Anda di halaman 1dari 4

Materi Komunikasi Lintas Budaya

Kelompok 3 – Jurnalistik 5 A
“Pandangan Agama & Pandangan Dunia dalam Komunikasi Lintas Budaya”
A. Pandangan Agama (Ayi Ihwan Mubarok)

Agama seringkali disebut sebagai produk komunikasi. Agama bisa terbentuk oleh budaya.
Karena agama bisa terbentuk oleh budaya, agama juga memiliki sistem persepsi terhadap
objek-objek kajian budaya. Di dalam suatu (atau beberapa) kebudayaan, anggotanya
“hampir” pasti menganut suatu kepercayaan yang bisa kita sebut dengan agama. Agama itu
sendiri ialah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan (atau juga disebut dengan nama
Dewa atau nama lainnya) dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan yang dianut oleh suatu suku/etnik tersebut.
Hubungan Agama dan Kebudayaan
Secara prosesnya, kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus dipelihara
oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. Dalam
sistem kepercayaan, kebudayaan yang demikian dapat pula digunakan untuk memahami
agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal
yang menggejala di masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuk demikian itu berkaitan
dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan
melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut, seseorang akan dapat mengamalkan
ajaran agama. Misalnya manusia menjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul bermasyarakat,
dan sebagainya. Ke dalam produk kebudayaan tersebut, unsur agama ikut berintegrasi. Dalam
pakaian model jilbab, kebaya atau lainnya dapat dijumpai dalam pengalaman agama.
Sebaliknya, tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas.
Selain itu, hubungan agama dan kebudayaan dalam konteks budaya di Indonesia, budaya itu
terdiri dari 5 lapisan. Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam
dan Kristen (Andito, ed. 1998:77-79).
- Lapisan pertama adalah agama pribumi yang memiliki ritual agama yang berkaitan
dengan penyembahan roh nenek moyang yang telah tiada atau lebih setingkat yaitu
Dewa-dewa suku seperti sombaon di Tanah Batak, agama Merapu di Sumba,
Kaharingan di Kalimantan. Dari agama pribumi bangsa Indonesia mewarisi kesenian
dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluargaan yang sangat luhur.
- Lapisan kedua dalah Hinduisme, yang telah meninggalkan peradaban yang
menekankan pembebasan rohani agar atman bersatu dengan Brahman maka dengan
itu ada solidaritas mencari pembebasan bersama dari penindasan sosial untuk menuju
kesejahteraan yang utuh.
- Lapisan ketiga adaalah agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai yang
menjauhi ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai pengendalian
diri dan mawas diridengan menjalani 8 tata jalan keutamaan.
- Lapisan keempat adalah agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap
tata tertib kehidupan melalui syari’ah, ketaatan melakukan shalat dalam lima
waktu,kepekaan terhadap mana yang baik dan mana yang jahat dan melakukan yang
baik dan menjauhi yang jahat (amar ma’ruf nahi munkar) berdampak pada
pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal- hal yang disumbangkan Islam dalam
pembentukan budaya bangsa.
- Lapisan kelima adalah agama Kristen, baik Katholik maupun Protestan. Agama ini
menekankan nilai kasih dalam hubungan antar manusia. Tuntutan kasih yang
dikemukakan melebihi arti kasih dalam kebudayaan sebab kasih ini tidak
menuntutbalasan yaitu kasih tanpa syarat. Kasih bukan suatu cetusan emosional tapi
sebagai tindakan konkrit yaitu memperlakukan sesama seperti diri sendiri. Dipandang
dari segi budaya, semua kelompok agama di Indonesia telah mengembangkan budaya
agama untuk mensejahterakannya tanpa memandang perbedaan agama, suku dan ras.
Pada prosesnya, pandangan agama memberikan fungsi-fungsi agama dalam kehidupan sosio-
budaya.
Fungsi Agama Sebagai Persepsi Komunikasi dalam Budaya
Agama dan budaya memiliki hubungan yang erat. Ini tidak berarti mengimplikasikan
pengertian “agama menciptakan budaya”. Tetapi hal ini mencerminkan bahwa agama adalah
merupakan implikasi dari perkembangan masyarakat. Hubungan antara agama dengan
budaya terlihat di dalam masalah ritual. Ritual, yang terwujud dalam pengumpulan orang
dalam upacara keagamaan, menekankan pada kepercayaan mereka atas orde moral yang ada,
dimana solidaritas mekanis itu bergantung. Dicontohkan Mulyana, karena kepercayaan
seseorang yang teguh akan agamanya maka akan mendorongnya untuk bertindak hati-hati,
tidak berbohong, menghina atau memfitnah orang lain, karena meyakini semua tindakan
komunikasinya itu kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
Di sini, agama nampak sebagai alat integrasi masyarakat, dan praktek ritual secara terus
menerus menekankan ketaatan manusia terhadap agama. Maka dari itu, jelas bahwa agama
dan apa yang ada di dalamnya ikut serta memainkan fungsinya sebagai pedoman memahami
dan bersikap pada aspek-aspek budaya.
Hal ini juga turut menjelaskan bahwa pandangan agama merupakan salah satu persepsi untuk
memahami objek-objek kajian budaya berupa gejala-gejala hubungan manusia dan aspek
ketuhanan di dalamnya. Ini juga ikut mempengaruhi budaya manusia untuk berkomunikasi
sesuai dengan apa yang ada dalam agama tersebut.
B. Pandangan Dunia (Edelly Alma Azzahra)

Bagaimana Pandangan Dunia mempengaruhi Budaya?


“Melalui budayalah orang-orang dapat belajar berkomunikasi”. Hal ini berkaitan dengan
pemahaman bahwa kemiripan budaya dalam persepsi akan memungkinkan pemberian makna
yang cenderung mirip pula terhadap suatu realitas sosial atau peristiwa tertentu. Sebagaimana
kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda, maka dengan sendirinya akan
mempengaruhi cara dan praktek berkomunikasi kita. Namun, dalam mencapai cara
berkomunikasi dalam komunikasi lintas budaya, kita memerlukan pandangan yang jelas
mengenai apa, siapa, kapan, di mana, kenapa, bagaimana kita berkomunikasi.
Pertanyaan-pertanyaan dasar tersebut merupakan rumusan masalah yang ada dalam lingkup
persepsi mengenai budaya dan komunikasi. Dan sesuatu yang mencoba menjelaskan segala
aspek kebudayaan dalam kehidupan itu adalah pandangan dunia itu sendiri. Pandangan dunia
juga merupakan proses mempersepsikan masalah-masalah filosofis yang berkenaan dengan
konsep sosio-budaya.
Menurut Porter dan Samovar, pandangan dunia merupakan salah satu unsur terpenting dalam
aspek-aspek perseptual komunikasi antarbudaya. Pandangan dunia berkaitan erat dengan
orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, alam semesta, dll.
Pendapat lain dari Deddy Mulyana, ia menegaskan, pandangan dunia mempengaruhi
pemaknaan suatu pesan. Sebagai salah satu unsur budaya, jelas bahwa pandangan dunia
mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain. Menurut Mulyana, salah satu kategori
pandangan dunia adalah agama. Hal ini terjadi karena agama lazimnya terdapat ajaran
mengenai bagaimana seharusnya manusia berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain,
alam semesta, dan Tuhan. [Ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian Konklusi dari
Perbandingan Pandangan Dunia dan Agama (oleh Ahmad Yafie)]
Isu-isu pandangan dunia bersifat abadi dan merupakan landasan paling mendasar dari suatu
budaya. Seorang Katolik mempunyai suatu pandangan dunia yang berbeda dibandingkan
dengan seorang Muslim, Yahudi, atau bahkan atheis.
Selain itu, pandangan dunia juga bisa menjelaskan apa posisi kita di dunia. Hal ini memiliki
perbedaan dari berbagai budaya. Penduduk asli Amerika memandang manusia bersatu
dengan alam. Mereka menganggap ada suatu hubungan yang seimbang antara manusia dan
lingkungan. Orang Amerika dengan darah Eropa mempunyai gambaran dunia berpusat pada
manusia. Mereka memperlakukan alam semesta sebagai milik mereka. Singkatnya, mereka
menggunakannya sebagai tempat untuk melaksanakan keinginan dan harapan dengan
kekusaaan ilmu dan teknologi
C. Konklusi dari Perbandingan Pandangan Dunia & Pandangan Agama (Ahmad
Yafie)
Bagi suatu budaya, proses komunikasi dengan budaya lain (Komunikasi Lintas Budaya)
mutlak dipengaruhi oleh berbagai persepsi. Komunikasi lintas budaya itu sendiri akan lebih
mudah dipahami sebagai sebuah perbedaan budaya ketika kita mempersepsikan setiap objek-
objek sosial dan kejadian-kejadian yang ada. Dan untuk memahami setiap objek kajian
budaya, diperlukan persepsi-persepsi yang mencakup banyak arah atau banyak aspek.
