAMA DAN PENGUNGKAPANNYA

a. Mitos:
Kata mitos berasal dari kata Yunani muthos yang berarti cerita atau apa yang diceritakan
orang. Dalam pengertian lebih luas mitos berarti suatu pernyataan, sebuah cerita ataupun
alur dari suatu drama.

1) B. Malinowski membedakan mitos dari legenda atau dongeng. Menurutnya,


legenda merupakan cerita yang diyakini sebagai kenyataan. Dongeng merupakan
kisah-kisah ajaib yang terlepas dari ritus. Sedangkan mitos merupakan
pernyataan atas suatu kebenaran lebih tinggi dan lebih penting tentang realitas
asali yang masih dimengerti sebagai pola dan fondasi dari kehidupan primitif.
Dengan demikian mitos menjadi cerita yang masuk dalam wilayah religi dan
menjadi bagian dari suatu ritus, yang dibedakan dari cerita-cerita lainnya.
2) Perbedaan Mitos dan Legenda: Mitos diceritakan hanya kepada orang-orang
yang sudah diinisiasikan dalam suatu kelompok religius tertentu dan dilakukan di
tempat yang khusus. Legenda diceritakan kepada siapa saja dan di berbagai
tempat. Pelaku dalam mitos adalah para dewa atau makhluk adikodrati
sedangkan dalam legenda pelakunya para pahlawan atau binatang ajaib. Mitos
bertujuan untuk mengubah atau membentuk kepribadian, hidup dan perilaku
manusia sedangkan legenda tidak bermaksud mengubah kehidupan manusia.
Mitos berusaha menjawab bagaimana suatu keadaan menjadi sesuatu yang lain;
dunia kosong menjadi berpenghuni; situasi chaos menjadi cocmos; yang hidup
menjadi mati; bagaimana manusia menjadi beragam dsb.
3) Fungsi Mitos: Mitos dalam kehidupan religius menjadi sangat penting karena
memiliki fungsi eksistensial bagi manusia. Mitos menetapkan kepercayaan
tertentu, berperan sebagai kisah sejarah suatu upacara atau ritus tertentu, menjadi
model tetap perilaku moral dan religius. Dengan demikian, fungsi utama mitos
adalah mengungkapkan, mengangkat dan merumuskan kepercayaan; melindungi
dan memperkuat moralitas; menjamin efisiensi dari ritus; memberi peraturan-
peraturan praktis untuk menuntun manusia.
4) Realitas Mitos: ‘Realitas’ mitos bersifat relatif.
a) Malinowski: Mitos bukanlah semata-mata cerita yang dikisahkan tetapi
juga merupakan kenyataan yang dihayati.
b) Gustav Carl Jung: masyarakat primitif tidak merekayasa mitos,
melainkan menghayatinya. Mitos merupakan kenyataan psikologis atau
gambaran premordial menmgenai ketidaksadaran kolektif. Mitos menjadi
nyata sejauh mitos itu menghadirkan kembali pola-pola yang diwariskan
pada setiap manusia.
c) Mirciea Eliade: Mitos merupakan penampilan penciptaan yang
menceritakan bagaimana segala sesuatu dijadikan atau memulai adanya.
Realitas mitos merupakan kenyataan suci dan kesucian merupakan satu-
satunya kenyataan tertinggi; kesucian menghadirkan dirinya sebagai
sesuatu yang sama sekali berbeda dari kenyataan biasa. Mitos menjadi
sejarah suci yang berbicara tentang apa yang diyakini terjadi. Namun
karena menceritakan tentang para dewa, mitos selain memuat kenyataan
juga bermuatan misteri.
5) Ragam Mitos: Mitos penciptaan: menceritakan penciptaan alam semesta yang
sebelumnya sama sekali tidak ada. Mitos ini melukiskan penciptaan dunia lewat

8
pemikiran, sabda atau usaha dari pencipta (dewa). Melalui mitos tersebut hendak
diungkapkan bahwa dunia ini berasal dari pencipta tanpa pertolongan siapapun
dari luar dirinya atau juga dari sesuatu sebelumnya yang pernah ada.
a) Mitos kosmogonik: Mitos yang menciptakan alam semesta melalui
perantara atau sarana yang sudah ada.
b) Mitos asal-usul: mengisahkan asal mula segala sesuatu. Mitos ini
mengakui adanya dunia namun ia mengisahkan sesuatu yang baru yang
muncul di dunia atau hal-hal yang menjadikan dunia berubah.
c) Mitos mengenai dewa-dewi atau makhluk adikodrati: Mengisahkan
bahwa setelah mencipta Yang Maha Tinggi mengundurkan diri ke langit.
Para dewa atau makhluk kodrati ada yang bertugas melengkapi proses
penciptaan, ambil bagian atas pemerintahan di dunia, atau juga menetapkan
tata tertib dunia.
d) Mitos terjadinya manusia (antropogenik): Manusia dicipta dari materi
tertentu; dari lumpur (suku Yoruba Nigeria), dari batu (mitos Indonesia dan
Melanesia), dari tanah (Oceania), dari seekor binatang (Asia Tenggara).
e) Mitos Transformasi: cerita tentang perubahan keadaan dunia dan manusia
di kemudian hari.
b. Magi (Sihir)
Magi merupakan kepercayaan dan praktek berdasarkan keyakinan bahwa manusia dapat
mempengaruhi kekuatan alam dan antar mereka sendiri dengan tujuan baik atau buruk
melalui usaha-usaha dengan memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi.
1) Magi primitif terbagi dalam dua jenis: Tiruan dan sentuhan.
a) Magi tiruan didasarkan pada prinsip kesamaan atau keserupaan bentuk.
Keserupaan akan menghasilkan keserupaan. Misalnya: Menusukan jarum
pada boneka yang diserupakan dengan seseorang diharapkan membawa
dampak yang sama pada orang yang dituju; Orang membuat hujan dengan
menirukan bunyi guntur; orang menorehkan gambar hewan tertusuk panah di
dinding gua dengan harapan seperti gambar itu pula hasi perburuan mereka.
b) Magi sentuh didasarkan pada hukum sentuhan fisik. Penularan atau
pengaruh magis terjadi melalui kontak fisik. Misalnya, seseorang dapat
mencelakai orang lain kalau dia dapat memperoleh sehelai rambut, sepotong
kuku, kain atau benda yang pernah bersentuhan dengan orang tersebut. Tipe
Magi: Produktif (magi untuk berburu, menyuburkan tanah, membuat hujan),
Protektif (Mantera untuk menjaga harta milik, untuk menanggulangi
kemalangan, pemeliharaan dari sakit), Destruktif (untuk mendatangkan
badai, merusak milik, mendatangkan penyakit atau celaka bahkan kematian).
2) Magi dan Agama: Kendati dalam prakteknya kerap tercampur, namun magi
sama sekali tidak berkaitan dengan agama. Magi tidak memohon pada kuasa
yang tertinggi dan bersembahsujud padanya. Kekuatan yang dimiliki oleh ahli
magi sifatnya terbatas dan tidak dapat menyamai Yang Maha Tinggi (Frazer).
Magi bersifat personal sedangkan agama bersifat sosial. Magi ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan personal terlepas dari baik dan buruk sedangkan agama
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan personal dan sosial dalam suatu tatanan
moral. Magi berusaha mengontrol kekuatan-kekuatan di luar dirinya untuk
keperluan pribadi, sementara agama justru berusaha membangun harmoni dengan
semua kekuatan-kekuatan yang ada di luar diri manusia. Agama mencari
pertolongan dari dewa-dewa dengan memohon tetapi tidak dengan memerintah,
magi meminta pertolongan dengan memaksa kekuatan di luar dirinya. Magi

9
menggunakan maksudnya untuk tujuan eksternal (menyakiti, membunuh,
menyembuhkan orang lain) sedangkan agama bertujuan lebih ke internal
(pembangunan sikap hidup personal atau sosial).
3) Perbedaan Magi dan Agama Menurut Carl Gustav Diehl:
a. Sikap Manusia: Agama memperlihatkan suatu pikiran yang tunduk, magi
memperlihatkan sikap yang memaksakan dan mementingkan diri sendiri.
b. Hubungan dengan Masyarakat: Agama adalah soal komunal atau bersama-
sama sedangkan magi bersifat individual.
c. Sarana: Magi menggunakan obat-obatan atau materi yang diyakini memeiliki
daya, sementara agama menggunakan benda-benda untuk simbolisasi dari
Yang Maha Tinggi.
d. Tujuan: Kedekatan dan kesatuan dengan yang Ilahi menjadi tujuan agama.
Magi bertujuan hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusiawi.
e. Kepercayaan: Agama adalah kepercayaan kepada sesuatu yang lebih besar dari
manusia dan alam, magi adalah pemujaan dan penguasaan terhadap daya-daya
yang ada.
c. Ramalan
Ramalam adalah usaha untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal di masa
mendatang yang luput dari dari pengamatan biasa dengan meminta petunjuk dari daya-
daya di luar manusia.

d. Sihir
Diyakini bahwa penyakit ada yang bersifat kodrati ada yang karena ‘dibuat’ oleh pihak
lain melalui konspirasi jahat dengan roh-roh atau daya-daya di luar manusia yang dapat
menyerupai binatang, manusia atau bola api. Diyakini bahwa manusia dapat menjadi
penyihir kalau dilahirkan dengan dua hati.

e. Tenung
Praktek orang yang mencoba menyakiti orang lain dengan magi disebut tenung. Yang
biasa dilakukan penenung adalah dengan mengubur objek tertentu seperti boneka,
penggalian kubur dan pengambilan bagian tubuh mayat, penguburan objek personal
(foto, potongan kuku, rambut, pakaian), pengucapan mantra di atas api membara atau
lilin hitam. Semua tindakan bisanya dilakukan malam hari.

5.AGAMA-AGAMA DI DUNIA

a. HINDUISME

Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia (1800 SM di India) yang masih hidup
sampai saat ini.

Dewa/wi: Ada banyak dewa-dewi yang dipuja dalam Hindu, namun yang terkenal adalah
Brahman sebagai dewa atau Roh tertinggi. Brahman dengan segala sifatnya hadir dalam
sosok banyak dewa/wi.Tiga dewa yang disebut trimuti yaitu Brahma sebagai dewa
pencipta, Shiva sebagai dewa perusak dan Vishnu sebagai dewa pemelihara.Visnu yang
paling banyak dipuja.Visnu diyakini hadir ke dunia dengan berbagai avatar (wujud
inkarnasi), seperti Krishna (sapi), Rama (Pahlawan dalam Ramayana yang mengalahkan
Rahvana), Ganesha (Dewa gajah, putera dari Shiva yang melambangkan ilmu

10
pengetahuan, kepandaian dan kebijaksanaan.Digambarkan dengan satu gading utuh dan
satunya patah.Ini melukiskan kesempurnaan dan ketidaksempurnaan manusia).
Kepercayaan: Kehidupan manusia diyakini sebagai siklus yang tak akan berakhir dari
lahir, hidup, mati setelah itu orang akan terlahir kembali, hidup dan mati. Inkarnasi akan
mengalami perkembangan seturut dengan kehidupan sebelumnya. Jiwa yang
mengembara dari satu tubuh ke tubuh lain disebut Samsara. Bentuk inkarnasi tergantung
pada perbuatan sebelumnya (Karma) hingga sampai pada kehidupan sempurna (Mokhsa).
Kasta: Atas pengaruh bangsa Arya, dalam Hindu muncul kasta-kasta dan pemakaian
bahasa Sansekerta. Munculnya kasta berdasarkan riwayat Perusha sebagai manusia
pertama.Saat Perusha dikurbankan, empat warna tubuhnya menjadi bagian dari kasta.
a. Kasta Brahmana (Putih) merupakan kasta tertinggi yang berasal dari mulut
Perusha. Yang tergolong kasta tersebut adalah para pendeta.
b. Kasta Ksatria (Merah) berasal dari lengan Perusha. Yang masuk dalam kasta ini
adalah para tentara dan penguasa.
c. Kasta Waisya (Kuning) berasal dari paha Perusha yang akan membentuk para
petani dan para pelaku bisnis.
d. Kasta Sudra (Hitam) berasal dari kaki Perusha yang melayani anggota badan
yang lain. Para buruh, pekerja menjadi bagian dalam kasta tersebut.
Agama hindu tergolong monoteisme. Mereka percaya satu Allah yaitu Brahman yaitu
Roh mutlak yang tidak dapat dijangkau dan dimengerti oleh manusia.
Kitab Suci: Rig Veda yang terdiri dari: Sbruti (berisi puji-pujian kuno), Upanishad
(memuat percakapan atau ajaran Guru terhadap murid), Smriti (berisi asal-usul manusia),
Ramayana (berisi kisah Rama dan Shinta yang menjadi sumber ajaran dan nasehat
spiritual), Mahabbarata (Puisi kepahlawanan Pendawa melawan Kurawa).

b. YUDAISME
Agama Yudaisme berasal dari tradisi Yahudi yang menjadi bagian dari Bangsa
Israel.Populasi orang Yahudi terbesar ada di Amerika (30% dari seluruh orang
Yahudi).Umat Yahudi percaya bahwa mereka adalah bangsa terpilih.Tokoh yang
mereka hormati adalah Abraham dan Musa. Abraham menjadi Leluhur yang menurunkan
bangsa Israel melalui cucunya yaitu Yakub. Yakub memiliki 12 anak ayang nantinya
menjadi 12 suku Israel. Yahudi (Jew) berassal dari nama salah satu suku Israel yaitu
Yehuda (Judah). Sementara Musa diyakini sebagai Leluhur yang membawa bangsa Israel
keluar dari perbudakan di Mesir dan menempati tanah yang dijanjikan Tuhan (Palestina
saat ini).
Kitab suci: TeNaKb yang terdiri dari tiga bagian yaitu Taurat atau hukum, Nabi-nabi
atau Nevi’im dan Sastra atau Ketuvim.
Jenis Yudaisme:
Yudaisme Ortodoks: Menganggap diri mereka sebagai satu-satunya pemegang
teguh iman Israel.
Yudaisme Konservatif: Muncul th 1940 an yang memegang teguh semua tradisi
iman namun tetap memberikan kelonggaran untuk reformasi. Para orang yahudi
di Amerika kebanyakan mengikuti aliran ini.
Yudaisme Rekonstruksi: Didirikan di Amerika th 1920 an dengan menekankan
penghayatan keyahudian dengan lebih peduli kepada budaya daripada praktek
yahudi atau kepercayaan agama.
Yudaisme Hasidik: Meninggalkan penekanan ortodoks dan menekankan tradisi
spiritual dan mistis Yahudi dan pemimpin mereka (Hasidik) memiliki karunia
spiritual lebih dibandingkan para rabi.

11
Yudaisme Reformasi: Muncul di Jerman th 1940 an yang mengajarkan bahwa
setiap orang Yahudi bertanggungjawab terhadap negara tempat mereka tinggal
dan juga kepada iman Yahudi. Mereka menafsirkan penghayatan iman Yahudi
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

c. SIKHISME
Didirikan di India (tepatnya di Pakistan) oleh Guru Nanak yang menghormati Hindu dan
Islam tetapi menganggap kedua agama itu telah mengaburkan kebenaran tentang Allah.
Hal itu berdasarkan pengalaman spiritual yang dialaminya saat berusia 30 tahun.
Ajaran Guru Nanak: Ada satu Allah di dunia maupun di atas dunia, Ada putaran terus
menerus mengenai kelahiran dan kehidupan serta kematian, Tujuan akhir setiap jiwa
manusia adalah ditariknya kembali kepada Allah yang dariNya manusia berasal, Orang
yang ingin kembali kepada Allah harus hidup secara moral dengan hidup rendah hati dan
melayani orang lain.
Aturan (5K):
Kesh adalah jenggot dan rambut yang tidak dipotong yang melambangkan kesucian.
Kirpan adalah pedang yang melambangkan kesediaan untuk berjuang melawan
tekanan fisik dan spiritual.
Kangha, sisir yang melambangkan kebersihan.
Kara, gelang baja di kanan kiri melambangkan kesatuan dengan Allah.
Kachera, celana pendek tradisional yang melambangkan kesiapsediaan.

d. TAOISME
Muncul di akhir abad pertama Masehi.Tao secara harafiah berarti jalan.Tao diyakini
sebagai kekuatan utama dalam semesta, kekal dan tidak berubah.Tao hadir untuk
menunjukkan jalan.
Prinsip Yin dan Yang juga menjadi filosofinya.Tegangan antara keduanya memunculkan
tiga hal yaitu surga, bumi dan manusia.Manusia menjadi penangah antara surga dan
bumi.Kehidupan terjadi karena adanya Ch’i yaitu daya kehidupan.Maka meditasi, yoga
dan latihan pernafasan diajarkan untuk tetap menjaga Ch’i.

e. SHINTOISME
Berasal dari Jepang yang berarti Jalan Para Dewa yang ditetapkan sekitar abad ke
VI.Ibadat kami yaitu pemujaan terhadap para dewa atau Roh menjadi sentral.

f. BUDDHISME
Didirikan oleh Pangeran Sidarta yang meninggalkan kesengan duniawi dan hidup
mengembara dengan meminta-minta sampai akhirnya dia mendapatkan pencerahan dan
mencapai kehidupan Nirvana.
Kepercayaan: Empat kebenaran mulia: membebaskan diri dari penderitaan, menjauhkan
diri dari kesenangan dan uang serta kekuasaan, menyingkirkan keinginan, mengambil
jalan tengah antara askese dan hedonisme.
Jalan berjalur Delapan: Mengerti empak kebenaran dengan benar, Mencintai semua
bentuk kehidupan, Berbicara yang benar, berbuat yang benar, Mata pencaharian yang
benar, Usaha yang benar dengan mengusir pikiran jahat, Perhatian terhadap orang lain;
Konsentrasi yang benar.
Ajaran:
Lima Aturan: - Tidak boleh merusak atau membunuh makluk hidup,
-Tidak boleh mengambil barang yang bukan miliknya,

12
-Tidak boleh menyalahgunakan seks,
-Tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak pantas.
-Tidak boleh menggunakan obat-obat terlarang dan alkohol.
Nirvana: Manusia akan mengalami samsara (lingkaran kelahiran, kehidupan dan
kematian tanpa akhir) sampai mencapai Nirvana (tempat kesejukan) dimana semua nafsu
dan keinginan, serta keserakahan dipadamkan.
Perbedaan dengan Hinduisme, Hindu mengajarkan jiwa bersifat abadi (atman)
sementara dalam budda diyakini jiwa bukanlah apa-apa kecuali hanya seberkas
pengalaman yang lenyap pada saat kematian.
Ktab Suci: Theravada: terdiri dari 3 bagian yang disebut Tripitaka yaitu Vinaya Pitaka,
Sutta pitaka dan Abbimdhamma Pitaka.
Mahayana: Sabda Budda yang berisi ajaran Budda mennyangkut hidup keseharian.
Salah satu yang terkenal adalah Vimalakirti Sutra yang berisi ajaran tentang seseorang
yang berumah tangga tetapi hidupnya lebih suci daripada semua Bodhisattva.

g. KRISTIANITAS
Kristianitas bersumberkan kepada pribadi Yesus Kristus yang diyakini sebagai Allah
yang menjelma menjadi manusia.Yesus lahir di awal abad Masehi, dibesarkan di
Nazareth Palestina dalam tradisi Yahudi.Yesus membawa pengajaran baru yang lepas
dari budaya dan ajaran Yahudi. Orang-orang yang percaya kepadaNya kemudian disebut
sebagai orang kristen (xtianoi) atau pengikut Kristus. Mereka juga disebut kaum Nasrani
(pengikut Yesus orang Nazareth).
Ajaran: Kekristenan mengakui Monoteisme Allah, yang hadir dalam tiga pribadi yaitu
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Pusat ajaran terdapat dalampribadi Yesus yang dipercayai
sebagai Putra Allah (bukan putra dalam arti “anak kandung”, tetapi Penjelmaan Allah
dalam rupa Putra Manusia). Yesus yangdiyakini sebagai Allah yang menjadi manusia,
wafat disalib dan tiga hari sesudahnya dibangkitkan. Hidup Yesus dan semua ajaranNya
yang kemudian diajarkan dan disebarluaskan dan menjadi tradisi lisan (dari mulut ke
mulut) dan tradisi tertulis yang kemudian menjadi Kitab suci.
Kitab Suci: Kitab suci orang kristen adalah Alkitab yang terdiri dari Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru. Dalam perjalanan sejarah setelah
terpecah antara Katolik dan Kristen Protestan, ada beberapa kitab yang diakui dalam
katolik tetapi tidak dalam protestan disebut kitab deuterokanonika.
Perpecahan: Pusat Kekristenan pada awalnya di Yerusalem dan kemudian pindah ke
Roma seiring dengan invasi kekaisaran Roma ke segala penjuru dunia. Para Rasul
menjadi pemimpin Gereja yang disebut sebagai Gereja Katolik Roma dan diteruskan oleh
Para Paus.
Th 1054 gereja Ortodoks memisahkan diri dari Roma dan mendirikan pusat kekristenan
di Istambul (Turki).Mereka mempunyai pimpinan tertinggi yang disebut Patriarkh.
Tahun 1517 seorang Imam bernama Martin Luther menempelkan 95 keluhan atau protes
terhadap kondisi Gereka Katolik pada saat itu yang bercampur dengan politik dan
diwarnai parktek jual beli indulgensi (berkat penghapusan dosa). Protes Luther yang
melahirkan komunitas-komunitas gereja baru yang lepas dari Gereja Katolik yang
kemudian dikenal sebagai gereja Reformasi atau Kristen Protestan.
Beberapa tokoh Gereja Reformasi yang muncul setelah Luther adalah Zwingli dan John
Calvin. Selanjutnya dalam jemaat Kristen Protestan bermunculah aneka Gereja Kristen
lain dengan berbagai nama seperti Gereja Anglikan, Gereja Baptis, Gereja Quaker,
Gereja Metodis, Gereja Bala Keselamatan, Gereja Kerasulan Baru, Gereja Pentakosta,

