Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AGAMA DAN SISTEM SOSIAL BUDAYA ORGANISASI SOSIAL POLITIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah antropologi Agama dan Budaya

Dosen Pengampu: Feri Kristianawati, S.Pd., M.A

Disusun Oleh:

1. Noor Mukhlis (2240410036)

2. Dito Finoriyanto (2240410039)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem sosial dan ekonomi merupakan komponen dari kerangka

masyarakat yang lebih luas Ketiga sistem yang disebutkan di atas dapat

berbeda jika dianalisis Ilmu sosiologi lebih cenderung menganalisis sistem

sosial, sedangkan Ilmu budaya lebih cenderung menganalisis sistem sosial

Sistem digambarkan sebagai suatu kelompok dari semua bagian yang bekerja

sama untuk melaksanakan suatu tugas Ketujuh komponen sistem tersebut

adalah fungsi, set, batas, ukuran, bentuk, tenpat, hubungan, cara, sistem,

masukan dan pengeluaran Masyarakat dan kebudayaan digambarkan sebagai

sistem tatanan sosial. Hubungan antara masyarakat umum dan kebudayaan

mempengaruhi sistem sosial dan agama Akibatnya, interaksi antara sistem

sosial dan budaya itu memunculkan istilah "sistem sosial budaya" Pada

penduduk Indonesia, sistem kesejahteraan sosial ini semakin meluas.

Sistem sosial budaya tekanan tentang hubungan yang terjalin dengan

masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat

saling mempengaruhi dan membentuk interaksi sosial Proses dalam sosial

kebudayaan yang ada di Negara Indonesia adalah kebijakan sosial totaliter

dengan perundang-undangan sosial dan hak asasi manusia yang mampu

menegakkan hak hidup sehat dan bermartabat dalam seluruh Pancasila.

Penafsiran makna konsep sistem sosial budaya dianggap penting karena

masalahnya tidak hanya menjelaskan maknanya tetapi juga menjelaskan

deskripsinya melalui praktik kehidupan sosial.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Definisi Agama dan Sosial Budaya ?.

2. Bagaimana Interaksi Agama dengan Sistem Sosial Budaya ?.

3. Bagaimana Dampak Agama pada Sistem Sosial Budaya dalam Organisasi Sosial

Politik ?.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui Definisi Agama dan Sosial Budaya.

2. Untuk mengetahui Interaksi Agama dengan Sistem Sosial Budaya.

3. Untuk mengetahui Dampak Agama pada Sistem Sosial Budaya dalam Organisasi

Sosial Politik

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agama dan Sistem Sosial Budaya

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan

pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari

kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan

untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam

semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh

moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Kata agama

kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau

kadang-kadang mengatur tugas Namun, dalam kata-kata Émile Durkheim, agama

berbeda dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial"

Émile Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu

yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur

tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta

tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta

lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti "tradisi".

Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin

religio dan berakar pada kata kerjare-ligare yang berarti "mengikat kembali".

Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Sistem sosial budaya Indonesia adalah sebagai totalitas nilai, tata sosial, dan tata

laku manusia Indonesia harus mampu mewujudkan pandangan hidup dan falsafah

negara Pancasila ke dalam segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara. Asas

yang melandasi pola pikir, pola tindak, fungsi, struktur, dan proses sistem sosial

budaya Indonesia yang diimplementasikan haruslah merupakan perwujudan nilai- nilai

4
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, transformasi serta pembinaan sistem

social budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

Sosial budaya merujuk pada aspek-aspek kehidupan sosial dan budaya suatu

masyarakat. Ini melibatkan segala sesuatu yang berkaitan dengan cara hidup,

nilai-nilai, norma, kebiasaan, tradisi, institusi, dan interaksi sosial yang terjadi dalam

suatu kelompok masyarakat.

Aspek sosial ini mencakup berbagai hal, seperti sistem nilai, sistem kepercayaan,

bahasa, agama, adat istiadat, seni, musik, tarian, pakaian tradisional, arsitektur,

makanan dan minuman khas, permainan tradisional, serta peran gender dan struktur

keluarga.

