Anda di halaman 1dari 51

BAB III BENTUK, WUJUD DAN TUJUH UNSUR BUDAYA SUNDA

3.1 Bentuk dan Wujud Kebudayaan Seperti apa yang dikemukakan oleh pandangan sosiologi tentang pengertian kebudayaan bahwa bentuk kebudayaan itu ada dua bagian yaitu bentuk kebudayaan materil dan bentuk kebudayaan non-materil. Bentuk kebudayaan materil adalah hasil cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang berbentuk benda, seperti halnya; gedung-gedung, jalan, alat komunikasi, alat musik, pakaian, alat-alat rumahtangga dan lain sebagainya. Sedangkan kebudayaan non-materil adalah hasil cipta,rasa, karsa dan karya manusia yang berupa kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, keagamaan, seni olah vokal dan sebagainya. Kebudayaan pada hakekatnya harus mengandung sifatsifat keluhuran dan kehalusan, dimana sifat tersebut merupakan salah satu unsur yang menentukan tinggi rendahnya nilai-nilai hakiki dari budaya itu. Sebagai contoh kita mengambil hasil budaya masyarakat barat yang terkenal canggih ilmu pengetahuannya yaitu ilmu tentang nuklir. Ilmu tentang nuklir adalah hasil daya cipta manusia barat yang sangat tinggi nilainya dan sangat besar faedahnya bagi kemajuan dan kesejahteraan kehidupan manusia. Akan tetapi apabila digunakan sebagai alat perang yang dasyat maka menjadi pembunuh raksasa tanpa peri kemanusiaan. Dengan demikian diukur secara hakiki dari budaya adalah sangat rendah. Menurut Koentjaraningrat (1992:5) kebudayaan dapat dibagi menjadi empat wujud kebudayaan sebagai berikut : 1. Wujud Idea 2. Wujud Sosial 3. Wujud Fisik 4. Wujud Nilai

36

37

C D B A

Keterangan kerangka kebudayaan tersebut: A = Sistem Budaya/wujud idea B = Sistem Sosial/wujud sosial C = Kebudayaan Fisik/wujud fisik D = Sistem Nilai Kerangka kebudayaan merupakan dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang dikombinasikan ke dalam suatu bagan lingkaran. Kerangka kebudayaan digambarkan dengan tiga lingkaran konsentris. Sistem budaya digambarkan dalam lingkaran yang paling dalam dan merupakan inti, sistem sosial dilambangkan dengan lingkaran kedua, sedangkan kebudayaan fisik dilambangkan dengan lingkaran yang paling luar. Unsur kebudayaan universal yang tujuh macam dilambangkan dengan membagi lingkaran tersebut dengan tujuh bidang dari ketujuh unsur budaya tersebut. Oleh karena itu tiap unsur kebudayaan itu membpunyai tiga wujud budaya. Wujud Ide ini sifatnya abstrak, lokasinya ada di dalam kepala kita masing-masing, wujud ide ini baru akan nampak apabila dibuat dalam karangan, buku-buku, mikro film, disket dan lain-lain. Wujud ini dapat pula kita sebut adat tatakelakuan, maksudnya menunjukan bahwa kebudayaan ide itu biasanya berfungsi sebagai tatakelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat. Wujud Kelakuan ini berpola dari manusia dalam masyarakat yang sring disebut sistem sosial, misalnya manusia melakukan hubungan, bergaul satu sama lainnya, hal semacam ini senantiasa berpola menurut pola-pola tertentu berdasatkan adat istiadatnya.

38 Wujud Fisik bisa disebut juga sebagai wujud benda hasil karya manusia, wujud ini sifatnya paling kongkrit, nyata, dapat dilihat, dan diraba. Wujud Nilai merupakan pilihan terhadap cara atau tujuan, seperti yang dirumuskan oleh Kluckhohn (Rohmat Mulyana; 2004:10) Ia mendefinisikan nilai sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan individu atau cirri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Selain itu juga Koentjaraningrat (1992:2) mengatakan bahwa pada dasarnya kebudayaan memiliki tujuh unsur kebudayaan yaitu : 1. Sitem Religi dan Kepercayaan 2. Sistem Organisasi dan Sosial Kemasyarakatan 3. Sistem Ilmu Pengetahuan 4. Sistem Bahasa 5. Sistem Kesenian 6. Sistem Pola Mata Pencaharian 7. Sistem Teknologi Peralatan. Tujuh unsur budaya inilah yang akan kita bahas secara khusus dalam materi dasar budaya Sunda, yang secara sederhana bisa memberikan gambaran tentang kehidupan manusia Sunda dilihat dari tujuh unsur budaya menurut Koentjaraningrat tersebut. Bagaimana gambaran umum mengenai sistem religi dan kepercayaan manusia Sunda yang lahir dari talariparanti para karuhun dan kehidupan manusia Sunda saat ini, bagaimana gambaran umum mengenai sistem organisasi dan sosial kemasyarakatan Sunda waktu dahulu dengan perkembangannya saat ini, bagaimana gambaran umum sistem ilmu pengetahuan masyarakat Sunda tempo dulu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, bagaimana gambaran umum tentang bahasa Sunda secara lisan maupun tulisan dalam kenyataannya saat ini, bagaimana gambaran umum kesenian Sunda yang beraneka ragam dengan pengaruh budaya luar dan pelestarian kesenian Sunda saat ini, bagaimana gambaran umum mengenai pola mata pencaharian hidup manusia sunda dahulu dengan sekarang setelah menjamurnya perusahaan-perusahaan bersar dengan teknologi canggihnya, serta bagaimana gambaran umum tentang teknologi peralatan Sunda tradisional dengan perkembangan teknologi perlengkapan moderen.

39 3.2 Sitem Religi dan Kepercayaan Untuk mengetahui sistem Religi dan Kepercayaan dimasyarakat Sunda terlebih dahulu kita harus menyamakan persepsi mengenai apa itu Agama ?, Religi ?, dan Kepercayaan ?. Menurut Koentjaraningrat Religi adalah merupakan bagian dari kebudayaan. Ada pendirian yang mengatakan bahwa suatu sistem religi merupakan suatu agama, hanya bagi penganutnya. Sistem religi Islam merupakan agama hanya bagi umat Islam, sistem religi Hindu Dharma merupakan suatu agama bagi sebagian besar orang Bali. Ada juga pendirian lain, yaitu bahwa agama adalah semua sistem religi yang secara resmi diakui oleh negara kita. E. Durkheim (Koentjaraningrat; 1992:144) dalam bukunya Les Formes Elementaires de La Vie Religiense (1912); mengatakan bahwa tiap religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen sebagai berikut : 1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia itu bersifat religius. 2. Sistem keyakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan tentang wujud dari alam gaib (supernatural), serta segala nilai, norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan. 3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa, atau mahlukmahluk halus yang mendiami alam gaib. 4. Umat atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan tersebut dalam sub 2, dan yang melaksanakan sistem ritus dan upacara tersebut dalam sub 3. Keempat komponen tersebut sudah tentu terjalin erat satu dengan yang lain menjadi suatu sistem yang terintegrasi secara bulat. Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakan jiwa manusia. Selanjutnya Koentjaraningrat mengatakan bahwa sistem keyakinan dalam suatu religi dijiwai oleh emosi keagamaan juga bisa dikobarkan oleh sistem kepercayaan. Hal ini bisa tergambar dari bagan dibawah ini.

40 Sistem Kepercayaan

Emosi Keagamaan Kelompok Keagamaan Sistem Upacara Keagamaan

Kesimpulan menurut Koentjaraningrat mengenai tiga konsep beserta istilahnya : 1. Agama yang bisa kita pakai untuk menyebut semua agama yang diakui secara resmi dalam negara kita yaitu; Islam, Protestan, Katholik, Hindu dan Budha. 2. Religi yang bisa kita pakai kalau kita bicara tentang sistem sistem atau belum diakui secara resmi seperti; konghucu, Seventh Day Advent, Gerja Pinkster dan segala macam gerakan kebatinan, dan sebagainya. 3. Kepercayaan yang mempunyai arti yang khas, yaitu komponen kedua dalam tiap agama maupun religi. 1) Hakikat Agama dan Kepercayaan bagi Masyarakat Sunda. Orang Sunda seperti orang Indonesia lainnya, umumnya berpandangan bahwa hidup manusia bukan hanya berlangsung di dunia ini saja melainkan juga di dunia sana setelah manusia meninggal. Hal ini mempengaruhi dengan kuat tingkah laku orang sunda, apalagi masyarakat Sunda pada umumnya beragama Islam, yang mengajarkan antara lain bahwa setiap orang bertanggungjawab atas tingkah lakunya yang baik ataupun yang tidak baik. Hal inilah yang ditanamkan sejak kecil oleh orang sunda pada anaknya, yang membuat orang sunda dengan tegas membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Pepatah kearah sana misalnya cita-cita orang sunda pada umumnya adalah cageur, bageur, bener, pinter jeung jujur. Dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat sunda, hal-hal yang dilarang banyak ditunjukan dengan kata pamali, misalnya; pamali menikah mendahului kakak (yang disebut calutak). Yang melanggar pamali akan ditimpa kemalangan, yang sebenarnya dimaksudkan agar dia sadar (baik secara psihis maupun psikologis). Diantara yang harus atau sebaliknya dilakukan agar hidup kita selamat disamping melakukan kewajiban yang berdasarkan agama Islam adalah juga melakukan talari paranti karuhun atau adat

41 karuhun ialah kebiasaan sakral yang diwariskan nenek moyang sangkan salamet rahayu hirup urang. Pandangan-pandangan di bidang keagamaan dan kepercayaan dari masa pra-Islam mungkin masih melekat dalam cara hidup orang sunda saat ini yang sebagian besar beragama Islam.(ada diantaranya tokoh/budayawan sunda yang mengatakan ; apabila orang sunda tidak beragama Islam rasanya kuran pas). Orang sunda merasa bahwa hidup ini merupakan satu kesatuan kosmis, dimana semua unsur-unsurnya berhubungan dan dapat saling mempengaruhi. Karena itulah banyak sekali kata pamali, sumpah, cadu dan yang lainnya, yaitu larangan-larangan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Yang dilanggar tidak hanya membawa akibat bahkan malapetaka bagi pelanggarnya, tetapi bagi seluruh masyarakat dimana ia tinggal (Hiding, 1935:18). Disamping larangan-larangan terdapat anjuran-anjuran yang akan dirasakan tidak logis kalau dipandang dalam rangkaian satu kesatuan kosmis tersebut tadi, misalnya agar mempunyai hati yang berani kita harus memakan hati harimau, agar tidak diganggu mahluk jahil seperti; kuntilanak, genderewo, jurig, dedemit, ririwa dan yang lainnya, seorang ibu yang sedang hamil harus membawa jarum atau tusuk konde atau barang kecil yang tajam lainnya kalau bepergian. Kemudian ada kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang atau karuhun untuk meminta berkah sebelum menjalakan sesuatu pekerjaan seperti hajatan, Khitanan, pernikahan dan sebagainya, dengan cara nyekar/nadran/ngembang. Dimasyarakat Ciamis satu kepercayaan terhadap kehidupan Onom yang bertempat tinggal di Rawa Lakbok terutama pulau Majeti. Konon ceritanya di daerah tersebut banyak masyarakat yang cecara kebetulan melihat kehidupan Onom, yang hidupnya seperti manusia; pergi kepasar, berladang, hiburan ,hajatan dan lain sebagainya. Apabila suatu saat Onom sedang kariaan atau hajatan banyak perabotan rumah tangga masyarakat disekitarnya hilang tiba-tiba karena dipinjam sama Onom untuk hajatan, dan berselang beberapa hari ada lagi ditempat semula. Selain itu juga ada diantaranya kepercayaan masyarakat sunda yang menghubungkan dengan hari-hari besar keagamaan, seperti halnya tiap bulan mulud di daerah Ciamis (panjalu) ada istilah upacara turun jimat dan didaerah Cirebon ada istilah upacara panjang jimat yang dilaksanakan oleh Keraton Kesepuhan Cirebon.

42

2) Tradisi Dalam Siklus Kehidupan Masyarakat Sunda. Dalam kehidupan masyarakat Sunda secara mendasar penuh dengan upacara tradisional yang bersipat ritual (suci), karena dalam mengungkapkan tata cara daur hidup baik selamatan maupun permintaan sesuatu, berhubungan langsung dengan Yang Maha Kuasa. Dalam daur hidup masyarakat Sunda yang religius itu tercermin bahwa dalam perjalanan hidupnya tidak lepas dari Yang Maha Kuasa, walaupun dalam pelaksanaannya menggunakan lambang/siloka, tetapi menggambarkan dalam dirinya bahwa aku adalah tak berdaya, jadi aku hidup dan mati adalah Kuasa - Nya. Upacara tradisional dimasyarakat Sunda berhubungan dengan lingkaran hidup, dimana dari sejak manusia dikandung sampai setelah meninggal, kehidupan manusia Sunda penuh dengan upacara-upacara yang dapat dibagi kedalam tiga bagian : 1. Upacara adat sebelum lahir, yang terdiri dari: a. Hajat Bangsal (gabah) b. Tingkeban (upacara kandungan tujuh bulan) c. Hajat Bubur Lolos. 2. Upacara adat selama hidup, yang terdiri dari : a. Kelahiran b. Ngahuripan c. Mahinum atau Tasyakur (40 hari usia bayi) d. Khitanan e. Perkawinan. 3. Upacara adat setelah meninggal, yang terdiri dari : a. Nyusur tanah (pada hari kematian) b. Tiluna (hari ketiga kematian) c. Tujuhna (hari ketujuh kematian) d. Matang puluh (hari keempatpuluh kematian) e. Natus (hari keseratus kematian) f. Newu (hari keseribu kematian) g. Mendak tahun (ulangtahun kematian).

