Mempercayai sesuatu sebagai sesuatu yang suci dan sakral juga merupakan
ciri khas kehidupan beragama. Adanya aturan terhadap individu dalam kehidupan
bermasyarakat, berhubungan dengan alam lingkungannya, atau daam berhubungan
dengan Tuhan. Adanya aturan kehidupan yang dipercayai berasal dari Tuhan juga
termasuk ciri dari kehidupan beragama.
Tidak hanya itu, kehidupan beragama sangatlah mempunyai pengaruh yang
luas dalam pembentukan prilaku dan karakter sesorang atau masyarakat, berperan
dalam pembentukan norma-norma, moral dan hukum. Adanya sila pertama dalam
Panca Sila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa juga merupakan suatu
wujud betapa pentingnya kehidupan beragama bagi suatu bangsa. Oleh karena itu
kehidupan beragama sangatlah kompleks, mengejutkan dan penuh dengan berbagai
misteri, sehingga sangat menarik dan penting untuk dipahami dan dimengerti secara
ilmiah.
Oleh karena itu, kehidupan beragama sangatlah penting untuk kita telusuri
dan kita pahami di berbagai tempat termasuk di Dusun Krajan yang mempunyai
berbagai macam budaya yang saling berhubungan dan berketerikatan satu sama lain.
Dusun Watu Ulo sendiri merupakan suatu wilayah yang mempunyai suatu budaya
yang unik dan menarik, salah satunya adalah budaya Petik Laut yang begitu kental
dengan tradisi-tradisi budaya jawa dan sering kali nampak adanya suatu ke-tidak
cocokan dengan agama yang mereka peluk yaitu agama Islam sebagai agama
mayoritas wilayah tersebut. Ketidak sesuaian hal tersebut nantinya akan kami bahas
dalam hasil observasi yang bersumber pada beberapa tokoh masyarakat yang telah
kami jadikan sebagai Informan dalam penelitian kami.
Selain itu masih banyak lagi hal yang menarik dari system kepercayaan
Dusun Krajan yang akan kami bahas di bagian selanjutnya. Seperti kepercayaankepercayaan penduduk kepada mahluk gaib penunggu laut dan sawah serta
kepercayaan-kepercayaan yang lain.
itu dasarnya sering bersifat sosial kemudian menjadi ekonomis lalu berkembang
menjadi tata cara suci agama.
Dalam masyarakat tradisional praktek-praktek ritual sering dilakukan. Dalam
prakteknya ritual merupakan ungkapan yang lebih bersifat logis daripada bersifat
psikologi. Ritual memperlihatkan tatanan atas simbol-simbol yang diobjekkan.
Simbol-simbol ini mengungkapkan prilaku dan perasaan serta membentuk disposisi
pribadi dari para pemuja mengikuti modelnya masing-masing. Pengobjekan ini
penting untuk kelanjutan dan kebersamaan dalam kelompok kebersamaan. Ritual
adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang mempunyai ciri-ciri
mistis.
Ritual dalam sebuah agama mempunyai maksud dan tujuan tertentu sesuai
dengan apa yang diajarkan dalam agama tersebut. Bentuk ritual juga berbeda-beda.
Sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Menurut Victor Turner, ritual mempunyai beberapa peranan antara lain :
1.
2.
3.
4.
merupakan permohonan terhadap roh leluhur dan rasa syukur terhadap Tuhan serta
sebaggai sarana sosialisasi dan pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah ada dan
berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Petik Laut adalah sebuah bentuk ritual yang didasari dari kearifan lokal
masyarakat. Hampir setiap kawasan berpesisir di Indonesia memiliki ritual Petik
Laut dengan nama yang berbeda-beda. Tujuan Petik Laut dilakukan adalah sebagai
bentuk rasa syukur dari masyarakat Nelayan atas berkah ikan yang didapat selama
setahun kemarin. Setahun ini bukan menggunakan tahunan dalam kalender Masehi
melainkan kalender Jawa. Maka Petik Laut selalu dilaksanakan di Bulan Suro dalam
Kalender Jawa. Petik Laut itu juga merupakan pengharapan dari Masyarakat Nelayan
agar ditahun depan mereka mendapatkan Ikan yang jauh lebih banyak lagi dari tahun
kemarin.
Petik laut di Dusun Krajan sejak tahun terakhir, telah dilaksanakan pada
tanggal 7 Desember 2012 yang didatangi oleh DPR RI fraksi Partai Kebangkitan
Bangsa. Salah seorang panitia pelaksana petik laut mengatakan bahwa tradisi petik
laut ini merupakan tradisi nenek moyang yang terus dilestarikan oleh masyarakat
setempat.
Menurut Dr Nur syam dalam bukunya yang berjudul Islam Pesisir, beliau
mengemukakan : Islam jawa berkembang melalui pesisir dan terus berkelanjutan ke
wilayah pedalaman.kontak kebudayaan antara para pendatang yang sering singgah di
wilayah psisir pada masa-masa awaa islam di Jawa mentebabkan adanya proses tarik
menarik antarabudaya lokal dengan budaya luar yang tak jarang menghasilkan
dinamika budaya masyarakat setempat. Kemudian yang terjadi ialah sinkretisme dan
atau akulturasi udaya, seperti: praktik meyakini iman di dalam ajaran islam akan
tetapi masih mempercayai keyakinan lokal. Selain itu beliau juga mengemukakan :
Ajaran islam yang termuat di dalam teks Al-Quran dan Al-Hadist adalah ajaran yang
merupakan sumber asasi, dan ketika sumber itu di gunakan atau di amalakan di suatu
wilayah sebagai pedoman kehidupan maka bersamaan dengan itu, tradisi setempat
bisa saja mewarnai penafsiran masyarakat lokalnya. Karena penafsiran itu
bersentuhan dengan teks suci, maka simbol yang diwujudkanya juga sesuatu yang
sakral.
Clifford Geertz dalam bukunya yang berjudul the Religion Of Java
mengemukakan: Slametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan
upacara keagamaan yang paling umum di dunia; ia melambangkan kesatuan mistis
dan social mereka yang ikut serta di dalamnya.
Selain itu Geertz juga mengidentifikasikan jenis-jenis slametan dalam empat
jenis:
a. Yang ada hubungannya dengan hari-hari raya Islam, maulud Nabi, Idul Fitri,
Idul Adha dan sebagainya.
b. Yang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan-kelahiran, khitanan, perkawinan,
dan kematian.
c. Yang ada kaitannya dengan integrasi social desa, bersih desa.
BAB 2 PEMBAHASAN
adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.Agama Islam
masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke
daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan
Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang
mendukungnya.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad
Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3
teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas
memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal
negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk
mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi
berikut ini.
a. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia
Cambay Timur Tengah Eropa.
3. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297
yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan
Bernard H.M. Vlekke.Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan
perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan
Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia
(Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan
bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang
Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang
teori Gujarat.Silahkan Anda simak teori berikutnya.
b. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori
lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
1. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab
sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga
sesuai dengan berita Cina.
2. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh
mazhab Syafii terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya
Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
Di
Sumatra
Barat
peringatan
tersebut
disebut
dengan
upacara
10
11
12
Kekuatan gaib
Keyakinan manusia
Respons yang bersifat emosional dari manusia.
Paham adanya yang kudus {sacred) dan suci dalam bentuk kekuatan gaib.
Maka agama dapat diartikan sebagai jalan yang harus dilalui dan merupakan
kebutuhan dasar manusia untuk dapat berhubungan dengan kekuatan gaib dan
supranatural melalui aktivitas penyembahan dan pemujaan agar hidup
bahagia dan sejahtera.
13
(wahyu) itu sudah dipersepsi oleh seseorang atau sejumlah orang dan dijadikan
sebagai pedoman dalam hidupnya.
b. Agama budaya
Agama yang dibudayakan adalah ajaran suatu agama yang dimanifestasikan
dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya sehingga menghasilkan suatu
karya/budaya tertentu yang mencerminkan ajaran agama yang dibudayakannya
itu.Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa membudayakan agama berarti
membumikan
dan
melaksanakan
ajaran
agama
dalam
kehidupan
sehari-
hari.Memandang agama bukan sebagai peraturan yang dibuat oleh Tuhan untuk
menyenangkan Tuhan, melainkan agama itu sebagai kebutuhan manusia dan untuk
kebaikan manusia.Adanya agama merupakan hakekat perwujudan Tuhan.
