Anda di halaman 1dari 5

1.

Menjelaskan sikap kepada upacara hal yang gaib

2. Menjelaskan persamaan unsur kebudayaan


Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan
bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di
berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah
A. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai
bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik.
Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan
pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya
kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa
menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
B. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang
berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak dapat
bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa
berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat
apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk
membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan
tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya.
C. Sistem Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi
untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok
sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat
istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana
dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi
sosial dalam kehidupannya.
D. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam
memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat
berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi
yang masih sederhana.
Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup
dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
E. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara
mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya.
F. Sistem Religi
asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa
manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih
tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk
berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural
tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal
mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar
Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
G. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas
kesenian suatu masyarakat tradisional.
Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau
artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal
tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada Teknik-teknik dan proses
pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti
perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

3. Menjelaskan teori tentang agama


Teori asal usul agama
Teori-teori terpenting tentang asal mula dan inti religi. Masalah asal mula dan inti dari suatu
unsur universal seperti religi atau agama itu, tegasnya masalah mengapakah manusia percaya
kepada suatu kekuatan yang dianggap lebih tinggi daripadanya, dan masalah mengapakah
manusia melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna untuk mencari
hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi, telah menjadi objek perhatian para ahli pikir sejak
lama. Adapun mengenai soal itu ada berbagai pendirian dan teori yang berbeda-beda. Teori-
teori yang terpenting adalah:
 Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena manusia mulai
sadar akan adanya faham jiwa.
 Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena manusia
mengakui adanya banyak gejala yang tidak dapat diterangkan dengan akalnya.
 Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi dengan maksud untuk
menghadapi krisis-krisis yang ada dalam jangka waktu hidup manusia.
 Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena kejadian-kejadian
yang luar biasa dalam hidupnya, dan dalam alam sekelilingnya.
 Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena suatu getaran atau
emosi yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat dari pengaruh rasa
kesatuan sebagai warga masyarakatnya.
 Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena manusia mendapat
suatu firman dari Tuhan.

