Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER

ANTROPOLOGI AGAMA

AGAMA DAN SISTEM SOSIAL: BUBUR ASYURA DALAM MEMPERINGNGATI


10 MUHARRAM PADA KAUM MUSLIM TEMBILAHAN, KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

DOSEN PENGAMPU :

ENDRIZAL, S.FIL.I., M.A

SEPTRIANI, S.S., M.A

DISUSUN OLEH :

AHMAD MAULANA. T. Y

10201220

ANTROPOLOGI BUDAYA

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini, dengan judul “Agama dan Sistem Sosial,
Studi Kasus : Bubur Asyura Dalam Memperingati 10 Muharram Pada Kaum Muslim
Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau”. Dengan dibuatnya makalah ini di
harapkan bisa menambah khazanah pengetahuan mengenai agama dan sistem sosial.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing matakuliah yaitu


Bapak Endrizal, S. Fil. L., M.A. dan Ibu Septriani, M.A. yang telah membimbing, sehingga
sedikit banyaknya penulis dapat membuat makalah ini dengan sistematis. Terakhir, semoga
makalah yang dibuat ini dapat menambah pengetahuan dan kesadaran kita bersama mengenai
penting memahami agama dan sistem sosial.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa,
kepercayaan, bahasa bahkan agama yang menjadi kekayaan yang tidak ternilai.
Indonesia merupakan negara yang terbagi atas pembagian wilayah atau daerah yang
lebih kecil. Setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda, yang tercermin pada pola
dan gaya hidup masing-masing. Namun perbedaan-perbedaan tersebut dapat
terangkum dalam satu kesatuan. Maka dari itu, lahirlah semboyan Indonesia yaitu
“Bhineka Tunggal Ika”, berbeda-beda tapi tetap satu. Bhineka Tunggal Ika sebagai
semboyan yang menjelaskan bahwa dengan keberagaman masyarakat Indonesia,
mulai dari ras, budaya, adat, agama dan sebagainya bukanlah hal negatif. Perbedaan
bukanlah keharusan untuk pecah, tetapi dari perbedaan tersebutlah menjadi bersatu.
Adanya perbedaan agama, suku, ras, adat istiadat dan aliran kepercayaan
merupakan hal yang harus kita syukuri sebagai kekayaan bangsa, Namun disamping
itu, kemajemukan tetaplah menjadi pembeda individu atau kelompok dengan
individu atau kelompok lainnya yang akan mempengaruhi dalam sistem sosial. Salah
satu faktor yang akan mempengaruhi kehidupan di dalam masyarakat yaitu agama.
Agama memiliki definisi dan makna yang berbeda-beda tergantung pada orang yang
berbeda dan penganut agama. Artinya, cara untuk memaknai agama saja memiliki
keberagaman pendapat.
Agama menjadi pedoman melalui ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya
sebagai pemeliharaan ketertiban, ketenteraman dan keseimbangan hidup dalam
masyarakat. Dengan keberagaman agama yang ada di Indonesia, mulai dari Islam,
Buddha, Hindu, Katolik, Protestan dan agama lainnya, menghasilkan pengetahuan,
kebiasaan, sosial budaya dan sebagainya dalam keberlangsungan hidup yang berbeda-
beda menurut ajaran agama masing-masing. Seperti pada kaum muslim di Kecamatan
Tembilahan yang memiliki kegiatan membuat bubur asyura dalam memperingati 10
Muharram.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka terciptalah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu agama dan sistem sosial?
2. Apa itu bubur asyura dalam kaum muslim tembilahan dan bagaimana keterkaitan
agama dan sistem sosial di dalam studi kasus tersebut?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka terciptalah tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari agama dan konflik
2. Untuk mengetahui bubur asyura dalam kaum muslim tembilahan dan keterkaitan
agama dan sistem sosial di dalamnya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agama Dan Sistem Sosial


Agama memiliki definisi dan makna yang berbeda-beda tergantung pada orang
yang berbeda dan penganut agama. Mulai saat ini, agama dijelaskan terlebih dahulu
berdasarkan bahasa, kemudian agama berdasarkan istilah. Agama secara linguistik yaitu
berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti petunjuk, aturan, jalan, atau pengabdian
kepada Tuhan. Agama terdiri dari dua kata. "A" berarti "tidak" dan "Gama" berarti
kacau, tidak teratur.
a. Menurut konsepnya, agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tatanan
keyakinan (iman) dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan aturan
interaksi manusia dengan manusia dan lingkungannya.
b. Agama sebagai sebuah sistem – sebuah sistem simbol, keyakinan, nilai-nilai,
dan perilaku yang disimbolkan, semuanya terfokus pada tema-tema yang
paling bermakna.

Mengenai definisi agama, Elizabeth K. Nottigham, dalam bukunya Religion and


Society, menganggap agama sebagai fenomena yang ada di mana-mana yang sampai
batas tertentu dapat digunakan dalam upaya menciptakan abstraksi ilmiah. Lebih
lanjut beliau menyatakan bahwa agama berkaitan dengan kedalaman makna
keberadaan manusia itu sendiri dan upaya manusia dalam mengatur keberadaan alam
semesta. Agama menciptakan ilusi paling luas dan juga digunakan untuk
membenarkan kebrutalan luar biasa masyarakat terhadap orang lain. Agama tidak
hanya dapat menimbulkan perasaan takut dan takut, tetapi juga kebahagiaan batin
yang utuh. Agama juga merupakan ekspresi solidaritas sosial.

Keberadaan agama dalam sistem sosial budaya adalah objek yang menjadi
perhatian utama dalam antropologi agama. Kehidupan beragama punya pengaruh
terhadap aspek kebudayaan yang lain. Aspek kehidupan beragama tidak hanya
ditemukan dalam setiap masyarakat, tetapi juga berinteraksi secara siknifikan
dengnan aspek budaya yang lain. Ekspresi religius ditemukan dalam budaya
material, perilaku manusia, nilai moral, sistem keluarga, ekonomi hukum, politik,
pengobatan, sains, teknologi, seni, pemberontakan, perang, dan lain sebagainya.
Tidak ada aspek kebudayaan lain dari agama yang lebih luas pengaruh dan
implikasinya dalam kehidupan manusia, karena dalam agama terdapat ajaran yang
memercayai yang gaib, memercayai wahyu, memercayai surga dan neraka. Dalam
hal ini, agama merupakan hasil dari pemahaman rasa dan tindakan masyarakat yang
bersangkutan dalam berhubungan dengan yang gaib.

Pada umumnya fungsi agama dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai


penguat solidaritas masyarakat. Seperti yang diungkapkan Emile Durkheim sebagai
sosiolog, bahwa sarana-sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat,
kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat
secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan
dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial. Agama dikatakan memberi
pandangan dunia kepada manusia karena senantiasa memberi penerangan kepada
dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Agama
merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia. Ini adalah karena
sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama,
melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

B. Bubur Asyura Dalam Memperingati 10 Muharram Kaum Muslim Tembilahan


Pembuatan bubur asyura menjadi aktivitas kaum muslim Tembilahan yang
dilakukan pada turun temurun setiap tanggal 10 Muharram. Pembuatan bubur Asyura itu
umumnya dilakukan kaum perempuan yang berada di Tembilahan dengan bergotong
royong dalam penyediaan bahan bakunya. Bahan-bahan bubur Asyura dikumpulkan dan
dibawa kesalah satu rumah masyarakat untuk dimasak bersama-sama. Bahan-bahannya
adalah beras, kacang-kacangan, santan, umbi-umbian serta bumbu-bumbu lainnya.
Biasanya ketika memasak bubur asyura kaum perempuan akan saling tukar pikiran atau
pendapat mengenai masalah yang sedang dibicarakan dan juga saling tukar cerita
keluarga tujuannya agar dapat membuat kaum perempuan tersebut untuk bersosialisasi
dan juga untuk menjalin tali silahturahmi agar tidak putus.
Pembuatan bubur asyura di Tembilahan ini biasanya dilakukan dengan berbagai
kegiatan seperti mengerjakan puasa tepat pada masuknya tanggal 1 Muharram, membuat
bubur tepat pada tanggal 10 Muharram, tidak hanya itu saja masyarakat juga
mengumpulkan beberapa anak yatim piatu untuk memberikan bubur Asyura kepada
mereka, dengan alasan untuk mendoakan agar masyarakat di daerah tersebut terhindar
dari marabahaya. Puasa ini biasanya dilakukan pada saat masuknya bulan Muharram
tepat pada tanggal 1 perhitungan kalender Islam sampai dengan tanggal 10 dan pada saat
tanggal 10 itulah kaum perempuan berkumpul untuk membuat bubur Asyura yang
biasanya dilakukan setiap tahunnya.
Berdasarkan studi kasus di atas, masyarakat Tembilahan khusunya kaum muslim
melaksanakan aktivitas dalam hari Islam yang dimana pada kegiatan tersebut membuat
bubur asyura. Aktivitas tersebut sebagai memperingati sebuah pristiwa di dalam agama
Islam. Selain itu, masyarakat Tembilahan dapat bersilahturahmi dengan bertukar cerita
sesamanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tatanan keyakinan (iman) dalam
beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan aturan interaksi manusia dengan manusia
dan lingkungannya. Ekspresi Agama ditemukan dalam budaya material, perilaku
manusia, nilai moral, sistem keluarga, ekonomi hukum, politik, pengobatan, sains,
teknologi, seni, pemberontakan, perang, dan lain sebagainya. Pada umumnya fungsi
agama dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai penguat solidaritas masyarakat.
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena senantiasa
memberi penerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia
di dalam dunia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia. Ini adalah
karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama,
melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama. Seperti pada aktivitas
pembuatan bubur asyura yang dilakukan masyarakat Tembilahan dalam memperingati
10 Muharram. Dalam kegiatan tersebut tercipta sistem sosial yang di dapat dari ajaran
agama yang mereka miliki.
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai