BAB II
LANDASAN TEORI
1. SISTEM
Sistem adalah suatu kesatuan perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari
pandangan, teori dan asas. Menurut wikipedia berbahasa Indonesia, pengertian
sistem dalam pengertian yang paling umum adalah sekumpulan benda yang
memiliki hubungan di antara mereka. Kata sistem sendiri berasal dari bahasa
Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri
komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi. Dibawah ini adalah pengertian sistem menurut para
ahli :
2. Religi
Prof. Dr. M. Driyarkara, S.J. mengatakan bahwa kata agama kami ganti
dengan kata religi, karena kata religi lebih luas, menganai gejala-gejala dalam
lingkungan hidup dan prinsip. Istilah religi menurut kata asalnya berarti ikatan
atau pengikatan diri. Oleh sebab itu, religi tidak hanya untuk kini atau nanti
melainkan untuk selama hidup. Dalam religi manusia melihat dirinya dalam
keadaan yang membutuhkan, membutuhkan keselamatan dan membutuhkan
secara menyeluruh.
Namun pada dasarnya religi berasal dari kata religare dan relegare (Latin).
Religare memiliki makna ”suatu perbuatan yang memperhatikan kesungguh-
sungguhan dalam melakukannya”. Sedangkan Relegare memiliki makna
”perbuatan bersama dalam ikatan saling mengasihi”. Kedua istilah ini memiliki
corak individual dan sosial dalam suatu perbuatan religius.
3
Menurut Leslie A. White, bahwa salah satu unsur yang membentuk religi
itu adalah keyakinan (beliefe) adalah salah satu bagian dari sistem ideologi, sistem
tersebut merupakan bagian dari kebudayaan.
4
bentuk hubungan dengan obyek yang bersifat monotheisme, universal dan
berdasarkan wahyu tertulis serta teruji dalam sejarah yang panjang.
1) Religi itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan nila susila yang agung
2) Religi itu memiliki nilai, dan bukannya sistem ilmu pengetahuan. Religi
juga sesuatu yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan rasio.
4) Religi sangat mempercayai adanya Tuhan, hukum kesusilaan, dan roh yang
abadi.
Sumber penting di dalam religi adalah adanya empat hal yang muncul
yang berkaitan dengan perasaan: yakni takut, takjub, rasa syukur, dan masuk
akal. Di dalam perkembangannya, animisme berubah menjadi politeisme, dan lalu
berubah menjadi monoteisme.
Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa religi adalah suatu sistem
yang memperlihatkan adanya kesalinghubungan antar lima unsur yang ada
didalamnya yakni emosi keagamaan, sistem kepercayaan, sistem upacara
keagamaan, peralatan upacara dan kelompok keagamaan.
5
B. PERHATIAN ANTROPOLOGI TERHADAP SISTEM RELIGI
Sejak lama, ketika ilmu antropologi belum ada dan hanya merupakan
suatu himpunan tulisan mengenai adat‐istiadat yang aneh‐aneh dari suku‐suku
bangsa di luar Eropa, religi telah menjadi suatu pokok penting dalam biku‐buku
para pengarang tulisan‐tulisan etnografi mengenai suku‐suku bangsa itu.
6
jelas orang akan melihat kepada apa yang dianggapnya sisa‐sisa dari bentuk‐
bentuk tua dari gejala itu. Dengan demikian bahan etnorgafi mengenai upacara
keagamaan dari berbagai suku bangsa di dunia sangat banyak diperhatikan dalam
usaha penyusun teori‐teori tentang asal‐mula agama.
Berdasarkan teori asal mula religi, dapat di lihat bahwa masing masing
ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda. Namun dari bentuk-bentuk religi
paling tidak terdapat lima unsur dasar religi yaitu:
1. Emosi Keagamaan
2. Sistem kepercayaan
7
contoh: sebuah Genta kecil yang di pegang oleh seorang pendeta/pedande dengan
membaca doa pada saat upacara. Bentuk bentuk upacara keagamaan diantaranya,
bersaji, berdoa,berkorban,berpuasa,intoxinasi,dan bersemedi. Perayaan korban
adalah sebuah peristiwa yang sangat menggembirakan, menurut Robertson setiap
upacara korban pada mulanya adalah upacara kelompok,kekerabatan dan
penyembelihan binatang korban pada mulanya adalah tindakan yang di larang dan
hanya di benarkan jika seluruh kelompok mempertanggungjawabkan nya.
4. Peralatan/Perlengkapan Upacara
8
emosi keagamaan akan memberikan corak kesungguhan. 5) isi keyakinan juga
akan menentukan macam baik kuantitas dan kualitas. 7) isi keyakinan akan
menentukan macam klasifikasi Petugas keagamaan. 8) upacara akan
memantapkan status orang serta mengentalkan ikatan sosial. 10) peralatan dan
benda benda upacara akan memantapkan status sosial peyakin.
2. Animisme
3. Animatisme
4. Pra-animisme (dinamisme)
Kepercayaan pada kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar
biasa dan terdiri dari aktivitas religi yang berpedoman pada kepercayaan tesebut.
9
5. Totemisme
Totem bukan saja sebagai sistem agama, tetapi juga sebagai sistem sosial
karena ia terdiri dari kewajiban timbal balik antara anggota kelompok lain dengan
yang lain. Totem dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (1) Totem suku, yang
dimiliki bersama oleh satu suku dan diwariskan dari generasi ke generasi; (2)
Totem jenis kelamin; (3) Totem individu.
6. Politheisme
Kepercayaan pada satu sistem yang luas dari dewa-dewa dan terdiri dari
upacara pemujaan dewa-dewa. Dewa dan dewi merupakan makhluk yang
dianggap mengendalikan alam semesta serta menguasai alam-alam tertentu dari
alam semesta.
7. Monoteisme
8. Mistik
10