Seperti dalam mengideologikan agama, pembudayaan suatu agama dapat
mengangkat citra agama apabila pembudayaan itu dilakukan dengan tepat dan penuh
tanggung jawab sehingga mampu mencerminkan agamanya. Sebaliknya dapat
menurunkan nilai agama apabila dilakukan dengan tidak bertanggung jawab.
c. Agama Wahyu (langit) dan Agama Budaya (adat istiadat)
Sedangkan ideologi dan kebudayaan yang diagamakan maksudnya adalah
suatu ideologi atau kebudayaan yang mempunyai nilai kebenaranwalau sebenarnya
relatifatau dianggap benar atau dapat memberikan kepuasan.Ideologi atau
kebudayaan itu diwariskan turun-temurun, disakralkan dan lebih dari itu
dipercayainya sebagai doktrin yang harus diikuti. Inilah proses lahirnya agama
budaya atau agama ardli.
`
ideologi, melahirkan ideologi dan kebudayaan.Akan tetapi agama wahyu itu bukan
ideologi dan bukan pula kebudayaan.Ideologi dan kebudayaan dapat merupakan
pencerminan dari suatu agama apabila hal itu dilakukan oleh seorang yang taat
beragama.Sebaliknya, tanpa wahyu pun manusia dapat menciptakan ideologi dan
kebudayaan dan dapat pula melahirkan suatu agama yaitu agama budaya.
14
selamat
sejahtera,
mengandung
pengertian
damai.Orang
yang
menyatakan dirinya Islam atau berserah diri, tunduk dan patuh kepada kehendak
penciptanya disebut Muslim.Kedua asal kata Islam yakni aslama dan silm
mempunyai hubungan pengertian yang mendasar. Adanya kata pertama karena kata
15
kedua, adanya penyerahan diri (= kata aslama) karena adanya tujuan hidup damai (=
silm).
Terwujudnya suatu kedamaian apabila adanya penyerahan serta kepatuhan
(Islam) terhadap Sang Pencipta. Dalam hal ini Allah telah berjanji kepada siapa pun
yang menyerahkan diri disertai dengan amal saleh, akan mendapatkan kedamaian,
sebab dalam penyerahan (Islam) ini terdapat konsekuensi sikap muslim yang logis,
tidak pernah gentar, pesimis dan takut dalam hidupnya.
Al Quran mempergunakan kata Islam di berbagai tempat dengan pengertian
yang berbeda-beda, namun pada prinsipnya mengarah pemahaman yang sama.
Pengertian Islam secara umum: mengandung dimensi-dimensi iman yang tidak
dikotori oleh unsur-unsur syirik, tunduk disertai dengan ikhlas hanya kepada Allah,
berserah diri disertai dengan amal saleh serta sikap tegar dan optimistis. Jadi
pengertian Islam secara lughowi pada prinsipnya: Penyerahan diri secara bulat
kepada Allah yang melahirkan satu sikap hidup tertentu.
Para orientalis menyebut Islam dengan istilah Muhammadan-isme
mereka mengasosiasikan sebutan ini dengan sebutan-sebutan bagi agama-agama
selain Islam yang dianologikan pada pembawanya atau tempat kelahirannya.Agama
Nasrani diambil dari negeri kelahirannya (Nazaret). Kristen, diambil dari nama
pembawanya 0esus Kristus). Budha (Budhisme) dari nama pembawanya (Sang
Budha Gautama), Zoroaster (Zoroasteranisme) dari pendirinya, Yahudi (Yuda-isme)
dari negerinya (Yudea).
Namun nama Islam mengandung pengertian yang mendasar. Agama Islam
bukanlah milik pembawanya yang bersifat individual ataupun milik dan
diperuntukkan suatu golongan atau negara tertentu.Islam sebagai agama universal
dan eternal merupakan wujud realisasi konsep Rahmatan lil Alamin (rahmat bagi
seluruh umat).Istilah Mohammadanisme membuka peluang bagi timbulnya
berbagai interpretasi serta persepsi terhadap Islam yang diidentikkan dengan agamaagama lain yang jelas berbeda konsepsi.
16
Sejak awal sejarah lahirnya manusia, terdapat satu bentuk petunjuk yang
berupa wahyu ilahi melalui seorang rasul (agama Allah). Agama-agama Allah
tersebut pada prinsipnya Agama Islam (= agama yang menyerahkan diri hanya
kepada Tuhan Yang Satu). Kalau di sana terdapat perbedaan-perbedaan, karena
perbedaan dalam memahami konsep-konsep yang bersifat umum dalam masalahmasalah muamalah dan bukanlah masalah yang fundamental.
Mengenai konsep Tuhan Yang Satu dan ajaran penyerahan diri kepada Allah,
tetaplah sama. Hubungan semua rasul sejak Adam a.s. sampai Muhammad s.a.w.,
berdasarkan ajaran yang mereka bawakan, bagaikan mata rantai yang selalu datang
berkesinambungan dan merupakan penyempurnaan ajaran sebelumnya sehingga
agama Allah tersebut akan mampu menjawab seluruh hajat manusia di pelbagai
zaman, kapan dan di mana saja. Mengenai konsep totalitas serta ke-sempurnaan
agama Islam maupun keabsahannya dari agama-agama Allah yang lain yang datang
sebelumnya.
C. Islam sebagai Budaya dalam perspektif masyarakat Jawa.
Keberadaan Islam di Indonesia secara historis tidak terlepas dari sejarah
Islam masuk Pertama kali di Tanah Jawa. Menurut salah satu Literatur dengan judul
Jejak Kanjeng Sunan, Perjuangan Wali Songo (1999) yang diterbitkan oleh
Yayasan Festival Walisongo; dalam sejarah Syeh Maulana Malik Ibrahim
menceritakan bahwa masuknya Islam di Jawa Pertama kali dibawa oleh Syeh
Maulana Malik Ibrahim dan sebagai pendiri Pondok Pesantren Pertama di
Indonesia.Menurut buku Jejak Kanjeng Sunan, Perjuangan Wali Songo (1999).
Para ahli berpendapat bahwa sekitar tahun 1416 M agama Islam sudah mulai dikenal
oleh masyarakat Jawa, bahkan menurut sumber Tiongkok, ketika perutusan
Tiongkok datang ke Jawa Timur 1413 M, mereka melihat adanya tiga masyarakat,
yaitu :
1. Orang orang Islam yang berpakaian bersih, hidupnya teratur dan
makanannya enak-enak.
2. Orang orang Cina yang pola hidupnya hampir sama dengan orang Islam,
bahkan di antara mereka banyak yang sudah muslim.
Laporan Observasi Sistem Kepercayaan
17
18
Kedua, Santri. Geertz mendefinisikan santri sebagai orang Islam yang taat
pada ajaran-ajaran atau doktrin agama dan menjalankannya secara taat berdasarkan
tuntunan yang diberikan agama. Dengan definisi itu, agaknya kata lain yang lebih
cocok untuk menyubstitusi istilah santri adalah Muslim sejati. Berbeda dengan
kalangan Abangan yang cenderung mengabaikan terhadap berbagai ritual Islam,
kalangan santri ini justru sangat patuh terhadap doktrin Islam dan ritual, dengan titik
kuat pada keyakinan dan keimanan.
Tampaknya, dalam penelitian Geertz, tipologi Santri ini juga mempunyai subsub tipologi atau subvarian, yaitu ada yang disebut santri konservatif dan santri
modern.Santri konservatif atau santri kolot adalah kelompok santri yang cenderung
bersikap toleran terhadap berbagai praktik keagamaan setempat yang merupakan
warisan nenek moyang, seperti tradisi slametan.Santri konservatif ini juga
diindikasikan dengan masih kuatnya mereka berpegang pada rujukan Kitab Kuning
dalam kelompok santri konservatif ini.Sementara itu santri modern adalah mereka
yang cenderung meninggalkan ritualitas konservatif tersebut.
Ketiga, Priyayi. Geertz mendefinisikan priyayi sebagai kelompok orang yang
mempunyai garis keturunan (trah) bangsawan atau darah biru, yakni mereka yang
mempunyai kaitan langsung dengan raja-raja Jawa dahulu.Tampaknya, varian ini
mengalami pemekaran makna yang cukup signifikan.Saat ini, mereka yang
mempunyai status sosial cukup tinggi, baik karena banyak harta atau mempunyai
jabatan
tertentu,
dapat
dikategorikan
sebagai
kalangan
priyayi
19
Pengaruh Islam dapat dikatakan tidaklah terlalu besar. Agama ini hanya
menyentuh kulit luar budaya Hindu-Budha-Animistis yang telah berakar kuat.
Akibatnya Islam menurut pendapat Geertz, C (1975) Islam tidak bergerak ke
wilayah baru, melainkan ke salah satu wilayah bentukan politik,estetika, religius dan
sosial terbesar di Asia, yakni kerajaan Jawa Hindu/Budha, yang walaupun pada
masa itu mulai melemah, telah berakar kuat di masyarakat Indonesia (khususnya di
Jawa, walau tak hanya disana).
Fenomena ini juga dijelaskan , menurut Muhaimin (2002) di Jawa, Islam
tidak menyusun bangunan peradaban, tapi hanya menyelaraskannya. Bagi
masyarakat Jawa, Islam adalah Tradisi asing yang dipeluk dan dibawa oleh para
saudagar musafir di pesisir. Melalui proses panjang asimilasi secara damai dan
berhasil membentuk kantong-kantong masyarakat pedagang di beberapa kota besar
dan dikalangan petani kaya. Komunitas muslim itu kemudian memeluk
suatusinkritisme yang menekankan aspek kebudayaan Islam. Hasil dari seluruh
proses tersebut adalah masyarakat Jawa kontemporer dengan sejumlah kelompok
sosio-religiusnya yang rumit, yang terdiri atas :
a. Abangan, atau mereka yang masih menitik beratkan unsur animistis dari
keseluruhan sinkritisme Jawa dan berkaitan erat dengan elemen petani.
b. Santri, yang menekankan unsur sinkritisme Islami dan umumnya
berkaitan dengan elemen pedagang dan dengan elemen petani tertentu.
c. Priyayi,yang menitik beratkan unsur Hinduisme dan berkaitan dengan
elemen-elemen birokrat.
Keadaan kebudayaan masyarakat ini sebenarnya seirama dengan situasi etnis
(suku bangsa) pendatang, dimana secara tegas tidak diketahui secara pasti ketika
itu.Yang dapat diketahui sesudah berkembangnya agama Islam di Jawa.Sampai
sekarang terlihat bahwa kebudayaan mereka berlatar belakang ajaran Islam. Adat
istiadat yang berkembang di daerah Jawa tetap bernafaskan Islam, walaupun bentuk
dan tata cara pelaksanaanya berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lain
dalam satu desa. Bahkan juga kesenian dan kebudayaan lainnya turut berkembang
sehingga terlihat adanya percampuran antara Hindu dan Islam contoh pagelaran
20
wayang kulit, budaya slametan, pitonan bayi, bersih deso, penerapan penanggalan
Jawa : legi,pon,wage,pahing kliwon.
Adanya kepercayaan animisme/dinamisme. Dimana orang-orang Islam yang
ada di Jawa, sebagian masih percaya dengan animisme dan dinamisme.Misalnya ,
ketika seseorang menggali sumur, saat itu agak emosi karena ada sesuatu yang
kurang pas dengan pekerja sawahnya. Ketika emosi muncul tiba-tiba galian tanah
yang mau dipakai untuk sumur tidak bisa dilanjutkan karena ada pondasi yang
terbuat dari batu merah persis batu merah yang ada di candi Trowulan,
Mojokerto.Akhirnya mereka berhenti dan pulang.besuknya, mereka mau menggali
sumur di tempat sebelahnya. Sesampainya di sawah, Ternyata pondasi sudah tidak
ada lagi.Karena pondasi sudah tidak ada lagi, mereka melanjutkan penggaliannya di
tempat itu dengan keyakinan bahwa di tempat ini ada danyangnya (makhluk ghaib
yang menjaga tempat itu). Maka dengan hormatnya mereka mengadakan ritual adat
berupa permintaan maaf dan permohonan ijin kepada sang penunggu dengan sesaji
berupa slametan. Kejadian semacam tadi tidak hanya dialami oleh satu orang saja,
tetapi masih ada lagi pengalaman nyata yang dialami oleh orang-orang Islam lainnya
yang ada di Jawa dan bukan menjadi rahasia umum lagi.
Akhirnya, Geertz sampai pada muara kesimpulan bahwa yang dinamakan
agama Jawa tidak lain adalah sinkretisme. la melihat adanya perpaduan antara
kepercayaan asli masyarakat Jawa dan kepercayaan Islam yang datang belakangan.
Hal ini dapat dilihat, misalnya, dalam praktik slametan yang biasanya dilakukan oleh
kalangan Abangan.Pada praktik slametan terkandung berbagai unsur adat lokal dan
Islam. Di situ ada praktik magis berupa kepercayaan kepada roh, dan ada pula
penyisipan unsur Islam, yaitu doa yang dikumandangkan pada saat selesai
melakukan acara slemetan. Sehingga Islam melebur dalam budaya masyarakat dan
mampu mewarnai setiap gerak kehidupan yang ada tanpa melepaskan akidah dan
syariatnya.