43 3) Perkembangan Sistem Religi dan Kepercayaan Masyarakat Sunda. 1. Periode Sebelum Islam. Dipandang dari sejarah orang Sunda dibidang keagamaan dan kepercayaan seperti banyak suku bangsa Indonesia lainnya, pada dasarnya masyarakat Sunda mengalami empat periode dibidang keagaamaan yaitu ; Dinamisme dan Animisme, Hindu dan Budha, Islam, serta Protestan dan Katholik yang dibawa oleh penguasa barat ketika mereka berkuasa ditanah air selama kurang lebih tiga setengah abad. Berdasarkan hal diatas, maka periode sebelum Islam yaitu pengaruh Dinamisme dan Animisme, Hindu dan Budha. Pengaruh Dinamisme dan Animisme terhadap kehidupan masyarakat Sunda saat ini dapat kita rasakan dalam kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan suatu benda dan roh-roh halus yang dapat menolong kesusahan manusia untuk berbagai hal atau kepentingan manusia dalam tujuan tertentu. Dinamisme berasal dari kata Yunani yaitu Dynamis yang artinya kekuasaan, kekuatan, khasiat dan sejenis faham perasaan keagamaan. Jadi Dinamisme ialah kepercayaan satu daya kekuatan atau kekuasaan yang kramat dan tidak berpribadi, yang dapat dianggap halus ataupun berjasad, semacam benih pusaka keramat, yang dapat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki (Drs. H. Moh. Rifai, 1984:7). Animisme berasal dari perkataan latin Anima artinya nyawa. Jadi Animisme ialah kepercayaan terhadap roh - roh halus para leluhur atau nenek moyang yang telah meninggal yang dapat memberikan petunjuk atau bantuan terhadap sesuatu hal yang sedang atau yang ingin dilakukan oleh manusia. Pengaruh agama Hindu dan Budha juga dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda yang masih terlihat saat ini sperti halnya persembahan sesajen kepada roh-roh para karuhun atau dalam membakar kemenyan yang mengawali persembahan atau permohonan tertentu dalam berbagai tujuan yang dilakukan manusia. Hindu dan Budha datang dari India melalui perdagangan para pengusaha India dengan kerajaan Padjajaran. Menurut Drs. R. Hidayat Suryalaga (1993:3) bahwa orang Sunda dulu sebelum memeluk dan menerima agama Islam, telah mengenal kepercayaan apa yang disebut dengan Sanghyang Tunggal. Sang adalah penanda Hormat, Hyang artinya goib, Tunggal artinya Satu atau Esa. Jadi Sanghyang Tunggal adalah

44 goib yang maha satu, sepintas kita lihat bahwa kepercayaan terhadap Sanghyang Tunggal sejalan dengan ajaran Islam dalam Surat AlIkhlas; Kulhu Wallahu Ahad. Setelah datang agama Hindu, masyarakat Sunda menempatkan seluruh Dewa Hindu dibawah kedudukan Sanghyang Tunggal, seperti; Trimurti (Brahma, Siwa dan Wisnu). Kemudian datang pengaruh Budha, maka sang Budha ditempatkan setingkat dengan para Dewa. Ketika agama Islam masuk, maka peralihan dari Sanghyang Tunggal menjadi ke Esaan Allah tidak menjadi masalah bagi masyarakat Sunda. Maka denga itulah masyarakat Sunda dahulu tidak mengekpresikan kepercayaannya dalam bentuk candi candi besar. 2. Periode Masuk Islam. Menurut Drs. Yosef Iskandar (1993:5) berdasarkan sejarah orang Sunda bukan orang gujarat atau orang pasai yang menyebarkan agama Islam ditatar Sunda, akan tetapi keluarga keraton kerajaan Sunda yang bernama Bratalagawa yang bergelah Haji Purwa Galuh, yang merupakan adik sepupu dan sekaligus adik ipar Maha Prabu Resi Niskala Wastukancana, yang menjadi Raja kerajaan Sunda selama 104 tahun (1371-1475) atas restunya dibangun Pondok Quro di Karawang yang dipimpin oleh Syeh Quro (Syekh Hasanudin),Syekh Hasanudin adalah putra Syekh Yusuf Sidiq ulama Islam terkenal dinegri Champa (Vietnam Selatan) datang kekarawang dengan menumpang kapal ekspedisi keluarga kerajaan Ming (Cina) dibawah pimpinan Ma Ceng Ho (Drs. Yuyus Suherman, 1995:13). Pondok Quro merupakan pesantren pertama ditatar Sunda. Ketika masa pemerintahan Sri Baduga Maha Raja tahun 1482-1521 masehi, penyebar Islam yang berhasil adalah putranya sendiri Pangeran Walangsungsang Yang bergelar Haji Abdulah Iman dibantu putrinya Nyi Putri Larasantang yang bergelar Hajah Syarifah Mudaim yang menikah dengan wali kota mesir yang bernama Abdullah, yang kemudian dianugrahi seorang putra yang diberi nama Syarif Hidayatulloh yang terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dan Syarif Narullah (adiknya Syarif Hidayatulloh). Menurut Yuyus Suherman (1995:68) di Pulau Jawa penyiaran Islam secara teratur dimulai sejak terbentuknya Wali Songo (Sembilan orang Wali) yang pada perkembangan selanjutnya bukan hanya berarti kelompok orang yang terdiri dari sembilan

45 orang saja. Namun lebih menyerupai satu dewan para wali dalam penyiaran Islam. Digunakan angka sembilan (songo, dari bahasa Jawa) mungkin berdasar dari anggapan yang sudah ada sebelumnya yaitu angka sembilan dipandang sebagai angka keramat (memiliki daya ghaib). Kesembilan orang wali itu adalah: Malik Ibrahim Maulana Magribi Maulana Malik Ibrahim Syekh Maulana Magribi Sunan Malik Ibrahim Sunan Gresik, Ali Rahmatullah Raden Rahmat Sunan Ampel, Makdun Ibrahim Sunan Bonang, Masaih Munat Sunan Drajat, Raden Paku Sunan Giri, Undeng Sunan Kudus, Raden Syahid Sunan Kalijaga, Raden Prawoto Sunan Muria, dan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Mereka di beri gelar wali yang berasal dari kata Waliullah (orang-orang yang dekat dengan Allah- Tuhan), juga disebut Sunan, berasal dari kata Susuhunan (Dijunjung tinggi dihormati). Raja-raja Muslim pada masa peralihan Hindu ke Islam memakai gelar: Pangeran, Maulana, Panembahan, Susuhunan dan Sultan. Gelar-gelar ini bersifat kerohanian, karena pada umumnya raja dianggap juga sebagai pemimpin agama (imam). 3.3 Sistem Oraganisasi dan Sosial Kemasyarakatan Untuk lebih mudah memahami tentang sistem sosial dan organisasi kemasyarakatan di masyarakat Sunda terlebih dahulu kita harus menyamakan dahulu persepsi tentang apa yang dimaksud dengan sistem sosial dan organisasi kemasyarakatan. Yang dimaksud dengan Sitem Sosial adalah merupakan sistem pengelompokan sosial berdasarkan atas umur, jenis kelamin, dan hubungan kekerabatan. Sedangkan Organisasi Kemasyarakatan adalah merupakan hubungan - hubungan yang terjadi antar individu atau kelompok individu di dalam masyarakat yang telah terpolakan, sehingga menjadi satu sistem hubungan. 1. Sistem Sosial Pengelompokan sosial berdasarkan umur adalah sebagai berikut: a. Orok yaitu berumur sejak waktu lahir sampai dua belas (12) bulan. b. Budak yaitu anak-anak yang berumur 1-15 tahun. c. Bujangan/mojang yaitu berumur 16-25 tahun d. Sawawa/dewasa yaitu berumur 26-40 tahun e. Kolot yaitu berumur 41 tahun ke atas. Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin. Perbedaan manusia berdasarkan jenis kelamin merupakan kodrat alami yang

46 justru memungkinkan manusia terus berlanjut dari generasi ke generasi. Perbedaan jenis kelamin ini dapat membedakan hal-hal sebagai berikut di antaranya adalah: a. Pekerjaan. b. Permainan. c. Warisan. d. Perjodohan. e. Pengambilan keputusan, dan sebagainya. Pengelompokan Kekerabatan dalam kehidupan masyarakat Sunda menganut sistem kekerabatan yang bersifat Parental. Istilah kekerabatan bagi masyarakat Sunda menunjukan sifat bilateral dan generasional. Dilihat dari ego, masyarakat Sunda mengenal istilah kekerabatan sampai tujuh generasi ke atas dan tujuh generasi ke bawah (tujuh turunan). Tujuh turunan ke atas adalah : Kolot; Embah; Buyut; Bao; Jangawareng; Udeg-udeg; Gantung siwur. Tujuh turunan ke bawah adalah : Anak; Incu; Buyut; Bao; Jangawareng; Udeg-udeg; Gantung siwur. 2. Organisasi Sosial/Kemasyarakatan. Dilihat dari sudut sejarah, organisasi sosial yang hidup dalam masyarakat di Jawa Barat ada yang mempunyai ciri-ciri lembaga/organisasi tradisional dan yang mempunyai ciri-ciri organisasi/organisasi modern. Yang dimaksud dengan organisasi tradisional adalah organisasi yang muncul sebagai hasil inisiatif dan kreatif masyarakat desa, yang didorong oleh kebutuhan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan organisasi modern adalah lahir karena sengaja dibentuk, biasanya dari pihak atas desa dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga-nya. Pada umumnya organisasi modern mulai ada pada awal abad ke-20, tatkala pemerintah kolonial secara formal memperkenalkannya kepada masyarakat desa, seperti halnya; Bank Desa, Lembaga Perkreditan, Pegadaian dan susunan Pemerintahan. Organisasi Tradisional yang masih banyak ditemui dan dilakukan oleh masyarakat Sunda adalah : 1). Organisasi Tradisional yang merupakan ikatan hubungan antara pemilik tanah dengan penggarap tanah seperti : a. Memaro yaitu bagian hasil panen sama. b. Mertelu yaitu bagian hasil panen 1 berbanding 2. c. Mlayang yaitu bagian hasil panen 10 sangga untuk 3 bau sawah.

47 d. Hejoan yaitu peminjaman uang yang dibayar dengan hasil panen.

2).Organisasi Tradisional yang erat hubungannya dengan kehidupan Desa di Priangan seperti : a. Hiras/Ngahiras, biasanya ada dalam mendirikan rumah, tandur, dan hajatan. b. Liliuran yaitu saling tukar tenaga dalam sesuatu pekerjaan A : B atau B : A. c. Kondangan/Ondangan/Uleman, biasanya terjadi dalam acara syukuran. 3).Organisasi Tradisional didasarkan atas kepentingan ekonomi, seperti: a. Sistem Ijon yaitu peminjaman padi pada musim paceklik dan dibayar pada musim panen dengan bunga yang tinggi. b. Sistem Nyambat yaitu Permintaan bantuan tenaga dari tetangga dengan imbalan materi. c. Sistem Ceblokan yaitu sitem kontrak penggarap sawah oleh satu kelompok petani sampai panen dan hasil panen dibagi sesuai kesepakatan. d. Sistem Pajegan yaitu sistem kontrak tidak sampai panen. e. Sistem Sewa Tanah yaitu menyewakan tanah kepada pemilik modal karena kebutuhan tertentu. Pada abad 19 di Banten masyarakat Desa dibedakan atas dua lapisan sosial yaitu : 1) Golongan Elit pada lapisan atas, seperti pemuka Agama, pamong Desa dan Jawara. 2) Golongan Rakyat Biasa pada lapisan bawah, seperti petani kecil, buruh tani dan bujang. Dalam kehidupan masyarakat Desa di masyarakat Sunda pada umumnya ada dua kelompok masyarakat yaitu : 1) Jalma Beunghar/Jalma Jegud atau Jalama Sugih. 2) Jalma Miskin/Jalma Masakat/Jalma Malarat atau Jalma Leutik. 3.4 Sistem Ilmu Pengetahuan Berbicara tentang definisi ilmu tidak akan pernah lengkap dan jelas oleh karena sifat definisi itu sendiri yang harus dinyatakan secara singkat padat. Dan sebenarnya definisi itu sekedar merupakan titik tolak bagi suatu penguraian dan analisa lebih lanjut, sehingga pada akhirnya menjadi lebih jelas batas serta ruang

48 lingkup penyelidikan ilmu yang didefinisikan itu dan menjadi lebih teranglah sifat pokok ilmu itu dan tempatnya dalam kerangka umum ilmu yang lain. Ada yang mengartikan bahwa ilmu adalah sekumpulan pengetahuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang dihadapi manusia. Sedangkan Pengetahuan adalah merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang sesuatu obyek tertentu. Fungsi Ilmu Pengetahuan adalah sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah yang dihadapinya sehari-hari. Tidak semua pengetahuan bisa atau dapat disebut Ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu dengan menggunakan metode ilmiah. Ilmu memulai dari pengalaman manusia dan berhenti dibatas pengalaman manusia. Seperti halnya adanya petir, hujan deras dan banjir, pertama kali manusia mengira adalah perbuatan Dewa Dewi. Manusia Sunda menghubungkan sakit, kelaparan dan berbagai bencana dengan mahluk halus yang sedang marah, dan lain sebagainya. Menurut Harsojo (1999:16) ilmu adalah merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan. Atau ilmu adalah kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan. Definisi tentang ilmu seperti dikemukakan di atas sebenarnya terlalu luas dan baru akan menjadi lebih jelas, apabila dapat ditegaskan lebih lanjut arti yang lebih terperinci mengenai pengetahuan, dan arti tentang sistematik dan organisasi yang digunakan dalam definisi itu. Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikatoleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindera manusia. Dalam definisi ini titik berat diletakkan pada metode ilmu. Memang yang mengikat semua ilmu ialah adanya metode ilmu yang digunakan untuk mensistematisasikan seluruh pengetahuan yang sifatnya masih fragmentis itu. Rumusan lain tentang ilmu ialah, bahwa ilmu merupakan suatu cara menganalisa yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: Jika..; maka... Dalam hubungan ini perlu diketengahkan, bagaimana sekumpulan pengetahuan itu harus disistematisasikan, akan tetapi apabila proposisi itu dimulai dengan kebenaran a priori, maka proposisi itu kehilangan sifat ilmiahnya. Demikianlah apabila kita pelajari dan kita bandingkan definisi tentang ilmu, sebagaimana sebagian telah dikemukakan