Sosial budaya tidak hanya mencakup dimensi kehidupan pribadi, tetapi juga

interaksi dan hubungan antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hal ini

termasuk norma-norma sosial yang mengatur perilaku, hubungan kekerabatan, sistem

pendidikan, sistem politik, sistem ekonomi, dan organisasi sosial lainnya yang

membentuk tatanan sosial dalam suatu masyarakat.

Pada Sosial budaya juga berperan dalam membentuk identitas suatu masyarakat dan

individu. Nilai-nilai, tradisi, dan kebiasaan yang ada dalam suatu budaya dapat

mempengaruhi cara berpikir, perilaku, dan pandangan hidup individu serta pola

interaksi sosial yang terjalin dalam masyarakat.

B. Interaksi Agama dengan Sistem Sosial Budaya

Keberadaan agama dalam sistem sosial budaya adalah objek yang menjadi

perhatian utama dalam antropologi agama. Kehidupan beragama punya pengaruh

terhadap aspek kebudayaan yang lain. Ekspresi religius ditemukan dalam budaya

material, perilaku manusia, nilai moral, sistem keluarga, ekonomi, hukum, politik,

pengobatan, sains, teknologi, seni, pemberontakan, perang, dan lain sebagaiya.

5
Budaya menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan

hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia

dengan belajar. Jadi budaya diperoleh melalui belajar Tindakan-tindakan yang

dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang,

berelasi dalam masyarakat adalah budaya.

Tapi kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis, tetapi dalam gagasan

yang terdapat dalam fikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat,

ethos kerja dan pandangan hidup. Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama

terhadap budaya manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan kolektif

tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan keagamaan berpola

kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan, menghayati dan membayangkan

Tuhan

Lebih tegas dikatakan Geertz, bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis

dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana

individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga

wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni

suara, ukiran, dan bangunan.

pada umumnya ahli antropologi menempatkan agama (religi) sebagai salah satu
dari aspek-aspek kebudayaan (cultural universals) karena dia merupakan hasil dari
pemahaman, rasa dan tindakan masyarakat yang bersangkutan dalam berhubungan
dengan yang gaib. Harsojo mengungkapkan sistem kepercayaan (religi) sebagai salah
satu aspek kebudayaan di samping: (1) teknologi dan kebudayaan material, (2) sistem
ekonomi dan mata pencaharian, (3) organisasi sosial, (4) sistem kepercayaan, dan (5)
kesenian. Koentjaraningrat juga menempatkan agama sebagai cultural universals
keenam dari unsur kebudayaan yang dikemukakannya, yaitu: (1) bahasa, (2) sistem
pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem pralatan hidup dan teknologi, (5) sistem
mata pencaharian, (6) sistem religi, dan (7) kesenian.

6
Agama sebagai suatu sistem mengandung sistem-sistem budaya tersebut ,Agama
membentuk dan mewarnai sistem-sistem budaya Karena pengelompokan sistem atau
aspek budaya ini hanya cara yang ditempuh oleh para ahli untuk menyistematiskan
dan mengelompokkan cakupan kebudayaan yang amat luas, membahas hubungan
agama dan kebudayaan yang abstrak.
Faktor kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya budaya agama yang
berbeda-beda, walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama Oleh karena itu
agama Kristen yang tumbuh di Sumatera Utara di Tanah Batak dengan yang di Maluku
tidak begitu sama sebab masing-masing mempunyai cara-cara pengungkapannya
yang berbeda-beda. Ada juga nuansa yang membedakan Islam yang tumbuh dalam
masyarakat di mana pengaruh Hinduisme adalah kuat dengan yang tidak kuat.
Demikian juga ada perbedaan antara Hinduisme di Bali dengan Hinduisme di India,
Buddhisme di Thailan dengan yang ada di Indonesia.
Jadi budaya juga memengaruhi agama. Budaya agama tersebut akan terus
tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi
objektif dari kehidupan penganutnya .Tapi hal pokok bagi semua agama adalah
bahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya
dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu
dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi
ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi karena manusia
sebagai homoreligiosus merupakan insan yang berbudidaya dan dapat berkreasi
dalam kebebasan menciptakan pelbagai objek realitas dan tata nilai baru berdasarkan
inspirasi agama.

C. Dampak Agama pada Sistem Sosial Budaya dalam Organisasi Sosial Politik

Antropologi konvensional tidak memberi perhatian kepada organisasi sosial dan

politik karena organisasi ini sudah banyak dipengaruhi oleh budaya lain. Tidak lagi

genuine dan asli dalam organisasi manusia sebagaimana halnya keluarga. Dalam

negara dewasa ini, pada umumnya juga ditemukan organisasi sosial. Organisasi

7
sosial adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama. Pada

umumnya organisasi sosial tidak dibentuk dengan telah adanya banyak orang yang

punya tujuan dan cita-cita yang sama. Adapula organisasi yang bertujuan untuk

mencapai sesuatu yang relatif kecil. Seperti organisasi arisan, organisasi majlis ta’

lim, organisasi sepak bola, organisasi pedagang kaki lima, oraganisasi pengembangan

minat dan bakat mahasiswa.

Konsep agama yang tidak dikhususkan kepada urusan upacara dan hubungan

dengan Tuhan adalah konsep agama teologis. Agama secara teologis ini tentu ada

yang menjadi antropologis, yaitu dihayati dan ditemukan dalam kehidupan riil suatu

kelompok masyarakat, seperti yang ditemukan dikalangan sahabat Nabi dan

organisasi islam yang komprehensif dan terpadu. Kelompok masyarakat yang religius

atau agama secara teologis yang telah menjadi teologisitu mengembangkan segenap

sistem budayanya dari ajaran Tuhan atau wahyu-Nya yang diungkap dalam kitab suci.

Kekerabatan, ekonomi, politik, hukum, seni, ilmu pengetahuan, filsafat dan cara

melakukan ibadat mereka mengembangkan dari wahyu tersebut.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia,hubungan dan organisasi

manusia makin lama makin kompleks. Secara teoristis atau polarisasi ada dua titik

ekstrem, yaitu titik organisasi agama di satu pihak dan titik organisasi sekular di pihak

lain. Terdapat dua tipe organisasi, organisasi keagamaan dan organisasi sekuler.

Kekuasaan politik membutuhkan legitimasi Kekuasaan yang berdasarkan kepada

agama dikatakan bahwa ia telah ditentukan oleh Tuhan Siapa yang akan menjadi

penguasa mendapat legitimasi dari Tuhan Legitimasi religius ini memang tidak

8
rasional Akan tetapi, kalu dibandingkan dengan sistem demokrasi juga tidak objektif

dan kurang rasional Rasionalitas ditampilkan dari penyampaian visi dan misi.

Faktor-faktor yang mendukung dalam membentuk budaya organisasi yang Islami

menurut Hasan antara lain sebagai berikut:

a) Organisasi Diperlukan suatu struktur organisasi yang mampu menamin

penerapan budaya yang Islami di dalam organisasi yang terdiri atas sebagai

berikut Pertama, penanggung jawab program. Kedua, sebagai tim pengarah

yang terdiri atas pimpinan lapisan kedua atau sesuai dengan kondisi. Ketiga, tim

fasilitator yang terdiri atas unsur pimpinan atau orang lain yang mampu dan

berminat besar untuk melakukan tugas tersebut. Keempat, kelompok budaya

yang terdiri dari atas karyawan langsung terkait dalam status pekerjaan dalam

arti bisa satu jenis pekerjaan dalam arti bisa satu enis pekerjaan dalam arti bisa

satu jenis pekerjaan, satu naungan koordinasi, dan sebagainya.

b) Komitmen pimpinan tertinggi Salah satu kunci keberhasilan dari program ialah

adanya komitmen langsung dari pimpinan puncak yang diimplementasikan baik

melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Pimpinan herus memberikan contoh dan

suri teladan kepada bawahannya dan berupaya terus-menerus untuk

menjadikannya sebagai upaya pembentukan budaya yang baik.

c) Komunikasi Dalam melaksankan program ini, keterampilan komunikasi

merupakan faktor penting dalam upaya menciptakan lingkungan yang kondusif

agar nilainilai luhur dapat teraktualisasi dalam sikap dan perilaku organisasi.

Keberhasilan proses berdasarkan pada tingkat interaksi individu yang terkait

sehingga tempat tingkat kepercayaan, semakin baik kualitas kepercayaannya,

semakin baik kualitas kera samanya. Kondisi semacam ini harus semakin dapat

terwujud agar tingkat sinergi bisa tercapai sehingga hasil (out put) program

menjadi emakin berkualitas.

9
d) Motivasi merupakan salah satu komponen penting dalam meraih kesuksesan

suatu proses kerja karena memilki unsur pendorong untuk melakukan

pekerjaannya sendiri maupun kelompok. Suatu dorongan dapat berasal dari

dalam diri sendiri, yaitu berupa kesadaran diri untuk bekerja lebih baik atau

memberikan yang terbaik bagi kelompok dengan berbagai macam alasan yang

baik dan luhur. Akan tetapi, tidak semua orang mempunyai dorongan yang positif

dengan mudah. Ada kalanya mereka membutuhkan orang lain yang berperan

sebagai motivator.

e) Lingkungan kerja Lingkungan kera kondusif dapat mendukung terciptanya

budaya organisasi yang baik, seperti tantangan, keterlibatan, kesungguhan,

kebebasan mengambil keputusan, tersedinya waktu untuk ide-ide baru, tinggi

rendahnya tingkat konflik, keterlibatan dalam tukar pendapat, suasana yang

santai, tingkat saling percaya, dan keterbukaan.

Dengan dimensi lingkungan kera seperti tersebut, akan memberi peluang

semua unsur manajemen dapat berfungsi seperti yang diharapkan Konflik yang

terjadi di lingkungan kerja kerap kali berpengaruh besar terhadap kinerja.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya,

dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah

10
dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang

dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul

kehidupan atau alam semesta.

Keberadaan agama dalam sistem sosial budaya adalah objek yang

menjadi perhatian utama dalam antropologi agama. Kehidupan beragama punya

pengaruh terhadap aspek kebudayaan yang lain. Ekspresi religius ditemukan

dalam budaya material, perilaku manusia, nilai moral, sistem keluarga, ekonomi,

hukum, politik, pengobatan, sains, teknologi, seni, pemberontakan, perang, dan

lain sebagaiya.

Organisasi sosial adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan

yang sama. Pada umumnya organisasi sosial tidak dibentuk dengan telah

adanya banyak orang yang punya tujuan dan cita-cita yang sama. Adapula

organisasi yang bertujuan untuk mencapai sesuatu yang relatif kecil. Seperti

organisasi arisan, organisasi majlis ta’ lim, organisasi sepak bola, organisasi

pedagang kaki lima, oraganisasi pengembangan minat dan bakat mahasiswa.

11
Daftar Pustaka

Abdul Latif,PendidikanBerbasisNilai Kemasyarakatan(Bandung: RefikaAditama,2005).


AbdullahAly,PendidikanIslamMultikultural di Pesantren(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.)
Darmiyati Zuchdi,Humanisasi Pendidikan(Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Deal danPeterson,ThePrinciplesRoleinShapingSchoolCultur(WashingtonDC: Officeof
EducationResearch aiamprovement,1990).
JasonA.Collquitt, JeffryA. LepinedanMichaelJ. Wesson,Organiza tional BehaviorImproving
Performanceandcommitment intheWorkplace(NewYork: McGraw-Hill,2009).
Koentjaningrat,Kebudayaan,MentalitetdanPembangunan(Jakarta: Gramedia, 1976).

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai