Anda di halaman 1dari 44

PR INSIP AGAMA DALAM MEMBENTUK

TATANAN MASYARAKAT YANG BAIK DI DESA


PASAR KAMIS KENAGARIAN KOTO NOPAN

Dian Martini

FTIK, Pendidikan Agama Islam

Abstrak
agama merupakan fenomena universal yang
selalu melekat dalam diri manusia, karna itu kajian
tentang agama akan selalu terus berkembang dan tetap
menjadi sebuah kajian penting seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian tentang
agama telah banyak dilakukan oleh para ahli, baik para
teologi, psikologi, antropolog maupun sosiolog. Seiring
dengan perkembangan kajian agama, sudah atau telah
banyak definisi agama yang di kedepankan oleh para
teoritis agama namun diantara mereka tidak ada
kesepakatan. Keragaman definisi agama tergantung dari
sudut mana para teoritis memandang agama. Teolog
melihat agama sebagai seperangkat aturan yang datang
dari “tuhan” sementara bagi para psikolog, antropolog
dan sosiolog melihat agama sebagai ekspresi manusia
dalam merespon terhadap permasalahan kehidupan yang
melingkupi. Yang menarik itu adalah bahwa mereka
sepakat bahwa agama memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Karya tulis ini akan mencoba umtuk
melihat bagaimana perdebatan para ahli mengenai
definisi agama serta sejauh mana agama memiliki daya
rekat social dalam masyrakat majemuk.

Kata kunci : Prinsip agama,kegiatan islami , masyarakat


yang baik

A. Pendahuluan
Agama merupakan fenomena universal manusia.
Selama ini belum pernah ada laporan penelitian dan
kajian yang menyatakan bahwa ada sebuah
masyarakat yang tidak mempunyai konsep tentang
agama, namun hal itu sampai pada peniadaan
eksistensi agama. Sehingga kajian tentang agama
selalu akan terus berkembang dan tetap menjadi
sebuah kajian penting seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan. Karena itu sifat universitas agama
dalam masyarakat, maka kajian tentang masyarakat
tidak akan lengkap tanpa melihat agama sebagai
salah satu faktornya.
Komunitas umat agama-agama di dunia
meyakini bahwa agama yang dipeluknya itu
memiliki fungsi penting dalam kehidupan. Diantara
fungsi utama agama itu adalah memandu kehidupan
manusia agar memperoleh keselamatan di dunia dan
kebahagiaan sesudah kematian. Mereka meyakini
bahwa agamanya mengajarkan kedamaian dan kasih
sayang terhadap sesama manusia atau sesama
makhluk tuhan.
Perbincangan tentang agama atau keyakinan dan
masyarakat memang tidak akan pernah selesai,
seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.
Baik secara teologis, sosiologis maupun
antropologis, agama dapat dipandang sebagai
instrument untuk memahami dunia. Dalam konteks
itu, hampir-hampir tidak ada kesulitan bagi agama
untuk menerima permasalahan tersebut. Secara
teologis hal itu dikarenakan oleh watak omnipresent
agama. Yaitu, agama itu baik melalui symbol-simbol
atau nilai-nilai yang dikandungnya “hadir dimana-
mana”, ikut mempengaruhi, bahkan mampu
membentuk struktur sosial, budaya, ekonomi
maupun politik.
Sementara itu dalam pandangan teori structural
fungsional, masyarakat dipahami sebagai sistem
sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-
elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu
dalam kesinambungan, perubahan yang terjadi pada
satu bagian akan membawa perubahan pula pada
bagian yang lain.
Indonesia merupakan suatu Negara yang
penduduknya hiterogen dan bersifat
multidimensional. Pluralitas dalam budaya, terutama
oleh perbedaan suku, agama bahasa merupakan
karakteristik yang dimiliki bangsa Indonesia.
Kemajemukan itu yang disebabkan oleh perbedaan
suku, status sossial, pengelompokan organisasi
politik dan agama.
Menurut pengamatan koentjoroningrat, pemerintah
Indonesia membagi suku bangsa yang ada di
Indonesia membagi suku bangsa yang ada di
Indonesia menjadi tiga golongan yaitu :1) suku
bangsa yang mempunyai daerah asal dalam wilayah
Indonesia. 2) golongan keturunan asing yang
mempunyai wilayah asal dalam wilayah Indonesia
karena daerah asal mereka terletak diluar negeri dan.
3) masyarakat terasing, yaitu kelompok masyarakat
yang dianggap sebagai penduduk yang hidup dalam
tahap kebudayaan sederhana yang biasanya yang
tinggal dilingkungan terisolasi. Dari sisi agama,
Indonesia mengakui lima agama besar di dunia,
disamping itu masih banyak terdapat agama suku.
Dalam konteks bahasa daerah dan susunan
masyarakat, terdapat tidak kurang dari 366 suku
yang mediami wilayah Indonesia. Keragaman suku
yang dimiliki bangsa Indonesia membuat kehidupan
kemasyarakatan terlihat dinamis, hal ini
dimungkinkan karena Indonesia merupakan suatu
Negara terbuka yang tidak membatasi satu wilayah
dengan suku tertentu. Setiap orang dari suku dan
daerah mana pun bebas menempati wilayah itu
sepanjang ia mengikuti aturan-aturan yang berlaku di
daerah tersebut.
Dalam persfektif teori structural fungsional,
agama dapat dipandang sebagai sumber tata nilai
yang menjadi sandaran manusia dan masyarakat
dalam berprilaku pada kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu dalam perspektif antropologis-
sosiologis, agama juga ditengarai sebagai produk
manusia dan masyarakat sebagaimana budaya.
Bahkan agama dalam pandangan antropologis
dianggap sebagai bagian dari budaya. Jika agama
merupakan bagian dari budaya, maka permasalahan
yang muncul adalah apakah agama itu masih
memiliki peran dalam mempersatukan berbagai
kelompok etnis, sementara di masing-masing etnik
memiliki kultur dan adat istiadat berbeda yang oleh
penganutnya dianggap memiliki kebenaran mutlak.
Bahkan masing-masing etnik memiliki
kecendrungan etnosentris, yang memandang
budayanya sendiri sebagai superior dan menganggap
kultur etnis lainnya sebagai inferior.
Karena pentingnya sebuah keserasian sosial
dalam kehidupan bermasyarakat yang multicultural,
karya tulis yang diberi tema “prinsip agama dalam
membentuk tatanan masyarakat yang baik” ini
dimaksudkan untuk menelusuri sejauhmana agama
memiliki peran dalam mewujudkan tatanan
masyarakat yang baik. Dalam karya penelusuran
akan dicoba digali berbagai upaya dilakukan para
pakar, baik para teolog, psikolog, sosiolog maupun
antropolog dalam rekonstruksi terhadap suatu konsep
agama. Dan yang terpenting dari itu semua, melalui
pendekatan teori struktur fungsional akan melihat
lebih dekat sejauh mana agama tersebut memiliki
peran penting dalam mewujudkan keserasian sosial
pada masyarakat