49 diatas, maka akan kita ketahui bahwa ciri pokok yang terdapat pada pengertian ilmu menurut Harsojo (1999:17) itu ialah: 1). Bahwa ilmu itu rasional. 2). Bahwa ilmu itu bersifat empiris. 3). Bahwa ilmu itu bersifat umum. 4). Bahwa ilmu itu bersifat akumulatif. Mengenai sifat ilmu yang rasional, dapat dijelaskan, bahwa yang dimaksud dengan rasional disini ialah suatu sifat kegiatan berpikir yang ditundukkan kepada logika formal Aristoteles dalam mengikuti urutan berpikir silogistik. Kemampuan berpikir rasional pada manusia dibawa oleh kemampuannya untuk dapat berpikir secara abstrak. Di samping itu manusia adalah mahluk yang dapat berpikir secara kompleks dan konsepsional, serta menyadari akan dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang.berpikir pada manusia erat hubungannya dengan kemampuannya menggunakan lambang, yang merupakan kemampuan manusiawi semata-mata, yaitu suatu kemampuan yang memberikan arti yang hampir tidak terbatas kepada seluruh obyak material, seperti pada suara, gerak, warna dan rasa. Kemampuan berlambang menyebabkan manusia dapat berbahasa dan berbicara. Kemampuan berpikir secara abstrak, kompleksdan konsepsional, berujud sebagai kenyataan kultural setelah manusia saling berkomunikasi, berasosiasi dalam kehidupan masyarakat. Dan potensi intelektualitu berkembangdalam kehidupan masyarakat dan mendapatkan ujudnya sebagai kebudayaan rohaniah seperti religi, magi, mitos, filsafat dan ilmu pengetahuan. Ilmu dikatakan bersifat empiris, oleh karena konklusinya yang diambil harus dapat ditundukkan kepada pemeriksaan atau pada verifikasi pancaindera manusia. Dalam hubungannya dengan sifat ilmu yang empiris itu, para ilmiawan dan terutama para filsuf dewasa ini kebanyakan sependapat, bahwa kita tidak dapat mempelajari dunia dan mengembangkan ilmu tanpa bantuan pancaindera kita. Dalam pada itu perlu diketengahkan bahwa kita tidak dapat mengingkari kenyataan, bahwa dalam menggunakan pancaindera kita harus menerima prasuposisi tertentu, atau kebenaran a priori tertentu yang tidak dapat diverifikasikan oleh pancaindera manusia. Prasuposisi ilmiah itu antara lain ialah kaidah logika formal dan hukum kausalitas, yang menjadi dasar ilmu yang menghasilkan kebenaran yang bersifat relatif. Ilmu yang berdiri atas dua unsur besar fakta dan teori mendefinisikan fakta sebagai observasi empiris yang diverifikasikan, sedang teori mempunyai

50 fungsi menetapkan hubungan yang terdapat diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidak dapat disusun hanya berdasarkan atas pengumpulan yang tidak sistematis dari fakta. Untuk menjadi ilmu, fakta harus disusun dalam satu sistematik, dihubung-hubungkan, diinterpretasikan. Tanpa adanya sistem atau tanpa adanya prinsif yang mengatur, singkatnya tanpa teori, fakta tidak mempunyai suatu arti. Ilmu bersifat umum berarti, bahwa kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu dapat diverifikasikan oleh para peninjau ilmiah. Dalam kebudayaan indonesia, khususnya dalam kebudayaan Sunda, dikenal istilah ngelmu, yang sifat, cara memiliki dan melaksanakannya bersifat rahasia. Sifat ngelmu tidak umum melainkan individual dan rahasia. Ngelmu tidak diajarkan secara klasikal. Obyek maupun metode ilmu harus dapat dipelajari dan diikuti secara umum dan dapat diajarkan dalam kelas secara bersama-sama. Kebenaran yang dihasilkan oleh suatu ilmu tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasiakan, melainkan hasil kebenaran ilmu justru memiliki nilai sosial, serta kewibawaan ilmiah setelah hasil itu diketahui, diselidiki dan dibenarkan validitasnya oleh sebanyak mungkin ahli dalam bidang ilmu tersebut. Oleh karena itu hasil suatu penelitian, untuk mendapatkan wibawa ilmiah maupun untuk memenuhi kewajiban moral, harus dipublikasikan agar dapat diketahui sebanyak mungkin ahli dan orang yang mempunyai minat terhadap persoalan itu. Adapun sifat ilmu yang lain adalah akumulatif. Untuk dapat mengerti sifat ilmu yang akumulatif, perlu kiranya diketengahkan hubungan antara ilmu dan kebudayaan. Sebagaimana kita ketahui, ilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan manusia. Berbeda dengan aspek alamiah yang ada pada manusia yang dimilikinya dari kelahiran, maka aspek budaya yang ada padanya meskipun mempunyai dasar ilmiah, organis atau biologis, dimiliki dengan jalan mempelajarinya secara sosial. Dan manusia dapat belajar, oleh karena manusia dapat berbahasa dan berbicara. Kemampuan berbahasa dan belajar yang ada pada manusia menyebabkan manusia dapat berbudaya, yaitu seluruh milik rohaniah dan material manusia yang didapat dari pelajaran. Kebudayaan dapat pula dikatakan sebagai seluruh tingkah laku yang dipelajari. Manusia yang sekarang ada di dunia itu tidaklah sekonyong-konyong kaya akan kebudayaan, tidak sekonyongkonyong beradab. Kebudayaan dan peradaban itu dikumpulkan, dipelajari dan diajarkan dari generasi ke generasi, ditambah, diubah

51 dan dilepaskan, sesuai dengan kebutuhan dan ukuran yang berlaku. Kebudayaan itu berakumulasi. Dan ilmu yang merupakan salah satu unsur kebudayaan manusia oleh karena kemampuan intelektualnya, kemudian menyelidiki dan mengumpulkan ilmu dari masa ke masa, dari abad ke abad, sehingga kita memiliki kekayaan ilmu yang ada dewasa ini. Tetapi perlu diingat bahwa ilmu yang dimiliki oleh umat manusia dewasa ini belumlah seberapa dibandingkan dengan rahasia alam semesta yang melingkupi manusia. Demikian halnya dengan sistem ilmu pengetahuan di masyarakat Sunda pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu yaitu : 1. Ilmu Pengetahuan Yang Rasional Ilmu pengetahuan yang rasional adalah ilmu pengetahuan yang dapat diterima oleh akal sehat dan dapat dibuktikan kebenaranya dengan menggunakan suatu metoda ilmiah. Seperti halnya dalam kehidupan masyarakat Sunda secara sederhana dapat terlihat dari pengolahan obat-obat tradisional dengan berbagai hasiatnya sebagai berikut : a. Obat sakit pinggang, sakit pinggang bisa saja disebabkan oleh banyak hal. Tidak buang hajat dalam satu hari atau dua hari, maka pinggang akan terasa sakit, masuk angin dan lain sebagainya dapat menyebabkan sakait pinggang. Sakit pinggang seperti yang satu ini, cobalah seperti berikut ini : 10 lembar daun alpukat yang tidak terlalu tua, lalu digodog dengan dua gelas air bersih. Rebus atau godok hingga air rebusan tinggal satu gelas. Saring dan minumlah air godokan ini setiap hari berturut-turut selama satu minggu. Pinggang akan tersa enak dan ginjal pun akan bersih. b. Obat kencing batu, penyakit ini dapat disembuhkan dengan nanas putih. Caranya, nanas putih (nanas putih yang masih ada bunganya , jadi masih mentah sekali) diparut, setelah halus diberi santan dan peras, ambil airnya. Air nanas yang telah bercampur dengan santan ini diminum sahari dua kali. Setiap kali meminumnya, nanasnya satu buah dan santannya kira-kira setengah gelas. c. Obat tekanan darah tinggi, penyakit ini adalah termasuk penyakait yang berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Ciri-ciri yang terkena penyakit ini orangnya mudah tersinggung dan gampang sekali marah. Untuk mengatasinya ambillah pohon pepaya yang masih kecil yang tingginya baru sekitar satu meter, cabut dan ambil akarnya. Cuci yang bersih

52 potong-potong dan rebus dengan satu leter air bersih. Rebus agak lama sehingga air rebusan tersisa sepertiganya. Minumlah secara teratur segelas pagi dan segelas sore setiap hari dan berturut-turut selama satu minggu. Obat maag, dapat hilang dengan rajin meminum ramuan ini. Yaitu satu butir kuning telur ayam kampung, satu sendok makan perasan kunyit, tiga sendok makan madu asli, dan lima butir ketumbar. Semua bahan dicampur menjadi satu. Mulamula kunyit diperas dan ambil airnya, setelah itu ketumbar ditumbuk halus. Ramuan ini diminum selama tujuh hari setiap hari bila akan tidur malam. Terakhir cukup satu bulan sekali. Obat Liver, ambil sepotong akar tunjang temulawak, kira-kira sebesar telur puyuh. Kemudian dibakar hingga empuk. Kupas, lalu diparut, kemudian saring dengan kain bersih. Ambil daun urat yang masih muda dan segar, kira-kira 20 lembar, lalu tumbuk dan peras. Kedua cairan tersebut dicampur hingga merata lalu di minum setiap pagi sebelum makan. Apabila gigi kuning dan kecoklatan akibat rokok dan sebagainya, ada cara untuk mengatasinya yaitu dengan biji asam jawa lantas digoreng sangrai, sampai berwarna hitam barulah diangkat. Setelah itu ditumbuk dan gosokan pada gigi yang berwarna kuning dengan sepotong kain atau sikat gigi. Setelah itu barulah menggosok gigi seperti biasanya. Lakukan hingga beberapa kali. Menghilangkan noda coklat di wajah caranya kupaslah kentang kemudian oleskan getah kentang tersebut pada wajah. Tunggulah wajah akan mulus. Bila ingin selalu mulus gunakan masker dari parutan kentang salama dua kali seminggu. Jerawat dapat hilang dengan daun sirih caranya, 3 lembar daun sirih kemudian ulek hingga halus. Bersihkan dahulu wajah dengan air hangat lalu oleskan daun sirih yang telah lumat tadi pada wajah sampai rata. Lakukan setiap hari sebelum tidur malam dan siang. Selesma, penyakit ini penyebabnya adalah virus yang susah diobati, tapi bila masa berjangkitnya sudah lewat maka penyakit ini akan hilang dengan sendirinya. Daripada kita pergi ke dokter dan membayar obat yang mahal pula, maka lebih baik kita obati sendiri. Caranya: (1) perbanyak minum air dan makan yang cukup lembut (2) beristirahat satu sampai dua hari (3) minum air jeruk hangat (4) rendamlah kaki dengan air hangat (5) mandi seperti biasa dengan air hangat.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

53 j. Empedu ayam sangat berkhasiat untuk menyembuhkan asma, caranya telanlah empedu ayam tiap pagi sebanyak satu butir dan lakukan terus selama 3 atau 4 bulan hasilnya boleh anda rasakan. Anda akan sembuh dari penyakit ini. k. Sakit lever dapat disembuhkan dengan obat tradisional yaitu minum air perasan bambu kuning. Caranya rebung bambu kuning kira-kira sejengkal dikupas kulitnya, dibagi menjadi 4 bagian dan di cuci bersih. Kemudian diparut lalu peras airnya. Campur dengan madu asli, tapi bisa juga dengan royal hone, asal jangan dicampur dengan air. Minum sesudah makan pagi. Untuk pertama kalinya setelah minum obat tadi terasa pusing, tapi kalau sudah terbiasa rasa pusing akan hilang .yang 4 bagian ini di minum 4 kali sehari yaitu pagi, siang, sore dan malam hari. l. Obat rematik, ambil satu sendok makan madu, dua sendok the kopi, dua ibu jari jahe diparutdan satu butir kuning telur ayam kampung. Seduh kopi dengan parutan jahe lalu saring. Masukkan madu dan kuning telur. Minum selagi hangat setiap malam sebelum tidur. m. Obat sembelit, sediakan 2-3 siung bawang merah yang diparut, asam jawa sebesar ibu jari, air jeruk nipis, dan minyak kayu putih secukupnya. Campurkan semua bahan lalu remas-remas, kemudian balurkan pada perut, lantas tutup dengan kain bersih biarkan sampai kering lalu bersihkan. Setelah itu anda akan buang air besar seperti biasa. 2. Ilmu Pengetahuan Yang Irasional Ilmu pengetahuan irasional adalah ilmu pengetahuan yang tidak dapat diterima oleh akal pikiran yang sehat, akan tetapi diyakini dan dapat dibuktikan kebenarannya oleh para pengikutnya. Seperti halnya dalam perhitungan weton atau naktu (hari kelahiran) dalam kehidupan manusia Sunda yang saya peroleh dari hasil wawancara dengan Abah Juhana (sebagai salah seorang sesepuh masyarakat Sunda daerah Bandung Selatan) adalah sebagai berikut; 1). Minggu dengan nilai 5 (lima); 2). Senin dengan nilai 4 (empat); 3). Selasa dengan nilai 3 (tiga); 4). Rabu dengan nialai 7 (tujuh); 5). Kamis dengan nilai 8 (delapan); 6). Jumat dengan nilai 6 (enam); 7). Sabtu dengan nilai 9 (sembilan). Dalam kebiasaan kehidupan masyarakat Sunda apabila ingin memiliki suatu ilmu tentang bela diri, maka yang bersangkutan harus berpuasa sesuai dengan weton atau hari kelahirannya.

