Dian Martini
Abstrak
agama merupakan fenomena universal yang
selalu melekat dalam diri manusia, karna itu kajian
tentang agama akan selalu terus berkembang dan tetap
menjadi sebuah kajian penting seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian tentang
agama telah banyak dilakukan oleh para ahli, baik para
teologi, psikologi, antropolog maupun sosiolog. Seiring
dengan perkembangan kajian agama, sudah atau telah
banyak definisi agama yang di kedepankan oleh para
teoritis agama namun diantara mereka tidak ada
kesepakatan. Keragaman definisi agama tergantung dari
sudut mana para teoritis memandang agama. Teolog
melihat agama sebagai seperangkat aturan yang datang
dari “tuhan” sementara bagi para psikolog, antropolog
dan sosiolog melihat agama sebagai ekspresi manusia
dalam merespon terhadap permasalahan kehidupan yang
melingkupi. Yang menarik itu adalah bahwa mereka
sepakat bahwa agama memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Karya tulis ini akan mencoba umtuk
melihat bagaimana perdebatan para ahli mengenai
definisi agama serta sejauh mana agama memiliki daya
rekat social dalam masyrakat majemuk.
A. Pendahuluan
Agama merupakan fenomena universal manusia.
Selama ini belum pernah ada laporan penelitian dan
kajian yang menyatakan bahwa ada sebuah
masyarakat yang tidak mempunyai konsep tentang
agama, namun hal itu sampai pada peniadaan
eksistensi agama. Sehingga kajian tentang agama
selalu akan terus berkembang dan tetap menjadi
sebuah kajian penting seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan. Karena itu sifat universitas agama
dalam masyarakat, maka kajian tentang masyarakat
tidak akan lengkap tanpa melihat agama sebagai
salah satu faktornya.
Komunitas umat agama-agama di dunia
meyakini bahwa agama yang dipeluknya itu
memiliki fungsi penting dalam kehidupan. Diantara
fungsi utama agama itu adalah memandu kehidupan
manusia agar memperoleh keselamatan di dunia dan
kebahagiaan sesudah kematian. Mereka meyakini
bahwa agamanya mengajarkan kedamaian dan kasih
sayang terhadap sesama manusia atau sesama
makhluk tuhan.
Perbincangan tentang agama atau keyakinan dan
masyarakat memang tidak akan pernah selesai,
seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.
Baik secara teologis, sosiologis maupun
antropologis, agama dapat dipandang sebagai
instrument untuk memahami dunia. Dalam konteks
itu, hampir-hampir tidak ada kesulitan bagi agama
untuk menerima permasalahan tersebut. Secara
teologis hal itu dikarenakan oleh watak omnipresent
agama. Yaitu, agama itu baik melalui symbol-simbol
atau nilai-nilai yang dikandungnya “hadir dimana-
mana”, ikut mempengaruhi, bahkan mampu
membentuk struktur sosial, budaya, ekonomi
maupun politik.
Sementara itu dalam pandangan teori structural
fungsional, masyarakat dipahami sebagai sistem
sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-
elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu
dalam kesinambungan, perubahan yang terjadi pada
satu bagian akan membawa perubahan pula pada
bagian yang lain.
Indonesia merupakan suatu Negara yang
penduduknya hiterogen dan bersifat
multidimensional. Pluralitas dalam budaya, terutama
oleh perbedaan suku, agama bahasa merupakan
karakteristik yang dimiliki bangsa Indonesia.
Kemajemukan itu yang disebabkan oleh perbedaan
suku, status sossial, pengelompokan organisasi
politik dan agama.
Menurut pengamatan koentjoroningrat, pemerintah
Indonesia membagi suku bangsa yang ada di
Indonesia membagi suku bangsa yang ada di
Indonesia menjadi tiga golongan yaitu :1) suku
bangsa yang mempunyai daerah asal dalam wilayah
Indonesia. 2) golongan keturunan asing yang
mempunyai wilayah asal dalam wilayah Indonesia
karena daerah asal mereka terletak diluar negeri dan.