13
dan terus bertambah hingga saat ini. Sementara Gereja Katolik tetap mempertahankan
keutuhan dalam kesatuan dengan Gereja Katolik Roma, dengan prinsip: Gereja yang satu,
kudus, katolik dan apostolic.

h. ISLAM
Islam muncul pada abad VI di wilayah Arab Saudi dengan dua tempat yang dianggap
suci yaitu Mekah dan Madinah.Kata ‘Islam’ secara harafiah berarti ‘menyerah’ dengan
demikian orang Islam adalah orang yang menyerahkan diri kepada kehendak Allah.Islam
diyakini menjadi jalan hidup yang diberikan oleh melalui utusanNya yaitu nabi Muhamad
SAW karena utusan-utusan terdahulu diabaikan oleh manusia.
Umat Islam menjunjung tinggi nabi Muhamad SAW sebagai utusan Allah terakhir dan
terbesar sehingga tidak boleh digambar atau dipatungkan supaya hanya kepada Allah saja
umat menyembah.Nabi Muhamad SAW lahir di Mekkah sekitar Th 570 dan dibesarkan
oleh pamannya Abu Talib.
Nabi Muhamad SAW seorang yang saleh yang sering berdoa ke padang gurun. Ka’bah
pada saat itu menjadi tempat pemujaan berhala, terdapat 300 berhala dari batu, kayu dan
tanah liat.Hal ini yang mengusik nurani Nabi Muhamad SAW.Di tahun 610 beliau
menerima pewahyuan dari Malaikat Jibril di Gunung Hira dan semenjak itu beliau
diangkat menjadi Rasul Allah.Pewahyuan itu lah yang kemudian menjadi Al Qur’an
(Surah 96 –Al ‘Alaq).Setelah itu Muhamad SAW mewartakan pewahyuan tersebut bagi
orang-orang Mekkah namun beliau mendapat banyak tantangan.Tahun 622 beliau
meninggalkan Makkah ke Madinah yang diperingati sebagai Hijrah, dan kalender Islam
dihitung berdasarkan peristiwa hijrah tersebut.Orang-orang Madinah menerima beliau
dan pewahyuan.Tahun 629 bersama dengan orang-orang Madinah yang sudah bertrobat
Nabi Muhamad kembali ke Mekkah dan membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala serta
mempersembahkannya sebagai tempat suci dan ibadah bagi Allah.Beliau mengelilingi
Ka’bah 7 kali dan menyentuh batu hitam suci dan peristiwa ini dilakukan lagi saat umat
Islam ber haji.
Aliran Islam: Setelah Nabi Muhamad SAW wafat di tahun 632, muncul persoalan
mengenai pengganti beliau.
Tradisi Islam menuliskan bahwa Sang Nabi menghendaki saudara sepupu dan anak
menantu yaitu Shi’at Ali menjadi penerusnya, namun pengikut yang lain menunjuk Abu
Bakar menjadi pengganti Sang Nabi. Kelompok Abu Bakar menjadi kelompok Islam
Sunni yang banyak tersebar ke berbagai wilayah dunia termasuk Indonesia, sementara
kelompok Shi’at Ali menjadi kelompok Shi’it.
Lima Rukun Islam: Membaca syahadat, Sholat, Zakat, Berpuasa dan Ibadah Haji.

14
i. KONFUSIANISME
Konfusius menjadi tatanan moral atau etik yang dibuat oleh Fu-Tzu tahun 551-479 SM.
Konfusius mengajarkan bahwa surga dan bumi akan menjadi harmonis jika setiap orang
mematuhi mereka yang berada di atas dan membagi dengan mereka yang berada di
bawah.
Prinsip Yin (feminim) dan Yang (maskulin) menjadi filosofinya.

6. AGAMA DAN BUDAYA

a. Manusia Mencipta Budaya: Manusia yang diberi budi dan daya oleh Sang
pencipta merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupan bersama, manusia
membangun suatu kesepakatan akan perilaku sosial (social behaviour) yang
diberi makna dan mengikat bagi semua orang di lingkup tertentu. Kesepakatan
akan perilaku sosial itu berkembang menjadi budaya. Setiap kelompok manusia
dapat membuat dan menentukan budayanya sendiri, sehingga kita menjumpai
adanya beragam budaya umat manusia hingga saat ini. Budaya tercipta dalam
suatu tempat, tradisi, dan berdasarkan suatu kepercayaan tertentu.
b. Agama Lahir dalam Budaya: Sebelum agama atau sistem kepercayaan lahir,
manusia telah menghidupi suatu sistem perilaku sosial bersama yang menjadi
budaya. Oleh karena itu sistem kepercayaan yang kemudian menjadi agama lahir
dan hidup dalam suatu lingkup budaya tertentu. Oleh karena itu, setiap agama
akan memuat unsur budaya di tempat agama itu muncul serta berkembang.
Bahkan budaya itu dapat masuk dan menjadi bagian dalam sistem kepercayaan
atau agama. Beberapa agama besar dapat disebutkan di sini seperti Hindu dan
Budha datang dari India (abad V dan VI); Islam dari Arab lewat India di abad
XIII; Kristen dari Palestina lewat Eropa di abad XII; Kong Hu Cu dari Cina;
Shinto dari Jepang; Sikh dari Pakistan; Yahudi dari Palestina (Israel).
c. Budaya untuk Mengkonkretkan Iman: Iman pertama-tama menyangkut
hubungan manusia dengan Allah. Namun manusia tidak hidup sendirian
melainkan dalam masyarakat yang sudah memiliki suatu sistem kehidupan atau
budaya. Kehidupan sosial dan budaya merupakan penghayatan hidup manusia
secara konkret. Iman lahir dalam konteks budaya agar iman menjadi konkret bagi
kehidupan manusia secara personal ataupun komunal. Iman yang konkret selalu
menyangkut hidup yang konkret dan tidak dapat lepas dari masyarakat serta
kebudayaan yang dimilikinya. Kendati demikian, tidak semua budaya dapat
dimasukan atau menyatu dengan iman. Hanya budaya-budaya tertentu yang
dianggap cocok untuk mengungkapkan suatu keyakinan adikodrati yang
dimasukan dalam keagamaan dan hal itu dinamakan inkulturasi.
d. Budaya membentuk Pluralisme: Pewahyuan Tuhan yang diterima setiap
agama ditangkap dalam konteks budaya tertentu. Tuhan mengkomunikasikan
diriNya kepada manusia melalui bahasa dan kehidupan manusia yang real agar
manusia mampu menangkap kehendakNya. Pewahyuan Tuhan berkembang
dalam sistem kepercayaan agama yang dihidupi melalui kebudayaan manusia.
Dengan demikian, budaya membentuk kenekaragaman sistem kepercayaan selain
budaya itu sendiri memang sudah beragam. Kemahakuasaan Tuhan tidak
terkurangi oleh pluralisme agama dan budaya. Justru melalui perbedaan budaya
dan sistem kepercayaan kemahakuasaan Tuhan menjadi semakin nyata.
e. Agama menjadi Budaya Spiritual: Agama memang lahir dalam suatu budaya
tertentu, namun agama sendiri telah membentuk suatu budaya baru yang

15
bercirikan spiritual. Dari waktu ke waktu, penghayatan iman orang beragama
akan selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan budaya. Agama
memiliki sistem kepercayaan dan pengungkapan yang dipertahankan terus-
menerus melewati perjalanan waktu dan menjadi suatu sistem budaya spiritual.
Dalam seluruh dinamika perjalanannya, ada aspek-aspek budaya yang semula
menjadi bagian dari agama dihilangkan karena sudah tidak relevan lagi namun
ada juga hal-hal baru dari budaya yang dimasukan dalam sistem penghayatan
agama. Aneka hasil budi dan daya manusia yang sering masuk dalam sistem
keagamaan adalah sastra, seni lukis, seni tari, drama atau teater, puisi, musik dan
lagu, pahat, kaligrafi juga dalam seni arsitektur, dsb.
f. Tantangan: Agama perlu mengkritisi budaya dan tidak memasukan semua
budaya dalam khazanah agama. Budaya yang sesuai dalam sistem kepercayaan
akan membantu penghayatan iman, sebaliknya yang tidak sesuai justru akan
mengganggu. Budaya menjadi bungkus dari sistem kepercayaan, oleh karena itu
budaya tidak dapat diperlakukan sama dengan inti agama atau sistem
kepercayaan.

7. AGAMA DAN PSIKOLOGI

a. Manusia adalah mahluk dinamis. Dalam kehidupan manusia, setiap individu


memiliki dinamikanya sendiri. Secara unik, tiap pribadi manusia mengalami
pergerakan, perubahan juga perkembangan. Kendati demikian, tetap ada hal yang
stabil dalam diri manusia yang menjadi identitas pribadi. Dinamika hidup
manusia menyangkut segala aspek internal (Fisiologis dan Psikologis) juga aspek
eksternal yang menyangkut aktivitas dan perilakunya (Behavior). Aspek-aspek
internal berpengaruh terhadap pola perilaku manusia. Psikologi, menjadi ilmu
yang berupaya untuk mempelajari perilaku manusia.
b. Ada banyak teori tentang psikologi. Secara etimologi, arti awal Psikologi adalah
ilmu jiwa (Yunani Psyche=jiwa dan Logos=ilmu). Namun dalam perjalanannya,
ada pengembangan arti psikologi:
 Wundt (Devidoff, 1981): Ilmu tentang kesadaran manusia (The science of
human Consciousness).
 Woodworth & Marguis (1957): Ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu.
 Branca (1964), Sartain (1967): Ilmu tentang perilaku (The science of
Behavior).
 Morgan (1984): Ilmu tentang perilaku manusia dan hewan.
c. Secara umum psikologi dipahami sebagai ilmu yang meneliti serta mempelajari
perilaku atau aktivitas manusia sebagai manifestasi kejiwaannya. Dari pengertian
tersebut, kiranya perilaku dan aktivitas manusia dapat berubah atau berkembang
seturut dengan perkembangan manifestasi kejiwaan pribadi itu sendiri.
Kemampuan manusia untuk dapat memanifestasikan dinamika jiwanya pun
dipengaruhi perkembangan diri manusia dalam aneka aspek yang menyangkut
segala hal yang dimiliki oleh pribadi manusia. Semua itu berlangsung sepanjang
hidupnya (Life span).
d. Agama dan seluruh dinamika pengungkapan yang dihayati oleh manusia
merupakan salah satu manifestasi kejiwaan manusia yang membentuk suatu
perilaku tertentu dalam diri manusia.
e. Melalui kehidupan spiritualitas yang dibangun dalam agama yang dipilihnya,
setiap orang juga berusaha menggapai kebahagiaan hidup. Bahkan kebahagiaan
yang hendak dicapai melalui kehidupan spiritualitas menyangkut kebahagiaan
lahir batin yang terarah bukan hanya dalam kehidupan di dunia ini saja,
melainkan juga terarah pada kehidupan akherat atau kehidupan setelah mati.
Spiritualitas mengacu pada kecenderungan manusia untuk mencari makna hidup