B. Metode penelitian
jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kualitatifdeskriptif yang bertujuan mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap bagaimana bentuk
prinsip agama ini dalam membentuk masyarakat
yang baik

C. Pembahasan
1. Pengertian prinsip agama
Prinsip artinya aturan, ketentuan/hukum,
standar.atau suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum maupun individual yang dijadikan
oleh seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman
untuk berfikir atau bertindak.
Jadi prinsip agama merupakan aturan-atu ran
dalam agama islam

2. Agama dalam kehidupan individu


Agama dalam kehidupan individu berfungsi
sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-
norma tertentu.secara umum norma-norma tersebut
menjadi kerangka dan acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku Agar sejalan dengan keyakinan
agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama
memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu
serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Bahakan disaksikan dan bahkan juga dilihat
dalam pengalaman kehidupan nyata bahwa, betapa
besar perbedaan antara orang beriman yang hidup
menjalankan agamanya. Pada rawud wajah orang
yang hidup dengan berpegang tenguh dengan
keyakinan agamanya terlihat ketentraman pada
batinnya, dan sikapnya selalu tenang. Mereka tidak
merasa gelisah atau cemas, kelakuan dan
perbuatannya tidak ada yang akan menyengsarakan
atau menyusahkan orang lain. Lain halnya dengan
orang yang hidupnya terlepas dari ikatan agama.
Mereka biasanya mudah terganggu oleh
kegoncangan dan suasana galau yang senantiasa
menghiasi pikiran dan perasaannya. Perhatiannya
tidak tertuju kepada diri dan golongannya, tingkah
laku dan sopan santun dalam hidup biasanya diukur
atau dikendalikan oleh kesenangan-kesenangan
lahiriyah yang mengacu kepada pemenuhan dan
kepuasan hawa nafsu belaka.
Dalam keadaan senang, dimana segala sesuatu
berjalan lancer dan menguntungkannya, seorang
yang tidak beragama akan terlihat gembira, senang
dan bahkan mungkin lupa daratan. Tetapi apabila
ada bahaya yang mengancam, kehidupan susah,
banyak problem yang harus dihadapinya, maka
kepanikan dan kebingungan akan menguasai
jiwanya, bahkan akan memuncak sampai kepada
terganggunya kesehatan jiwanya, bahkan lebih jauh
mungkin ia akan bunuh diri atau membunuh orang
lain.
Menurut Mc. Guire, diri manusia memiliki bentuk
sistem nilai tertentu. Sistem nilai ini merupakan
sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya.
Sistem ini bentuk melalui belajar dan proses
sosialisasi. Perangkat sistem nilai dipengaruhi oleh
keluarga, teman, institusi pendidikan dan masyarakat
luas.
Selanjutnya, berdasarkan perangkat informasi
yang diperoleh seseorang dari hasil belajar dan
sosialisasi tadi meresap dalam dirinya. Sejak itu
perangkat nilai itu menjadi sistem yang menyatu
dalam membantu identitas seseorang. Ciri khas ini
terlihat dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana
sikap, penampilan maupun untuk tujuan apa yang
turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu.
Menurut pandangan Mc. Guire dalam jalaludin
menjelaskan bahwa dalam membentuk sistem nilai
dalam diri individu itu adalah agama. Segala bentuk
symbol-simbol keagamaan, mukjizat, magis maupun
upacara ritual sangat berperan dalam proses
pembentukan sistem nilai dalam diri seseorang.
Setelah terbentuk, maka seseorang secara serta-merta
maupun menggunakan sistem nilai ini dalam
memahami, mengevaluasi serta menafsirkan situasi
dan pengalaman. Dengan kata lain sistem nilai yang
dimilikinya terwujud dalam bentuk norma-norma
tentang bagaimana sikap diri kita.
Pada garis besarnya, menurut Mc. Guide sistem
nilai yang berdasarkan agama dapat memberikan
individu dan masyarakat perangkat sistem nilai
dalam bentuk keabsahan dan pembenaran dalam
mengatur sikap individu dan masyarakat. Pengaruh
sistem nilai terhadap kehidupan individu karena nilai
sebagai realitas yang abstrak dirasakan sebagai daya
dorong atau prinsip yang menjadi pedoman hidup.
Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam
memberi pengaruh terhadap individu, baik dalam
bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman
hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah
sebagai pembentuk kata hati (conscience).
Pada diri manusia telah ada sejumlah potensi
untuk memberi arah dalam kehidupan manusia.
Potensi tersebut adalah hidayat al-ghariziyyat
(naluriah); hidayat al-hissiyat (indrawi); hidayat al-
aqliyat (nalar); dan hidayat al-diniyat (agama).
Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi
potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh
lingkungan terhadap seseorang adalah memberi
bimbingan kepada potensi yang dimiliki itu. Dengan
sedemikian jika potensi fitrah itu dapat
dikembangkan sejalan dengan pengaruh lingkungan
maka akan terjadi keselarasan. Sebaliknya jika
potensi itu dikembangkan dalam kondisi yang
dipertentangkan oleh kondisi lingkungan, maka akan
terjadi ketidakseimbangan.
Berdasarkan pendekatan ini, maka pengaruh
agama dalam kehidupan individu adalah memberi
kemantapan bantin, rasa bahagia, rasa terlindung,
rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih
lanjut
Agama berpengaruh penting sebagai motivasi
dalam mendorong individu untuk melakukan suatu
aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan
latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai
unsur kesucian, serta ketaan. Keterkaitan ini akan
memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat
sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena
dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan
terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang
dianutnya. Sebaliknya agama juga sebagai pemberi
harapan bagi pelakunya. Seseorang yang
melaksanakan perintah agama umumnya karena
adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau
kasih sayang dari sesuatu yang ghaib (supernatual).
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi,
berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan
nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur,