54 Selanjutnya Abah Juhana mengatakan bahwa weton atau naktu inipun bisa dijadikan suatu dasar perjodohan yang diyakini oleh orang Sunda sangat berarti dan jangan sampai salah memilih jodoh, karena akan berakibat tidak baik dalam kehidupan berumah tangga nantinya. Dari weton tersebut memiliki lambang tertentu sebagai berikut; 1). Minggu dengan lambang bumi; 2). Senin dengan lambang bunga; 3). Selasa dengan lambang api; 4) Rabu dengan lambang daun; 5). Kamis dengan lambang angin; 6). Jumat dengan lambang air; 7). Sabtu dengan lambang mega. Kemudian beliau menguraikan tentang salah satu cara untuk menghitung perjodohan dengan menggunakan aksara Sunda dengan kunci pembagi lima. Seperti diuraikan di bawah ini : Nilai nama yang yang dihitung/diramal HA NA CA RA KA DA 1 PA 11 2 JA 12 3 YA 13 4 NY A 14 5 M A 15 6 GA 16

TA 7 BA 17

SA 8 NG A 18

W A 9

LA 10

Hasil perhitungan/makna hasil pembagi SRI LUNGGUH DUNYA LARA PATI 1 2 3 4 5 Keterangan : 1. Sri, memiliki arti rejeki sebagai lambang dewi padi yang artinya apabila seseorang dari hasil perhitungannya jatuh pada angka 1, maka orang tersebut akan hidup serba berkecukupan. 2. Lungguh, memiliki arti kedudukan atau jabatan yang artinya apabila seseorang dari hasil perhitungannya jatuh pada angka 2, maka orang tersebut akan mendapatkan karir yang baik dalam pekerjaannya. 3. Dunya, memiliki arti harta bro dijuru bro dipanto ngalayah ditengah imah, yang artinya apabila seseorang dari hasil perhitungannya jatuh pada angka 3, maka orang tersebut akan mendapatkan harta yang berlimpah ruah. 4. Lara, memiliki arti sengsara ada sengsara lahir dan ada sengsara batin, yang artinya apabila seseorang dari hasil perhitungannya jatuh pada angka 4, maka orang tersebut akan mendapatkan kesengsaraan dalam hidupnya.

55 5. Pati, memiliki arti mati atau meninggal dunia, yang artinya apabila seseorang dari hasil perhitungannya jatuh pada angka 5, maka orang tersebut akan pendek umur atau salah satu dari pasangannya akan meninggal, apakah sebelum menikah atau setelah menikah. Contoh perhitungan : Nama yang dihitung harus lengkap, dan dihitung berikut pasangannya atau pacarnya. Tata memiliki nilai adalah 14, dan Desi memiliki nilai 14, jadi jumlah 28 dibagi 5 adalah 5 ditambah 3 sama dengan 8 dibagi 5 adalah 1 ditambah 3 yaitu 4, jadi hasil dari pembagian tersebut adalah 4 yang berarti bahwa yang bersangkutan akan mendapatkan kesengsaraan apakah sengsara lahir atau sengsara batin. Menurut Yosef Iskandar sistem ilmu pengetahuan masyarakat Sunda dapat dibagi menjadi lima bagian : 1. Ilmu pengetahuan tentang Alam 2. Ilmu pengetahuan tentang Flora 3. Ilmu pengetahuan tentang Fauna 4. Ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia 5. Ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia. Menurut Suwarsih Warnaen (1987:164) bahwa ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia dapat diungkapkan melalui pandangan hidup orang sunda sebagai berikut : Manusia sebagai pribadi : 1. Kudu hade gogog hade tagog artinya harus baik budi bahasa dan tingkah laku. 2. Ulah bengkung bekas nyalahan artinya tingkah laku harus terus baik dan benar, jangan menyimpang. 3. Ulah elmu ajug artinya orang yang hanya dapat menasehati orang lain agar berbuat baik, tetapi dia sendiri berbuat keburukan. 4. Sacangreud pageuh sagolek pangkek artinya teguh memegang pendirian, tidak pernah melanggar janji. 5. Kudu boga pikir rangkepan artinya harus punya curiga, tidak mudah percaya kepada orang lain.

56 Manusia dengan Masyarakat : 1. Kudu silih asih, silih asah, silih asuh artinya diantara sesama manusia harus saling mengasihi, saling mengasah, saling mengasuh. 2. Ngadeudeul kucongo rambut artinya memberi sumbangan kecil, tetapi disertai dengan kerelaan. 3. Kawas gula jeung peueut artinya hidup rukun saling menyayangi, tak pernah berselisih. 4. Ulah kawas seuneu jeung injuk artinya jangan mudah berselisih, harus pandai mengendalikan hawa napsu. 5. Ulah nyieun pucuk tigirang artinya jangan mencari bibit permusuhan. Manusia dengan alam : 1. Manuk hiber kujangjangna, jalma hirup kuakalna artinya setiap mahluk telah diberi cara atau alat untuk melangsungkan hidupnya. 2. Leutik ringkang gede bugang artinya manusia itu meskipun kecil badannya, kalau meninggal dalam perjalanan, besar urusannya tidak seperti binatang. 3. Jawadah tutung biritna sacarana-sacarana artinya setiap bangsa memiliki cara dan kebiasaan masing-masing. Manusia dengan Tuhan : 1. Mulih kajati mulang ka asal artinya meninggal dunia, asal dari Tuhan kembali kepada Tuhan. 2. Dihin pinasti anyar pinanggih artinya segala hal yang dialami sekarang, sesungguhnya sudah ditentuhan dahulu, agar orang senantiasa percaya bahwa segala sesuatunya terjadi kehendak ALLoh. Manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah: 1. Kudu paheuyeuk-heuyeuk leungeun artinya harus saling menolong 2. Kudu bisa lolondokan artinya pandai menyesuaikan diri. 3. Ulah pupulur memeh mantun artinya jangan meminta upah sebelum bekerja. 4. Ulah ngukur baju sasereg awak artinya jangan mempertimbangkan sesuatu hanya dari segi kepentingan pribadi. 5. Ulah kumeok memeh dipacok artinya kalau menghadapi pekerjaan jangan merasa berat sebelum dilakukan. Selajutnya Abah Juhana menguraikan beberapa contoh tentang ilmu pengobatan berbagai penyakit yang sering diderita

57 manusia dengan cara pijatan, dan ini merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan tentang tubuh manusi selain ilmu pengetahuan lainya seperti; ilmu totokan, repleksi kaki, dan yang lainya yang biasa dipadukan dengan ilmu kebatinan. Contoh ilmu pijatan yang dilakukan untuk mengobati berbagai penyakit tersebut diantaranya adalah : a. Sakit kepala, dengan cara memijat ditengah tempurung kepala dan dibelakang kepala bagian bawah rambut, atau dibelakang mata kaki bagian luar, dan pada ujung kerutan lipat siku bagian luar. b. Kencing manis, dengan cara memijat dua jari disisi tulang punggung bawah, dua jari disisi tulang punggung belakang ginjal, diantara kedua putting susu enam jari di atas pusar, empat jari dibawah pusar, empat jari di atas mata kaki dalam, ditengah telapak kaki. c. Rematik, dengan cara memijat pada ujung kerutan lipat siku luar, ditengah lipatan pergelangan tangan luar, pada cekungan dibawah tempurung lutut sisi dalam dan sisi luar, ditengah luar diantara dua marta kaki. d. Menret, dengan cara memijat dua jari disisi tulang pinggang ke empat, dua jari disisi tulang pinggang ke satu, dua jari di kanan kiri pusar, lima jari di atas pergelangan tangan searah ibu jari, ditengah tulang telapak ibu jari, tiga jari dibawah tempurung lutut sedikit keluar. e. Sakit gigi, dengan cara memijat dibawah kuping dicekungan rahang bawah, selebar ibu jari dibawah tulang menonjol yang ada di mata, diakar gigi geraham ke dua, di bawah rambut pelipis depan kuping, diantara sudut tulang ibu jari dan jari telunjuk. f. Sakit lambung, dengan cara memijat dua jari sisi tulang punggung ke sebelas dan ke dua belas, dua jari kanan kiri benjolan tulang selangka pada cekungan (tenggorokan), empat jari di atas pusar, tiga jari dibawah tempurung lutut sedikit keluar, dua jari dibawah lipatan siku. g. Ambeien wasir, dengan cara memijat ditengah tempurung kepala, diujung tulang ekor, satu jari disisi tulang ekor, dua jari disisi tulang punggung belakang ginjal. h. Asma, dengan cara memijat dua jari disisi tulang punggung ke tiga, ditengah bawah tulang selangka, tujuh jari diatas pergelangantangan sedikit kearah ibu jari.

58 i. Darah tinggi, dengan cara memijat ditengah tempurung kepala, diantara ke dua putting susu, lima jari di atas pergelangan tangan sisi dalam, dua jari di sisi tulang punggung ke empat, dua jari di sisi tulang punggung belakang ginjal, empat jari di atas pusar, tiga jari di bawah pusar aga kesamping, empat jari di atas mata kaki dalam. Liver, dengan cara memijat dua jari di kanan kiri tulang punggung ke sembilan, dua jari di kanan kiri tulang punggung belakang ginjal, enam jari di atas pusat, dibawah putting susu setinggi enam jari di atas pusar, ditengah lipatan pergelangan tangan luar, tiga jari di bawah tempurung lutut sedikit keluar.

j.

3.5 Sistem Bahasa Sunda a. Pengertian : Bahasa adalah sistem lambang suara ungkapan yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sistematis antar anggota masyarakat untuk tujuan komunikasi. b. Fungsi Bahasa : 1. Fungsi Emotif yaitu fungsi bahasa yang erat kaitannya dengan penyatur, gunanya untuk memperlihatkan rasa, pikiran dan kemauan. 2. Fungsi Konatif yaitu fungsi bahasa yang erat kaitannya dengan paregep, gunannya memunculkan responsi kepada paregep. 3. Fungsi Kognitif yaitu konteks atau objek yang diceritakan gunanya untuk menggambarkan dunia lain. 4. Fungsi Patis yaitu jalinan interaksi, gunanya mempertemukan penyatur dengan paregep agar menjaga tali silaturahmi, saling menghargai dan menghormati. 5. Fungsi Imajinatif yaitu amanat atau pesan cerita yang dipakai sebagai lambang keindahan. Tujuannya agar mendapatkan kesenangan bathin berupa pengalaman jiwa yang direalisasikan pada karya sastra. 6. Fungsi Metabasa yaitu lambang kode atau tanda bahasa, gunannya untuk meneliti dan menjabarkan bahasa tersebut. c. Hakekat Bahasa : 1. Bahasa itu Sistem; karena berupa ikatan unsur-unsur yang saling melengkapi berdasarkan aturan yang jelas untuk mencapai suatu tujuan.

59 2. 3. 4. Bahasa itu Arbitrer; karena hubungan antar lambang suara dan objeknya tidak ada hubungan logis (perbedaan Bahasa). Bahasa itu Sasmita; karena berupa gambaran dari konsep pikiran dan suara ungkapan. Bahasa itu Produktif; karena berupa sistem kognitif, produktifitas bahasa sudah membuktikan bedanya komunikasi manusia dengan komunikasi binatang. Bahasa itu Universal; karena memiliki ciri-ciri umum yang dimiliki oleh tiap bahasa. Bahasa itu Mandiri/Unik; karena tiap bahasa memiliki sistem yang berbeda dengan bahasa lainnya. Bahasa itu Komunikatif; karena satu-satunya alat utama komunikasi manusia adalah bahasa. Bahasa itu Mijalma/Manusiawi; karena hidup dan berkembangnya bahasa ada pada kehidupan manusia. Bahasa itu Kultural; karena bahasa merupakan unsur budaya.Bahasa Ciciren Bangsa.

5. 6. 7. 8. 9.

d. Tatakrama Bahasa Sunda Menurut R. Hidayat Suryalaga dalam makalah bahasa Sunda (dikusi dosen IBS tahun 1993) bahwa tatakrama bahasa Sunda mengenal dua kelompok bahasa yaitu : 1. Ragam Bahasa Hormat : - Bahasa Sangat Hormat - Bahasa Hormat Untuk Orang Lain - Bahasa Hormat Diri Sendiri/Sedang - Bahasa Hormat Tanggung - Bahasa Hormat Kampung - Bahasa Hormat Anak-anak 2. Ragam Bahasa Akrab : - Bahasa Akrab/Bahasa Loma/Bahasa Kasar - Bahasa Sangat Kasar. Jumlah Kata Ragam Bahasa Hormat untuk orang lain pada tahun 1943 kurang lebih berjumlah 400 kata, menurut penelitian Satjadibrata tahun 1943. Pada tahun 1986 menjadi 586 kata menurut penelitian Karna Yudibrata tahun 1986. Yang pembentukannya seperti :

60 Vokal Akhir A I : Utama-Utami Kulawarga-Kulawargi Tampa-Tampi Jaba-Jabi Rupa-Rupi Jalma-Jalmi Jaga-Jagi Suku Kata Akhir OS : Karasa-Karaos Permisi-Permios Bakti-Baktos Miang-Mios Ngarti-Ngartos Waktu-Waktos Ganti-Gentos Warta-Wartos Suku Kata Akhir NTEN : Sore-Sonten Jadi-Janten Pangira-Panginten Manehna-Mantena Beda-Benten Badami-Badanten Soara-Soanten Sumawona-Sumawonten Suku Kata Akhir WIS : Perkara-Perkawis Katara-Katawis Tawar-Tawis Antara-Antawis Suku Kata Akhir JENG : Payu-Pajeng Gumuyu-Gumujeng Laju-Lajeng Maju-Majeng

61 Suku Kata Akhir NTUN : Bawa-Bantun Kirim-Kintun Wani-Wantun Kari-Kantun Undak Usuk Basa Sunda Bahasa Akrab/Loma Abus,asup Anjang, nganjang Adi Aso, ngaso Ambek Ajang, keur, pikeun Ajar Aji, ngaji Arek Aki Bawarasa Butuh Bikeun, mikeun Burit Beuli, meuli Bae, keun bae Babari, gampang Balik Bakti Bapa Cageur Caram, carek, nyarek Ceunah Ceuli Hormat Diri Sendiri Lebet Ngadeuheus Adi Ngaso Ambek Kanggo Ajar Ngaji Bade, seja Pun aki Ku emutan, bawiraos Perlu Maparinkeun Sonten Meser Sawios,teu sawios Gampil Wangsul Baktos Pun bapa Pangesto, pangestu Nyarek Ceunah Ceuli Hormat Orang lain Lebet Natamu Rai, rayi Leleson Bendu,wera Haturan Wulang, wuruk Ngaos Bade,seja Tuang eyang Ka emutan, bawiraos Peryogi Ngahaturkeun,nya nggakeun Sonten Ngagaleuh Sawios, teu sawios Gampil Mulih Baktos Tuang rama Damang Ngawagel Saurna Cepil