16
melalui sesuatu yang melebihi dirinya sendiri atau kebutuhan untuk berhubungan
dengan sesuatu yang lebih besar dari kehidupan individu itu sendiri. Agama,
mengacu pada pencarian spiritual yang dihubungkan dengan institusi formal
(Zinnbauger, et.al., 1999). Bahkan sudah sekian lama agama diyakini menjadi
sumber utama dari makna hidup, memberikan keyakinan personal, pengharapan,
tujuan dan menempatkan kehidupan personal lebih luas dan konteks hidup yang
tak terbatas (Emmons, 2005).
f. Dalam kehidupan manusia, spiritualitas berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan
mental. Koeing, et al (2001) berpendapat bahwa orang yang lebih religius dan
terlibat lebih banyak dalam kegiatan keagamaan cenderung lebih sehat secara
mental dan fisik Hal ini diakui juga oleh George, dkk bahwa orang-orang yang
memiliki tingkat keagamaan tinggi cenderung memiliki penyakit yang lebih
sedikit, cenderung hidup lebih lama dengan memiliki tingkat kanker dan
serangan jantung yang lebih rendah. Mereka juga lebih cepat sembuh dari
penyakit atau operasi serta memiliki toleransi yang lebih besar terhadap rasa
sakit. George juga tidak melihat adanya dampak negatif bagi kesehatan mental
dan fisik dari agama (George, et al., 2000).
g. Agama memberikan dampak kecil tetapi signifikan dan konsisten terhadap
kesejahteraan hidup umat manusia (Emmons, 1999). Setidaknya ada lima faktor
alasan mengapa agama mempengaruhi kesehatan mental dan fisik, yaitu: Agama
memberikan dukungan sosial; Bersama orang lain yang mendukung dan
membantu dalam konteks agama turut mendukung kesehatan fisik (Myers, 2000),
meski tidak tertutup kemungkinan terjadi juga konflik interpersonal dalam
agama. Agama membantu gaya hidup yang sehat; Peningkatan kehidupan
keagamaan menjadi salah satu sebab yang memperkecil perilaku tidak baik yang
membahayakan kesehatan. Contohnya, orang yang lebih religius mengkonsumsi
lebih sedikit alkohol dan rokok (Myers, 2000). Agama membantu
mengembangkan integritas kepribadian; Integritas kepribadian terbantu
perkembangannya karena peningkatan dedikasi atau komitment agama
seseorang. Hal ini juga membantu individu mengatasi konflik internal (Emmons,
1999). Agama menyediakan strategi koping yang unik; Agama memberikan
harapan dan perspektif lain dari persoalan yang dihadapi manusia, membantu
orang menempatkan hidupnya dalam kerangka yang lebih besar serta
menciptakan identitas baru (Emmons, 1999) yang melibatkan rasa optimisme dan
harapan (Seligmen, 2002). Agama memberikan kesadaran akan makna dan
tujuan hidup; Agama menyediakan pandangan yang lebih besar akan kehidupan
manusia dan memberikan penjelasan mengapa kejadian-kejadian yang tidak
diharapkan dapat terjadi. Saat hidup terasa sulit, agama memberikan penghiburan
melalui penjelasan yang penuh harapan. Kemampuan agama dalam memberikan
penyadaran akan makna dan tujuan hidup menjadi prediktor penting dalam
meningkatkan kesehatan (George, 2000).
h. Salah satu aspek dari kehidupan spiritual dan beragama adalah doa. Secara
khusus, doa mendatangkan ketenangan batin, cara praktis orang mengungkapkan
permasalahannya dan tempat orang mampu bercerita apa saja. Semakin tinggi
frekuensi doa seseorang, semakin besar pula kesehatan mental dan vitalitas juga
semakin sehat keadaan psikologisnya (Koenig, et all., 2001; Peterson, 2000). Hal
ini merupakan misteri, sebab secara ilmiah belum ditemukan jawaban, mengapa
doa berpengaruh terhadap kesehatan juga pemulihan dari kondisi sakit. ****

8. AGAMA DAN SOSIOLOGI

a. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh
ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal
sebagai Bapak Sosiologi. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana
perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya

17
masyarakat dan sosiologi [dinamis] dimana perhatian dipusatkan tentang
perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
b. Émile Durkheim berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis.
Emile memperkenalkan pendekatan '''fungsionalisme''' yang berupaya menelusuri
fungsi berbagai elemen [sosial] sebagai pengikat sekaligus pemelihara
keteraturan sosial.
c. Pokok bahasan sosiolgi ada empat:
1. Fakta sosial: sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di
luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu
tersebut
2. Tindakan sosial: sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
perilaku orang lain.
3. Khayalan sosiologis: sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di
masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.
4. Realitas sosial: adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak
terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan
pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi,
dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.
a. Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari
masyarakat. Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.
Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala
kemasyarakatan. Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan
disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa
yang terjadi atau seharusnya terjadi. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni
(pure science) dan ilmu pengetahuan terapan. Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi
perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh,
bukan hanya peristiwa itu sendiri. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian
dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum
dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat
manusia. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal
ini menyangkut metode yang digunakan. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi
antara manusia.
b. Objek Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek: Objek material
sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara
manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri. Objek formal sosiologi
lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan
demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta
proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
c. Agama merupakan realitas sosial yang merupakan kumpulan dari individu-
individu yang memiliki kesamaan sistem kepercayaan dan dalam kebersamaan
mengikatkan diri kepada tatanan iman bersama serta berusaha menjaga dan
meneruskannya bagi pribadi lain.

18
9. AGAMA DAN POLITIK

a. Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat


yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
negara. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat
ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang
ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik
Aristoteles). Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan dan negara. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk
mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Politik adalah
segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
b. Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik,
bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam
Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik,
negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara,
perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.
c. Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di
dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme,
federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme,
kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi,
monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.
d. Lembaga politik: Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga
merupakan suatu kebiasaan atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah
lembaga sosial, baik yang diakui oleh negara lewat KUA atau Catatan Sipil di
Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja tanpa pengakuan negara.
Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang terpola
dengan memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi
tertentu demi pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun
informal. Lembaga politik adalah perilaku politik yang terpola dalam bidang
politik.
e. Setiap negara mendasarkan diri pada sistem politik tertentu berdasarkan
latarbelakang sejarah, dan golongan yang berkuasa. Kendati demikian, dalam
kehidupan politik negara, sistem politik harus mampu merangkul semua
kepentingan rakyat dan golongan yang ada dalam negara tersebut. Oleh karena
itu sistem politik tidak dapat didasarkan kepada sistem kepercayaan atau agama,
sebab sistem kepercayaan tidak bersifat universal atau berlaku bagi semua
individu manusia.
f. Agama bukanlah lembaga politis, melainkan lembaga kepercayaan yang
membentuk suatu masyarakat tertentu. Dalam suatu negara terdapat aneka
masyarakat agama yang semestinya mendapatkan hak dan kesempatan yang
sama untuk mendukung setiap individu beribadah menurut keyakinan mereka
masing-masing.
g. Sistem kepercayaan sudah terlebih dahulu ada sebelum adanya negara dan sistem
politik. Oleh karena itu, sistem politik semestinya mengabdi kepada terjaminnya
sistem kepercayaan dapat dijalankan secara optimal oleh setiap pemeluk agama.
Penghayatan kepercayaan yang benar akan membantu manusia untuk masuk
dalam ranah politik dengan tetap memperhitungkan harmoni relasi pribadi
dengan Tuhan dan dengan sesama.
h. Sistem politik tidak dapat dipadukan dengan sistem agama, karena hal ini akan
menjadikan nilai kepercayaan menjadi tidak lagi murni melainkan terkontaminasi
oleh aneka kepentingan politis.

19
10. AGAMA DAN TEKNOLOGI

Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh


penguasaan teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan
melalui industri. Oleh sebab itu, tepat momentumnya jika kita merenungkan
masalah teknologi, menginventarisasi yang kita miliki, memperkirakan apa yang
ingin kita capai dan bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita perlukan
itu, serta mengamati betapa besar dampaknya terhadap transformasi budaya kita
termasuk dalam agama. Sebagian dari kita beranggapan teknologi adalah barang
atau sesuatu yang baru, padahal, kalau kita membaca sejarah, teknologi itu telah
berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala kontemporer. Setiap zaman
memiliki teknologinya sendiri.

a. Sejarah Teknologi: Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak


zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah nampak berorientasi
ke bidang teknologi. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang
berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan
pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang
prinsip-prinsip atau metode dan seni. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali
dipakai oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi:
Diskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology: A Description Of
The Arts, Especially The Mechanical).
b. Kemajuan Teknologi: Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi
dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam
menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat baju,
atau membangun rumah.
c. Ada tiga klasifikasi dasar dari kemajuan teknologi yaitu : Kemajuan teknologi
yang bersifat netral (neutral technological progress) Terjadi bila tingkat
pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-
faktor pemasukan (input) yang sama. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga
kerja (labor-saving technological progress) Kemajuan teknologi yang terjadi
sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara
cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari
kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan. Kemajuan teknologi yang
hemat modal (capital-saving technological progress) Fenomena yang relatif
langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan
ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih
ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modal.
d. Agama berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Pengembangan
agama juga tidak terlepas dengan pemanfaatan sarana teknologi yang mengalami
kemajuan pesat. Agama tidak bertentangan dengan teknologi sejauh teknologi
yang berkembang tetap menjaga hakikat hidup manusia.
e. Agama di satu sisi dapat memanfaatkan teknologi untuk semakin membantu
penghayatan iman namun di sisi lain harus bersikap kritis terhadap teknologi
yang justru akan menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri di semua aspek
kehidupan.
f. Agama di tengah pesatnya pertumbuhan teknologi yang tidak terbendung juga
harus mengimbangi dengan semakin memperteguh sistem kepercayaan internal,
agar orang beriman mampu bersikap atas perkembangan teknologi di sekitarnya
tanpa menjadi hanyut dan kehilangan jati diri imannya.

20
11. AGAMA DAN MORAL
a. Pengertian.
Manusia sebagai dalam hidup bersama dengan orang lain membuat suatu kesepakatan
yang mengikat kehidupan bersama. Kehidupan bersama diatur dalam tatanan bersama
dengan mengesampingkan kepentingan individu.Setiap orang agar dapat diterima dalam
kehidupan bersama harus hidup dalam tatanan itu. Tatanan itu menjadi norma yang
memuat nilai baik atau buruk dan itulah yang menjadi tatanan moral yang akan
diwariskan turun menurun. Karena setiap pribadi dapat hidup dalm berbagai kelompok
dengan demikian ada banyak tatanan moral: adat, agama, pendidikan, olahraga dll.
Selain tatanan sosial yang menjadi unsur moralitas, setiap pribadi juga mengembangkan
moralitasnya sendiri berdasarkan basic yang ia miliki. Latarbelakang keluarga, hidup
keagamaan, pendidikan, pergaulan akan mempengaruhi ketajaman daya moralitas
seseorang dalam menilai perilakunya sendiri.
Istilah Moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan / nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral
Nilai-nilai moral itu seperti :Seruan untuk berbuat baik terhadap orang lain, memelihara
ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang
lain.Larangan mencuri, berzina, membunuh, minum-minuman keras serta
berjudi.Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai
dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Dengan demikian Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, baik
itu akhlak, kewajiban dll; Merupakan derajat kebebasan dari hambatan – hambatan dalam
kegiatan untuk menuju tujuannya; Derajat kebebasan individu untuk bertindak,
berinteraksi, menguatkan harapan dan menunjukkan perilaku – perilaku menuju tujuan,
dibatasi oleh perilaku yang benar.
b. Kata moral memuat beberapa pengertian:
1. Menyinggung ahklak, moril, tingkah laku yang susila.
2. Ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok orang dengan perilaku pantas dan baik.
3. Menyinggung hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
(Kohlberg, 1980) penalaran moral dibedakan menjadi :
Pra-konvensional: Ukuran benar dan salah berdasar objek di luar individu , terdiri 2
stadium : Konvensional,Mendasarkan pengharapan sosial, yaitu perbuatan dinilai benar
bila sesuai dengan peraturan yang ada dalam masyarakat.
Dan Post-konvensional, Memandang aturan – aturan yangada dalam masyarakat tidak
absolut, tetapi relatif, dan dapat diganti oleh orang lain.
c. Ketiga tingkatan terbagi dalam 6 stadium, yaitu:
1). Orientasi patuh dan taat hukuman. Tingkah laku dinilai benar bila tidak dihukum dan
salah bila perlu hukuman.Seseorang harus patuh pada otoritas karena otoritas
tersebut berkuasa.
2). Orientasi naif egoistis/hedonisme instrumental. Mendasarkan pada orang lain atau
kejadian di luar diri individu, namun sudah memperhatikan alasannya perbuataanya,
misal mencuri dinilai salah, tetapi masih bisa dimaafkan bila alasannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan dirinya atau orang lain yang disenangi.
3). Orientasi anak/person yang baik. Anak menilai perbuatan itu baik bila ia dapat
menyenangkan orang lain, bila ia dapat berbuat seperti apa yang diharapkan oleh
masyarakat.
4). Orientasi pelestarian otoritas dan aturan social.Anak melihat aturan sosial yang ada
sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan. Seseorang dinilai bermoral bila

21
ia “ melakukan tugasnya” dan dengan demikian dapat melestariakan aturan dan
sistem sosial.
5). Orientasi kontrol legalistic.Peraturan pada masyarakat merupakan kontrol/perjanjian
antara diri rang dan masyarakat. Individu harus memenuhi kewajiban –
kewajibannya, tetapi masyarakat harus menjamin kesejahteraan individu.
6). Orientasi prinsip dan konsensia sendiri. Peraturan dan norma subyektif, batasannya
adalah subyektif dan tidak pasti. Maka ukuran nilai tingkah laku moral konsensia
orang sendiri.
d. Perkembangan Moral (Moral Development), merupakan perkembangan yang
berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Berkaitan dengan perkembangan moral,
para pakar menunjukan 3 hal yang perlu diperhatikan: Bagaimana remaja
mempertimbangkan atau memikirkan peraturan-peraturan untuk melakukan tingkahlaku
etis? (Pertimbangan/pemikiran moral.Bagaimana remaja bertingkahlaku dalam situasi
moral yang sebenaranya? (Perilaku moral).Bagaimana perasaan remaja mengenai
masalah moral?(Perasaan moral).
Nilai-nilai agama yang diyakini mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia sarat dengan pesan moral yang menjadi norma personal dan komunitas
agama itu. Namun pendalaman moral agama tergantung pada perhatian dan penghayatan
pribadi terhadap ajaran agama yang diyakini.

12. AGAMA DAN SUARA HATI

Sering kali ketika manusia berhadapan dengan masalah-masalah yang serius dalam
hidupnya, ke tiga lembaga tersebut tidak bisa memberi solusi dan tidak berperan.Orang
sering mencari jawaban atas persoalan-persoalan penting atas hidupnya di dalam dirinya
sendiri.Di sinilah suara hati menjadi tempat untuk menemukan jawaban.
a. Munculnya suara Hati
Suara hati tidak muncul setiap saat, tetapi suara hati akan muncul manakala manusia
berhadapan dengan persoalan-persoalan mendasar dalam hidupnya.
Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut Suara hati mempunyai 2 fungsi:
Fungsi Positif: Suara hati meneguhkan, membuat batin tenang, memuji dan menghibur
kita kendati keputusan kita tidak sesuai dengan keinginana masyarakat pada umumnya.
Fungsi Negatif: Suara hati membuat kita merasa ketakutan, cemas dan merasa bersalah
saat kita akan melakukan tindakan-tindakan yang menentang suara hati.
b. Arti Suara Hati

Latin: Conscientia: Kesadaran


Yunani: Suneidesis: kesadaran akan rasa bersalah dan tidak tenang bila kita
melanggarnya dan rasa damai serta tenang bila kita mengikutinya.
Jhon Henry Newman: Suara hati adalah Suara Tuhan.
Gaudieum et Spes: Didalam suara hatinya manusia menemukan suatu hukum yang
mengikat untuk ditaati. Hukum yang berseru kepada manusia untuk menjauhkan yang
jahat dan memanggil manusia untuk melakukan yang baik.Hukum itu ditanam oleh
Tuhan sendiri.( art. 16).
Jadi: Suara hati adalah kesadaran akan kewajiban dan tanggungjawab seseorang dalam
menghadapi situasi konkret akan baik buruknya tindakan manusia sebagai manusia
berdasarkan hukum moral.
c. Peranan Suara Hati

22
Membuat kita mampu melakukan suatu tindakan yang baik berdasarkan kesadaran dari
dalam diri seseorang, dan bukan karena faktor dari luar.
Menjadi lambang martabat manusia, karena suara hati adalah perwujudan dari martabat
manusia.
Sebagai konsientisasi menilai tindakan kita. Suara hati mengajak kita untuk berani
melawan arus dan menentang hal-hal yang tidak sesuai dengan norma moral, kendati
kebanyakan orang menyetujuinya.
Menurut Henry Newman: Suara hati punya 2 peran:
Moral sense: Kesadaran moral. Membuat mampu membedakan baik dan jahat.
Sense of duty: Kesadaran akan tanggung jawab. Suara hati menyuruh kita untuk
melakukan yang baik dan menolak yang jahat.
d. Akibat Suara hati
Bila seseorang mentaati suara hati dia akan diganjar rasa tenang dan damai: Ini disebut a
good conscience.
Bila seseorang melanggar suara hati dia akan diganjar rasa bersalah, kecemasan dan
ketakutan. Ini disebut a bad conscience
e. Tiga Pedoman Pada Saat Menghadapi Kebimbangan
Pertama: Hukum negatif harus lebih diprioritaskan dari pada hukum positif. Contoh ibu
yang sedang mau melahirkan anak, tetapi kelahiran tersebut beresiko bagi keselamatan
ibu.Maka agar ibu selamat anak harus dibunuh.Maka “jangan membunuh bayi” harus
diprioritaskan dari pada “selamatkanlah ibu”.
Kedua: kewajiban keadilan harus diprioritaskan dari pada keawajiban cinta kasih.
Contoh: memberi upah adil lebih diprioritaskan dari pada memberi hadiah.
Ketiga: Tuntutan hukum kodrati harus diprioritaskan dari pada tuntutan hukum positif.
Contoh: merawat anak yang sakit harus diprioritaskan dari pada keajiban mengikuti acara
kebaktian.
f. Sifat Dan Bentuk Suara Hati.
SIFAT:
Personal: suara hati berkembang dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kepribadian
seseorang. Maka suara hati berbicara atas nama pribadi.
Adi personal: suara hati melampaui kekuatan pribadi. Dengan suara hati manusia mmapu
malkukan susuatu yang melampau kekuatan manusia, oleh karena itu orang beragama
menyamakan suara hati dengan Suara Tuhan.
BENTUK:
Retrospektif: Suara hati membuat kita melihat kembali dampak dari perbuatan kita pada
masa lalu. Hasil dari evaluasi suara hati dari tindakan kita itu berupa a good consciense
(rasa damai, tenang) atau a bad conscience (kegelisahan, takut, cemas).
Prospektif: memikirkan dampak positif atau negatif dari perbuatan yang akan kita
lakukan pada masa mendatang.
g. Suara Hati adalah Suara Tuhan?
Pertama: Suara hati sama dengan suara Tuhan, karena suara hati bersifat absolut, tidak
bisa ditawar-tawar. Sifat mutlak dan absolut itu adalah hakekat Tuhan
Kedua: tidak sama dengan suara Tuhan, karena suara hati bisa keliru, padahal Tuhan
tidak bisa keliru. Bagaimana suara hati bisa keliru?
Pertama: Suara hati sangat dipengaruhi oleh perkembangan pribadi, maka bila
kepribadian orang berkembang keliru, besar kemunghkinan suara hati ikut keliru.
Kedua: Orang2 ateis yang tidak percaya pada tuhan juga mengaku mengikuti suara hati
untuk melakukan tindakan-tindakan kemanusiaan, yang sering justru bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dilakuakn oleh orang2 beragama.

23
h. Pembinaan Suara Hati
Pembinaan suara hati terarah pada Konsientisasi internal., yakni penyadaran diri, untuk
mengembangkan pemahaman apa yang baik dan apa yang buruk.
Dalam pembinaan ada 3 dimensi:
Kognitif: meningkatkan pengetahuan dan pengertian mengenai nilai2 moral.
Afektif: membangkiytkan kehendak atau tekad moral, agar orang mempunya kemauan
yang kuat untuk mengikuti suara hatinya.
Psikomotorik: Perpaduan antara kedua dimensi diatas, yaitu melakukan apa yang kita
mengerti sebagai hal yang baik. Orang perlu dilatih untuk bisa melakukan apa yang benar
dan apa yang baik.

Nilai-nilai agama yang diyakini mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia sarat dengan pesan moral yang menjadi norma personal dan komunitas
agama itu. Namun pendalaman moral agama tergantung pada perhatian dan penghayatan
pribadi terhadap ajaran agama yang diyakini.

13. AGAMA DAN KEBEBASAN

a. Pengantar:
ARTI UMUM: Kebebasan adalah suatu keadaan dimana tidak ada hambatan, larangan
atau keterikatan dari luar.
ARTI KHUSUS: kebebasan adalah kemampuan manusia untuk melakukan
pertimbangan, memilih dan mengambil keputusan secara otonom. Jadi kebabasan itu
kesanggupan seseorang untuk memilih dan menentukan sendiri apa yang harus dan tidak
harus dilakukan
Persoalan Pokok:
Mengapa kebebasan itu penting bagi manusia?
Manusia hanya menyadari eksistensinya sebagai manusia hanya dalam
kebebasan.
Kebabsan penting untuk memahami moralitas, karena kebebasan menjadi tolok
ukur kwalitas tindakan moral seseorang.

PERSOALAN: APAKAH MANUSIA MEMILIKI KEBEBASAN


1). Determinisme
Manusia tidak memiliki kebebasan, karena hidupnya ditentukan pleh banyak faktor, dari
luar dan dari dalam diri manusia sendiri.
DETERMINISME BIOLOGIS: Mansia tidak memiliki kebebasan sebab sifat-sifat
menusia dan perilakunya bukan sebuah pilihan tetapi ditentukan oleh faktor2 biologis.
Manusia itu seperti mesin karena bagitu struktur biologisnya (struktur genetika) diketahui
maka seluruh tingkah lakunya bisa diramalkan (Jaques monod).
DETERMINISME PSIKOLOGIS: Menurud Sigmund Freud, struktur kejiwaan manusia
ditentukan oleh 3 unsur: Id, Ego dan Superego. Id merupakan lapisan paling bawah yg
berupa naluri-naluri sexual dan keinginan yang direpresi yang terus berkecamuk.Agama
dan kebudayaan diciptakan untuk mengatasi ketegangan-ketegangan bawah sadar
tersebut.Maka tanggungjawab moral tidak berlaku sebab kebebasan manusia untuk
memilih tindakannya tidak ada.
DETERMINISME SOSIAL: Menuru Karl Marx, tingkah laku manusia ditentukan oleh
lingkungan atau struktur sosial yang ada. Struktur sosial dibagi menjadi2: Infra struktur
(Bangunan bawah), yaitu struktur ekonomi yang sangat menentukan bidang kehidupan

24
dan perilaku kesadaran seseorang. Sedangkan Supra struktur (Bangunan atas), yaitu
agama, politik dan Ideologi, ditentukan oleh faktor ekonomi.
BF Skinner berpendapat bahwa tingkah laku seseorang sangat ditentukan oleh faktor
lingkungan. Anak yang dilahirkan dalam limngkunag sosial yang buruk perilakunyapun
akan menjadi buruk
DETERMINISME TEOLOGIS: Manusia adalah seperti wayang, yang selalui mengikuti
kemauan Sang Dalang. Manusia hanya menjalankan roda kehidupan yang diatur dari
Atas. Manusia hanya menerima kenyataan hidup
2. Liberalis
KEBEBASAN ADALAH TANDA MARTABAT MANUSIA. Dasarnya:
1. berhadapan dengan tawaran yang bertentangan dengan nilai moral manusia
memikirkan, menerima atau menolak. Pertimbangan tersebut mengandaikan adanya
kebebasan
2. Berhadapan dengan 2 hal yang bernilai positif manusia mempertimbangkan nilai
positif yang lebih besar. Keputusn tersebut berasal dari dalam, tidak ditentukan oleh
faktor2 eksternal.Kemampuan memilih tersebut tanda bahwa manusia memiliki
kebebasan.
3. Adanya tanggungjawab pribadi. Manusia menerima tanggungjawab atas tidakannya.
Tanggungjawab (bukan keterpaksaan) mengandaikan adanya kebebasan
4. Emmanuel Kant: Moral tidak berarti apa-apa bila tidak ada kebebasan. Kalau tidak ada
kebebasan dalam bertindak, maka tindakan tersebut tidak bisa dinilai baik atau buruk.
5. Sistem peradilan mengandaikan adanya kebebasan. Bila tidak ada kebebasan maka
orang tidak bisa dituntut atas perbuatan yang ia lakukan. Pelanggaran ahanya terjadi bisa
manusia mempunyai pilihan untuk bertindak atau tidak.
3. Macam-Macam Kebebasan
KEBEBASAN EKSISTENSIAL
Adalah kebebasan manusi untuk menentukan dirinya secara otonom. Ada 2 hal:
Kebebasan Jasmani: Kebebasan untuk menentukan apa yang dikehendaki untuk
dilakuakn secara fisik.
Kebabasan Rohani: kemampuan manusia untuk memikirkan dan menentukan apa yang
ingin dilakukannya untuk hidupnya.
=> Oleh karena itu kebebasan eksistensial bersifat positif: bebas “untuk” bukan bebasa
“dari”
KEBEBASAN SOSIAL
 Kebabasan sosial terkait dengan orang lain, yaiotu suatyu keadaan di mana
seseorang tidak membatasi tindakannya secara paksa atau sengaja. Ada 3 hal:
 Pembatasan fisik: Orang lain membatasi kebebasan seseorang untuk bertindak
ini atau itu.

 Pembatasan Psikis: artinya psikis seseorang dipaksa atau diancam untuk


berbuat sesuatu.
 Pembatasan normatif: Pembaatsan perbuatan seseorang melalui larangan dan
perintah.

Kebebasan sosial bersifat negatif: Bebas “dari” dan tidak bebas “untuk”.
Dari ke 2 kebebasan tersebut yang bisa diterima secara moral adalah KEBEBASAN
NORMATIF.
Alasannya: Pembatasan kebebasan dengan norma tidak mematikan kebebasan
eksistensial seseorang karena orang bisa memilih melanggara atau tidak.

25
Alasan 2: Pembatasa keadilan secara normatif justru menjamin terlaksananya keadilan
bagi orang lain
4. Agama dan Kebabasan
Beragama itu sutau rahmat dan anugerah Tuhan, Tuhan yang berinisiatif menyatakan
DiriNya kepada manusia.Dan menusia mempunyai KEBEBASAN untuk menerima atau
menolak rahmat Tuhan tersebut.Bila manusia menerimanya makan terjadilah Iman.Tetapi
manusia juga punya kebabasan untuk menolaknya dan tidak beragama.
a. Hubungan Kebebasan dan Tanggungjawab
Tanggungjawab atas tindakan seseorang secara moral hanya bisa dituntut jika dia
mempunyai kebebasan.Maka bila tidak ada kebebasan, dia tidak bisa dimintai
pertanggungjawaban atas tindakannya.Sebaliknya kebabasan yang diberikan kepada
seseorang menuntut tanggungjawab.Semakin besar kebebasan yang diberikan, semakin
besar pula tanggungjawab yang dituntut dari padanya.
b. Batas tanggungjawab Moral
PERTAMA: Orang secara sadar, tahu dan mau melakukan perbuatan yang dia tahu
bahwa perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan.
KEDUA: Orang secara sadar, tahu dan dengan sengaja tidak melakukan suatu untuk
mencegah kerugian suatu tindakan yang dia tahu bahwa dia bersalah bila tidak mencegah
tindakan tersebut.
MAKA: pertanggungjawaban tidak bisa dituntut pada seseorang yang tidak tahu
(ignorance) dan tidak mampu (inability) untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tindakan. Ini disebut excusing condition.Namun excusing condition tersebut tidak berlaku
bila orang dengan sengaja membiarkan dirinya ignorance untuk lepas dari
tanggungjawab.

14. AGAMA DAN KEHIDUPAN SESUDAH KEMATIAN

a. Kematian atau Ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam
organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara
permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab
tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup
mengalami pembusukan.Istilah lain yang sering digunakan adalah meninggal,
wafat, tewas, atau mati.
b. Yudaisme: dalam Yudaisme, Akhir zaman biasanya disebut Akhir hari-hari
(aharit ha-yamim, ‫)אחרית הימים‬. Kejadian-kejadian penuh bencana akan
menjungkirbalikkan tatanan dunia yang lama dan akan muncul tatanan dunia
baru yang dijanjikan Tuhan sebagai Yerusalem baru.
c. Ajaran Katolik: Gereja Katolik Roma pada umumnya menganut aliran
pemikiran Amilenial, yang dikemukakan oleh Augustinus dari Hippo dalam
karyanya "Kota Allah". Augustinus mengklaim sebuah penggenapan nubuat yang
tidak harafiah. Umat Katolik dapat pula merujuk kepada Injil Matius 24:36; di
sini Kristus dilaporkan mengatakan:"Tetapi tentang hari dan saat itu tidak
seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak,
hanya Bapa sendiri."
d. Gereja-gereja Protestan: Keyakinan-keyakinan tentang Akhir zaman di
kalangan Kekristenan Protestan sangat berbeda-beda. Kaum Kristen pra-
milenialis yang percaya bahwa Akhir zaman sedang terjadi saat ini, biasanya
spesifik tentang garis waktu yang berpuncak pada hancurnya dunia. 'Akhir
zaman' dapat pula merujuk semata-mata pada beralihnya suatu zaman atau masa
yang panjang tertentu dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Para
penganut pandangan ini kadang-kadang mengutip Surat 2 Timotius, dan menarik
analogi dengan akhir abad ke-20/awal abad ke-21.Kebanyakan orang Kristen

26
fundamentalis mengantisipasi nubuat Alkitab akan digenapi secara harafiah.
Mereka memandang perang di dunia dan regional, gempa bumi, badai, tan
bencana kelaparan sebagai permulaan dari sakit saat bersalin yang Yesus
gambarkan dalam Matius 24:7-8 dan Markus 13:8. Mereka percaya bahwa umat
manusia dimulai di Taman Eden, dan menuju ke Megido sebagai tempat
berakhirnya kelak sistem dunia yang ada sekarang ini, dengan datangnya Mesias
yang akan memerintah selama 1.000 tahun.
e. Islam:Yaum al-Qiyamah (Arab:‫ )يوم القيامة‬adalah hari akhir bagi seluruh
makhluk ciptaan Allah. Islam memberikan pedoman yang jelas kepada para
pengikutnya mengenai akhir zaman. Ada berbagai tanda (hingga 100) yang
terdapat dalam Sunnah dan Al-Quran mengenai kedatangan Akhir Zaman.
Tanda-tanda ini dapat dibagi menjadi dua bagian, besar (Kubra) dan kecil
(Sughra). Tanda-tanda yang besar mencakup kedatangan Dajjal, Imam Mahdi
dan kemudian Nabi Isa (yang akan menyatukan semua kekuatan baik untuk
melawan yang jahat), ditiupnya sangkakala dan tanda-tanda yang kecil akan
mendahuluinya.Eskatologi Islam berkaitan dengan Qiyamah (kiamat), akhir
dunia, dan penghakiman terakhir umat manusia. Eskatologi ini adalah salah satu
dari keenam rukun Iman (aqidah) dalam Islam. Seperti agama-agama Abrahamik
lainnya, Islam mengajarkan kebangkitan tubuh orang mati, penggenapan rencana
ilahi untuk penciptaan, dan keabadian jiwa manusia; orang-orang benar akan
diganjar dengan kesenangan Jannah (surga), sementara yang jahat akan dihukum
dalam Neraka. Al-Quran banyak sekali membahas keyakinan ini, dengan banyak
hadits yang menguraikan tema-temanya dan rinciannya. Literatur apokaliptik
Islam yang menggambarkan Harmagedon sering dikenal sebagai fitnah (ujian)
dan malahim (atau ghayba dalam tradisi Syi’ah).Para ulama membagi kiamat
menjadi 2 bagian yaitu:Kiamat Shugra (kecil), yaitu matinya setiap manusia dan
bisa pula bencana-bencana alam;Kiamat Kubra (total), yaitu dihancurkan dan
diakhirinya seluruh fisik dan hukum dunia fana.
f. Zoroastrianisme:Zoroaster adalah eskatologi tertua dalam sejarah yang tertulis.
Pada 500 SM, umat Zoroaster telah sepenuhnya mengembangkan sebuah konsep
tentang akhir dunia yang ditelan oleh api ilahi.Menurut filsafat Zoroaster, yang
disunting dalam Zand-i Vohuman Yasht, "pada akhir musim dinginmu yang
kesepuluhribu... matahari semakin tak terlihat dan tampak; tahun, bulan, dan hari
menjadi makin pendek, dan bumi menjadi lebih tandus; dan tanaman tidak akan
menghasilkan benih; dan manusia... menjadi semakin menipu dan cenderung
melakukan praktik-praktik jahat. Mereka tidak mengenal rasa terima
kasih.""Kekayaan yang terhormat semuanya diserahkan kepada mereka yang
memiliki iman yang menyimpang...dan awan kelam membuat seluruh langit
kelam ... dan akan menurunkan hujan dengan makhluk-makhluk yang berbahaya
daripada musim dingin."Pada Pertempuran akhir antara orang-orang benar dan
jahat, suatu Penghakiman terakhir atas semua jiwa akan berlangsung. Orang-
orang berdosa akan dihukum selama 3 hari, tetapi kemudian akan diampuni.
Dunia akan mencapai kesempurnaan karena kemiskinan, usia lanjut, penyakit,
kehausan, kelaparan dan kematian ditunda. Konsep-kosep Zoroastrian sangat
mirip dengan konsep-konsep keyakinan eskatologis Yahudi, Kristen, dan Islam
terutama karena pengaruh Zoroastrianisme terhadap Yudaisme sementara
konsepnya tentang Levant berada dalam kekuasaan Akhemenid dan kemudian
muncul kembali dalam Kekristenan dan Islam.
g. Buddhisme:Siddhārtha Gautama (Sansekerta; Pali: Siddhāttha Gotama)
adalah gururohani dari India kuno dan pendiri Buddhisme. Waktu kelahirannya
dan kematiannya tidak diketahui dengan pasti, namun sejumlah sejarahwan abad
ke-20 telah memperkirakan masa hidupnya dari sekitar 563 SM hingga 483 SM.
Namun demikian, beberapa pakar yang lebih mutakhir telah mengusulkan tahun
antara 410 hingga 400 SM untuk kematiannya.. Namun, kronologi alternatif ini
belum diterima oleh para sejarahwan lainnya.Pendiri Buddhisme ini meramalkan
bahwa ajaran-ajarannya akan lenyap setelah 500 tahun. Menurut Sutta Pitaka,

27
"sepuluh perilaku moral " akan lenyap dan bangsa-bangsa akan mengikuti
sepuluh konsep yang tidak beramoral yaitu mencuri, kekerasan, membunuh,
berbohong, mengucapkan hal-hal yang jahat, perzinahan, kata-kata yang kotor
dan ngawur, kecemburuan dan kehendak yang buruk, keserakahan yang berlebih-
lebihan, dan nafsu yang menyimpang sehingga mengakibatkan timbulnya
kemiskinan yang luar biasa dan mengakhiri hukum-hukum dunia dari dharma
sejati.Sebagai bagian dari eskatologi Buddhis, ada keyakinan bahwa zaman
menjelang kedatangan Buddha Maitreya yang akan datang akan dicirikan oleh
kemurtadan, kelemahan fisik, kekurangan kepuasan seksual, dan kehancuran
masyarakat pada umumnya.Pada Abad Pertengahan, rentangan waktunya
diperluas hingga 5.000 tahun. Para penafsir seperti Buddhaghosa meramalkan
lenyapnya setahap demi setahap ajaran-ajaran Sang Buddha. Pada tahap pertama,
arahat tidak akan muncul lagi di dunia. Belakangan, isi ajaran sejati Sang Buddha
akan lenyap, dan hanya bentuknya sajalah yang akan dilestarikan. Akhirnya,
bahkan bentuk Dharma akan dilupakan. Pada tahap terakhir ini, kenangan akan
Sang Buddha sendiri akan dilupakan, dan relikui-relikuinya yang terakhir akan
dikumpulkan di Bodh Gaya dan dikremasikan. Pada suatu masa setelah
perkembangan ini muncullah seorang Buddha baru yang bernama Maitreya untuk
memperbarui ajaran-ajaran Buddhisme dan menemukan kembali jalan menuju
Nirwana. Maitreya diyakini saat ini berada di surga Tushita, dan di sana ia
menantikan kelahirannya kembali yang terakhir di dunia.
h. Hinduisme: Umat Hindu mempunyai pemahaman siklis tentang sejarah
eksternal/spiritualitas internal. Siklus atau "Kalpa" menggambarkan pola
kemerosotan keadaan alam dan peradaban antara periode-periode
ketakberwaktuan ketika Brahman (aspek Sang Pencipta dari pikiran/roh)
melahirkan kembali keberadaan/realitas dunia. Ada empat yug atau zaman dalam
proses ini dari yang sepenuhnya murni kepada yang sepenuhnya najis. Yang
terakhir adalah Kali Yuga atau Zaman Besi di mana peradaban akan merosot
secara rohani, hidup manusia berkurang karena kekerasan dan penyakit dan alam
pada umumnya mengalami kematian. Ini adalah periode terburuk sebelum
kehancuran total yang kemudian diikuti oleh suatu Zaman Emas. Nubuat-nubuat
tradisional Hindu, seperti digambarkan dalam Puranas dan beberapa teks lainnya,
mengatakan bahwa dunia akan jatuh ke dalam kekacauan dan kerusakan.
Kemudian akan terjadi serangkaian penyimpangan, keserakahan dan konflik
dengan cepat, dan keadaan ini digambarkan sebagai:"Yada Yada Hi Dharmasya
Glanir Bhavati Bharata,Abhyuthanam Adharmasya Tadatmanam Srijami Aham".
Bhagavad Gita (Bab IV-7). "Di mana kebenaran itu mati O! BharathaDan
ketidakbenaran muncul, maka Aku akan muncul menampakkan Diriku!"Jadi di
mana ada kejahatan dan kekacauan yang tidak dapat ditolerir di dunia, di situlah
akan muncul seorang avatar. Dalam yuga yang sekarang, yang dikenal sebagai
Kali (yang paling jahat) yuga, "Tuhan akan menampakkan diri-Nya sebagai sang
Kalki Avatar... Ia akan menegakkan kebenaran di muka bumi dan pikiran bangsa-
bangsa akan menjadi semurni kristal."Dalam Hinduisme, tidak dikenal
penghukuman kekal terhadap jiwa. Akhir zaman juga tidak ada. Setelah Kali
yuga yang jahat ini berakhir, yuga atau zaman berikutnya adalah Satya yuga di
mana setiap orang adalah orang yang benar, diikuti oleh Dwapara yuga, Treta
yuga dan kemudian Kali Yuga yang lain. Dengan demikian waktu bersifat siklis
dan zaman terus berulang tanpa akhir. Namun demikian, keberadaan kejahatan
dan kemerosotan yang dapat ditolerir dalam masing-masing zaman itu berbeda
dan karenanya ambang yang perlu untuk perwujudan penjelmaan Dewa juga
berbeda-beda untuk masing-masing yuga. Yuga yang sekarang adalah yang
paling jahat sehingga ambang untuk munculnya avatar juga begitu tinggi
sehingga dunia perlu menurunkan tingkat maksimumnya.Lamanya Kalpa
dikatakan berlangsung 5.000 tahun menurut Brahma Kumaris World Spiritual
University (BKWSU). BKWSU percaya akan zaman ke-5 yang disebut Zaman
Percampuran, suatu masa kehancuran dunia dan pada saat bersamaan Wahyu

28
Tuhan, bahwa umat manusia telah memasuki Akhir zaman kira-kira pada 1936
dan periode ini akan berakhir kira-kira pada 2036.
i. Agama Bahá'í: Pendiri agama Bahá'í, Bahá'u'lláh mengklaim bahwa ia adalah
Almasih yang datang kembali serta pengharapan kenabian dari semua agama
lainnya. Ia juga memberikan bukti-bukti tentang Akhir zaman dan tempat
dirinya. Terbentuknya agama bersamaan dengan nubuat Millerit yang menunjuk
kepada tahun 1844. Sehubungan dengan pengharapan khusus tentang akhir
zaman, dikatakan bahwa Pertempuran Harmagedon telah berlalu[18] dan bahwa
kematian syahid massal yang diantisipasikan pada Akhir zaman telah terjadi
dengan konteks historis dari agama Bahá'í.
j. Indian:Beberapa suku Indian menganut keyakinan mengenai akhir zaman. Di
antara suku-suku Indian di benua Amerika, suku Hopi juga mempunyai
pengharapan akan suatu "Hari Penyucian" yang diikuti oleh suatu pembaruan
besar.Para pemimpin suku Hopi, seperti misalnya Dan Evehema, Thomas
Banyaca dan Martin Gashwaseoma, bernubuat bahwa kedatangan bangsa kulit
putih menandai akhir zaman, bersama-sama dengan munculnya Binatang yang
aneh "seperti seekor bison tetapi dengan tanduk-tanduk yang besar yang akan
membanjiri negeri". Dinubuatkan bahwa pada akhir zaman, bumi akan dilintasi
oleh ular-ularbesi dan sungai-sungaibatu; negeri akan dilintasi oleh sarang laba-
laba raksasa, dan laut akan berubah menjadi hitam. (penafsiran spekulatif yang
umum diberikan adalah menyamakan “ular besi” dengan kereta api, “sungai
batu” dengan jalan raya dan sarang laba-laba raksasa dengan kabel-kabel listrik
atau bahkan dengan jaringan komputer sedunia.)Juga dinubuatkan bahwa suatu
"tempat tinggal yang luas" di surga akan jatuh dalam sebuah tabrakan yang besar.
Ia akan muncul sebagai sebuah bintang biru, dan bumi akan berguncang. Lalu
orang-orang putih akan bertempur dengan bangsa-bangsa di negara-negara lain,
dengan mereka yang memiliki hikmat tentang kehadirannya. Lalu akan timbul
asap di padang-padang gurun, dan tanda-tanda tentang kehancurannya yang
hebat pun dekat.Lalu banyak orang yang akan mati, tetapi mereka yang paham
akan nubuat-nubuat akan hidup di tempat-tempat bangsa Hopi dan selamat.
Pahana "Saudara Kulit Putih Sejati" kemudian akan kembali untuk menanam
benih-benih kebijaksanaan dalam hati manusia, dan dengan demikian
mengantarkan fajar Dunia Kelima.
k. Lakota:Menurut seorang dukun Lakota Oglala - "kegelapan akan turun ke atas
suku ini… dunia akan kehilangan keseimbangan. Lalu banjir, kebakaran dan
gempa bumi akan terjadi."Seekor " Anak Bison Betina Putih" akan memurnikan
dunia. Lalu ia akan mengembalikan keserasian dan keseimbangan rohani
spiritual.Bison putih telah dilahirkan pada 1994, 1995 dan pada 2006 di sebuah
peternakan di Janesville, Wisconsin. Karena itu banyak pemimpin suku lalu
merasa bahwa nubuat ini sedang digenapi.
l. Maya: Kelompok Maya kuno dan modern percaya bahwa jagad raya pernah
diperbarui empat kali sebelumnya. Namun upaya pertama menghasilkan
binatang; upaya kedua menghasilkan manusia yang diciptakan dari tanah liat
yang pada akhirnya akan menjadi serangga-serangga tertentu (misalnya semut
dan lebah); upaya ketiga menghasilkan kera; dan yang keempat menghasilkan
kita: "manusia sejati." Masing-masing upaya sebelumnya untuk menciptakan
manusia dihancurkan oleh berbagai bencana yang melenyapkan jagad raya.
Cerita-cerita ini berbeda-beda dalam berbagai kelompok Maya: binatang-
binatang hampir seluruhnya dimusnahkan oleh banjir, manusia dari tanah liat
hampir dimusnahkan oleh banjir dan kemudian oleh badai api di seluruh bumi,
manusia kera diserang oleh milik mereka dan binatang-binatang mereka
sendiri.Kalender Maya yang berbasis astronomi akan mencapai siklus penuhnya
yang besar selama sekitar 5.200 tahun pada 21 Desember2012. Meskipun tidak
ada bukti-bukti yang kuat bahwa bangsa Maya kuno menganggap tanggal ini
signifikan, banyak orang yang telah menduga bahwa inilah “akhir seluruh Jagad