menepati janji manjaga amanat dan sebagainya.
Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk
bersikap ikhlas, menerima cobaan yang berat
ataupun berdo’a. Sikap seperti itu akan lebih teras
secara mendalam jika bersumber dari keyakinan
terhadap agama. Agama dalam kehidupan individu
juga berfungsi sebagai :
a. Sumber Nilai Dalam Menjaga Kesusilaan Di
dalam ajaran agama terdapat nilai-nilai bagi
kehidupan manusia. Nilai-nilai inilah yang
dijadikan sebagai acuan atau contoh dan
sekaligus sebagai petunjuk bagi manusia. Sebagai
petunjuk agama menjadi kerangka.
Acuan atau contoh dalam berpikir, bersikap, dan
berperilaku agar sejalan dengan keyakinan yang
dianutnya. Sistem nilai yang berdasarkan agama
yang dapat memberi pedoman bagi individu dan
masyarakat. Sistem nilai tersebut dalam bentuk
keabsahan dan pembenaran dalam kehidupan
individu dan masyarakat.
b. Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi
Frustasi Menurut pengamatan psikolog bahwa
keadaan frustasi itu dapat menimbulkan tingkah
laku keagamaan. Orang yang mengalami frustasi
tidak jarang\sering bertingkah laku religius atau
keagamaan, untuk mengatasi frustasinya. Karena
seseorang itu gagal mendapatkan kepuasan yang
sesuai dengan kebutuhannya, maka ia
mengarahkan pemenuhannya kepada Tuhan.
Untuk itu ia melakukan pendekatan kepada Tuhan
melalui ibadah, karena hal tersebut yang dapat
melahirkan tingkah laku keagamaan pada dirinya.
c. Agama Sebagai Sarana Untuk Memuaskan
Keingintahuan Agama dan mampu memberikan
jawaban atas kesukaran intelektual kognitif,
sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan
eksistensial dan psikologis, yaitu dari keinginan
dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam
kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara
berarti dan bermakna ditengah-tengah alam
semesta ini.
3. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Masyarakat
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok
individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial
tertentu. Dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial
dikenal tiga bentuk masyarakat, yaitu : masyarakat
homogen, masyarakat majemuk, masyarakat
heterogen. Masyarakat homogeny ini ditandai oleh
adanya ciri-ciri yang anggotanya tergolong dalam
satu asal atau suku bangsa yang dengan satu
kebudayaan yang digunakan sebagai hidup.
Selanjutnya masyarakat heterogen memiliki ciri-
ciri bahwa pranata-pranata primer yang bersumber
dari kebudayaan suku bangsa telah diseragamkan
oleh pemerintah nasional, kekuatan-kekuatan politik
suatu bangsa telah dilemahkan oleh sistem nasional
melalui pengorganisasian yang berlandaskan pada
solidaritas, dan memiliki pranata alternatif yang
berfungsi sebagai upaya untuk mengakomodasi
perbedaan dan keagamaan, dan adanya tingkat
kemajuan yang tinggi dalam kehidupan ekonomi dan
teknologi sebagai akibat dari perkembangan
pranatapranata alternatif yang bergama tersebut.
Dan Terlepas dari penggolongan masyarakat
tersebut, pada dasarnya masyarakat terbentuk dari
adanya solidaritas dan konsensus. Solidaritas
menjadi dasar terbentuknya organisasi dalam
masyarakat, sedangkan konsensus merupakan
persetujuan bersama terhadap nilai-nilai dan norma-
norma yang memberikan arah dan makna bagi
kehidupan kelompok. Kedua aspek ini menurut E.
Durkheim merupakan pengikat dalam kehidupan
bermasyarakat. Apabila kedua unsur tersebut hilang
dari suatu masyarakat, maka akan terjadi
disorganisasi sosial serta bentuk sosial dan kultur
sosial yang telah mapan akan ambruk. Jika
solidaraitas dan konsensus dari suatu masyarakat
yang oleh kuper dan M.G Smith dianggap sebagai
unsur budaya yang digunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari, bersumber dari ajaran suatu
agama, maka fungsi agama adalah sebagai motivasi
dan etos masyarakat. Dalam konteks ini, agama
memberikan pengaruh dalam menyatukan
masyarakat.
Sebaliknya agama juga dapat menjadi pemecah,
jika solidaritas dan konsensus melemah dan
mengendur. Kondisi seperti ini akan terlihat dalam
masyarakat yang majemuk dan heterogen. Karena
sikap fanatisme kelompok tertentu dalam masyarakat
majemuk dan heterogen, maka akan memberi
pengaruh dalam menjaga solidaristas dan konsensus
bersama. Tujuan yang diakui oleh para anggota
berbagai kelompok keagamaan itu berkaitan dengan
kehidupan didunia lain, masuk surga dan terhindar
dari neraka, meringankan (beban) arwah ditempat
penyucian dosa, dan memperoleh jaminan untuk
berpindah ketingkat kehidupan yang paling tinggi.
Meskipun demikian para penganut agama lainnya
mungkin mengatakan bahwa tujuan dari mereka
adalah mengharmoniskan jiwa mereka dengan alam
semesta, mengagungkan Tuhan dan melaksanakan
kehendak-nya secara lebih sempurna. 7 Lebih jauh
Elizabeth K. Nottingham membagi masyarakat
menjadi tiga tipe. Elizabeth dalam pembagian ini
menggunakan pendekatan sosiologi agama. Tipe
pertama adalah masyarakat yang terbelakang dan
memiliki sakral. Kedua adalah masyarakat
praindustri yang sedang berkembang. Ketiga adalah
masyarakat industri sekuler.
Dalam masyarakat tipe pertama menurut
Elizabeth K. Nottingham, setiap anggota masyarakat
menganut agama yang sama, oleh karena itu
keanggotaan dalam masyarakat dan dalam kelompok
keagamaan adalah sama. Agama menyusup kedalam
aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat
ekonomis, politik, kekeluargaan maupun rekreatif.
Sedangkan dalam masyarakat praindustri yang
sedang berkembang organisasi keagamaan sudah
terpisah dari organisasi kemasyarakatan. Di
masyarakat ini organisasi keagamaan merupakan
organisasi formal yang mempunyai tenaga
profesional tersendiri.
Walaupun agama masih memberikan arti dan
ikatan kepada sistem nilai dalam kehidupan
masyarakat, namun pada saat yang sama lingkungan
yang sakral dan yang sekuler masih dapat dibedakan.
Agama sudah tidak sepenuhnya menyusup ke
aktivitas kehidupan masyarakat, walaupun masih ada
angapan bahwa agama dapat dilaksanakan secara
universal dan lebih tinggi dari norma-norma
kehidupan sosial sehari-hari pada umumnya.
Nilai keagamaan dalam masyarakat tipe ini
menempatkan fokus utamanya pada pengintegrasian
tingkah laku perorangan dan pembentuk citra
pribadinya. Elizabeth berpendapat, bahwa walaupun
tidak sekental masyarakat tipe pertama, maka pada
masyarakat tipe kedua ini agaama ternyata masih
dipergunakan dalam kehidupan masyarakat. Namun
terlihat ada kecenderungan peran agama semakin
bergeser ke pembentukan sikap individu. Kemudian
pada masyarakat industri sekuler, organisasi
keagamaan terpecah-pecah dan bersifat majemuk. Ia
melihat dimasyarakat modern yang kompleks ini,
ikatan antara organisasi keagamaan dan
pemerintahan duniawi tidak ada sama sekali. Karena
itu, agama cenderung dinilai sebagai bagian dari
kehidupan menusia yang berkaitan dengan persoalan
akhirat, sedangkan pemerintahan berhubungan
dengan kehidupan dunia. Terlepas dari bentuk ikatan
antara agama dengan masyarakat, baik dalam bentuk
organisasi maupun fungsi agama, maka yang jelas
dalam setiap masyarakat agama masih tetap
memiliki fungsi dalam kehidupan masyarkat.
Agama sebagai anutan masyarakat,
terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang
dijadikan sumber untuk mengatur norma norma
kehidupan. Masalah agama tidak akan mungkin
dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena
agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Dalam pelaksanaannya fungsi agama dalam
masyarakat antara lain :
a. Berfungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran
agama yang mereka anut itu memberikan ajaran-
ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara
yuridis berfungsi memerintahkan dan melarang.
Kedua unsur perintah dan larangan ini mempunyai
latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi
penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang
baik menurut ajaran agama masing-masing.
b. Berfungsi Penyelamat
Dimanapun manusia berada dia selalu
menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang
diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan
oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan
yang memiliki dua alam yaitu dunia dan akhirat.
Dalam mencapai keselamatan itu agama
mengajarkan para penganutnya melalui: pengenalan
kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada
Tuhan.
c. Berfungsi Sebagai Pendamaian
Melaui agama seseorang yang bersalah atau
berdosa itu dapat mencapai kedamaian batin melalui
tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah
akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila
seseorang pelanggar telah menebus dosanya
melalui :tobat atau mengakui kesalahan dan berjanji
tidak mengulanginya lagi, pensucian ataupun
penebusan dosa.
d. Berfungsi Sebagai Sosial Kontrol
Para pengganut agama sesuai dengan ajaran
agama yang dipeluknya terikat batin kepada
tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun
secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya
dianggap sebagai pengawasan sosial secara individu
maupun kelompok.
e. Berfungsi Sebagai Pemupuk
Rasa Solidaritas Para penganut agama yang sama
secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan
dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan. Rasa
kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam
kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-
kadang dapat membina rasa persaudaraan yang
kokoh.
f. Berfungsi Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan
kepribadian seseorang atau kelompok menjadi
kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya
berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu
kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada
adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum
itu.
g. Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak semua
penganutnya produktif bukan saja untuk kepentingan
dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang
lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja
secara rutin dalam pola kehidupan yang sama, akan
tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan
penemuan baru.
h. Berfungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha
manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi,
malinkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha
manusia selama tidak bertentangan dengan norma
norma agama, bila dilakukan atas niat tulus, karena
dan untuk Allah merupakan ibadah.
Orang-orang yang berspekulasi tentang asal usul
agama sering mengemukakan gagasan agama
merupakan tanggapan terhadap kebutuhan-
kebutuhan yang tidak sepenuhnya terpenuhi didunia
ini. Kebutuhan dasar manusia primitif adalah
keagamaan terhadap bebagai ancaman seperti
kelaparan, penyakit, dan kehancuran oleh musuh-
musuhnya.
Banyak diantara kehidupan sehari-harinya dalam
berburu, pertanian, dan sebagainya, diarahkan
kepada upaya untuk menghindari bahaya-bahaya ini,
meskipun dia sama sekali tidak berhasil
melenyapkan bahaya-bahaya itu. Untuk mendukung
kegiatan-kegiatan pengamanan ini dia menambahkan
beberapa sarana yang dikumpulkan dari
keyakinannya terhadap adanya dunia spritual dalam
bentuk perbuatan-perbuatan ritual dan do’a-do’a
pengharapan, yang juga di anggap dapat
melindunginya.
Manusia modern masih merasa tidak aman dalam
menghadapi berbagai bahaya yang mengancamnya,
barangkali dia masih mempergunakan do’a
pengharapan sebagai salah satu pegangan untuk
melindungi diri dari berbagai ketidakamanan ini
Menurut Prof. Dr. Hamka, fungsi dan peranan agama
itu ibaratkan “tali kekang”, yaitu kekang dari pada
pengumbaran akal pikiran, tali kekang dari pada
gejolak hawa nafsu (yang angkara murka), dan tali
kekang dari pada ucap dan perilaku (yang keji dan
biadab).
Agama menuntun perjalanan hidup manusia agar
tetap berada diatas jalan lurus (shirotol mustaqim)
yang diridhai oleh Allah Swt. Menurut hukum Islam,
agama berfungsi sebagai sarana untuk mengatur
sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi
sosial sehingga terwujudnya masyarakat yang
harmonis, aman, dan sejahtera.
Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu
berperan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan
secara empiris karena adanya keterbatasan
kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu,
diharapkan agama menjalankan manfaatnya
sehingga masyarakat merasa sejahtra, aman, stabil
dan sebagainya.