62 Ceurik Cicing Ciri Cokot, nyokot Cukup, mahi Cunduk, datang Daek Dagang Dahar Dangdan Denge, ngadenge Deukeut Didik, ngadidik Diuk Dumeh, lantaran Eleh Era Enbung Endeng, saendengendeng Euweuh Ganti Gede Gering Geuwat Gugu, ngagugu Hadir, ngahadiran Harti Hate Helok Heubeul, lawas Imah Imut Indit,miang Indung Ceurik Matuh Tanda Ngabantun Cekap Dongkap Daek, purun Dagang Neda Dangdan Nguping, mireng Caket Ngatik Diuk Jalaran Eleh Isin Alim, (awewe) Salamina Teu aya Ganti Gede Udur Enggal Nurut Nungkulan Hartos Hate Heran Heubeul Rorompok Imut Mios Pun biang Nangis Calik, linggih Tawis Nyandak Cekap Sumping, rawuh Kersa Icalan Tuang Dangdos Ngadangu Caket Miwuruk, mitutur, miwejang Calik, linggih Ku margi Kawon Lingsem Teu kersa Sapapaosna Teu aya Gentos Ageung Teu damang Enggal Tumut Ngaluuhan Hartos Manah Hemeng Lami Bumi Mesem Angkat, jengkar Tuang ibu

narah

63 Itung Jaba Jaga Jauh Jero Jiga Kabar, beja, warta Kakara, karek Kalenger, kapaehan Kari,tinggal Kasakit, nyeri Katara, kaciri Katuhu Kede Kubur Kudu Labuh Lain Lalajo Leutik Lila Maksud Mamayu Mandi Meujeuhna Mitoha Muga Murah Ngeunah Nyaho Pangkat, kadudukan Paribasa Percaya Permisi Peuting Reujeung Itung Jaba Jaga Jauh Lebet Jiga Wartos Nembe Kapaehan, kapiuhan Kantun Kasakit, kanyeri Katawis Katuhu Kenca Kaluat Kedah Labuh Sanes Nongton Alit Lami Maksad Mamayu Mandi Meujeuhna Mertua Mugi Mirah Ngeunah Terang Kadudukan Paripaos Percanten Pemios Wengi Bareng Etang Jabi Jagi Tebih Lebet Sapertos, sakarupi Wartos Nembe Kapidara Kantun Kasawat Katawis Tengen Kiwa Kaluat Kedah Geubis Sanes Nongton Alit Lami Maksad Mamajeng Siram, ngebak Cekap Mertua Mugia Mirah Raos Uninga Kalungguhan Paripaos Percanten Permios Wengi Sareng

64 Reureuh Robah Rumasa Sagala Salah Salaki Sanggup Talatah Tampa Tanya Tapi Tarima Ucap Ulah Umur Utama Wani Waras Wawuh Wedal Reureuh Robah Rumaos sagala Lepat Pun lanceuk Sanggem Wiat saur Tampi Taros Nanging Tampi Ucap Teu kenging Umur Utami Wantun Cageur Wanoh Wedal Ngaso Robih Rumaos Sanes kanten Lepat Caroge, tuang raka Sanggem Wiat saur Tampi Pariksa Nanging Tampi Kedal, lisan Teu kenging Yuswa Utami Wantun Damang Kenal Weton

Kecap Panganteur : Am Dahar; Barakatak Seuri; Bek Dahar; Berebet Lumpat; Berewek Soek; Biur Ngapung; Blak Nangkarak; Blok Bahe;BlugLabuh;Bluk Nangkuban; Bray Beunta; Bray Beurang; Bray Caang; Bray Muka; Breg Hujan; Brus Mandi; Bus Asup; Burusut Ngising; Cat Unggah; Celengkeung Nyarita; Celengok Nyium; Cep Tiis; Cer Kiih; Ceuleukeuteuk Seuri; Cikikik Seuri; Clak Tumpak; Cleng Ngatcleng; Clik Murag; Cong Nyembah; Crot Nyiduh; Deker Dahar; Deker Digawe; Dug Sare; Gampleng Nampiling; Gantawang Nyarekan; Gap Nyagap; Gaplok Nyabok; Gedig Indit; Gek Diuk; Geleber Hiber; Geleser Maju; Gewewek Ngegel; Gok Paamprok; Goledag Ngedeng; Hing Ceurik; Jedak Diadu; Jeduk Tidagor; Jep Jempe; Jep Jempling; Jleng Luncat; Jol Datang; Jrut Turun; Jung Nangtung; Kecewer Kiih; Kop Nyokot; Kuniang Hudang; Lar Ngaliwat; Lat Poho; Leguk Nginum; Lek Neureuy; Leos Indit; Lep Teuleum; Les Leungit; Luk Tungkul; Nging Ceurik; Nyah Beunta; Nyeh Imut; Nyel Ambek; Nyot Udud; Orolo Utah; Paralak Hujan; Pelenyun Udud; Pes Pareum; Pluk Murag;

65 Pok Ngomong; Pudigdig Ambek; Rap Dibaju; Reg Eureun; Regot Nginum; Rengkenek Ngigel; Rep Tiis; Reup Peureum; Reup Poek; Reup Sare; Sedut Hitut; Segruk Ceurik; Terekel Naek; Tret Nulis. Ngaran Anak Sasatoan : Anak Anjing - Kirik/Kicik; Anak Bagong Begu; Anak Bandeng Nanar; Anak Banteng Banglkanang; Anak Bangbung Kuuk; Anak Bangkong Buruy; Anak Belut Kuntit; Anak Bogo Cingok; Anak Boncel Bayong; Anak Buhaya Bocokok; Anak Deleg Kocolan; Anak Entog Titit; Anak Embe Ceme; Anak Gajah Menel; Anak Hayam - Ciak/Pitik; Anak Kancra Badal; Anak Keuyeup Bonceret; Anak Kuda Belo; Anak Kukupu Hileud; Anak Kutu Kuar; Anak Lancah Aom; Anak Lauk Kebul/Burayak; Anak Lele Nanahaon; Anak Lubang Leungli; Anak Monyet Begog; Anak Munding Eneng; Anak Reungit Utek-utek; Anak Sapi Pedet; Anak Ucing Bilatung; Anak Meri Titit. Ngaran Kekembangan : Kembang Awi Embreuk; Kembang Bako Bosongot; Kembang Bawang Ulated; Kembang Bolang Ancal; Kembang Boled Tela; Kembang Cabe Bolotot; Kembang Cau Jantung; Kembang Cengek Pencenges; Kembang Cikur Jelengut; Kembang Eurih Ancul; Kembang Gedang Ingwang; Kembang Genjer Gelenye; Kembang Hoe Bubuay; Kembang Honje Combrang; Kembang Jaat Jalinger; Kembang Jambe Mayang; Kembang Jambu Air Lenyap; Kembang Jambu Batu Karuk; Kembang Jarak Uing; Kembang Jengkol Merekenyenyen; Kembang Jeruk - Angkes/Angkruk; Kembang Jotang Putung; Kembang Kadu Olohok; Kembang Kalapa Suligar; Kembang Peuteuy Pendul; Kembang Kaso Ciriwis; Kembang Koneng Badul; Kembang Kulur Pelepes; Kembang Laja Jamotrot; Kembang Leunca Pengit; Kembang Limus Seleksek; Kembang Lopang Cacas; Kembang Muncang Rinduy; Kembang Pare Ringsang; Kembang Salak - Sedek/Gojod; Kembang Sampeu Dingdet; Kembang Taleus Ancal; Kembang Tangkil Uceng; Kembang Terong Moncorong; Kembang Tiwu Badaus; Kembang Waluh Alewoh.

66 Ngaran Patukangan : 1) Ajun sebutan untuk orang yang biasa membuat peralatan rumah tangga dari tanah. 2) Bujangga sebutan untuk orang yang biasa membuat suatu tulisan atau cerita. 3) Candoli sebutan untuk orang (wanita) yang menjaga pabeasan dirumah yang sedang kariaan. 4) Gending sebutan untuk orang yang biasa membuat peralatan rumah tangga dari kuningan. 5) Kabayan sebutan untuk orang yang biasa disuruh-suruh. 6) Kajineman sebutan untuk orang yang biasa menjaga orang yang sedang dihukum. 7) Kamasan sebutan untuk orang yang biasa membuat perhiasan dari emas atau perak. 8) Kebojengkeng sebutan untuk orang yang biasa menarik pedati/gerobag. 9) Kulaer sebutan untuk kusir yang duduknya di atas kuda (kereta pengagung/demang). 10) Kuncen sebutan untuk orang yang biasa mengurus kuburan. 11) Malim sebutan untuk orang yang biasa menaklukkan binatang. 12) Merebot sebutan untuk orang yang biasa memukul bedug. 13) Paledang sebutan untuk orang yang biasa membuat perabotan rumah tangga dari tembaga. 14) Palika sebutan untuk orang yang biasa menyelam dalam menangkap ikan. 15) Paninggaran sebutan untuk orang yang biasa berburu di hutan. 16) Panday sebutan untuk orang yang biasa membuat peralatan dari besi. 17) Pamayang sebutan untuk orang yang biasa menangkap ikan dilaut. Ngaran Waktu Dina Sapoe Sapeuting : 1) Wanci janari gede sebutan waktu sekitar pukul 01.00 03.00 malam. 2) Wanci janari leutik sebutan waktu sekitar pukul 03.00 04.30. 3) Wanci balebat sebutan waktu sekitar pukul 04.30 05.00, pada waktu mulai muncul cahaya kebiruan di sebelah timur. 4) Wanci carangcang tihang sebutan waktu sekitar pukul 05.0005.30, pada waktu mulai muncul cahaya putih terang disebelah timur.

67 5) Wanci haneut moyan sebutan waktu sekitar pukul 07.00 08.30, pada waktu matahari mulai bersinar terang. 6) Wanci rumangsang sebutan waktu sekitar pukul 09.00, pada waktu sinar matahari mulai terasa panas. 7) Wanci pecat sawed sebutan waktu sekitar pukul 10.00, pada waktu kerbow pekerja dibuka sawednya. 8) Wanci manceran/lohor sebutan waktu sekitar pukul 12.00, pada waktu matahari persis di atas kepala. 9) Wanci lingsir ngulon sebutan waktu sekitar pukul 13.00, pada waktu matahari sudah mulai bergeser kesebelah barat. 10) Wanci panonpoe satangtung sebutan waktu sekitar pukul 15.00, pada waktu bayangan kita seukuran. 11) Wanci tunggang gunung sebutan waktu sekitar pukul 16.00 17.00, pada waktu matahari berada di atas gunung. 12) Wanci sariak layung sebutan waktu sekitar pukul 17.00 18.00, pada waktu muncul layung atau sinar matahari mulai kemerahan akan tenggelam disebelah barat. 13) Wanci sareupna sebutan waktu sekitar pukul 18.30, pada waktu hari mulai gelap. 14) Wanci sareureuh budak sebutan waktu sekitar pukul 20.00, pada waktu anak-anak mulai tidur. 15) Wanci tengah peuting sebutan waktu sekitar pukul 24.00, pada waktu tengah malam. Babasan Jeung Paribasa : 1) Adigung adiguna artinya takabur, sombong. 2) Ambek nyedek tanaga midek artinya napsu bersar tapi tidak ada keberanian. 3) Adat kakurung ku iga artinya perbuatan yang tidak baik susah hilangnya. 4) Anu borok dirorojok nu titeuleum disimbeuhan artinya senang melihat orang celaka. 5) Awewe dulang tinande artinya perempuan mengikuti keinginan laki-laki. 6) Biwir nyiru rombengeun artinya suka menceritakan rahasia orang lain. 7) Balungbang timur artinya menunjukkan hati yang bersih. 8) Bobo sapanon carang sapakan artinya terdapat kekurangan. 9) Budak keur meujeuhna bilatung dulang artinya menggambarkan seorang anak yang lagi senang makan. 10) Buruk-buruk papan jati artinya baik buruk saudara sendiri.

68 11) Cueut ka hareup artinya sudah mendekati kematian. 12) Deukeut-deukeut anak taleus artinya dekat tapi tidak ada yang tahu. 13) Dogdog pangrewong artinya acara tambahan. 14) Dug hulu pet nyawa artinya berusaha keras untuk mendapatkan sesuatu. 15) Goong nabeuh maneh artinya memuji diri sendiri. 16) Heuras genggerong artinya kasar perkataannya. 17) Jati kasilih ku junti artinya pribumi kalah oleh orang pendatang. 18) Kawas anjing tutung buntul artinya tidak bisa diam. 19) Kawas bueuk meunang mabuk artinya diam tidak berkomentar/bicara. 20) Kawas jojog mondok artinya banyak ngomong tidak bisa diam. 21) Leuleus jeujeur liat tali artinya banyak pertimbangan dalam memutuskan sesuatu perkara. 22) Legok tapak genteng kadek artinya banyak pengalaman hidup. 23) Loba luang jeung daluang artinya banyak ilmu pengetahuannya. 24) Meungpeun carang kuayakan artinya pura-pura tidak tahu padahal lebih mengetahuinya. 25) Nu asih dipulang sengit artinya kebaikan dibalas dengan keburukan. 26) Nyeungeut damar disuhunan artinya memberi bantuan kepada orang lain dengan tujuan ingin terpuji. 27) Ngadek sacekna nilas saplasna artinya menceritakan sesuatu apa adanya. 3.6 Sisten Kesenian Apa yang dimaksud dengan suatu seni ?. Karya suatu seni merupakan suatu benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar (visual, audio, dan audio-visual), seperti lukisan, musik dan teater. Tetapi yang disebut seni itu berada diluar benda seni itu, sebab seni itu berupa nilai. Apa yang disebut indah, baik, adil, sederhana, bahagia itu adalah nilai. Apa yang oleh seseorang disebut indah, dapat tidak indah bagi orang lain. Nilai itu sifatnya subyektif, yaitu berupa respons individu terhadap sesuatu (di sini, benda seni atau obyek seni) berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Respons individu terhadap sesuatu benda seni akan membangkitkan kualitas nilai tertentu sesuai dengan nilai-nilai seni individu yang dikenal dan dialaminya.

69 Tentu saja hal ini baru terjadi kalau benda seni itu sendiri memang mengandung atau menawarkan nilai-nilai obyektifnya. Sebuah penelitian antropologis di suatu negara Afrika menunjukkan bahwa nilai seni itu baru muncul kalau penaggap seni punya pengalaman dan pengetahuan yang dikandung oleh benda seni. Sebuah karya Beethoven diputar di depan anak-anak Afrika yang sekolah setingkat SMU, dan ternyata beberapa anak dapat menikmati musik itu. Tetapi ketika karya musik yang sama diputar didepan penduduk pedesaan yang sama sekali belum pernah berhubungan dengan budaya Barat, banyak yang tidak dapat menilai apakah itu musik sedih atau gembira. Mereka tahu bahwa itu musik, namun mereka tak ada yang tahan mendengarkannya sampai habis. Dalam hal ini kiranya jelas bahwa apa yang disebut seni itu baru ada kalau terjadi dialog, saling menberi dan menerima, antara subyek seni (penanggap) dengan obyek seni (benda seni). Inilah yang disebut relasi seni, atau dalamistilah lain kalau terjadi jodoh antara penaggap dan benda seni. Dengan demikian nilai seni itu hanya terdapat didalam suatu wacana. Apa yang disebut dengan seni arsitektur masyarakat Cina, berbeda dengan arsitektur orang Jawa atau Yunani purba. Kalau demikian apakah nilai seni itu berbeda-beda menurut tempat dan jamannya?. Jawabannya dapat tidak dan ya. Tidak, karena nilai seni itu muncul dari benda seni dengan material seni atau bahan seni yang sama. Seni musik, dimanapun dan kapanpun mendasarkan pada material seni berupa bunyi, sedang seni lukis berupa bahan warna, seni tari materialnya gerak tubuh manusia. Sedangkan perbedaan terletak pada memperlakukan material seni itu. Untuk itu marilah kita lihat hubungan antara nilai seni dan material. Material seni dipilih seniman untuk diolah menjadi medium seni. Misalnya, pelukis yang memilih cat. Cat ini diolah dalam aspek-aspek mediumnya, seperti warna, tekstur, torehan, garis, bangun, dan lain-lain. Mrdium ini diolah lagi menjadi wujudwujud tertentu yang bersifat mimesis (meniru alam) atau ekspresi imajinatif atau abstrak. Pengolahan wujud (Form) ini dituntun oleh isi gagasan pelukisnya. Dan gagasan itu muncul dalam diri seniman akibat respon atau perhatiaannya terhadap suatu obyek (subject matter). Dari uraian di atas, apa yang disebut nilai seni terdapat pada tahapan pengolahan dan hasil pengolahan medium seni, wujud seni dan isi seni. dengan demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa nilai seni itu terletak pada aspek wujud dan isi (content) dari

70 benda seni. Dalam hal ini, setiap bidang seni memiliki material seninya masing-masing yang jelas berbeda-beda. Material seni mengandung kekayaan mediumnya sendiri-sendiri pula. Dan setiap material seni mengandung kekayaan kemungkinankemungkinannya sendiri dan juga keterbatasan-keterbatasan mediumnya sendiri, sehingga seni tari berbeda dengan seni lukis, seni sastra berbeda dengan seni film. Gagasan yang muncul dari obyek yang sama dari seorang pelukis yang merangkap pula sebagai seorang sastrawan, akan melahirkan dua bentuk seni yang berbeda baik secara isi maupun bentuknya. Inilah sebabnya sebuah karya novel yang bermutu sering menjadi sebuah karya film yang kurang bermutu atau sebaliknya. Tetapi yang jelas, setiap karya seni apapun bidangnya, dapat dilihat aspek bentuk dan isinya. Disini kita bisa bicara tentang nilai-nilai bentuk seni dan isi seni. Yang pertama kita tangkap dari sebuah benda seni adalah nilai bentuk seninya. Bentuk ini diwujudkan oleh material-material seninya masing-masing, sehingga kita segera tertarik oleh daya pesona inderawinya (warna, bunyi). Inilah nilai seni yang bersipat kualitas empiris, yang setiap orang dapat memberikan respon berbeda-beda (nilai subyektif). Dan perbedaan nilai ini mulai bertambah lagi ketika wujud-wujud inderawi yang ada pada benda seni itu kita lihat susunan atau penempatannya, dalam kata lain strukturnya. Benda seni itu sendiri terdiri dari unsur-unsur bentuknya dalam struktur tertentu, tetapi tanggapan orang dapat berbeda-beda pula dalam menyusun subyektifnya (nilai struktur). Aktivitas restrukturisasi benda seni oleh penanggap ini akan melahirkan tafsir isi seni yang berbeda-beda pula. Apakah isi seni itu?. Yang dimaksud disini adalah isi jiwa seniman yang terdiri dari perasaan dan intuisinya, pikiran, dan gagasannya. Sebuah benda seni secara simultan memberikan kesatuan nilai-nilai melalui bentuknya. Melalui bentuk itulah tertangkap isi. Dalam hal ini ada dua aliran besar dalam lingkungan seniman, yakni bahwa isi tidak penting dalam benda seni, yang paling penting adalah bentuk demi bentuk itu sendiri. Inilah aliran disinterrestedness (ke tanpa pamrihan) atau secara populer dikenal dengan semboyan seni untuk seni. Sedang aliran yang lain menekankan aspek isi ini dalam seni, bahwa seni itu selalu mempersoalkan nilai-nilai hidup lingkungan manusia. Dengan demikian sebuah benda seni disebut sebagai seni kalau sudah berada ditangan penanggap seni. Seni itu masalah komunikasi, masalah relasi nilai-nilai. Sebuah benda akan disebut

71 seni kalau melahirkan relasi seni berupa munculnya berbagai nilai dari benda tersebut. Sebuah sadel sepeda tiba-tiba dapat menjadi sebuah patung ditangan seniman Picasso, karena seniman itu menawarkan nilai-nilai bentuk yang membawa penanggap pada isi kualitas yang dimiliki oleh seekor banteng. Nilai itu selalu bersifat subyektif dan karenanya selalu bersifat historis. Nilai itu amat tergantung dari tempat dan jamannya. Nilai itu bersifat konstekstual. Apa yang pada tahun 1920, suatu perbuatan, misalnya gadis naik sepeda, dinilai tidak sopan, maka pada masa sekarang hal itu bernilai wajar saja. Begitu pula sebuah aspek Pujanngga baru pada tahun 1930-an bernilai seni tinggi, pada masa sekarang mungkin banyak yang dinilai kurang memadai lagi. Bahwa nilai seni itu juga konstekstual dapat ditinjau dari segi bentuk dan isinya. Bentuk seni yang konstekstual itu disebut idiom seni sejaman, yakni bagaimana isi seni biasanya diwujudkan dalam sebuah bentuk seni. Dan seni itu sendiri jelas membawa nilai-nilai masyarakat sezamannya. Dalam benda seni terbawa nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat si seniman, entah seniman menyetujui nilai-nilai masyarakatnya, menolak nilai-nilai masyarakatnya atau memberi tafsir baru atas nilai-nilai tersebut. Inilah pentingnya seorang penaggap atau seniman mempelajari sejarah seni bidangnya. Dari pengetahuan ini dia akan lebih mampu menciptakan nilai-nilai baru, atau bagi penanggap akan lebih memudahkan menemukan nilai-nilai dalam benda seni yang dihadapi. Meskipun nilai seni itu kontekstual secara bentuk dan isi, namun ada pula nilai-nilai yang sifatnya universal, melewati batas waktu dan tempat. Ini disebabkan struktur jiwa manusia itu sepanjang sejarahnya tetap sama, dan karena benda seni itu merupakan bentuk ungkapan manusia, tentu terbawa pula karakteristik kejiwaan manusia dari jaman apa pun. Dengan demikian persoalan nilai kontekstual dan universal dalam seni adalah persoalan seniman itu sendiri, apakah dia mampu melihat aspek-aspek nilai universal ketika menaggapi masalah-masalah nilai konteksnya. Embrio nilai isi seni itu selalu kontekstual, dan seniman yang sejati selalu berusaha melihat persoalan kontekstual itu secara universal, dalam arti selalu berusaha melihat nilai hakiki masalahnya. Benda-benda seni yang demikian itulah yang akan abadi. Secara sederhana seni dapat diartikan merupakan pengungkapan estetis dari pada kebudayaan sebagai manifestasi

72 kreatifitas kehidupan manusia yang artistik. Dan juga seni sebagai perwujudan tingkahlaku manusia yang berkaitan dengan keindahan, baik keindahan lahir maupun keindahan batin. 1. Dasar Penciptaan Seni : a) Mimesis adalah sebagai representasi dari kehidupan manusia seperti meniru, mereproduksi, memodipikasi dari alam sekelilingnya. b) Empirik adalah dilihat, dirasa, didengar melalui pengalaman terhadap objek faktual, historis dan imajiner. Objek faktual adalah penomena kehidupan nyata yang diangkat kepermukaan, baik melalui seni lukis, pahat maupun seni sastra. Objek historis adalah penomena sejarah yang diangkat kepermukaan baik yang berupa dokumen sejarah maupun perjalanan sejarah budaya. Objek imajiner adalah karya-karya yang bersifat imajinatif atau pantasi. 2. Fungsi Seni : a. Hiburan b. Pendidikan c. Informasi d. Estetis

: bersifat umum : seperti dalam dongeng atau sandiwara : seperti dalam film, lukisan atau drama : keindahan dari suatu seni.

3. Ruang Lingkup Seni Seni sifatnya luas tetapi terbatas, yaitu dibatasi oleh seting ruang dan waktu. Dengan kata lain seni tidak disembarang tempat dan sembarang waktu. Seni akan mempunyai nilai apabila pada waktunya dan pada tempatnya. Menurut R.Jaka Suryawan, Seni Sunda pada dasarnya bisa diklasifikasikan menjadi enam bagian : a. Seni Suara; ada seni suara klasik dan seni suara modern b. Seni Tari; ada seni tari klasik dan seni tari modern termasuk sendratari c. Seni Drama d. Seni Bela Diri e. Seni Wayang Golek f. Seni Sastra.

73 Menurut Atik Sopandi, dalam bukunya Ragam Cipta bahwa kesenian Sunda dapat dibagi menjadi enam bagian : a. Seni Musik seperti tembang sunda cianjuran, degung, kliningan, janaka sunda, tarling, calung, rampak kendang, bedug lonjor dan lain sebagainya. b. Seni Tari seperti jaipongan, tari kreasi baru, tayuban, pencak silat, topengf cirebon dan sebagainya. c. Teater Rakyat seperti banjet, topeng cisalak, longser, sintren, sandiwara dan sebagainya. d. Helaran seperti sisingaan, kuda renggong dan lain sebagainya. e. Wayang golek purwa f. Gending karesmen. 4. Waditra a. Pengertian : Waditra adalah sebutan untuk alat-alat bunyi yang lazim dipergunakan sebagai alat musik tradisional sunda. b. Nama dan Jenis-jenis Waditra 1. Kacapi Indung: dipetik/ukurannya besar 2. Kacapi Rincik: Kecil 3. Kacapi Sister : Biasa 4. Tarawangsa : digesek 5. Rebab : digesek 6. Suling : ditiup 7. Tarompet : ditiup 8. Karinding : dipukul dengan telunjuk 9. Celempung :dipukul dengan alat pemukul 10. Angklung : digoyangkan 11. Calung : Rantay, Gambang, Jingjing 12. Gambang : dipukul 13. Kendang : ditepuk 14. Dogdog : dipukul 15. Rebana : ditepuk 16. Saron: dipukul 17. Bonang : dipukul 18. Goong :Gantung, Buyung, Goong Awi 19. Gambelan Degung: khas tradisional 20. Gambelan Salendro atau Pelog.

74 3.7 Sistem Pola Mata Pencaharian Pertanian sebagai mata pencaharian utama dalam kehidupan manusia, dibeberapa bagian wilayah di muka bumi ini, termasuk Indonesia dan khususnya masyarakat Sunda. Pada masa pertama, usaha manusia untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia ini, berusaha mengumpulkan hasil bumi dan berburu binatang di sekitar tempat hidup mereka. (masa ini disebut juga sebagai sistem mata pencaharian berburu dan meramu). Mata pencaharian berburu dan meramu, sejak akhir abad ke 19 tampaknya mulai menghilang dari muka bumi ini, dan muncul mata pencaharian hidup dengan sistem bercocok tanam. Menurut Koentjaraningrat; sejak umat manusia timbul dimuka bumi ini kira-kira 1 juta tahun yang lalu, ia hidup berburu, sedangkan baru kira-kira 10.000 tahun yang lalu ia mulai menemukan bercocok tanam. Yang perlu kita ingat bahwa : 1. Bercocok tanam tidak terjadi dengan sendirinya/sekonyongkonyong. 2. Bagaimanakah manusia itu untuk pertama kalinya dapat mulai bercocok tanam ?. 3. Apakah yang ditanam ?. Kalau kita kembali mengamati akan sejarah kehidupan manusia, bahwa awalnya kehidupan manusia di dunia ini tidak mengetahui dan mengerti apa apa tentang kehidupan. Adan dan Hawa diturunkan ke dunia ini ditempat yang berbeda, kemudian dipertemukan setelah puluhan tahun hidup menyendiri, setelah dipertemukan Adam dan Hawa beranak pinang dengan berbagai ras, budaya dan agama yang berbeda, bersuku suku dan berbangsa bangsa serta bahasa yang berbeda pula. Apakah dalm benak kita terpikirkan suatu pemikiran yang telah dipengaruhi oleh berbagai ilmu pengetahuan saat ini, bahwa kehidupan dahulu nenek moyang kita sama seperti kita sekarang. Tentunya perjalanan sejarah telah memberikan bukti nyata bahwa kehidupan ini tidak sekonyongkonyong seperti saat ini, melainkan melalui suatu proses kehidupan yang sangat keras yang dilalui dengan berbagai perjuangan hidup manusia. Kalau kita lihat kehidupan manusia primitif, tergambarkan disana bahwa mereka hidup di gua gua dengan tidak berpakaian, memakan tumbuh tumbuhan dan daging dari hewan buruan, mereka tidak tahu apakah binatang itu berbisa atau tumbuh tumbuhan itu beracun, apalagi mereka mengetahui bagaimana cara

75 bercocok tanam dan mengolah makanan seperti manusia saat ini. Sehingga dari kehidupan seperti itu manusia dahulu banyak korban dari ketidak tahuannya. Perjalanan kehidupan manusia akhirnya membuktikan bahwa semua sistem yang ada dalam kehidupan ini, termasuk pola mata pencaharian hidup tidak bisa lepas dari perjuangan hidup manusia pendahulu kita yang sangat terbatas dan penuh kekurangan. Kekurangan kekurangan itu akan terus dilengkapi oleh pengalaman hidup manusia selanjutnya yang saling melengkapi dan menyempurnakan apa yang telah ada dengan penemuan dan pengalaman barunya. Kalau kita pahami tenytang cerita rakyat mengenai sakadang kuya dan sakadang monyet tentang pohon pisang, ini membuktikan bahwa pengalaman adalh merupakan ilmu yang paling berharga dalam kehidupan manusia. Dalam cerita itu digambarkan bagaimana sakadang kuya yang menemukan sebuah pohon pisan yang sudah matang dan berusaha untuk memetik pisang tersebut. Karena sakadang kuya tidak buisa naik pohon maka minta bantuan kepada sakadang monyet sahabatnya. Kemudian sakadang monyet menyanggupinya untuk memetik pisang tersebut, akan tetapi akhirnya sakadang monyet membawa lari pisang itu dan memakannya, serta sisanya ditanam oleh sakadang monyet dengan harapan bisa berbuah lebih banyak lagi, akan tetapi apa yang terjadi ternyata pisang yang ditanamnya membusuk. Sekadangkan sakadang kuya setelah dihianati oleh sakadang monyet mengembang biakan anak pohon pisang tersebut dan akhirnya berbuah kembali. Setelah berbuah dan matang sakadang kuya meminta tolong kembali ke sakadang monyet untuk memetik buah pisang tersebut dengan memberikan sebuah karung yang sudah bolong untuk tempat pisang. Karena piciknya sakadang monyet dia langsung membawa lari pisang yang telah dimasukan kedalam karung, yang tanpa disadari pisang tersebut sudah jatuh kehadapan sakadang kuya. Akhirnya sakadang monyet menyesal telah berbuat hianat kepada sakadang kuya, yang semestinya sebagai sahabat bisa bekerjasama dengan baik. Dari cerita itu banyak makna yang terkandung sebagai gambaran dari kehidupan manusia pada umumnya. Menurut Lodwek Milk; bahwa sejak awal permulaan dari kehidupan manusia dimuka bumi ini, ada dua kelompok manusia sebagai berikut: a. Kelompok yang pada dasarnya mempunyai hakekat yang cenderung kearah bercocok tanam (masyarakat sedenter).

76 b. Kelompok yang pada dasarnya sama sekali tidak mempunyai kecenderungan bercocok tanam, melainkan mempunyai kecenderungan yang besar sekali kearah memelihara ternak dan menggembala ternak (masyarakat nomaden). Di daerah Jawa Barat, tercermin kedua pola tersebut yaitu pola pertanian menetap dalam pola sawah dan pola pertanian diladang yaitu ngahuma. Dewasa ini, pola pertanian sawah merupakan mata pencaharian utama masyarakat sunda, khususnya di daerah pedesaan dan bercocok tanam diladang/ngahuma, sekarang sudah jarang dikerjakan masyarakat, kecuali ditempattempat tertentu. Mata prncaharian penduduk dipedesaan masih bersifat Homogen dan didaerah perkotaan di Jawa Barat bersifat Heterogen. Menurut Hildred Geertz, di daerah perkotaan dikenal adanya penduduk : 1. The urban elite, yaitu yang terdiri dari kalangan diplomatik, pengusaha baik asing maupun pribumi. 2. The Indonesian metro politan super culture, yaitu mereka yang masih dalam proses pembentukan dengan simbol pendidikan tinggi, bicara dalam bahasa asing, berpengalaman luar negeri dan menggunakan barang-barang luar negeri. 3. The urban midlle class, yaitu yang terdiri dari kalangan pegawai menengah, pamongpraja, guru dan anggota ABRI. 4. The urban proletariat, yaitu yang terdiri dari golongan buruh, pembantu rumah tangga, tukang beca, pedagang kecil dan lainlain. Dalam kaitan dengan masalah mata pencaharian hidup masyarakat di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, Wertheim dalam bukunyaIndonesian Society in Transition, membagi masyarakat Indonesia kedalam tiga pola mata pencaharian utama yaitu : 1. Masyarakat Pantai 2. Masyarakat Sawah 3. Masyarakat Ladang. Pembagian pola mata pencaharian hidup ini, tentunya berlaku bagi masyarakat sunda sebagai bagian dari wilayah Indonesia. Secara umum pola mata pencaharian masyarakat pantai tentunya adalah nelayan, proses terjadinya masyarakat nelayan ini tidak dengan sendirinya terbentuk, melainkan melalui suatu proses kebutuhan manusia pantai dalam mengatasi masalah masalah kehidupannya, disitu akan terjalin suatu kerjasama antara nelayan,

77 pedagang, pembuat asin, penyuplai es batu, garam, dan lain sebagainya. Ini terbentuk karena saling memerlukan, apabila dilihat dari ilmu pengetahuannya masih ada yang menggunakan cara cara tradisional, ada juga yang moderen, dan ada yang masih percaya terhadap mistis, akan tetapi secara keseluruhan dapat terlihat disemua masyarakat pantai selalu ada upacara hajat laut. Kemudian masyarakat sawah, yang masih produktif mengembangkan pola mata pencaharian sawah ditatar sunda bisa terlihat didaerah Karawang, Subang, Cianjur, Garut, Sumedang dan Bandung. Dalam masyarakat sawah pekerjaan utama mereka adalah mengolah sawah dan padi sebagai komoditi andalan. Secara teknologi pengolahan sawah sekarang sudah dapat dikatakan moderen, tidak seperti tahun tujuh puluhan dimana semua pengolahannya sangat tradisional, dan mereka sangat yakin betul bahwa yang memberikan berkah adalah dewi padi nyi pohaci sanghyang sri. Setiap akan melakukan pekerjaan menggarap sawah atau menanam padi selalu dilakukan upacara ritual dari mulai mitambeyan, tandur, mindo, dibuat atau panen penuh denga upacara tradisional. Masyarakat ladang, merupakan mata pencaharian masyarakat yang berada di daerah pegunungan yang merupakan pola mata pencaharian yang lama apabila dibandingkan dengan masyarakat pantai dan sawah. Sebelum manusia mengenal pola nelayan dan sawah, terlebih dahulu mengenal pola berladang termasuk ngahuma. Mereka menggunakan lahan yang ada untuk menanam singkong, ubi, jagung, pisang dan yang lainnya, yang kadang kadang diselingi dengan tanaman padi (huma). Secara tradisional masyarakat desa selalu memanfaatkan lahan sekecil apapun untuk berladang yang hasilnya dijual kekota untuk mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari sinilah awal terbentuknya pasar secara tradisional dan perkembangan pola mata pencaharian hidup manusia sesuai dengan tingkat sosial ekonomi. 3.8 Sistem Teknologi Peralatan Pada uraian pendahuluan telah dijelaskan bahwa dari segi kepentingan para pendukungnya, pelestarian kebudayaan daerah perlu dilakukan demi terhindarnya masyarakat setempat dari kekacauan sosial karena hancurnya kerangka acuan yang memberi makna dan arah kehidupan, serta memberikan kebanggan yang membedakan kelompoknya dengan kelompok lain. Selanjutnya

78 proses pelestarian kebudayaan harus dilakukan melalui proses sosialisasi yang paling dini dan yang paling penting, biasanya diperoleh di lingkungan keluarga sebagai kesatuan sosial terkecil dan terpenting. Hal itu berarti bahwa kesatuan sosial terkecil dan terpenting itu harus menguasai pengetahuan budaya tertentu yaitu budayanya sendiri untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya sebagai wadah reproduksi sosial. Di dalam kehidupan masyarakat Sunda saat ini, terutama dalam kehidupan masyarakat perkotaan sudah jarang sekali atau mungkin kita tidak akan dapat menemukan suatu sosok individu atau kelompok masyarakat Sunda yang melakukan proses sosialisasi terhadap keluarganya mengenai budayanya sendiri. Sehingga wajar apabila terjadi dalam kehidupan generasi muda Sunda saat ini yang hidup diperkotaan ada yang tidak mengenal tentang adat istiadat Sunda, sejarah, bahasa, kesenian dan teknologi peralatannya, justru yang mereka kenal adalah budaya lain yang diadopsi dalam kehidupannya sehari hari seperti musik barat yang beraliran keras, pakaian model barat yang serba buka-bukaan, makanan produk barat yang banyak mengandung lemak, perabotan rumah tangga serba modern dengan serba tombol (digital) yang serba canggih, bahasa yang digunakan tidak lagi bahasa ibu (bahasa daerah) tetapi bahasa campuran yang tidak dimengerti oleh orang lain, rasa sopan santun sudah tidak ada, baik terhadap orang tua maupun orang lain, dan lain sebagainya. Oleh karena itu lingkungan keluarga diharapkan dapat mewaspadai dan menjadi ujung tombak dalam membina dan mensosialisasikan budaya kita sendiri, budaya daerah yang harus dijaga dan dipelihara, karena itulah yang sesuai dengan kehidupan kita, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat Sunda. Generasi muda sebagai pewaris budaya bangsa harus menyadari betul bahwa kekal dan tidaknya suatu budaya tergantung pada generasi penerusnya. Jaman boleh berubah, dengan berbagai macam perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin canggih namun budaya-budaya lama yang sangat sederhana dan bermanfaat bagi kehidupan dan keselamatan serta kemaslahatan manusia Sunda harus tetap terjaga dengan baik. Judistira K. Garna (1992:1) mengatakan bahwa suatu atau sejumlah perubahan selalu berlaku pada semua masyarakat manusia, setiap saat dimanapun mereka hidup dan berada. Kadangkala perubahan itu berlangsung secara tiba-tiba dan serentak. Selanjutnya menurut Astrid (Judistira K. Garna; 1992:6)

79 perubahan masyarakat dalam arti luas, diartikan sebagai perubahan/perkembangan dalam arti positif maupun negatif. Dari kedua pendapat di atas jelas sekali bahwa tidak ada suatu budaya pun di dunia ini yang bersifat statis, namun perubahan itu tentunya akan mengarah kepada suatu perubahan yang sifatnya positif atau negatif. Selama perubahan itu bersifat positif tentunya akan banyak bermanfaat bagi kehidupan pendukungnya dari kebudayaan tersebut, akan tetapi sebaliknya jika perubahan tersebut bersifat negatif maka akan meruksak terhadap kehidupan pendukungnya dari suatu kebudayaan itu. Sebagaimana halnya dengan masalah teknologi peralatan masyarakat Sunda yang saat ini kurang diminati oleh masyarakat Sunda sendiri di dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan masyarakat Sunda yang berada di perkotaan, mereka lebih senang dan bangga terhadap teknologi peralatan yang serba modern, yang lebih praktis dalam pemakaiannya. Mereka yang biasa hidup di kota merasa gengsi atau malu apbila membeli atau menggunakan teknologi peralatan tradisonal Sunda, yang menurut anggapan mereka sudah tidak layak lagi dalam kehidupan modern ini. Biarkanlah semua pendapat tentang keberadaan teknologi peralatan Sunda bergulir dengan pandangannya masing-masing, karena pada dasarnya semua pendapat itu benar adanya, yang membedakan hanyalah sudut pandang mereka dalam menilai suatu bentuk budaya tersebut. Namun yang paling penting kita sebagai manusia Sunda harus mampu menyampaikan dan mensosialisasikan kepada generasi penerus masyarakat Sunda bahwa masyarakat Sunda memiliki teknologi peralatan yang sangat berpadu dengan alam dalam kehidupan kesehariannya, yang tidak memerlukan biaya mahal dan yang penting tidak meruksak lingkungan tempat tinggal kita, karena alam apabila kita dekati akan bersahabat dan apabila kita usik akan mendatangkan bencana, alam akan tergantung pada perlakuan manusia terhadapnya. Marilah kita kenali kembali bagaimana teknologi peralatan masyarakat Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan uraian Ahmad Hadi (1994:61-128) bahwa teknologi peralatan masyarakat Sunda dapat dibagi kedalam empat bagian yaitu : 1). Teknologi peratan rumah tangga, 2). Teknologi peralatan berburu, 3). Teknologi peralatan pertanian, 4). Teknologi peralatan transfortasi.

80 1). Teknologi Peralatan Rumah Tangga. Teknologi peralatan rumah tangga dalam kehidupan masyarakat Sunda diantaranya adalah : Aseupan, terbuat dari bambu gunanya untuk menanak nasi. Ayakan, terbuat dari bambu gunanya untuk mencuci sayuran atau nangkap ikan. Baki, terbuat dari kayu gunanya untuk tempat gelas atau keler. Bakul, terbuat dari bambu gunanya untuk tempat beras atau nasi. Baskom, terbuat dari kaleng atau aluminium gunanya untuk beras, nasi, makanan, sayuran dan lain sebagainya. Boboko, terbuat dari bambu gunanya untuk tempat nasi. Cecempeh, terbuat dari bambu gunanya untuk membersihkan beras atau menjemur makanan. Centong, terbuat dari kayu gunanya untuk mengambil nasi. Centing, terbuat dari tanah gunanya untuk menyimpan garam. Cewo, terbuat dari tanah merah gunanya untuk membakar garam batu supaya halus. Coet jeung mutu, coet terbuat dari tanah atau batu, mutu terbuat dari kayu atau batu gunanya untuk membuat bumbu masak atau sambel. Cukil, terbuat dari kayu atau bambu gunanya untuk mengambil nasi. Cumbung, terbuat dari bambu gunanya untuk tempat nasi pada waktu kendurian. Didingklik/Jojodog, terbuat dari kayu gunanya untuk tempat duduk. Dingkul, boboko besar terbuat dari bambu gunanya untuk tempat nasi atau tempat beras. Hihid, terbuat dari bambu gunanya untuk mengipasi nasi panas. Dulang, terbuat dari kayu gunanya untuk menghaluskan nasi atau membuat ulen. Emuk, terbuat dari seng atau kaleng gunanya untuk tempat air minum. Cangkir, terbuat dari seng atau kaleng gunanya untuk tempat air minum. Gayung/Siwur, terbuat dari batok kelapa gunanya untuk mengambil air dari buyung. Gentong/Buyung, terbuat dari tanah gunanya untuk tempat air atau tempat beras.

81 Halu, terbuat dari kayu gunanya untuk menumbuk padi. Hawu, terbuat dari tanah atau semen gunanya untuk memasak. Jodang, ayakan besar terbuat dari bambu gunanya untuk menjemur makanan seperti opak atau rengginang. Jubleg, semacam lisung terbuat dari kayu atau batu gunanya untuk membuat tepung. Jubung, terbuat dari bambu gunanya untuk menyimpan aseupan yang berisi nasi. Kalo, terbuat dari anyaman kawat atau bambu gunanya untuk menyaring tepung. Kameuti/Kaneron, terbuat dari anyaman daun pandan atau daun gebang gunanya untuk tempat makanan kalau bepergian ke hutan. Kastrol, terbuat dari besi gunanya untuk menanak nasi atau memasak air. Katel, terbuat dari besi gunanya untuk menggoreng. Kele, terbuat dari ruas bambu gunanya untuk mengambil air. Kekeb, terbuat dari bambu gunanya untuk menutupi aseupan kalau menanak nasi atau memasak makanan. Kekeba/Tingkeb, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk membawa oleh-oleh. Kempis/korang, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk tempat ikan pada waktu memancing. Kendi, terbuat dari tanah gunanya untuk menyimpan air. Koja, terbuat dari anyaman rotan gunanya untuk membawa makanan kalau pergi ke hutan. Kolanding, terbuat dari ruas bambu gunanya untuk mengambil lahang. Kukuran, terbuat dari kayu memakai seng gunanya untuk mengupas kelapa yang sudah pecah. Leukeur, terbuat dari bambu atau sapu padi gunanya untuk menyimpan seeng biar tidak miring. Lisung, terbuat dari kayu gunannya untuk menumbuk padi. Lodong, terbuat dari ruas bambu gombong gunanya untuk ngambil lahang atau tempat air. Lulumpang, terbuat dari batu, kayu atau besi gunanya untuk menumbuk kopi, bumbu atau yang lainnya. Nyiru, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk membersihkan gabah, beras dan yang lainnya. Pangarih, terbuat dari kayu gunanya untuk menghaluskan nasi.

82 Parako, terbuat dari palupuh memakai tanah gunanya untuk menyimpan hawu supaya tidak kebakaran. Parud, terbuat dari kayu memakai seng atau kawat gunanya untuk memarut kelapa. Pipiti, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk tempat nasi dan lauk pauk atau makanan pada waktu kendurian. Piring, terbuat dari kaleng atau poslen gunanya untuk makan atau tempat makanan. Poci, terbuat dari tanah atau kaleng gunanya untuk menyeduh air teh. Rampadan, terbuat dari kuningan gunanya untuk mengantarkan hidangan pada tamu. Ranggap, terbuat dari bambu gunanya untuk mengurung ayam. Rantang, terbuat dari kaleng gunanya untuk membawa makanan. Said (boboko gede), terbuat dari bambu gunanya untuk menyimpan beras atau piring kotor (tempat perabotan kotor). Sair, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk menangkap ikan. Saji, terbuat dari bambu gunanya untuk menyimpan makanan. Salang, terbuat dari tambang atau rotan gunanya untuk menyimpan boboko nasi atau mengikat barang yang akan dipikul dengan rancatan. Sangrayan, terbuat dari tanah gunanya untuk memasak kacang tanpa menggunakan minyak. Seeng, terbuat dari tembaga, seng, atau kaleng gunanya untuk menanak nasi, mengukus makanan. Seserok, terbuat dari seng atau kaleng gunanya untuk mengangkat gorengan. Sinduk, terbuat dari batok kelapa dan kayu gunanya untuk mengambil sayur dan makanan yang mengandung air. Songsong, terbuat dari ruas bambu gunanya untuk meniup api di hawu. Talenan, terbuat dari kayu gunanya untuk alas mengiris di dapur. Tampir, nyiru besar terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk membersihkan beras atau untuk menjemur opak. Tampolong, terbuat dari kaleng atau kuningan gunanya tempat ludah bagi orang yang makan sirih. Teko,terbuat dari kaleng atau alumunium gunanya tempat air.

83 Tetenong, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk menyimpan lauk-pauk. Tolok, seperti tolombong terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk tempat berjualan memakai soko dan tutup. Tolombong, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk mengambil buah-buahan atau ubi-ubian dari kebun. Tomo dan Pariuk, terbuat dari tanah merah gunanya untuk memasak sayuran atau membuat pindang. Undem, terbuat dari batok kelapa gunanya untuk menakar beras atau gabah. 2). Teknologi Peralatan Berburu. Teknologi peralatan untuk menangkap binatang dalam kehidupan masyarakat Sunda diantaranya adalah : Bandring, terbuat dari kayu dan karet (katepel) gunanya untuk melemparkan batu dalam menangkap burung. Bedog, terbuat dari besi gunanya untuk menyembelih binatang buruan atau untuk memotong pohon. Burang, terbuat dari bambu runcing gunanya untuk ranjau dalam menangkap binatang. Panah/Jamparing, terbuat dari bambu memakai besi gunanya untuk melukai binatang. Sumpit, terbuat dari bambu kecil (tamiang) dengan peluru terbuat dari harupat kawung memakai kapuk atau kapas gunanya untuk menangkap burung. Tumbak, terbuat dari kayu memakai besi gunanya untuk menusuk binatang buruan. 3). Teknologi Peralatan Pertanian. Teknologi peralatan pertanian dalam kehidupan masyarakat Sunda dibagi kedalam dua kelompok masyarakat yaitu : a. Masyarakat Sawah, peralatan yang digunakan diantaranya adalah : Pacul, terbuat dari besi tipis dan lebar memakai gagang (doran) gunanya untuk menggali lobang atau menggemburkan tanah. Etem, terbuat dari besi semacam silet besar memakau kayu gunanya untuk memotong padi. Garu, terbuat dari kayu seperti sisir gunanya untuk menghaluskan tanah yang sudah dicangkul atau setelah diwuluku.

84 Arit, terbuat dari besi berbentuk bulan sepasi gunanya untuk memotong rumput. Parang, terbuat dari besi besar keujung memakai gagang kayu gunanya untuk mebersihkan rumput dipematang sawah. Gacok, terbuat dari besi dan kayu seperti garpu, memakai gagang seperti cangkul gunanya untuk menggaruk rumput atau sampah. Susurung, terbuat dari kayu panjang memakai gagang gunanya untuk meratakan tanah sawah sebelum ditanami padi. Caplak, terbuat dari kayu seperti sisir dengan jarak 20 centi meter gunanya untuk mengatur jarak menanam padi. b. Masyarakat Ladang, peralatan yang digunakan diantaranya adalah : Bedog, terbuat dari besi gunanya untuk memotong kayu atau pohon. Arit, terbuat dari besi berbentuk bulan sepasi gunanya untuk memotong rumput. Baliung, terbuat dari besi berbentuk patik tetapi bisa diputar gunanya untuk membelah atau mengupas kayu. Congkrang, terbuat dari besi dan kayu gunanya untuk mengambil kayu bakar atau membersikan rumput dan ranting. Gacok, terbuat dari besi dan kayu seperti garpu, memakai gagang seperti cangkul gunanya untuk menggaruk rumput atau sampah. Gaet, terbuat dari besi semacam arit yang bentuknya lebih kecil dengan memakai pegangan yang panjang gunanya untuk mengambil daun pisang atau buah-buahan yang tinggi. Garpu, terbuat dari besi dan kayu gunanya untuk menggemburkan tanah dan mencukil tanah yang keras. Gobang, terbuat dari besi bentuknya seperti golok tapi panjang gunanya untukmemotong kayu atau senjata perang jaman dulu. Kampak, terbuat dari besi berbentuk gigi memakai kayu gunanya untuk membelah kayu atau memotong kayu. Kored, terbuat dari besi bentuknya kecil gunanya untuk membersihkan rumput. Pacul, terbuat dari besi tipis dan lebar memakai gagang (doran) gunanya untuk menggali lobang atau menggemburkan tanah. Patik, terbuat dari besi seperti kapak besar gagangnya panjang gunanya untuk memotong atau membelah kayu.

85 Aseuk, terbuat dari kayu bulat panjang, ujungnya runcing gunanya untuk membuat lubang pada tanah yang akan ditanami. 4). Teknologi Peralatan Transfortasi. Teknologi peralatan Transportasi dalam kehidupan masyarakat Sunda diantaranya adalah : Delman, Keretek, alat transfortasi yang terbuat dari kayu dan besi dengan tutup atas plastik atau terpal, kapasitas penumpang enam orang termasuk kusir dan ditarik oleh seekor kuda, dan kondisi kendaraan agak tinggi dari Dokar dan Sado. Dokar, Sado, alat transfortasi yang terbuat dari kayu dan besi dengan tutup atas plastik atau terpal, kapasitas penumpang enam orang termasuk kusir dan ditarik oleh seekor kuda, dan kondisi kendaraan agak pendek dari Delman dan Keretek. Padati, alat transfortasi yang terbuat dari kayu dan besi berbentuk persegi empat dengan tutup atas plastik atau terpal, untuk mengangkut barang dan ditarik oleh seekor sapi. Gorobag, alat transfortasi yang terbuat dari kayu dan besi berbentuk persegi empat lebih besar dari pedati dengan tutup atas plastik atau terpal, untuk mengangkut barang dan ditarik oleh dua ekor sapi. Parahu, terbuat dari kayu dengan ukuran kecil atau besar, gunanya untuk mengangkut barang atau orang dalam menyebrang sungai. Rakit, terbuat dari susunan bambu yang diikat dengan menggunakan tali pegangan dati kawat yang membentang diantara dua tepi sungai atau dengan menggunakan tongkat sebagai alat penekan supaya maju, gunanya sebagai alat penyebrangan orang atau barang dan kendaraan kecil. Teknologi peralatan tradisional masyarakat Sunda ini, tentunya masih ada dan digunakan oleh sebagian kecil masyarakat Sunda yang masih hidup dalam kesederhanaannya terutama dalam kehidupan pedesaan. Mereka senantiasa bersatu dengan alam karena kehidupan kesehariannya pada umumnya adalah berladang dan bersawah, anak-anak desa setiap harinya mempunyai pekerjaan membantu orang tua setelah pulang sekolah, mereka pergi keladang atau kesawah, memotong rumput untuk ternaknya, setelah selesai pekerjaanya baru mereka bisa bermain, menjelang sore mereka mengaji dan pulang mengaji mereka belajar. Begitulah kiranya keseharian mereka dalam menjalani khidupan dipedesaan.

86 Bagaimana gambaran kehidupan dikota, tentunya sangatlah berbeda dengan kebiasaan hidup masyarakat desa. Di kota mereka sangat dimanjakan dengan berbagai suasana yang serba santai, tempat hiburan yang mengundang kebebasan, tanggungjawab membantu orang tua setelah pulang sekolah tidak ada, akhirnya mereka bergaul dengan bebas dalam kehidupan lingkungan kota yang menjanjikan kesenangan lahiriah saja. Di perkotaan teknologi yang serba canggih tersedia dengan mudah untuk membantu kebutuhan hidup manusia seharihari, seolah-olah manusia tidak perlu bekerja keras banting tulang untuk melakukan suatu pekerjaan, yang penting adalah uang. Dengan uang apapun yang ingin dilakukan bisa terwujud, seperti halnya untuk mencuci pakaian tinggal memasukan pada mesin cuci, mau makan tinggal pesan melalui telepun, untuk melakukan pekerjaan rumah tinggal memanggil pembantu, sekolah anak ada antar jemput. Alat-alat rumah tangga serba modern seperti; kompor gas, kompor listrik, kulkas, Ac, Tv, Vcd, dan lain sebagainya. Sepertinya teknologi peralatan tradisional masyarakat Sunda dalam kehidupan masyarakt Sunda diperkotaan itu sudah tidak ada, dan mungkin saja mereka sudah tidak mengenal nama dan bentuk dari peralatan tradisional tersebut. Apakah memang harus begitu ?. Apakah mereka sudah bukan orang Sunda lagi ?. Siapa sebenarnya orang Sunda itu ?. Apa batasan dan kriteria orang Sunda semestinya?. Apakah dengan pengaruh modrnisasi semua budaya lama harus dihilangkan, sehingga orang Sunda kehilangan jati dirinya ?. semua ini coba kita jawab oleh diri kita masingmasing, kita intropeksi kedalam diri dan keluarga kita, lingkungan sekeliling kita dan masyarakat luas sekitar kita (batur sakasur, batur salembur, batur sagubernur, jeung batur nusarua bakal asup kaliang kubur).

Anda mungkin juga menyukai