29
raya” menurut perspektif Maya, dan yang lainnya percaya bahwa bangsa Maya
memaksudkannya sebagai lambang dari "datangnya perubahan besar."
m. Mitologi Yunani:Mitologi Yunani kuno mengklaim bahwa Zeus, yang
sebelumnya telah menggulingkan ayahnya, Kronus, pada gilirannya juga akan
digulingkan oleh seorang anak lelakinya. Cerita ini dapat dilihat sebagai
ekuivalen dari akhir dunia, atau akhir zaman. Prometeus menyingkapkan
kepadanya bahwa anak ini akan dilahirkan dari Zeus dan Thetis, bila mereka
melakukan hubungan kelamin. Untuk mencegah terjadinya hal ini, Zeus
menikahkan Tetis dengan Peleus, seorang manusia fana yang lemah. Dari
pernikahan ini lahirlah Akiles, tokoh protagonis dari Iliad dan salah satu dari
pahlawan terbesar dalam mitos Yunani.

15. DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA

a. Realitas
Kenyataan Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang 30anya3030us30c, dimana
terdapat banyak ras, budaya, agama, 30anya3030u, latar belakang sajarah dll. Dalam
situasi yang semacam ini kebutuhan untuk saling mengerti, saling mampu menerima,
menghargai, menghormati dan bekerjasama merupakan suatu keharusan bila kita ingin
membangun kehidupan bersama yang harmonis.
Dalam kerangka itulah dialog antar umat beragama menjadi penting dan merupakan suatu
keharusan.
b. Dialog antar umat beragama mencerminkan adanya kesadaran akan hal-hal
berikut:
 Adanya 30anya3030us agama: adanya perbedaan dalam masyarakat
menimbulkan kebutuhan untuk membangun dialog sebagai usaha untuk saling
pengertian, saling menghargai dan saling menghormati.
 Kesadaran akan eksistensi manusia sebagai makluk ciptaan Allah yang Esa,
mendorong kita untuk lebih menekankan Iman dari pada agama. Dialog
menekankan pentingnya ikatan persaudaraan, dan mengatasi perbedaan agama.
 Dialog mencerminkan adanya kesadaran akan pentingnya peran agama dalam
pembangunana bangsa yang adil dan beradab.
 Dialog juga mencerminkan kesadaran bahwa kita saling tergantung satu sama
lain dalam hal ekonomi, politik, keamanan dll, dalam menciptakan tatanan
masyarakat baru yang rukun dan damai.
c. Pengertian Dialog
Dialog berasal dari kata dia ( dua) logos (kata). Maka dialog dimaksudkan adalah
pembicaraan dua arah, dan bukan monolog (pembicaraan satu arah). Maka dialog
mengandaikan adanya saling mendengarkan, saling mengerti dan saling memahami.
Dialog sering dimengerti sebagai komunikasi antar dua pihak atau lebih untuk memcapai
suatu pengertian.
Maka dialog bukan usaha untuk saling mempengaruhi atau meyakinkan, agar pendapat
saya diterima orang lain, tetapi usaha untuk memberi informasi setepat-tepatnya agar
orang lain dapat memperoleh pemahaman yang benar mengenai suatu hal.
d. Syarat Dialog

1. Mempunyai semangat dialogal:


 Kepribadian utuh, karena harus melibatkan seluruh krpibadiannya dalam dialog,
dan otentik, karena harus mampu menghargai pihak lain dan tidak berusaha
memperalat pihak lain.

30
 Terbuka: bersedia mengungkapkan diri sebenarnya, dan juga bersedia
mendengarkan orang lain setulusnya.
 Disiplin: mematuhi aturan2 dialog. Disiplin dalam berbicara, tidak keluar kontek
dan disiplin dlm bidang waktu dan tempat.

2. Mampu mengetahui , memahai dan mengatasi setiap riuntangan yang akan


menghambat jalannya dialog:
 Rintangan kepribadian: perlu diupayakan sikap rendah hatri, mampu menghargai
orang lain, tidak meremehkan dan selalu membela dan mempertahankan
pendapatnya sendiri.
 Rintangan bahasa-agama: Setiap agama mempunyai istilah2 teologis yang khas
untuk mengungkapkan iman. Istilah2 agama sangat 31anya3131 belakangi oleh
31anya31 budaya dan konsep teologis tertentu, maka perlu diupayakan
memahami istilah dengan tepat denagn segala konotasinya, dan dipihak lain
gunakanlah bahasa-bahasa yang tidak menimbulkan salah pengertian, tanpa
penjelasan yang cukup.
3. Bentuk Dialog
 Dialog kehidupan: adalah bentuk kerjasama antar pemeluk agama yang berbeda-
beda dalam menggumuli persoalan-persoalan hidup bersama. Misalanya
bersama-sama menangani isu-isu keadilan 31anya31, HAM, membantu korban-
korban bancana alam dll. Dialog ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di
masyarakat, di sekolah, di tempat kerja dll, dan tidak menyinggung hal2 yang
bersifat teologis
 Dialog kerja: antar pemeluk agama yang berbeda-beda membuta proyek bersama
dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam masyarakat. Misalnya mengentaskan
kemiskinan.
 Dialog ajaran (teologis). Dialog antar pemeluk agama yang berbeda-beda untuk
saling mengjelaskan ajaran dan pemahaman mereka untuk saling mengerti,
memahami dan menghormati. Salin memberi informasi yang tepat mengenai
agama dan kepercayaannya agar tidak saling salah pengertian, karena
pemahaman yang keliru.
 Dialog pengalaman 31anya3131us/dialog spiritual. Dialog antar umat beragama
yang berbeda-beda yang berupa kegiatan doa bersama atau meditasi bersama
mendoakan siatusi 31anya31, atau siatuasi-situasi khusus yang membutuhkan
doa-doa kita bersama. Dalam kesempatan itu masing-masing agama berdoa
sesuai dengan iman kepercayaan masing-masing, dan yang lain ikut
berpartisipasi dengan saling menghormati dan menghargai.
4. Prinsip Dialog
a. Dialog sebagai upaya terus menerus untuk saling memahami:
 Memahami kekayaan tradisi agama lain.
 Bila mungkin, lakukan dialog ekumenis.
 Membiarkan orang lain mengungkapkan dirinya dengan bebas, tanpa
merasa takut.
b. Menyadari orang lain punya loyalitas pada agamanya.
c. Mempersiapkan dialog dengan baik:
Lakukan pendekatan penuh respek.
Jangan menyinggung keburukan agama lain.
Jangan terpancing issue2 separatis, tapi concern pada issue2 persatuan.

31
Sikap “fair” dalam dialog dan tidak berusaha mem[engaruhi pihak lain dengan
ajaran kita
d. Dialog sebagai kegiatan bersama:
o Mulai dari mengangkat issue-issue dalam kehidupan bersama: misalnya
persoalan 32anya32 ekonimi, politik dan budaya. Masalah-masalah
perdamaian, lingkungan hidup. HAM dll.
o Melakukan upaya-upaya melalui pendidikan. Pendidikan dijadikan
sarana pendidikan nilai yang benar agar mampu menghormati para
founding fathers, memberi informasi yang benar mengenai agama-
agama.
o Dialog juga diupayakan memalui dunia masmedia, agar pemberitaan-
pemberitaan tidak mendeskriditkan salah satu agama, tetapi memberi
imformasi yang benar dan seimbang, untuk mengupayakan persatuan.
o Sharing insight dan pendekatan spiritual untuk meningkatkan respek
terhadap tradisi agama lain. Misalnya dengan ikut dalam ibadat-ibadat
agama lain.
o Perlu persiapan: ada kesempatan 32anya jawab setelah ibadat untuk
saling memahami.Biarkan orang memperkaya diri dan mengalami
“petobatan” bukan dengan pindah agama, tetapi dengan menjadi manusia
yang semakin baik

000OOOO0000

32
BUKU REFERENSI

1.. Bahan Wajib :


 Mariasusai Dhavamony., (2007). Fenomenologi Agama. Yogyakarta:
Kanisius.
 Tom Jacobs, SJ., (2006). Paham Allah: Dalam Filsafat, Agama-agama
dan Teologi. Yogyakarta: Kanisius.
 Dr. Nico Syukur Dister, OFM., (1994). Pengalaman dan Motivasi
Beragama. Yogyakarta: Kanisius.
 K. Bertens., (2003). Keprihatinan Moral. Yogyakarta: Kanisius.
 Drs. D. Hendropuspito, O.C., (1994). Sosiologi Agama. Yogyakarta:
Kanisius.
 Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
 Michael Keene., (2006). Agama-agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius.

3. Bahan Pelengkap:
 Linda Smith & William Raeper., (2000). Ide Filsafat dan Agama Dulu
dan Sekarang. Yogyakarta: Kanisius
 Emmons, R.A. (1999). The Psychology of ultimate concerns: Motivation
and spirituality in personality. New York: Guilford.
 Fordyce, M.W. (1988). Areview of research on the happiness measures:
Asixty second index of happiness and mental health. Social Indicators
Research, 20, 355–381.
 Keys, C. L. M., & Lopez, S. J. (2002). Toward a science of mental
health: Positive directions in diagnosis and interventions. Dalam C. R.
Synder, & S. J. Lopez (Eds), Handbook of psychology. London: Oxford
University Press, (45-59)
 Koenig, H. G., McCullough, M. E., & Larson, D. B. (2001). Hanbook of
religion and health. London: Oxford University Press.
 Compton, W.C. (2005). An Introduction to Positive Psychology. USA:
Thomson Learning Inc.
 Brebner, J., Donaldson, J., Kirby., N., & Ward, L. (1995). Relationships
between happiness and personality. Personality and Individual
Differences, 19, 251–258.
 Brehm, S.S., & Kassin, S.M. (1990). Social Psychology. Boston:
Houghton Miffin Company.

33

Anda mungkin juga menyukai