4. Prinsip agama dalam membentuk masyarakat


yang baik
a. Agama memberikan kedamaian mental
(mental peace).
Menurut pendapat ini, kehidupan manusia
sangat tak menentu. Manusia bergumul untuk
tetap hidup di tengah-tengah ketidakpastian,
ketidakamanan, dan bahaya- bahaya. Kadang-
kadang ia merasa tak berdaya maka agama lah
yang memberikan penghiburan dan dorongan
dalam masa-masa krisis tersebut. Agama
memberi tempat perlindungan yang benar bagi
manusia maka manusia memeroleh kedamaian
mental dan dukungan emosional. Agama
memberi dorongan kepada manusia untuk
menghadapi kehidupan dan masalah-masalahnya.
b. Agama menanamkan kebajikan-kebajikan
sosial.
Agama mempromosikan kebajikan-
kebajikan sosial yang utama, misalnya,
kebenaran, kejujuran, sikap nirkekerasan,
pelayanan, cintakasih, disiplin, dsb. Seorang
pengikut agama tertentu menginternalisasi
kebajikan-kebajikan ini dan menjadi warga
masyarakat yang berdisiplin.
c. Agama meningkatkan solidaritas sosial.
Agama membangkitkan semangat
persaudaraan/persaudarian.Durkheim berpendapat
bahwa agama memperkuat solidaritas sosial. Ahli
lain menunjukkan bahwa agama mempunyai
kekuatan mengintegrasikan dalam masyarakat
manusia. Hal ini benar karena orang beragama
mempunyai kepercayaan yang sama, sentimen
yang sama, ibadah yang sama, berpartisipasi
dalam ritual bersama dan seterusnya merupakan
faktor-faktor perekat yang penting yang
memperkuat kesatuan dan solidaritas.
d. Agama adalah agen sosialisasi dan kontrol
sosial.
Dikatakan oleh Parson bahwa agama
adalah salah satu agen paling penting untuk
sosialisasi dan kontrol sosial. Agama mempunyai
peranan penting dalam
mengatur/mengorganisasikan dan mengarahkan
kehidupan sosial.
e. Agama meningkatkan kesejahteraan.
Agama mengajarkan kepada umatnya
agar melayani masyarakat serta meningkatkan
kesejahteraan masayarakat. Ia mengajarkan
bahwa pelayanan kepada sesama manusia adalah
juga pelayanan kepada Tuhan. Karena itulah
manusia menggunakan uangnya untuk memberi
makan kepada yang miskin dan yang
membutuhkan. Agama-agama tertentu seperti
Hindu, Islam dan Kristen, dan lain-lainnya,
memberi tekanan kepada tujuan memberi kepada
yang miskin dan peminta-minta. Agama
mengembangkan sikap filantropis manusia dan
dengan demikian mendorong ide saling menolong
dan bekerjasama. Karena dipengaruhi oleh
kepercayaan agamawi, berbagai organisasi
agamawi melibatkan diri dalam berbagai aktivitas
menyejahterakan orang lain. Mungkin saja tidak
semua orang beragama sependapat dengan hal ini,
tetapi hampir pasti bahwa ada ajaran seperti ini
ada dalam berbagai agama.
f. Agama memberikan rekreasi kepada manusia.
Apa maksud dari fungsi ini? Agama
memainkan peranan yang mempesona atau
mengagumkan dalam memberikan rekreasi
kepada umat. Misalnya, dalam ritus agamawi
maupun festival-festival/perayaan agamawi yang
diselenggarakan oleh berbagai agama
memberikan kelegaan atau kebebasan kepada
umatnya dari berbagai tekanan mental. Hal ini
juga terjadi bilamana ada kuliah atau khotbah-
khotbah agamawi atau konser musik agamawi
yang diiringi oleh lagu-lagu pujian, memberikan
lebih banyak kesenangan kepada umat dan
menyediakan rekreasi abadi kepada umat.
g. Agama berfungsi memperkuat rasa percaya
diri.
Agama dianggap sebagai cara efektif
untuk mengukuhkan atau memperkuat rasa
percaya diri. Ada kepercayaan-kepercayaan
tertentu seperti “kerja sebagai ibadah”,
“tanggungjawab atau tugas adalah bersifat ilahi,”
dan lain-lain ajaran yang ada dalam berbagai
agama memberi penguatan kepada
individuindividu dan sekaligus memperkuat rasa
percaya diri.
h. Agama juga mempunyai pengaruh kepada
ekonomi serta sistem politik.
Max Weber misalnya mempunyai tesis
yang membuktikan hubungan antara etika
Protestan dan perkembangan kapitalisme. Begitu
pula ada yang kita kenal dengan ekonomi syariah.
Contoh bahwa agama memengaruhi sistem politik
misalnya sangat banyak, baik pada zaman dulu
maupun pada zaman modern ini.
Surat an nahl ayat 90 menyebutkan bahwa
terdapat tiga hal yang dapat membantu kita
menciptakan tatanan masyarakat yang baik serta
tiga hal yang dapat merusak tatanan masyarakat.
Pertama,allah swt memerintahkan kita untuk
selalu berlaku adil kepada siapa saja. Adil adalah
meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Prinsip keadilan merupakan prinsip
pertama dalam membentuk tatanan masyarakat
yang baik. Islam mengajarkan bahwa harus
berlaku adil terhadap siapa saja dan kapan saja
tanpa membeda-bedakan seseorang berdasarkan
agama, status sosial, suku dan lain sebagainya.
Kedua,merupakan ihsan. Ihsan bermakna
melakukan sesuatu yang paling baik dan memiliki
makna yang lebih tinggi daripada keadilan.
Misalnya, ketika kita ditampar oleh seseorang
sebanyak satu kali, maka kita diizinkan atau tidak
berdosa untuk membalas tamparan tersebut
sebanyak satu kali pula dan itu bermakna adil.
Akan tetapi, jika kita tidak membalas dan
memberi maaf, maka itulah yang disebut ihsan.
Orang yang berhasil berbuat ihsan dinamakan
orang yang muhsin.
Nabi Muhammad ketika pamannya
hamzah mati syahid saat perang dan melihat
hindun membelah dada hamzah kemudian
memakan hatinya, nabi bersumpah bahwa beliau
akan membalas kekejaman yang dilakukan oleh
hindun lebih kejam dari yang pernah dilakukan,
sehingga tidak ada satu pun manusia yang bisa
membayangkan kekejaman yang akan dilakukan
oleh nabi. Pada saat itu allah mengatakan bahwa
jika nabi ingin membalas maka balaslah sesuai
perbuatan yang dilakukan, tetapi jika nabi
memaafkan, maka itulah yang lebih baik.
Ketiga,berbuat baik kepada kaum kerabat.
Tujuan terdekat manusia di ciptakan dimuka bumi
adalah untuk berbuat baik kepada manusia lain
dan dengan itu tatanan masyarakat akan menjadi
baik apalagi berbuat baik kepada kerabat sendiri
tentu itu akan lebih baik.
Dalam surat an- nahl ayat 90, allah swt juga
menyebutkan tiga hal yang dapat merusak
tatanan masyarakat, yakni segala bentuk
perbuatan al-fahsya wal munkar wal bagh. Al-
fahsya, kata ulama berarti sesuatu yang sangat
keji. Jadi, apabila allah swt didalam al-qur’an
menggunakan kata al-fahsya berarti perbuatan
tersebut merupakan perbuatan yang sangat keji.
Wal munkar wal bagh adalah segala
macam kemungkaran yang melampaui batas,
seperti terorisme, korupsi, dan merusak keadilan
dalam masyarakat itulah tiga macam perbuatan
yang dilarang oleh allah.
1) Terorisme
Terorisme ini dapat diartikan sebagai
penggunaan kekerasan untuk menimbulkan
ketakutan atau rasa takut secara meluas, yang
dapat menimbulkan korab massal atau
kerusakan dengan motif ideology, politik,
atau gangguan kemanan. Salah satu contoh
terorisme ini adalah seseorang yang
melakukan aksi peledakan bom.
2) Korupsi
Korupsi ini merupakan penyelewengan
atau penyalahgunaan uang Negara
(perusahaan, organisasi, yayasan dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadinya
atau untuk orang lain.
Contohnya : menyuap pegawai negri,
memberikan hadiah kepada pegawai negri
karena jabatannya, pegawai negri menerima
suap, pegawai negri menerima hadiah yang
berhubungan dengan jabatannya, menyuap
hakim, menyuap advokat, hakim dan advokat
menerima suap.
3) Merusak keadilan dalam masyarakat
Salah satu penyebab lemahnya
penegakan hukum. Masih rendahnya
molaritas mengakibatkan profesionalisme
kurang dan terjadi ketidakmauan pada
penegak hukum. Moralitas ini berkaitan pula
dengan korupsi yang dilakukan oknum
penegak hukum.
Maka apabila merusak keadilan masyarakat
pihak-pihak tertentu dapat bertindak dengan
sesuka hati. Tindakan kriminalitas akan
semakin merajalela dan korupsi akan semakin
menjamur. Distribusi hak dan kewajiban
tidak lagi seimbang, sikaya akan menjadi
semakin kaya dan si miskin semakin miskin
dan tidak memiliki harapan.

Dari wawancara yang saya dengarkan dari


kepala desa di kampung saya dia mengatakan
bahwa prinsip agama dalam membentuk tatanan
masyarakat yang baik yaitu :
1) Dengan mngadakan pengajian setiap hari jumat
2) Berbuat baik kepada kaum kerabat
3) Mengadakan pengajian di rumah orang yang
mengalami kemalngan selama 3 kali
4) Peringatan hari besar islam

D. Kesimpulan
Prinsip artinya aturan, ketentuan/hukum, standar.atau
suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman untuk
berfikir atau bertindak.
Jadi prinsip agama merupakan aturan-aturan dalam
agama islam.
Agama dalam kehidupan individu berfungsi
sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-
norma tertentu.secara umum norma-norma tersebut
menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku Agar sejalan dengan keyakinan
agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama
memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu
serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Prinsip agama dalam membentuk masyarakat
yang baik
a. Agama memberikan kedamaian mental
(mental peace). Menurut pendapat ini, kehidupan
manusia sangat tak menentu. Manusia bergumul
untuk tetap hidup di tengah-tengah
ketidakpastian, ketidakamanan, dan bahaya-
bahaya. Kadang-kadang ia merasa tak berdaya
maka agama lah yang memberikan penghiburan
dan dorongan dalam masa-masa krisis tersebut.
Agama memberi tempat perlindungan yang benar
bagi manusia maka manusia memeroleh
kedamaian mental dan dukungan emosional.
Agama memberi dorongan kepada manusia untuk
menghadapi kehidupan dan masalah-masalahnya.
b. Agama menanamkan kebajikan-kebajikan
sosial. Agama mempromosikan kebajikan-
kebajikan sosial yang utama, misalnya,
kebenaran, kejujuran, sikap nirkekerasan,
pelayanan, cintakasih, disiplin, dsb. Seorang
pengikut agama tertentu menginternalisasi
kebajikan-kebajikan ini dan menjadi warga
masyarakat yang berdisiplin.
c. Agama meningkatkan solidaritas sosial.
Agama membangkitkan semangat
persaudaraan/persaudarian. Durkheim
berpendapat bahwa agama memperkuat
solidaritas sosial. Ahli lain menunjukkan bahwa
agama mempunyai kekuatan mengintegrasikan
dalam masyarakat manusia. Hal ini benar karena
orang beragama mempunyai kepercayaan yang
sama, sentimen yang sama, ibadah yang sama,
berpartisipasi dalam ritual bersama dan
seterusnya merupakan faktor-faktor perekat yang
penting yang memperkuat kesatuan dan
solidaritas.
d. Agama adalah agen sosialisasi dan kontrol
sosial. Dikatakan oleh Parson bahwa agama
adalah salah satu agen paling penting untuk
sosialisasi dan kontrol sosial. Agama mempunyai
peranan penting dalam
mengatur/mengorganisasikan dan mengarahkan
kehidupan sosial.
e. Agama meningkatkan kesejahteraan. Agama
mengajarkan kepada umatnya agar melayani
masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan
masayarakat. Ia mengajarkan bahwa pelayanan
kepada sesama manusia adalah juga pelayanan
kepada Tuhan. Karena itulah manusia
menggunakan uangnya untuk memberi makan
kepada yang miskin dan yang membutuhkan.
Agama-agama tertentu seperti Hindu, Islam dan
Kristen, dan lain-lainnya, memberi tekanan
kepada tujuan memberi kepada yang miskin dan
peminta-minta. Agama mengembangkan sikap
filantropis manusia dan dengan demikian
mendorong ide saling menolong dan
bekerjasama. Karena dipengaruhi oleh
kepercayaan agamawi, berbagai organisasi
agamawi melibatkan diri dalam berbagai
aktivitas menyejahterakan orang lain. Mungkin
saja tidak semua orang beragama sependapat
dengan hal ini, tetapi hampir pasti bahwa ada
ajaran seperti ini ada dalam berbagai agama.
f. Agama memberikan rekreasi kepada manusia.