21
22
Salah satu desa dari Kecamatan Silo adalah Harjomulyo dan Karangharjo.
Desa Karangharjo dan Harjomulyo mempunya struktur tanah yang subur karena
teletak pada dataran tinggi. Terlihat banyak sawah yang ada pada daerah tersebut.
Terdapat beberapa sungai yang mempunya kedalaman tinggi yang digunakan petani
23
untuk mengairi sawah tersebut. Struktur tanah yang liat memudahkan sering terjadi
longsor bencana alam yang sering terjadi pada desa tersebut.
Kecamatan Silo berbatasan dengan kecamatan dan kabupaten berikut:
Tabel 3.1 Batas Kecamatan Silo
Utara
Selatan
Barat
Timur
Kondisi Demografi
Kondisi demografi pada suatu daerah sangatlah berbeda, mulai dari kematian
24
kawasan Harjomulyo ini. Hal ini bisa terjadi dikarenakan lokasinya lebih dekat
dengan Madura, sehingga mudah akses masuk budaya, bahasa, dan pengaruh yang
laiannya dari Madura masuk maupun menyebar di wilayah wilayah sekitar, seperti
Jember, Bondowoso, Probolinggo, Pasuruan, Situbondo.
Sedangkan suku Jawa sendiri lebih sedikit. Prosentasenya jumlahnya lebih
rendah, artinya menduduki wilayah minoritas daripada suku Madura. Hal ini terjadi
karena masyarakat yang bersuku Jawa, lokasinya lebih jauh. Karena pada dasarnya,
suku Jawa yang asli terdapat di daerah Jawa Tengah, sehingga untuk membawa
budaya jawa menuju ke daerah bagian Timur agak sulit. Sehingga pada budayanya
lebih mendominasi dari daerah Madura.
Sesuai dengan pendataan Profil Desa Tahun 2012, jumlah masyarakat Desa
Harjomulyo sebesar 9.932 jiwa yang terdiri dari:
Laki Laki
: 4876 Jiwa
Perempuan
: 5056 Jiwa
: 3320 KK
LAKI - LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
2
277
516
631
463
347
344
351
399
307
361
196
233
129
79
40
25
3
263
528
640
517
420
389
403
430
331
400
275
326
217
131
121
70
4
540
1044
1271
980
767
733
754
829
638
761
471
559
346
210
161
95
25
Usia harapan hidup yang tinggi dan jumlah masyarakat lanjut semakin besar
akan juga menuntut kebijaksanaan-kebijaksanaan yang serasi dan sesuai dengan
perubahan jumlah masyarakat. Suatu tantangan pula untuk dapat memanfaatkan
panduduk usia lanjut yang masih potensial agar dapat dimanfaatkan sesuai
pengetahuan dan pengalamannya.
Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan membawa
konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi dan
kesempatan kerja. Sedangkan pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada
akhirnya akan mempunyai dampak terhadap persoalan penyantunan masyarakat usia
lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi
pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga kepada institusi. Apabila hal
ini terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat.
Dari segi pendidikan dapat dilaporkan hal - hal sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 3.3 Data Tamatan Pendidikan
NO
1
2
3
4
5
6
7
JUMLAH
MASYARAKAT
638 Jiwa
677 Jiwa
593 Jiwa
304 Jiwa
196 Jiwa
28 Jiwa
2436 Jiwa
26
27
pendidikan anak. Tuntutan terhadap pendidikan anak sejak dini merupakan tanggung
jawab bagi orang tua, dan sifatnya wajib untuk dipenuhi jika kondisi ekonomi
keluarganya mampu untuk menyekolahkan anaknya.
Dari data temuan dilapangan menunjukan bahwa buruh harian lepas dalam
memenuhi kebutuhan pangan dan pendidikan anak lebih menekankan pada strategi
alternative agar tetap bisa bertahan hidup atau survive. Strategi alternative tersebut
dengan menanam sayuran di ladang, berternak ayam dan kambing, mencari rumput,
mengasuh anak orang lain, mengumpulkan barang bekas, dan lain-lain. Upaya
tersebut dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Para buruh
harian lepas juga sering menghutang di warung untuk membeli kebutuhannya, dan
membayarnya setelah gajian. Karena sistem kerja yang di jalani para buruh harian
lepas adalah sistem kerja borongan, dan pembayaran upahnya dilakukan perdua
minggu sekali.
3.4
3.4.1
Agama
3.4.2
Kebudayaan
28
Pendidikan
Kesehatan
29