Pada dasarnya, setiap kita mengharapkan banyak persamaan dalam persepsi kita mengenai
objek sekitar. Namun, berbagai karakter budaya yang kompleks justru memaksa kita
mengenal yang namanya perbedaan budaya. Perbedaan budaya inilah yang mempengaruhi
setiap perilaku dalam berkomunikasi.
Pandangan dunia & pandangan agama merupakan bagian dari unsur-unsur sosio-budaya.
Kedua pandangan ini juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap makna & persepsi-
persepsi kita dalam memaknai objek sekitar. Pada prosesnya, kedua pandangan ini
mempengaruhi aspek-aspek makna yang sifatnya pribadi atau subjektif. Namun, dalam hal
dasar seperti tampilan yang terlihat, setiap budaya akan sama-sama sepakat & senada dengan
menggunakan istilah yang objektif. Sebagai contoh, orang dengan budaya Sunda dan
seseorang berbudaya Batak, atau seseorang dengan agama Islam dan seseorang dengan
agama Kristen, akan setuju secara objektif bahwa seseorang tertentu adalah seorang laki-laki.
Tetapi mereka memiliki kemungkinan tidak akan setuju tentang apa arti seorang laki-laki
dalam konsep sosial.
Perbandingan
Sebagai perbandingan, pandangan dunia dan agama memiliki sistem fungsinya masing-
masing dalam mempengaruhi komunikasi. Pandangan dunia berkaitan dengan orientasi suatu
budaya budaya terhadap hal-hal filosofis yang berkenaan dengan kehidupan secara umum
seperti Tuhan, kemanusiaan, alam semesta, lingkungan, dan lain sebagainya. Pandangan
dunia membantu menjelaskan siapa dan apa kita di dunia. Sedangkan pandangan agama, ia
memiliki orientasi pada hal-hal yang sifatnya lebih khusus daripada pandangan dunia.
Bahkan, secara arti yang lebih sederhana, pandangan agama adalah pandangan dunia itu
sendiri yang khusus hanya beorientasi pada hal-hal kemanusiaan dan konsep metafisis seperti
sistem ketuhanan. Pandangan agama berarti hidup dengan pandangan terhadap realita dunia
sebagaimana diajarkan oleh agama itu sendiri, segala aspek (definisi, aturan, tata cara,
perilaku, dan lain-lain) dalam agama yang berkaitan dengan kehidupan di dunia dijadikan
acuan dalam mempersepsi objek-objek sekitar.
Hubungan
Hubungan pandangan dunia dan agama adalah keduanya merupakan suatu proses
mempersepsikan objek atau kejadian yang ada dalam proses komunikasi. Perbedaannya
terletak pada bagaimana pandangan tersebut mempengaruhi perilaku kita dalam
berkomunikasi. Pandangan agama memiliki tendensi yaitu lebih terikat oleh unsur-unsur
agama dibanding pandangan dunia. Meski begitu, agama dan budaya tetap merupakan suatu
hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi.
Secara definisi sederhana, agama berkaitan dengan kepercayaan dan nilai. Dalam segi
pengaruh yang ditimbulkan, pandangan dunia mempengaruhi kepercayaan dan nilai itu
sendiri. Selebihnya, pandangan dunia juga sangat mempengaruhi komunikasi lintas budaya
dalam aspek sikap, penggunaan waktu, interaksi, dan aspek budaya lainnya. Maka dengan
pemahaman tersebut, otomatis setiap pelaku komunikasi yang memiliki pandangan dunia
yang tertanam di jiwanya dan sepenuhnya dianggap benar, ia akan menganggap bahwa pihak
lainnya juga memandang dunia sebagaimana dia memandangnya.

Anda mungkin juga menyukai