3) masyarakat terasing, yaitu kelompok masyarakat
yang dianggap sebagai penduduk yang hidup dalam
tahap kebudayaan sederhana yang biasanya yang
tinggal dilingkungan terisolasi. Dari sisi agama,
Indonesia mengakui lima agama besar di dunia,
disamping itu masih banyak terdapat agama suku.
Dalam konteks bahasa daerah dan susunan
masyarakat, terdapat tidak kurang dari 366 suku
yang mediami wilayah Indonesia. Keragaman suku
yang dimiliki bangsa Indonesia membuat kehidupan
kemasyarakatan terlihat dinamis, hal ini
dimungkinkan karena Indonesia merupakan suatu
Negara terbuka yang tidak membatasi satu wilayah
dengan suku tertentu. Setiap orang dari suku dan
daerah mana pun bebas menempati wilayah itu
sepanjang ia mengikuti aturan-aturan yang berlaku di
daerah tersebut.
Dalam persfektif teori structural fungsional,
agama dapat dipandang sebagai sumber tata nilai
yang menjadi sandaran manusia dan masyarakat
dalam berprilaku pada kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu dalam perspektif antropologis-
sosiologis, agama juga ditengarai sebagai produk
manusia dan masyarakat sebagaimana budaya.
Bahkan agama dalam pandangan antropologis
dianggap sebagai bagian dari budaya. Jika agama
merupakan bagian dari budaya, maka permasalahan
yang muncul adalah apakah agama itu masih
memiliki peran dalam mempersatukan berbagai
kelompok etnis, sementara di masing-masing etnik
memiliki kultur dan adat istiadat berbeda yang oleh
penganutnya dianggap memiliki kebenaran mutlak.
Bahkan masing-masing etnik memiliki
kecendrungan etnosentris, yang memandang
budayanya sendiri sebagai superior dan menganggap
kultur etnis lainnya sebagai inferior.
Karena pentingnya sebuah keserasian sosial
dalam kehidupan bermasyarakat yang multicultural,
karya tulis yang diberi tema “prinsip agama dalam
membentuk tatanan masyarakat yang baik” ini
dimaksudkan untuk menelusuri sejauhmana agama
memiliki peran dalam mewujudkan tatanan
masyarakat yang baik. Dalam karya penelusuran
akan dicoba digali berbagai upaya dilakukan para
pakar, baik para teolog, psikolog, sosiolog maupun
antropolog dalam rekonstruksi terhadap suatu konsep
agama. Dan yang terpenting dari itu semua, melalui
pendekatan teori struktur fungsional akan melihat
lebih dekat sejauh mana agama tersebut memiliki
peran penting dalam mewujudkan keserasian sosial
pada masyarakat
B. Metode penelitian
jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kualitatifdeskriptif yang bertujuan mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap bagaimana bentuk
prinsip agama ini dalam membentuk masyarakat
yang baik
C. Pembahasan
1. Pengertian prinsip agama
Prinsip artinya aturan, ketentuan/hukum,
standar.atau suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum maupun individual yang dijadikan
oleh seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman
untuk berfikir atau bertindak.
Jadi prinsip agama merupakan aturan-atu ran
dalam agama islam
D. Kesimpulan
Prinsip artinya aturan, ketentuan/hukum, standar.atau
suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman untuk
berfikir atau bertindak.
Jadi prinsip agama merupakan aturan-aturan dalam
agama islam.
Agama dalam kehidupan individu berfungsi
sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-
norma tertentu.secara umum norma-norma tersebut
menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku Agar sejalan dengan keyakinan
agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama
memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu
serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Prinsip agama dalam membentuk masyarakat
yang baik
a. Agama memberikan kedamaian mental
(mental peace). Menurut pendapat ini, kehidupan
manusia sangat tak menentu. Manusia bergumul
untuk tetap hidup di tengah-tengah
ketidakpastian, ketidakamanan, dan bahaya-
bahaya. Kadang-kadang ia merasa tak berdaya
maka agama lah yang memberikan penghiburan
dan dorongan dalam masa-masa krisis tersebut.
Agama memberi tempat perlindungan yang benar
bagi manusia maka manusia memeroleh
kedamaian mental dan dukungan emosional.
Agama memberi dorongan kepada manusia untuk
menghadapi kehidupan dan masalah-masalahnya.
b. Agama menanamkan kebajikan-kebajikan
sosial. Agama mempromosikan kebajikan-
kebajikan sosial yang utama, misalnya,
kebenaran, kejujuran, sikap nirkekerasan,
pelayanan, cintakasih, disiplin, dsb. Seorang
pengikut agama tertentu menginternalisasi
kebajikan-kebajikan ini dan menjadi warga
masyarakat yang berdisiplin.
c. Agama meningkatkan solidaritas sosial.
Agama membangkitkan semangat
persaudaraan/persaudarian. Durkheim
berpendapat bahwa agama memperkuat
solidaritas sosial. Ahli lain menunjukkan bahwa
agama mempunyai kekuatan mengintegrasikan
dalam masyarakat manusia. Hal ini benar karena
orang beragama mempunyai kepercayaan yang
sama, sentimen yang sama, ibadah yang sama,
berpartisipasi dalam ritual bersama dan
seterusnya merupakan faktor-faktor perekat yang
penting yang memperkuat kesatuan dan
solidaritas.
d. Agama adalah agen sosialisasi dan kontrol
sosial. Dikatakan oleh Parson bahwa agama
adalah salah satu agen paling penting untuk
sosialisasi dan kontrol sosial. Agama mempunyai
peranan penting dalam
mengatur/mengorganisasikan dan mengarahkan
kehidupan sosial.
e. Agama meningkatkan kesejahteraan. Agama
mengajarkan kepada umatnya agar melayani
masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan
masayarakat. Ia mengajarkan bahwa pelayanan
kepada sesama manusia adalah juga pelayanan
kepada Tuhan. Karena itulah manusia
menggunakan uangnya untuk memberi makan
kepada yang miskin dan yang membutuhkan.
Agama-agama tertentu seperti Hindu, Islam dan
Kristen, dan lain-lainnya, memberi tekanan
kepada tujuan memberi kepada yang miskin dan
peminta-minta. Agama mengembangkan sikap
filantropis manusia dan dengan demikian
mendorong ide saling menolong dan
bekerjasama. Karena dipengaruhi oleh
kepercayaan agamawi, berbagai organisasi
agamawi melibatkan diri dalam berbagai
aktivitas menyejahterakan orang lain. Mungkin
saja tidak semua orang beragama sependapat
dengan hal ini, tetapi hampir pasti bahwa ada
ajaran seperti ini ada dalam berbagai agama.
f. Agama memberikan rekreasi kepada manusia.
Apa maksud dari fungsi ini? Agama memainkan
peranan yang mempesona atau mengagumkan
dalam memberikan rekreasi kepada umat.
Misalnya, dalam ritus agamawi maupun festival-
festival/perayaan agamawi yang diselenggarakan
oleh berbagai agama memberikan kelegaan atau
kebebasan kepada umatnya dari berbagai tekanan
mental. Hal ini juga terjadi bilamana ada kuliah
atau khotbah-khotbah agamawi atau konser
musik agamawi yang diiringi oleh lagu-lagu
pujian, memberikan lebih banyak kesenangan
kepada umat dan menyediakan rekreasi abadi
kepada umat.
g. Agama berfungsi memperkuat rasa percaya
diri. Agama dianggap sebagai cara efektif untuk
mengukuhkan atau memperkuat rasa percaya
diri. Ada kepercayaan-kepercayaan tertentu
seperti “kerja sebagai ibadah”, “tanggungjawab
atau tugas adalah bersifat ilahi,” dan lain-lain
ajaran yang ada dalam berbagai agama memberi
penguatan kepada individuindividu dan sekaligus
memperkuat rasa percaya diri.
h. Agama juga mempunyai pengaruh kepada
ekonomi serta sistem politik. Max Weber
misalnya mempunyai tesis yang membuktikan
hubungan antara etika Protestan dan
perkembangan kapitalisme.
Daftar pustaka
Jurnal ilmiah
Wawancara