Apa maksud dari fungsi ini? Agama memainkan
peranan yang mempesona atau mengagumkan
dalam memberikan rekreasi kepada umat.
Misalnya, dalam ritus agamawi maupun festival-
festival/perayaan agamawi yang diselenggarakan
oleh berbagai agama memberikan kelegaan atau
kebebasan kepada umatnya dari berbagai tekanan
mental. Hal ini juga terjadi bilamana ada kuliah
atau khotbah-khotbah agamawi atau konser
musik agamawi yang diiringi oleh lagu-lagu
pujian, memberikan lebih banyak kesenangan
kepada umat dan menyediakan rekreasi abadi
kepada umat.
g. Agama berfungsi memperkuat rasa percaya
diri. Agama dianggap sebagai cara efektif untuk
mengukuhkan atau memperkuat rasa percaya
diri. Ada kepercayaan-kepercayaan tertentu
seperti “kerja sebagai ibadah”, “tanggungjawab
atau tugas adalah bersifat ilahi,” dan lain-lain
ajaran yang ada dalam berbagai agama memberi
penguatan kepada individuindividu dan sekaligus
memperkuat rasa percaya diri.
h. Agama juga mempunyai pengaruh kepada
ekonomi serta sistem politik. Max Weber
misalnya mempunyai tesis yang membuktikan
hubungan antara etika Protestan dan
perkembangan kapitalisme.

Dari wawancara yang saya dengarkan dari


kepala desa di kampung saya dia mengatakan
bahwa prinsip agama dalam membentuk tatanan
masyarakat yang baik yaitu :
5) Dengan mngadakan pengajian setiap hari jumat
6) Berbuat baik kepada kaum kerabat
7) Mengadakan pengajian di rumah orang yang
mengalami kemalngan selama 3 kali
8) Peringatan hari besar islam

Daftar pustaka

Jurnal ilmiah

AGAMA DAN PENGARUHNYA DALAM


KEHIDUPAN

Bambang Syamsul Arifin,(2008) Psikologi Agama:


jurnal agama dan pengaruhnya dalam
kehidupan(Bandung: CV. Pustaka Setia), hlm. 143
Zakiah Darajat,(1996) Peranan Agama Dalam Kesehatan
Mental : jurnal agama dan pengaruhnya dalam
kehidupan (Jakarta: PT Toko Agung), hlm. 56 3

Jalaludin,(2005) Psikologi Agama: (jurnal agama dan


pengaruhnya dalam kehidupan (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada), hlm. 254

Ramayulis,(2002) Psikologi Agama: agama dan


pengaruhnya dalam kehidupan (Jakarta: Kalam Mulia),
hlm. 225-227

AGAMA SEBAGAI PEREKAT SOCIAL PADA


MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Karya karen amtrong “the history of god” setidaknya


membuktikan betapa agama merupakan sebuah fenomena
universal manusia:agama sebagai perekat social pada
masyarakat multicultural.

Jamhari ma’ruf, pendekatan antropologi dalam kajian


islam, artikel pilihan direktorat perguruan tinggi agama
islam departemen agama RI,www, dipertis,net.:agama
sebagai perekat social pada masyarakat multicultural
Abdul munir mulkan,(2001)”dilemma manusia dengan
diri dan tuhan”, kata pengantar dalam Th. Sumartana
(ed), pluralis, konflik dan pendidikan agama di Indonesia
: jurnal agama sebagai perekat social pada masyarakat
multikultural(Yogyakarta: pustaka pelajar)

Weber misalnya telah membuktikan bagaimana agama


mempengaruhi sistem ekonomi kapitalis, melalui karya
monumentalnya”the protentant etic”: jurnal agama
sebagai perekat social pada masyarakat multicultural.

Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam


sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya
kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak aka nada
dan akan hilang dengan sendirinya, lihat dalam, George
ritzer, sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda, :
jurnal agama sebagai perekat social pada masyarakat
multicultural (Jakarta: PT.rajagrafindo persada,2004),
cet, hal.21

Wawancara

Asmar, wawancara pribadi, prinsip agama dalam


masyarakat : sabtu 6 agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai