Anda di halaman 1dari 29

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan
interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang
berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal
disuatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian
besar kegiatan didalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangat
erat kaitannya dengan kebudayaan. Karena kebudayaan sendiri merupakan sebuah
hasil interaksi antar individu dalam suatu kelompok / masyarakat. Salah satu unsur
dari budaya itu sendiri adalah sistem kepercayaan/religi. Menurut Radcliffe-Brown
agama adalah ekspresi dalam satu atau lain bentuk tentang kesadaran terhadap
ketergantungan kepada suatu kekuatan diluar diri kita yang dapat dinamakan dengan
kekuatan spiritual atau moral.
Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap
keyakinan adanya kekuatan di luar diri kita, kekuatan gaib, luar biasa atau supra
natural yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Kehidupan beragama
sangatlah bertolak dengan aspek ilmiah atau bisa disebut tidak rasional dalam
pandangan individu atau masyarakat modern yang terlalu dipengaruhi oleh
pandangan bahwa sesuatu diyakini ada kalau konkret, rasional, alamiah atau terbukti
secara empirik dan ilmiah. Namun demikian, kehidupan beragama adalah kenyataan
hidup manusia yang ditemukan sepanjang sejarah masyarakat dan kehidupan
pribadinya. Ketergantungan masyarakat dan individu kepada kekuatan gaib
ditemukan dari zaman purba sampai pada zaman modern ini. Kepercayaan itu
diyakini kebenarannya sehingga menjadi sebuah kepercayaan keagamaan atau
kepercayaan religius.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

Mempercayai sesuatu sebagai sesuatu yang suci dan sakral juga merupakan
ciri khas kehidupan beragama. Adanya aturan terhadap individu dalam kehidupan
bermasyarakat, berhubungan dengan alam lingkungannya, atau daam berhubungan
dengan Tuhan. Adanya aturan kehidupan yang dipercayai berasal dari Tuhan juga
termasuk ciri dari kehidupan beragama.
Tidak hanya itu, kehidupan beragama sangatlah mempunyai pengaruh yang
luas dalam pembentukan prilaku dan karakter sesorang atau masyarakat, berperan
dalam pembentukan norma-norma, moral dan hukum. Adanya sila pertama dalam
Panca Sila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa juga merupakan suatu
wujud betapa pentingnya kehidupan beragama bagi suatu bangsa. Oleh karena itu
kehidupan beragama sangatlah kompleks, mengejutkan dan penuh dengan berbagai
misteri, sehingga sangat menarik dan penting untuk dipahami dan dimengerti secara
ilmiah.
Oleh karena itu, kehidupan beragama sangatlah penting untuk kita telusuri
dan kita pahami di berbagai tempat termasuk di Dusun Krajan yang mempunyai
berbagai macam budaya yang saling berhubungan dan berketerikatan satu sama lain.
Dusun Watu Ulo sendiri merupakan suatu wilayah yang mempunyai suatu budaya
yang unik dan menarik, salah satunya adalah budaya Petik Laut yang begitu kental
dengan tradisi-tradisi budaya jawa dan sering kali nampak adanya suatu ke-tidak
cocokan dengan agama yang mereka peluk yaitu agama Islam sebagai agama
mayoritas wilayah tersebut. Ketidak sesuaian hal tersebut nantinya akan kami bahas
dalam hasil observasi yang bersumber pada beberapa tokoh masyarakat yang telah
kami jadikan sebagai Informan dalam penelitian kami.
Selain itu masih banyak lagi hal yang menarik dari system kepercayaan
Dusun Krajan yang akan kami bahas di bagian selanjutnya. Seperti kepercayaankepercayaan penduduk kepada mahluk gaib penunggu laut dan sawah serta
kepercayaan-kepercayaan yang lain.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam laporan observasi ini adalah sebagai berikut:
1. Agama apa saja yang dianut oleh masyarakat Dusun Krajan?
2. Bagaimanakah pengaruh agama yang mereka anut bagi segala aspek
kehidupan warga Dusun Krajan?
3. Bagaimanakah konteks kehidupan beragama diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat baik dalam beribadah maupun dalam kehidupan sosial
lainnya?
4. Makna selametan, tahlilan dan kepercayaan- kepercayaan lain yang ada di
Dusun Krajan?
1.3 Tinjauan Pustaka
Ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Dia memiliki kebudayaan atas 7 unsur : sistem religi
(kepercayaan), sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata
pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan bahasa dan kesenian. Kesemua
unsur budaya tersebut terwujud dalam bentuk sistem budaya/ adat istiadat (kompleks
budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola
sosial, tindakan), dan unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan).
Sistem religi meliputi kepercayaan, nilai, pandangan hidup, komunikasi
keagamaan dan upacara keagamaan. Definisi kepercayaan mengacu kepada pendapat
Fishbein dan Azjen (Soekanto, 2007), yang menyebutkan pengertian kepercayaan
atau keyakinan dengan kata belief, yang memiliki pengertian sebagai inti dari
setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi
seseorang untuk menentukan persepsi terhadap sesuatu objek. Kepercayaan
membentuk pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial.
Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi
suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
bersifat pribadi atau kelompok. Wujudnya bisa berupa doa, tarian, drama, dll. Ritual

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

itu dasarnya sering bersifat sosial kemudian menjadi ekonomis lalu berkembang
menjadi tata cara suci agama.
Dalam masyarakat tradisional praktek-praktek ritual sering dilakukan. Dalam
prakteknya ritual merupakan ungkapan yang lebih bersifat logis daripada bersifat
psikologi. Ritual memperlihatkan tatanan atas simbol-simbol yang diobjekkan.
Simbol-simbol ini mengungkapkan prilaku dan perasaan serta membentuk disposisi
pribadi dari para pemuja mengikuti modelnya masing-masing. Pengobjekan ini
penting untuk kelanjutan dan kebersamaan dalam kelompok kebersamaan. Ritual
adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang mempunyai ciri-ciri
mistis.
Ritual dalam sebuah agama mempunyai maksud dan tujuan tertentu sesuai
dengan apa yang diajarkan dalam agama tersebut. Bentuk ritual juga berbeda-beda.
Sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Menurut Victor Turner, ritual mempunyai beberapa peranan antara lain :
1.
2.
3.
4.

Ritual dapat menghilangkan konflik


Ritual dapat mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat
Ritual mempersatukan sua prinsip yang bertentangan
Dengan ritual orang mendapat kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam
masyarakat sehari-hari.
Penyelenggaraan ritual mempunyai maksud dan tujuan. Secara umum ritual

merupakan permohonan terhadap roh leluhur dan rasa syukur terhadap Tuhan serta
sebaggai sarana sosialisasi dan pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah ada dan
berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Petik Laut adalah sebuah bentuk ritual yang didasari dari kearifan lokal
masyarakat. Hampir setiap kawasan berpesisir di Indonesia memiliki ritual Petik
Laut dengan nama yang berbeda-beda. Tujuan Petik Laut dilakukan adalah sebagai
bentuk rasa syukur dari masyarakat Nelayan atas berkah ikan yang didapat selama
setahun kemarin. Setahun ini bukan menggunakan tahunan dalam kalender Masehi
melainkan kalender Jawa. Maka Petik Laut selalu dilaksanakan di Bulan Suro dalam
Kalender Jawa. Petik Laut itu juga merupakan pengharapan dari Masyarakat Nelayan

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

agar ditahun depan mereka mendapatkan Ikan yang jauh lebih banyak lagi dari tahun
kemarin.
Petik laut di Dusun Krajan sejak tahun terakhir, telah dilaksanakan pada
tanggal 7 Desember 2012 yang didatangi oleh DPR RI fraksi Partai Kebangkitan
Bangsa. Salah seorang panitia pelaksana petik laut mengatakan bahwa tradisi petik
laut ini merupakan tradisi nenek moyang yang terus dilestarikan oleh masyarakat
setempat.
Menurut Dr Nur syam dalam bukunya yang berjudul Islam Pesisir, beliau
mengemukakan : Islam jawa berkembang melalui pesisir dan terus berkelanjutan ke
wilayah pedalaman.kontak kebudayaan antara para pendatang yang sering singgah di
wilayah psisir pada masa-masa awaa islam di Jawa mentebabkan adanya proses tarik
menarik antarabudaya lokal dengan budaya luar yang tak jarang menghasilkan
dinamika budaya masyarakat setempat. Kemudian yang terjadi ialah sinkretisme dan
atau akulturasi udaya, seperti: praktik meyakini iman di dalam ajaran islam akan
tetapi masih mempercayai keyakinan lokal. Selain itu beliau juga mengemukakan :
Ajaran islam yang termuat di dalam teks Al-Quran dan Al-Hadist adalah ajaran yang
merupakan sumber asasi, dan ketika sumber itu di gunakan atau di amalakan di suatu
wilayah sebagai pedoman kehidupan maka bersamaan dengan itu, tradisi setempat
bisa saja mewarnai penafsiran masyarakat lokalnya. Karena penafsiran itu
bersentuhan dengan teks suci, maka simbol yang diwujudkanya juga sesuatu yang
sakral.
Clifford Geertz dalam bukunya yang berjudul the Religion Of Java
mengemukakan: Slametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan
upacara keagamaan yang paling umum di dunia; ia melambangkan kesatuan mistis
dan social mereka yang ikut serta di dalamnya.
Selain itu Geertz juga mengidentifikasikan jenis-jenis slametan dalam empat
jenis:
a. Yang ada hubungannya dengan hari-hari raya Islam, maulud Nabi, Idul Fitri,
Idul Adha dan sebagainya.
b. Yang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan-kelahiran, khitanan, perkawinan,
dan kematian.
c. Yang ada kaitannya dengan integrasi social desa, bersih desa.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

d. Slametan sela yang diselenggarakan dalam waktu yang tidak tetap,


tergantung kepada kejadian luar biasa yang dialami seseorang, keberangkatan
untuk suatu perjalanan jauh, pindah tempat, ganti nama, sakit, terkena tenung,
dan sebagainya.
Dalam buku Agama dalam kehidupan manusia karangan Bustanuddin Agus
diterangkan bahwa karena memercayai yang gaib, memercayai wahyu, memercayai
surga dan neraka, sekalipun semuanya itu bukan dari manusia, adalah manusia dan
masyarakat, pada umumnya para antropolog menempatkan agama (religi) sebagai
salah satu dari aspek-aspek kebudayaan (cultural universals, unsure-unsur
kebudayaan yang ditemukan secara universal, di mana dan kapan pun) karena dia
merupakan norma dan prinsip-prinsip yang ada dalam keyakinan, pemahaman, dan
rasa masyarakat yang bersangkutan dalam berhubungan dengan yang gaib.
Islam Jawa sebagai agama rakyat dipandang sebagai penyimpangan dari
agama islam. Sebaliknya, Mark R. Woodward dalam bukunya Islam Jawa
menunjukkan bahwa islam dan jawa compatible. Jika pun ada pertentanganpertentangan yang terjadi antara keduanya, adalah suatu yang bersifat permukaan dan
wajar dalam bentangan sejarah islam. Pertentangan ini bisa dirujuk sebagai persoalan
klasik islam, yaitu bagaimana menyeimbangkan antara dimensi hukum dan dimensi
mistik, antara wadah dan isi, antara lahir dan batin. Dengan demikian, Islam
jawa di sini dibaca sebagai varian yang wajar dalam islam dan berhak hadir.
Secara umum kaum Sufi bersedia menerima unsur-unsur tradisi Hindu dan
Budha yang di dalam istilah mereka bersifat zahir (eksternal), tetapi menolak unsurunsur yang hanya bisa diinterpresentasikan sebagai batin (internal). Demikian juga
mereka tidak menerima doktrin-doktrin kosmologis, sebagai lawan mitologis. Kaum
Sufi memelihara setidaknya pada tingkat eksoterik, gagasasn ketuhanan traspenden.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

1.4 Sistematika Penulisan


A. Halaman Judul
Adalah nama yang diberikan untuk laporan observasi.
B. Kata Pengantar
1. Ucapan terima kasih
2. Kendala saat proses pembuatan laporan
3. Harapan-harapan penulis dalam penyusun laporan
C. Daftar Isi
Merupakan penyajian dari sistematika isi laporan, dibuat untuk
mempermudah para pembaca mencari judul atau sub judul dari isi laporan
yang dibacanya.
D. Pendahuluan
1. Latar belakang: Merupakan alasan-alasan mengapa memilih judul
observasi dan menjadi pembuka materi dalam laporan observasi.
2. Rumusan masalah: Merumuskan masalah dari pembuatan laporan, dalam
hal ini adalah perumusan masalah salah satu dari tujuh unsur kebudayaan
yaitu agama.
3. Tinjauan pustaka: Menjelaskan dan menunjukan studi-studi yang sudah di
lakukan oleh peneliti terdahulu.
4. Sistematika Penulisan: Uraian singkat mengenai struktur laporan
kelompok mulai bab pertama sampai terkhir.
E. Kajian Teori
1. Memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis. Sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
2. Memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel
yang diteliti.
3. Membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk
memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
F. Gambaran Umum Lokasi Observasi
Menjelaskan tentang gambaran umum lokasi observasi yang
menyangkut kondisi lingkungan sosial dan budaya masayarakat, kondisi
ekonomi, dan struktur sosial/agama.
G. Hasil dan Pembahasan
Menjelaskan berbagai hal atau peristiwa keagamaan yang patut di
bahas serta pendiskripsian bagaimana laporan itu di buat serta pendiskripsian
kegiatan lapangan secara detail.
H. Kesimpulan
Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

Menjelaskan dan meringkas dari isi pembahasan serta jawaban dari


masalah yang di rumuskan di dalam observasi.
I. Penutup
Memberikan sambutan, serta ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian makalah.
J. Daftar pustaka
Mengemukakan sumber-sumber yang di jadikan referensi dalam
penulisan laporan.
K. Lampiran
1. Gambar kegiatan lapangan.
2. Pedoman wawancara.
3. Transkip hasil wawancara.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Proses Masuk dan Berkembangnya Ilam di Indonesia


Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di
Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di media
massa mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia
Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.Agama Islam
masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke
daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan
Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang
mendukungnya.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad
Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3
teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas
memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal
negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk
mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi
berikut ini.
a. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia
Cambay Timur Tengah Eropa.
3. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297
yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan
Bernard H.M. Vlekke.Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan
perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan
Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia
(Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan
bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang
teori Gujarat.Silahkan Anda simak teori berikutnya.
b. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori
lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
1. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab
sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga
sesuai dengan berita Cina.
2. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh
mazhab Syafii terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya
Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
Di

Sumatra

Barat

peringatan

tersebut

disebut

dengan

upacara

Tabuik/Tabut.Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur


Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran
yaitu Al Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tanda-tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

10

Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas


dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di
pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang
dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi
menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di
daerah Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli
Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah
Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah
Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Jafar Shodik menyebarkan ajaran
Islam di daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya
menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar
Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan
Islam di Jawa Barat (Cirebon) Demikian sembilan wali yang sangat
terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para
wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah,
sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang
dikasihi Allah.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

11

2.2 Islam Sebagai Iidiologi dan Islam Sebagai Budaya


A. Agama
Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti
bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
memenuhi syarat untuk disebut agama (religious). Terdapat banyak tema agama
termasuk dalam superstruktur: agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan,
dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan
eksistensi mereka. Akan tetapi, karena agama juga mengandung komponen ritual,
maka sebagian agama tergolong juga dalam struktur sosial.
Agama berasal dari bahasa Sanskrit, yang mempunyai arti: tidak pergi, tidak
kocar-kacir, tetap di tempat dan diwarisi turun-temurun. Ada pula pendapat yang
mengatakan bahwa agama itu berarti teks atau kitab suci dan atau tuntunan.Atau
dengan singkat dapat dikatakan bahwa agama itu ajarannya bersifat tetap dan
diwariskan secara turun-temurun, mempunyai kitab suci dan berfungsi sebagai
tuntunan hidup bagi penganutnya.
Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa
Arab kata ini mengandung arti menguasai menundukkan, patuh, utang, balasan,
kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum
yang harus dipatuhi, menguasai dan menundukkan untuk patuh kepada aturan Tuhan
dengan menjalankan ajaran-ajarannya sebagai suatu kewajiban, merasa berutang bagi
yang meninggalkan kewajiban yang telah biasa dilakukannya, memberi balasan baik
bagi yang mematuhinya dan balasan tidak baik bagi yang melanggarnya.
Sedangkan kata religi berasal dari bahasa Latin, mempunyai arti
mengumpulkan, membaca dan mengikat. Agama memang merupakan kumpulan
cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan kumpulan aturan-aturan lainnya yang
dikumpulkan dalam kitab suci yang harus dibaca, dan di samping itu, agama juga
mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan
antara manusia dengan kekuatan yang lebih tinggi atau ikatan antara manusia dengan

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

12

Tuhan-nya. Sedangkan komponen-komponen atau unsur unsur penting yang ada


atau yang harus ada dalam agama adalah:
1.
2.
3.
4.

Kekuatan gaib
Keyakinan manusia
Respons yang bersifat emosional dari manusia.
Paham adanya yang kudus {sacred) dan suci dalam bentuk kekuatan gaib.
Maka agama dapat diartikan sebagai jalan yang harus dilalui dan merupakan
kebutuhan dasar manusia untuk dapat berhubungan dengan kekuatan gaib dan
supranatural melalui aktivitas penyembahan dan pemujaan agar hidup
bahagia dan sejahtera.

a. Ideologi dan budaya


Ideologi dapat berarti suatu faham atau ajaran yang mempunyai nilai
kebenaran atau dianggap benar sebagai hasil kontemplasi (perenungan) manusia baik
berdasarkan wahyu maupun hasil kontemplasi akal budi secara murni. Ideologi ini
biasanya merupakan hasil kerja para filosof atau orang yang mau dan mampu
menggunakan akalnya untuk memikirkan tentang diri dan lingkungannya atau segala
yang ada.Contoh : Ideologi sosialis-komunis dan liberalis-kapitalis di dunia Eropa
Timur dan dunia Barat, dan faham Jabariah dan Qadariah di dunia Islam adalah
contoh dalam hal ini.
Ideologi ini dapat melahirkan suatu kebudayaan, di samping ideologi itu
sendiri merupakan kebudayaan, karena kebudayaan adalah hasil dunia, rasa dan
karsa manusia dalam arti yang seluas-luasnya.Dengan demikian, ideologi itu mesti
kebudayaan tetapi kebudayaan belum tentu menjadi ideologi.
Dalam kehidupan sehari-hari, antara agama (wahyu), ideologi dan
kebudayaan seringkali sulit untuk dibedakan.Karena ketiganya sama-sama dapat
dijadikan sebagai pedoman hidup walaupun-masing-masing mempunyai nilai yang
berbeda.Agama dapat di ideologikan dan dibudayakan.Sebaliknya ideologi dan
kebudayaan dapat diagamakan. Agama (wahyu) pada dasarnya bukan ideologidan
memang bukan ideologyakan tetapi dapat dijadikan sebagai ideologi apabila agama

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

13

(wahyu) itu sudah dipersepsi oleh seseorang atau sejumlah orang dan dijadikan
sebagai pedoman dalam hidupnya.
b. Agama budaya
Agama yang dibudayakan adalah ajaran suatu agama yang dimanifestasikan
dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya sehingga menghasilkan suatu
karya/budaya tertentu yang mencerminkan ajaran agama yang dibudayakannya
itu.Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa membudayakan agama berarti
membumikan

dan

melaksanakan

ajaran

agama

dalam

kehidupan

sehari-

hari.Memandang agama bukan sebagai peraturan yang dibuat oleh Tuhan untuk
menyenangkan Tuhan, melainkan agama itu sebagai kebutuhan manusia dan untuk
kebaikan manusia.Adanya agama merupakan hakekat perwujudan Tuhan.
Seperti dalam mengideologikan agama, pembudayaan suatu agama dapat
mengangkat citra agama apabila pembudayaan itu dilakukan dengan tepat dan penuh
tanggung jawab sehingga mampu mencerminkan agamanya. Sebaliknya dapat
menurunkan nilai agama apabila dilakukan dengan tidak bertanggung jawab.
c. Agama Wahyu (langit) dan Agama Budaya (adat istiadat)
Sedangkan ideologi dan kebudayaan yang diagamakan maksudnya adalah
suatu ideologi atau kebudayaan yang mempunyai nilai kebenaranwalau sebenarnya
relatifatau dianggap benar atau dapat memberikan kepuasan.Ideologi atau
kebudayaan itu diwariskan turun-temurun, disakralkan dan lebih dari itu
dipercayainya sebagai doktrin yang harus diikuti. Inilah proses lahirnya agama
budaya atau agama ardli.
`

Maka dapat dijelaskan bahwa agama (wahyu) dapat dijadikan sebagai

ideologi, melahirkan ideologi dan kebudayaan.Akan tetapi agama wahyu itu bukan
ideologi dan bukan pula kebudayaan.Ideologi dan kebudayaan dapat merupakan
pencerminan dari suatu agama apabila hal itu dilakukan oleh seorang yang taat
beragama.Sebaliknya, tanpa wahyu pun manusia dapat menciptakan ideologi dan
kebudayaan dan dapat pula melahirkan suatu agama yaitu agama budaya.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

14

Ditinjau dari sumbernya, agama-agama yang dipeluk umat manusia di dunia


ini dapat diklasifikasi menjadi dua bagian yaitu agama wahyu dan agama budaya.
Agama wahyu disebut juga dengan agama langit, agama profetis dan revealed
relegion. Yang termasuk agama wahyu dapat disebutkan di sini misalnya agama
Yahudi, agama Kristen dan agama Islam.Sedangkan agama budaya disebut juga
sebagai agama bumi, agama filsafat, agama akal, non-revealed relegion dan natural
relegion. Yang termasuk agama budaya dapat disebutkan di sini misalnya: Agama
Hindu, Budha, Kong Hu Cu, Shinto dan sebagainya, termasuk aliran kepercayaan.
B. Islam sebagai Ideologi
Di sinilah letak urgensinya studi awal terhadap agama; menemukan agama
monoteismemurni untuk dipeluk berarti telah memegang kunci kebenaran serta
Kedamaian yang sebenarnya, sebab kunci itu milik dan datang dari pemilik
kebenaran yang sebenarnya.Dialah Tuhan Yang Satu.Selanjutnya, meyakini,
melakukan dan komitmen terhadap ajaran-ajaran agama berarti telah hidup sesuai
dengan kehendak-Nya dan berada dalam kebenaran serta kedamaian-Nya.Inilah yang
sebenarnya dicari-cari manusia (fitrah).
Bila kita amati secara obyektif, Islam telah memiliki ciri-ciri di atas, baik
konsep Ketuhanan, Kerasulan dan ajaran-ajaran yang menunjukkan kesatuan
(Tauhid) yang murni. Untuk membuktikan bahwa Islam tidak memiliki ciri-ciri
khusus di atas sama sulitnya dengan membuktikan adanya ciri-ciri tersebut dalam
agama selain Islam, bahkan tidaklah mungkin. Syarat mencapai suatu kebenaran dan
kedamaian yang sebenarnya haruslah terlebih dahulu mengenal Islam secara tepat
dan benar. Kemudian, komitmen terhadap ajaran-ajarannya.
Para linguist bahasa Arab menyatakan bahwa kata Islamberasal dari kata
aslama, berarti patuh dan menyerahkan diri.Kata ini berakar pada kata slim,
berarti

selamat

sejahtera,

mengandung

pengertian

damai.Orang

yang

menyatakan dirinya Islam atau berserah diri, tunduk dan patuh kepada kehendak
penciptanya disebut Muslim.Kedua asal kata Islam yakni aslama dan silm
mempunyai hubungan pengertian yang mendasar. Adanya kata pertama karena kata

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

15

kedua, adanya penyerahan diri (= kata aslama) karena adanya tujuan hidup damai (=
silm).
Terwujudnya suatu kedamaian apabila adanya penyerahan serta kepatuhan
(Islam) terhadap Sang Pencipta. Dalam hal ini Allah telah berjanji kepada siapa pun
yang menyerahkan diri disertai dengan amal saleh, akan mendapatkan kedamaian,
sebab dalam penyerahan (Islam) ini terdapat konsekuensi sikap muslim yang logis,
tidak pernah gentar, pesimis dan takut dalam hidupnya.
Al Quran mempergunakan kata Islam di berbagai tempat dengan pengertian
yang berbeda-beda, namun pada prinsipnya mengarah pemahaman yang sama.
Pengertian Islam secara umum: mengandung dimensi-dimensi iman yang tidak
dikotori oleh unsur-unsur syirik, tunduk disertai dengan ikhlas hanya kepada Allah,
berserah diri disertai dengan amal saleh serta sikap tegar dan optimistis. Jadi
pengertian Islam secara lughowi pada prinsipnya: Penyerahan diri secara bulat
kepada Allah yang melahirkan satu sikap hidup tertentu.
Para orientalis menyebut Islam dengan istilah Muhammadan-isme
mereka mengasosiasikan sebutan ini dengan sebutan-sebutan bagi agama-agama
selain Islam yang dianologikan pada pembawanya atau tempat kelahirannya.Agama
Nasrani diambil dari negeri kelahirannya (Nazaret). Kristen, diambil dari nama
pembawanya 0esus Kristus). Budha (Budhisme) dari nama pembawanya (Sang
Budha Gautama), Zoroaster (Zoroasteranisme) dari pendirinya, Yahudi (Yuda-isme)
dari negerinya (Yudea).
Namun nama Islam mengandung pengertian yang mendasar. Agama Islam
bukanlah milik pembawanya yang bersifat individual ataupun milik dan
diperuntukkan suatu golongan atau negara tertentu.Islam sebagai agama universal
dan eternal merupakan wujud realisasi konsep Rahmatan lil Alamin (rahmat bagi
seluruh umat).Istilah Mohammadanisme membuka peluang bagi timbulnya
berbagai interpretasi serta persepsi terhadap Islam yang diidentikkan dengan agamaagama lain yang jelas berbeda konsepsi.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

16

Sejak awal sejarah lahirnya manusia, terdapat satu bentuk petunjuk yang
berupa wahyu ilahi melalui seorang rasul (agama Allah). Agama-agama Allah
tersebut pada prinsipnya Agama Islam (= agama yang menyerahkan diri hanya
kepada Tuhan Yang Satu). Kalau di sana terdapat perbedaan-perbedaan, karena
perbedaan dalam memahami konsep-konsep yang bersifat umum dalam masalahmasalah muamalah dan bukanlah masalah yang fundamental.
Mengenai konsep Tuhan Yang Satu dan ajaran penyerahan diri kepada Allah,
tetaplah sama. Hubungan semua rasul sejak Adam a.s. sampai Muhammad s.a.w.,
berdasarkan ajaran yang mereka bawakan, bagaikan mata rantai yang selalu datang
berkesinambungan dan merupakan penyempurnaan ajaran sebelumnya sehingga
agama Allah tersebut akan mampu menjawab seluruh hajat manusia di pelbagai
zaman, kapan dan di mana saja. Mengenai konsep totalitas serta ke-sempurnaan
agama Islam maupun keabsahannya dari agama-agama Allah yang lain yang datang
sebelumnya.
C. Islam sebagai Budaya dalam perspektif masyarakat Jawa.
Keberadaan Islam di Indonesia secara historis tidak terlepas dari sejarah
Islam masuk Pertama kali di Tanah Jawa. Menurut salah satu Literatur dengan judul
Jejak Kanjeng Sunan, Perjuangan Wali Songo (1999) yang diterbitkan oleh
Yayasan Festival Walisongo; dalam sejarah Syeh Maulana Malik Ibrahim
menceritakan bahwa masuknya Islam di Jawa Pertama kali dibawa oleh Syeh
Maulana Malik Ibrahim dan sebagai pendiri Pondok Pesantren Pertama di
Indonesia.Menurut buku Jejak Kanjeng Sunan, Perjuangan Wali Songo (1999).
Para ahli berpendapat bahwa sekitar tahun 1416 M agama Islam sudah mulai dikenal
oleh masyarakat Jawa, bahkan menurut sumber Tiongkok, ketika perutusan
Tiongkok datang ke Jawa Timur 1413 M, mereka melihat adanya tiga masyarakat,
yaitu :
1. Orang orang Islam yang berpakaian bersih, hidupnya teratur dan
makanannya enak-enak.
2. Orang orang Cina yang pola hidupnya hampir sama dengan orang Islam,
bahkan di antara mereka banyak yang sudah muslim.
Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

17

3. Penduduk setempat yang masih kotor-kotor, tidak bersongkok dan tidak


bersepatu.
Pada masa itu, masyarakat Jawa pada umumnya adalah penganut animisme
dan dinamisme yang juga sebagai pemeluk agama Hindu/Budha dan berada dibawah
pemerintahan kerajaan Mojopahit. Masyarakat menganut struktur sosial yang
berkasta, yaitu kasta sudra, kasta waisya, kasta ksatria dan kasta brahmana. Model
masyarakat inilah yang menjadi obyek dakwah para penyebar agama Islam,
walaupun mereka bukan orang Jawa asli tetapi mampu mengantisipasi keadaan
masyarakat yang dihadapinya.Sebagaimana sudah menjadi wacana yang amat
familiar dalam dunia akademik, Geertz menulis sebuah buku yang amat
menggemparkan jagat akademik Indonesia: The Religion of Java. Dalam buku yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, tentang Agama masyarakat Jawa ini,
memaparkan tipologi atau kategori agama masyarakat Jawa melalui tiga varian yang
disebutnya: Abangan, Santri, dan Priyayi,seperti yang dikutip diatas. Menurut
Geertz, tiga varian keberagamaan masyarakat Jawa diambil dari istilah yang
digunakan oleh orang Jawa sendiri ketika mendefinisikan kategori keagamaan
mereka.
Deskripsi singkat dari tiap-tiap tipologi keagamaan tadi dapat dikemukakan
demikian. Pertama, Abangan. Istilah ini didefinisikan oleh Geertz sebagai teologi dan
ideologi orang Jawa yang memadukan atau mengintegrasikan unsur-unsur animistik,
Hindu, dan Islam.Pengejawantahan dari kelompok sosial Abangan ini dapat dilihat
dalam berbagai kepercayaan masyarakat Jawa terhadap berbagai jenis makhluk
halus, seperti memedi (suatu istilah untuk makhluk halus secara umum), tuyul
(makhluk halus yang menyerupai anak-anak, tapi bukan manusia), lelembut
(makhluk halus yang mempunyai sifat kebalikan dari memedi, yaitu masuk ke dalam
tubuh manusia dan menyebabkan seseorang jatuh sakit atau gila), dan sebagainya.
Kalangan Abangan juga sangat rajin dalam mengadakan berbagai upacara slametan,
seperti: Slametan kelahiran, Slametan khitanan, Slametan perkawinan, Slametan
kematian, Slametan desa, Slametan Suro (bersih deso).

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

18

Kedua, Santri. Geertz mendefinisikan santri sebagai orang Islam yang taat
pada ajaran-ajaran atau doktrin agama dan menjalankannya secara taat berdasarkan
tuntunan yang diberikan agama. Dengan definisi itu, agaknya kata lain yang lebih
cocok untuk menyubstitusi istilah santri adalah Muslim sejati. Berbeda dengan
kalangan Abangan yang cenderung mengabaikan terhadap berbagai ritual Islam,
kalangan santri ini justru sangat patuh terhadap doktrin Islam dan ritual, dengan titik
kuat pada keyakinan dan keimanan.
Tampaknya, dalam penelitian Geertz, tipologi Santri ini juga mempunyai subsub tipologi atau subvarian, yaitu ada yang disebut santri konservatif dan santri
modern.Santri konservatif atau santri kolot adalah kelompok santri yang cenderung
bersikap toleran terhadap berbagai praktik keagamaan setempat yang merupakan
warisan nenek moyang, seperti tradisi slametan.Santri konservatif ini juga
diindikasikan dengan masih kuatnya mereka berpegang pada rujukan Kitab Kuning
dalam kelompok santri konservatif ini.Sementara itu santri modern adalah mereka
yang cenderung meninggalkan ritualitas konservatif tersebut.
Ketiga, Priyayi. Geertz mendefinisikan priyayi sebagai kelompok orang yang
mempunyai garis keturunan (trah) bangsawan atau darah biru, yakni mereka yang
mempunyai kaitan langsung dengan raja-raja Jawa dahulu.Tampaknya, varian ini
mengalami pemekaran makna yang cukup signifikan.Saat ini, mereka yang
mempunyai status sosial cukup tinggi, baik karena banyak harta atau mempunyai
jabatan

tertentu,

dapat

dikategorikan

sebagai

kalangan

priyayi

modern.Pengejawantahan dari kelompok sosial priyayi ini dapat dilihat dalam


berbagai etiket, seni dan praktik mistik.Etiket di kalangan Priyayi menyangkut
bahasa lisan dan bahasa sikap.Bahasa lisan terlihat dari tingkatan bahasa yang
dipakai dalam percakapan sehari-hari.Sementara itu, aspek seni dan kepercayaan
priyayi dinyatakan dalam berbagai manifestasi, seperti yang dinyatakan dalam
bentuk tembang atau disebut juga dengan istilah wirama.Adapun aspek mistik
merupakan kelanjutan dari aspek seni tadi.Tujuan yang hendak dicapai dengan
adanya praktik mistik ini adalah mencapai kejernihan pengetahuan yang dalam.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

19

Pengaruh Islam dapat dikatakan tidaklah terlalu besar. Agama ini hanya
menyentuh kulit luar budaya Hindu-Budha-Animistis yang telah berakar kuat.
Akibatnya Islam menurut pendapat Geertz, C (1975) Islam tidak bergerak ke
wilayah baru, melainkan ke salah satu wilayah bentukan politik,estetika, religius dan
sosial terbesar di Asia, yakni kerajaan Jawa Hindu/Budha, yang walaupun pada
masa itu mulai melemah, telah berakar kuat di masyarakat Indonesia (khususnya di
Jawa, walau tak hanya disana).
Fenomena ini juga dijelaskan , menurut Muhaimin (2002) di Jawa, Islam
tidak menyusun bangunan peradaban, tapi hanya menyelaraskannya. Bagi
masyarakat Jawa, Islam adalah Tradisi asing yang dipeluk dan dibawa oleh para
saudagar musafir di pesisir. Melalui proses panjang asimilasi secara damai dan
berhasil membentuk kantong-kantong masyarakat pedagang di beberapa kota besar
dan dikalangan petani kaya. Komunitas muslim itu kemudian memeluk
suatusinkritisme yang menekankan aspek kebudayaan Islam. Hasil dari seluruh
proses tersebut adalah masyarakat Jawa kontemporer dengan sejumlah kelompok
sosio-religiusnya yang rumit, yang terdiri atas :
a. Abangan, atau mereka yang masih menitik beratkan unsur animistis dari
keseluruhan sinkritisme Jawa dan berkaitan erat dengan elemen petani.
b. Santri, yang menekankan unsur sinkritisme Islami dan umumnya
berkaitan dengan elemen pedagang dan dengan elemen petani tertentu.
c. Priyayi,yang menitik beratkan unsur Hinduisme dan berkaitan dengan
elemen-elemen birokrat.
Keadaan kebudayaan masyarakat ini sebenarnya seirama dengan situasi etnis
(suku bangsa) pendatang, dimana secara tegas tidak diketahui secara pasti ketika
itu.Yang dapat diketahui sesudah berkembangnya agama Islam di Jawa.Sampai
sekarang terlihat bahwa kebudayaan mereka berlatar belakang ajaran Islam. Adat
istiadat yang berkembang di daerah Jawa tetap bernafaskan Islam, walaupun bentuk
dan tata cara pelaksanaanya berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lain
dalam satu desa. Bahkan juga kesenian dan kebudayaan lainnya turut berkembang
sehingga terlihat adanya percampuran antara Hindu dan Islam contoh pagelaran

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

20

wayang kulit, budaya slametan, pitonan bayi, bersih deso, penerapan penanggalan
Jawa : legi,pon,wage,pahing kliwon.
Adanya kepercayaan animisme/dinamisme. Dimana orang-orang Islam yang
ada di Jawa, sebagian masih percaya dengan animisme dan dinamisme.Misalnya ,
ketika seseorang menggali sumur, saat itu agak emosi karena ada sesuatu yang
kurang pas dengan pekerja sawahnya. Ketika emosi muncul tiba-tiba galian tanah
yang mau dipakai untuk sumur tidak bisa dilanjutkan karena ada pondasi yang
terbuat dari batu merah persis batu merah yang ada di candi Trowulan,
Mojokerto.Akhirnya mereka berhenti dan pulang.besuknya, mereka mau menggali
sumur di tempat sebelahnya. Sesampainya di sawah, Ternyata pondasi sudah tidak
ada lagi.Karena pondasi sudah tidak ada lagi, mereka melanjutkan penggaliannya di
tempat itu dengan keyakinan bahwa di tempat ini ada danyangnya (makhluk ghaib
yang menjaga tempat itu). Maka dengan hormatnya mereka mengadakan ritual adat
berupa permintaan maaf dan permohonan ijin kepada sang penunggu dengan sesaji
berupa slametan. Kejadian semacam tadi tidak hanya dialami oleh satu orang saja,
tetapi masih ada lagi pengalaman nyata yang dialami oleh orang-orang Islam lainnya
yang ada di Jawa dan bukan menjadi rahasia umum lagi.
Akhirnya, Geertz sampai pada muara kesimpulan bahwa yang dinamakan
agama Jawa tidak lain adalah sinkretisme. la melihat adanya perpaduan antara
kepercayaan asli masyarakat Jawa dan kepercayaan Islam yang datang belakangan.
Hal ini dapat dilihat, misalnya, dalam praktik slametan yang biasanya dilakukan oleh
kalangan Abangan.Pada praktik slametan terkandung berbagai unsur adat lokal dan
Islam. Di situ ada praktik magis berupa kepercayaan kepada roh, dan ada pula
penyisipan unsur Islam, yaitu doa yang dikumandangkan pada saat selesai
melakukan acara slemetan. Sehingga Islam melebur dalam budaya masyarakat dan
mampu mewarnai setiap gerak kehidupan yang ada tanpa melepaskan akidah dan
syariatnya.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

21

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI OBSERVASI


3.1 Kondisi Geografi
Secara umum desa Harjomulyo dan Karangharjo terdapat pada kecamatan
Silo Kabupaten Jember. Kabupaten jember adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia yang beribu kota di Jember. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso di utara, Kabupaten Banyuwangi di timur,
Samudra Hindia di selatan, dan Kabupaten Lumajang di barat. Kabupaten Jember
terdiri dari 31 kecamatan.
Jember dahulu merupakan kota administratif, namun sejak tahun 2001 istilah
kota administratif dihapus, sehingga Kota Administratif Jember kembali menjadi
bagian dari Kabupaten Jember. Jember merupakan pusat regional di kawasan timur
tapal kuda. Hari jadi Kabupaten Jember diperingati setiap tanggal 1 Januari.
Jember memiliki luas 3.293,34 Km2 dengan ketinggian antara 0 3.330
mdpl. Bagian timur dengan Iklim kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran
suhu antara 23C - 32C. Bagian selatan wilayah kabupaten Jember adalah dataran
rendah dengan titik terluarnya adalah Pulau Barong. Pada kawasan ini terdapat
Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah administrasi kabupaten
Banyuwangi.
Bagian barat laut berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo adalah
penggunungan, bagian dari pegunungan Iyang, dengan puncak gunung Argopuro
(3.008 m) . Bagian timur merupakan bagian dari rankaian tinggi Ijen. Jember
memiliki beberapa sungai antara lain sungai bedadung yang bersumber dari
pegunungan Iyang dibagian tengah, sungai mayangyang bersumber dari pegunungan
Raung di bagian timur, dan sungai Bondoyudo yang bersumber dari pegunungan
Semeru dibagian barat.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

22

Letak geografis Kabupaten Jember berada di posisi 627'9'' s/d 714'33''


Bujur Timur dan 759'6'' s/d 833'56'' Lintang Selatan. Di daerah Jember banyak
terdapat bukit atau gumuk. Bahkan di wilayah kota sekali pun. oleh sebab itulah
Jember disebut dengan kota seribu gumuk.
Dataran wilayah Kota Jember banyak dibentuk oleh jenis tanah litosol dan
regosol coklat kekuningan. Kondisi ini sangat menentukan tingkat kesuburan dan
kedalaman efektif tanah, dimana tingkat kesuburan tersebut adalah berkisar di atas
90 cm. Iklim di Kota Jember adalah iklim tropis. Angka temperatur berkisar antara
23C 31C, dengan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan Agustus
dan musim hujan terjadi pada bulan September sampai bulan Januari. Sedangkan
curah hujan cukup banyak, yakni berkisar antara 1.969 mm sampai 3.394 mm.
Pada kabupaten jember terdapat beberapa kecamatan yang salah satunya yaitu
kecamatan silo. Pada kecamatan silo ada beberapa desa yaitu :
1. Garahan
2. Karangharjo
3. Harjomulyo
4. Mulyorejo
5. Pace
6. Sempolan
7. Sidomulyo
8. Silo
9. Sumberjati

Salah satu desa dari Kecamatan Silo adalah Harjomulyo dan Karangharjo.
Desa Karangharjo dan Harjomulyo mempunya struktur tanah yang subur karena
teletak pada dataran tinggi. Terlihat banyak sawah yang ada pada daerah tersebut.
Terdapat beberapa sungai yang mempunya kedalaman tinggi yang digunakan petani

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

23

untuk mengairi sawah tersebut. Struktur tanah yang liat memudahkan sering terjadi
longsor bencana alam yang sering terjadi pada desa tersebut.
Kecamatan Silo berbatasan dengan kecamatan dan kabupaten berikut:
Tabel 3.1 Batas Kecamatan Silo
Utara
Selatan
Barat
Timur

Kecamatan Mayang dan Ledokombo


Kecamatan Tempurejo
Kecamatan Mayang dan Tempurejo
Kabupaten Banyuwangi

Daerah yang terletak pada dataran tinggi banyak dimanfaatkan penduduk


sebagai sawah dan perkebunan seperti karet dan kopi. Kondisi tanah disana sanagta
cocok digunakan untuk perkebunan dan pertanian sehingga penduduk disan
kebanyakan masyarakat tersebut adalah petani dan buruh perkebunan. Disana
terdapat banyak persawahan dan beberapa perkebunan milik PTPN yang dikelola
pemerintah. Penduduk sekitar banyak menggantungkan perekonomian mereka pada
hasil bertani dan menjadi buru perkebunan. Cuaca diasana cukup sejuk karena sudah
termasuk dataran tinggi.
3.2

Kondisi Demografi
Kondisi demografi pada suatu daerah sangatlah berbeda, mulai dari kematian

dan kelahiran. sSecara

umum Desa Harjomulyo mayoritas masyarakatnya

merupakan masyarakat asli dengan dan sisanya merupakan pendatang. Masyarakat


pendatang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, dari masyarakat asli yang
keluar daerah untuk mengadu nasib di daerah lain, sehingga setelah beberapa waktu
meninggalkan daerah asli, maka mungkin bisa juga bertemu jodoh di daerah
perantauan. Lalu jodoh tersebut dibawanya ke daerah asli. Kedua, keturunan. Ini
merupakan faktor yang mendominan, karena kalau sudah keturunan maka tidak bisa
digugat. Tiga, faktor migrasi pemerintah. Jadi untuk perpindahan masyarakat, mau
tidak mau harus menempati tempat yang telah disediakan. Sehingga, untuk
pendatang bisa juga berasal dari faktor migrasi atau sering kita sebut dengan
perpindahan masyarakat.
Dilihat dari penyebaran suku bangsa masyarakat Desa Harjomulyo terdapat
dua suku Madura dan sebagian kecil suku Jawa. Suku Madura lebih mendominasi di

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

24

kawasan Harjomulyo ini. Hal ini bisa terjadi dikarenakan lokasinya lebih dekat
dengan Madura, sehingga mudah akses masuk budaya, bahasa, dan pengaruh yang
laiannya dari Madura masuk maupun menyebar di wilayah wilayah sekitar, seperti
Jember, Bondowoso, Probolinggo, Pasuruan, Situbondo.
Sedangkan suku Jawa sendiri lebih sedikit. Prosentasenya jumlahnya lebih
rendah, artinya menduduki wilayah minoritas daripada suku Madura. Hal ini terjadi
karena masyarakat yang bersuku Jawa, lokasinya lebih jauh. Karena pada dasarnya,
suku Jawa yang asli terdapat di daerah Jawa Tengah, sehingga untuk membawa
budaya jawa menuju ke daerah bagian Timur agak sulit. Sehingga pada budayanya
lebih mendominasi dari daerah Madura.
Sesuai dengan pendataan Profil Desa Tahun 2012, jumlah masyarakat Desa
Harjomulyo sebesar 9.932 jiwa yang terdiri dari:
Laki Laki
: 4876 Jiwa
Perempuan

: 5056 Jiwa

Jumlah KK (Kepala Keluarga)

: 3320 KK

Sedangkan jika diklafisikasikan menurut usia dapat digambarkan sebagai


berikut :
Tabel 3.2 Klasifikasi Berdasarkan Kelompok Umur
KELOMPOK
UMUR
1
0 04
05 09
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 59
60 64
65 69
70 74
75 +

LAKI - LAKI

PEREMPUAN

JUMLAH

2
277
516
631
463
347
344
351
399
307
361
196
233
129
79
40
25

3
263
528
640
517
420
389
403
430
331
400
275
326
217
131
121
70

4
540
1044
1271
980
767
733
754
829
638
761
471
559
346
210
161
95

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

25

Usia harapan hidup yang tinggi dan jumlah masyarakat lanjut semakin besar
akan juga menuntut kebijaksanaan-kebijaksanaan yang serasi dan sesuai dengan
perubahan jumlah masyarakat. Suatu tantangan pula untuk dapat memanfaatkan
panduduk usia lanjut yang masih potensial agar dapat dimanfaatkan sesuai
pengetahuan dan pengalamannya.
Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan membawa
konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi dan
kesempatan kerja. Sedangkan pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada
akhirnya akan mempunyai dampak terhadap persoalan penyantunan masyarakat usia
lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi
pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga kepada institusi. Apabila hal
ini terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat.
Dari segi pendidikan dapat dilaporkan hal - hal sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 3.3 Data Tamatan Pendidikan
NO
1
2
3
4
5
6
7

PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN


Tidak tamat Sekolah
SD Sederajat
SLTP Sederajat
SMU Sederajat
Diploma
Sarjana ( S I )
Pasca Sarjana
JUMLAH

JUMLAH
MASYARAKAT
638 Jiwa
677 Jiwa
593 Jiwa
304 Jiwa
196 Jiwa
28 Jiwa
2436 Jiwa

Masyarakat yang makin berpendidikan dan sehat akan membentuk sumber


daya manusia yang makin produktif. Tantangannya adalah menciptakan lapangan
kerja yang memadai. Sebab bila tidak, jumlah penganggur yang makin berpendidikan
akan bertambah. Keadaan ini dengan sendirinya merupakan pemborosan terhadap
investasi nasional. Karena sebagian besar dana tercurah dalam sektor pendidikan,
disamping kemungkinan terjadinya implikasi sosial lainnya yang mungkin timbul.
3.3

Sistem Sosial Ekonomi Perkebunan

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

26

Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Sumber Wadung, Desa Harjomulyo,


Kecamatan Silo merupakan salah satu perusahaan perkebunan yang dimiliki oleh
pemerintah Kabupaten Jember yang menghasilkan tanaman perkebunan, yang mana
hasil produksi utamanya adalah kopi. Sebagian besar penduduk yang tinggal di
sekitar perkebunan kopi bekerja sebagai buruh perkebunan.
Pekerjaan sebagai buruh perkebunan ini dibagi menjadi dua, yakni buruh
tetap dan buruh harian lepas. Buruh tetap merupakan pekerja yang memiliki
perjanjian kerja dengan pengusaha untuk jangka waktu tidak tertentu. Sedangkan
buruh harian lepas merupakan pekerja yang hanya menerima penghasilan apabila
pekerja yang bersangkutan bekerja. Buruh harian lepas yang tinggal di Dusun
Sumber Wadung dalam setiap harinya bekerja di sekitar perkebunan kopi, pekerjaan
mereka adalah mengumpulkan getah karet dan memetik kopi.
Pekerjaan mengumpulkan getah karet merupakan pekerjaan rutinitas yang
dilakukan oleh para buruh untuk mendapatkan upah, dan upah yang diterima dalam
mengumpulkan getah karet ini dihitung dari banyaknya getah karet yang diperoleh.
Getah karet yang sudah kering dihargai oleh perusahaan PDP Sumber Wadung
sebesar Rp.6.500,00/kg, sedangkan getah karet yang masih basah dihargai sebesar
Rp.2.000,00/kg. Sedangkan pekerjaan memetik kopi hanya dilakukan oleh para
buruh harian lepas ketika musim panen kopi, yakni sekitar bulan Juli sampai bulan
Agustus. Pekerjaan memetik kopi dihargai oleh perusahaan PDP Sumber Wadung
sebesar viii Rp.650,00/kg, dan pada umumnya para buruh harian lepas dapat
memperoleh maksimal sejumlah 70 kg biji kopi perhari.
Dalam kehidupan sehari-hari, para buruh harian lepas memiliki tanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kebutuhan hidup yang harus
dipenuhi oleh para buruh harian lepas adalah kebutuhan pangan, dan kebutuhan
pendidikan anak. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok berupa makanan
yang dikonsumsi sehari-hari, yakni berupa nasi, lauk pauk, sayuran, ubi-ubian dan
lainlain.
Buruh harian lepas dalam memenuhi kebutuhan pangan selalu berusaha
mencari alternatif makanan agar biaya pengeluaran bisa diminimalisir. Kebutuhan
lain yang harus di penuhi oleh para buruh harian lepas adalah kebutuhan terhadap

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

27

pendidikan anak. Tuntutan terhadap pendidikan anak sejak dini merupakan tanggung
jawab bagi orang tua, dan sifatnya wajib untuk dipenuhi jika kondisi ekonomi
keluarganya mampu untuk menyekolahkan anaknya.
Dari data temuan dilapangan menunjukan bahwa buruh harian lepas dalam
memenuhi kebutuhan pangan dan pendidikan anak lebih menekankan pada strategi
alternative agar tetap bisa bertahan hidup atau survive. Strategi alternative tersebut
dengan menanam sayuran di ladang, berternak ayam dan kambing, mencari rumput,
mengasuh anak orang lain, mengumpulkan barang bekas, dan lain-lain. Upaya
tersebut dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Para buruh
harian lepas juga sering menghutang di warung untuk membeli kebutuhannya, dan
membayarnya setelah gajian. Karena sistem kerja yang di jalani para buruh harian
lepas adalah sistem kerja borongan, dan pembayaran upahnya dilakukan perdua
minggu sekali.
3.4

Kondisi Budaya Masyarakat

3.4.1

Agama

Kehidupan beragama di Indonesia tidak terlepas dari pelaksanaan pasal 29


UUD 45. Negara menjamin kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama dan
beribadah sesuai dengan ajaran masing-masing. Pembinaan kerukunan hidup umat
beragama telah dilaksanakan melalui musyawarah kerukunan hidup bernegara dan
pertemuan antar pimpinan umat beragama dan pemerintah. Pada topik ini sangat
jelas terlihat pada desa Harjomulyo dan Karangharjo yang penduduknya mayoritas
adalah menganut agama islam yang merupakan keturunan suku madura. Meskipun
penganut agama selain islam sedikit tetapi disana kerukunan terjalan dengan baik
Dari keagamaan masyarakat disana menjalin kerukunan dengan sangat baik
terbukti masyarakat disana bergotong royong membangun masjid bersama.
Kesemarakan kehidupan beragama ditandai antara lain dengan makin banyaknya
tempat peribadatan, pembangunan tempat peribadatan yang semakin berkembang.

3.4.2

Kebudayaan

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

28

Dalam aspek kebudayaan, masyarakat yang tinggal di Kabupaten Jember


khususnya di kecamatan Silo desa Harjomulya dan Karangharjo merupakan
masyarakat cukup heterogen yang pada umunya adalah masyarakat madura. Suku
pedantang yang dominan diantaranya adalah suku madura yang datang ke Kabupaten
Jember melalui program transmigrasi. Pada umumnya suku Jawa atau Madura
mendiami wilayah yang terletak di daerah pedesaan atau perkebunan.
Pada desa Harjomulyo dan Karangharjo kebudayaan yang paling terkenal
adalah seni hadrah yang biasa diundang pada waktu hadrah. Kebudayaan adalah
sebuah simbol suatu daerah.
3.4.3

Pendidikan

Pendidikan formal merupakan suatu proses pendidikan yang berjenjang dari


tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Kabupaten Jember khususnya
desa Harjomulyo dan Karangharjo memiliki potensi dalam bidang pendidikan.
Namun potensi tersebut kurang maksimal karena pada derah itu sekolah formal
jarang karena jarak jauh dari kota Jember. Potensi tersebut tidak akan menghasilkan
keluaran yang optimal apabila tidak dikelola dengan baik.
Semoga dengan menambahnya jumlah SD Negeri, SLTP Negeri, dan SLTA
mengalami peningkatan yang cukup bagus, yang berarti bahwa semakin tinggi
kesadaran masyarakat akan pentingnya sekolah (Wajib Belajar 9 Tahun) maka
sukseslah impian desa tersebut. Jumlah SLTP dan SLTA Negeri mengalami banyak
peningkatan demikian juga dengan jumlah muridnya.
3.4.4

Kesehatan

Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk


memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Salah satunya
adalah dengan menyediakan fasilitas kesehatan, terutama Puskesmas, Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas keliling karena ketiganya mampu menjangkau segala
lapisan masyarakat hingga daerah terpencil.
Pada daerah harjomulyo dan Karangharjo sudah terdapat puskesmas, untuk
itu kesehatan disana terjamin karena pelayanan yang cukup baik.

Laporan Observasi Sistem Kepercayaan

29

Anda mungkin juga menyukai