A. Teori Berorientasi kepada Keyakinan Keagamaan


Tokoh yang memakai pendekatan kepercayaan penganut agama terhadap agamanya
dipelopori oleh Andrew Lang (1884-1912), seorang sastrawan Inggris. Dari data etnograf
yang ditemukannya tentang kepercayaan banyak masyarakat primitif, seperti suku Ona, dan
Yaghan di pulau-pulau sebelah selatan Amerika Selatan, suku-suku asli di Australia, suku-
suku di pedalaman Irian Jaya, suku Bushman di Afrika Selatan, dan lain-lain, Lang
berkesimpulan bahwa kepercayaan beragama berasal dari kepercayaan kepada dewa atau
kekuatan gaib tinggi. Dalam agama besar dunia, dewa tersebut dinamakan Tuhan. R.R.
Marett (1886-1940) berpendapat bahwa kepercayaan beragama berasal dari kepercayaan akan
adanya kekuatan gaib luar biasa yang menjadi penyebab dari gejala-gejala yang tidak dapat
dilakukan manusia biasa. Kekuatan gaib berupa mana yang dipercayai orang Melanesia dapat
juga dimiliki mana mampu mengerjakan sesuatu yang tidak boleh dikerjakan oleh manusia
biasa. Orang yang memiliki mana berkuasa dan mampu memimpin orang lain.
B. Teori yang Berorientasi kepada Sikap Manusia Terhadap yang Gaib
Rudolf Otto menekankan sikap kagum terpesona dari penganut agam terhadap zat yang gaib
(mysterium), maha dahsyat, maha baik, maha adil, maha bijaksana (tremendum) dan keramat
(sacer). Karena itu, manusia tertarik untuk bersatu dengan zat tersebut. Teori Otto tampak
cocok dengan agam besar duunia, dan tidak cocok dengan agam primitif. Otto berpendapat
bahwa kepercayaan masyarakat primitif belumlah agama, hanya tahap pendahuluan kepada
agama.
C. Teori yang Berorientasi kepada Upacara Religi
Robertson Smith (1846-1894), seseorang ahli teologi, sastra Smith, dan ilmu pasti,
mengingatkan bahwa disamping sisitem kepercayaan dan doktrin, agama punyta sistem
upacara yang relatif tetap pada banyak agama, yaitu upacara keagamaan, walaupun
keyakinan masyarakat itu sendiri sudah berubah. Upacara itu berguna untuk mengintensifkan
solidaritas sosial. Upacara tersebut, selain banyak yang melakukannya sungguhsungguh
untuk berbakti kepada Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya, tetapi banyak pula yang
melakukannya sekadar kewajiban sosial. Dalam memberikan sesaji pada upacara tersebut
yang manusia juga ikut makan bagian tertentu dari yang dipersembahkan, seperti daging
hewan yang dipersembahkan,
Teori sosiologi
Teori Sosiologis Teori evolusi dan asal-usul agama tidak memerhatikan fungsi agama
terhadap komponen budaya yang lain, bahkan merendahkan kehidupan beragama dibanding
kehidupan modern yang sekuler. Lain halnya dengan teori sosiologis. Teori ini menunjukkan
perhatian kepada pertanyaan tentang apa fungsi agama bagi kehidupan manusia.
A. Agama Menurut Durkheim
Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu "sistem kepercayaan dan praktek yang telah
dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudu, kepercayaan-kepercayaan dan
praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal." Dari definisi ini
ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu "sifat
kudus" dari agama dan "praktek-praktek ritual" dari agama. Agama tidak harus melibatkan
adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi agama tidak dapat melepaskan
kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi, ketika salah satu unsur
tersebut terlepas. Di sini dapat kita lihat bahwa sesuatu itu disebut agama bukan dilihat dari
substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan dua ciri tadi. Kita juga akan melihat
nanti bahwa menurut Durkheim agama selalu memiliki hubungan dengan masyarakatnya, dan
memiliki sifat yang historis.
B. Agama menurut Max Weber
Mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan kepada sesuatu yang gaib yang pada akhirnya
muncul dan memengaruhi kehidupan kelompok masyarakat yang ada (Abdullah, 1997). Ia
juga mengatakan bahwa agama itu beraneka, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Yudaisme
dan Jainiseme, merupakan agama-agama keselamatan, meskipun dalam tradisi-tradisinya
menggunakan cara-cara yang berbeda dalam merespon terkait pelaksanaannya (Turner,
2010).
Max Weber lebih menekan kajiannya pada tindakan sosial. Yang mana, sesuatu yang
dilakukan tersebut memberikan sebuah pengaruh terhadap orang lain dan tidak lepas dari
adanya keterkaitan dengan orang-orang yang ada di sekitar. Secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi pandangan-pandangannya tentang agama.
C. Agama menurut Lucien levy bruhl
Levy-Bruh ahli sejarah dan filsafat Prancis, terkenal karena karya-karyanya mengenai
mentalitas primitif. Ia membantah teori jiwa yang dikemukankan oleh Tylor karena
menurutnya tidak mungkin manusia primitif berpikir abstrak.
Cara berpikir primitif tunduk pada kaidah partisipasi, mengandung unsur mistik, dan masih
pralogis. Proses rohani masyarakat primitif mudahmenghubungkan hal-hal yang tampak pada
lahirnya sama, sebutannya sama, bunyinya sama, tempat dan waktu yang berdekatan.
Prose jiwa primitif yang pralogis, menurut Levy-Bruh dapat saja menganggap sesuatu ada
dan juga tidak ada pada suatu tempat atau suatu waktu. Jiwa mereka dapat sajamenganggap
suatu berada pada suatu tempat dan dapat berada pula pada tempat lain, seperti ruh dan Tuhan
dipercayai dapat berada pada bermacam tempat dan waktu
berarti bahwa agama adalah pandangan dan jalan hidup masyarakat primitif. Agama,
sebagaimana halnya magi, menurut Levy-Bruhl, tidak logis dan tidak rasional sehingga tidak
akan pernah mampu mengantarkan kehidupan kepada kemajuan. Cara pandang ini tidak lagi
fenomenologis atau verstehen, yaitu memahami gejala menurut apa yang dimaknai oleh
pemilik atau pelaku gejala tersebut, tetapi suatu pandangan dari orang luar yang menilai suatu
budaya lain dengan memakai kacamatanya sendiri.
Teori psikologi
Sigmund Freud (1856-1939) mulanya seorang dokter medis. Ia menyaksikan banyak penyakit
fisik dilatarbelakangi oleh gangguan jiwa. Ia juga menulis tentang agama dan agama
masyarakat primitif. Gangguan jiwa manusia, menurutnya, disebabkan keinginan hewani
manusia yang terkumpul dalam alam bawah sadar jiwa manusia (das Ich) banyak yang
terhalang untuk direalisasi oleh nilai-nilai ideal yang berada dalam jiwa manusia yang
dinamakan dengan superego (das uber Ich). Superego berasal dari tekanan hukum, moral,
agama, dan budaya.
Freud juga mengakui bahwa agama adalah kebutuhan psikologis manusia. Karena
ketidakmampuan manusia menghadapi berbagai bencana alam, mereka buat patung atau
lukisan yang menempatkan bahaya alam itu sebagai tempat pelampiasan kemarahan. Mereka
juga memerlukan orang kuat untuk menghadapi semua bencana, yaitu Tuhan. Tetapi Tuhan
itu sebenarnya adalah orang yang paling mereka cemburui dan takuti.

Anda mungkin juga menyukai