Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUBUNGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN

DOSEN PENGAMPU : M.A. SAYUTI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III

 MARANI (2201061021)
 ADELLIA EVINA (2201061005)
 SITI AISYAH (2201061038)

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA (IKH)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Agama dan Kebudayaan (system symbol, worldview dan ethos)” ini tepat pada
waktunya.

Sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW. yang
telah membawa kita selaku ummatnya dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh
dengan nuansa Islami dan zaman yang penuh penerangan ini.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing yakni Bapak
M.A SAYUTI.dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan agar makalah ini mengalami perbaikan ke arah yang lebih
baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama dan budaya memang sulit untuk dipisahkan. Masing-masing memiliki


keeratan satu sama lain. Namun banyak orang yang masih belum memahami
bagaimana menempatkan posisi Agama dan posisi Budaya dalam suatu kehidupan.
Banyak masyarakat yang mencampur adukkan antara Agama dan Budaya yang padahal
kedua hal tersebut tentu saja tidak dapat serratus persen disamakan, bahkan mungkin
berlawanan.

Oleh karena itu demi terjaganya eksistensi dan nilai-nilai agama sekaligus memberi
pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu
Budaya. Penulis berharap apa yang ditulis nanti dapat menjadi panduan pembaca dalam
mengaplikasikan serta dapat membandungkan antara Agama dan Budaya.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu agama dan apa itu kebudayaan?

2. Bagaimana hubungan antara agama dan kebudayaan itu?

3. Bagaimana Agama dan kebudayaan sebagai sistem symbol, pandangan hidup


(worldview) dan etos?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama dan Kebudayaan

Pengertian agama: dalam masyarakat Indonesia selain dari kata Agama, dikenal
pula kata “din”(‫)الدين‬dari Bahasa Arab dan kata “religi” dari Bahasa Eropa. Agama berasal
dari kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata, “a”
yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi, maka kata agama dapat diartikan tidak
pergi, tidak ditempat, diwarisi turun-menurun. Sedangkan kata “din” itu sendiri dalam
Bahasa Semit berarti undang-undang atau hokum. Dalam Bahasa Arab kata ini
mengandung arti menguasai, menundukkan. Patuh, balasan, kebiasaan. Adapula kata
“religi” yang berasal dari Bahasa Latin. Menurut suatu pendapat asalnya ialah “relege”
yang mengandung arti mengumpulkan, membaca dan bisa diartikan mengikat. Oleh
karena itu agama adalah suatu ketetapan yang dibuat oleh Tuhan Yang Maha Esa secara
mutlak atau tanpa adanya campur tangan siapa saja.

Namun agama juga bisa diartikan seperangkat aturan dan peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan dunia ghaib, khususnya Tuhannya, mengatur
hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur manusia dengan
lngkungannya. Agama dilihat dari system keyakinan yang melahirkan berbagai perilaku
keagamaan. System keyakinan tersebut memiliki daya kekuatan yang luar biasa untuk
memerintah dan melarang pemeluknya untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan
sesuatu.[2]Pada intinya Agama harus memiliki tiga system berikut agar bisa dikatakan
sebagai suatu Agama: pertama, Credo atau keimanan (aqidah), kedua, Critus yang mana
didalamnya terdapat unsur peribadatan (syari’at) ketiga, sistem norma (akhlaq).

Pengertian kebudayaan: ditinjau dari sudut Bahasa Indonesia, kebudayaan


berasal dari Bahasa Sansekerta”Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “buddhi” yang
berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan kata budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang mempunyai arti “daya” dan “budi”.
Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Sedangkan budaya
sendiri adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa dan kebudayaan adalah
hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.[3]
B. Hubungan Agama dan Kebudayaan

Agama dalam pengertian “Addien”, sumbernya adalah wahyu dari Tuhan


khususnya agama Islam. Seorang ahli sejarah dan kebudayaan dunia barat bernama
Prof. H.A. Gibb menulis dalam bukunya: “Wither Islam” : “Islam is indeed much more
than a system of thologi, it is a complete civilization” (Islam adalah lebih daripada suatu
cara – cara peribadatan saja, tetapi merupakan suatu kebudayaan dan peradaban yang
lengkap). Kelebihan Islam dari agama-agama lain, bahwa Islam memberikan dasar yang
lengkap bagi kebudayaan dan peradaban. Oleh karena itu agama Islam adalah agama
fitrah bagi manusia, agama hakiki yang murni, terjaga dari kesalahan dan tidak berubah-
ubah. Ingatlah ayat suci al-Qur’an yang artinya “Hadapkanlah mukamu kepada agama
yang benar: fitrah Tuhan yang telah menjadikan manusia, tidak dapat mengganti kepada
makhluk Tuhan. Demikianlah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30).[4]

Berdasarkan sumber-sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Agama


mutlak ciptaan Allah SWT dan kebudayaan itu sendiri hasil pemikiran manusia yang
tingkat kebenarannya atau kefitrahannya tidak mungkin melebihi agama.

Dari situlah agama dan kebudayaan tidak dapat terpisahkan, berikut adalah
pengaruh antara agama dengan budaya sehingga menghasilkan interaksi. Interaksi
antara agama dengan budaya dapat terjadi dengan:

1. Agama mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama,


simbolnya adalah budaya. Misalnya, bagaimana shalat mempengaruhi bangunan.

2. Kebudayaan dapat mempengaruhi simbol agama. Kebudayaan Indonesia


mempengaruhi Islam dengan pesanteren dan kiai yang berasal dari padepokan.

3. Kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama. Contoh, pernikahan
pada suku batak didominasi oleh adat bukan agama.[5]
C. Agama dan Kebudayaan: Sebagai Sistim Simbol,
Pandangan Hidup (worldview) dan Etos (Ethos).

- Sebagai Sistem Simbol

Sebelum memaknai lebih dalam agama sebagai system symbol, terlebih dahulu
kita mengetahui apa makna dari symbol.

Simbol adalah tanda sakral dalam kehidupan keagamaan.Simbol terdiri dari


berbagai sistem, model dan bentuk yang berhubungan dengan manusia sesuai dengan
kebutuhannya. Simbol adalah ciri khas agama, karena simbol lahir dari sebuah
kepercayaan, dari berbagai ritual dan etika agama.Simbol dimaknai sebagai sebuah
tanda yang dikulturkan dalam berbagai bentuknya sesuai dengan kultur dan
kepercayaan masing-masing agama. Kultur ini kemudian melahirkan sebuah sistem dan
struktur simbol yang dapat membentuk manusia menjadi homo simbolicus dalam tipe
atau pola religiusnya.

Symbol juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

1. Simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia material dan


sosial dengan membolehkan mereka memberi nama, membuat katagori, dan mengingat
objek-objek yang mereka temukan dimana saja. Dalam hal ini bahasa mempunyai peran
yang sangat penting.

2. Simbol menyempurnakan manusia untuk memahami lingkungannya.

3. Simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berfikir. Dalam arti ini, berfikir
dapat dianggap sebagai interaksi simbolik dengan diri sendiri.

4. Simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk mecahkan persoalan manusia,


sedangkan manusia bisa berfikir dengan menggunakan simbol-simbol sebelum
melakukan pilihan-pilihan dalam melakukan sesuatu.

5. Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia bertransendensi dari segi waktu,


tempat dan bahkan diri mereka sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol manusia
bisa membayangkan bagaimana hidup dimasa lampau atau akan datang. Mereka juga
bisa membayangkan tentang diri mereka sendiri berdasarkan pandangan orang lain.

6. Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan kenyataan-kenyataan


metafisis seperti surga dan neraka.
7. Simbol-simbol memungkinkan manusia agar tidak diperbudak oleh lingkungannya.
Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarahkan dirinya kepada sesuatu
yang mereka perbuat.[7]
Dalam uraian di atas telah disinggung bahwa agama merupakan sistem
kebudayaan dan oleh karena itu berarti pula sebagai sistem simbol, sehingga untuk
mengkaji agama sangat relevan dengan menggunakan perspektif hermeneutik. Agama
yang dimaksud di sini adalah agama yang melekat pada diri manusia, dan bukan agama
yang ada di sisi "Tuhan". Geertz menjelaskan tentang definisi agama kedalam lima
kalimat, yang masing-masing saling mempunyai keterkaitan.

Definisi agama menurut Geertz: 1) Agama sebagai sebuah system budaya


berawal dari sebuah kalimat tunggal yang sistem simbol yang bertujuan; 2) Membangun
suasana hati dan motivasi yang kuat, mudah menyebar dan tidak mudah hilang dalam
diri seseorang dengan cara; 3) Merumuskan tatanan konsepsi kehidupan yang umum; 4)
Melekatkan konsepsi tersebut pada pancaran yang factual; 5) Yang pada akhirnya
konsepsi tersebut akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik.

Definisi diatas cukup menjelaskan secara runtut keseluruhan keterlibatan antara


agama dan budaya. Pertama, sistem simbol adalah segala sesuatu yang membawa dan
menyampaikan ide kepada seseorang. Ide dan simbol tersebut bersifat public, dalam arti
bahwa meskipun masuk dalam pikiran pribadi individu, namun dapat dipegang terlepas
dari otak individu yang memikirkan simbol tersebut. Kedua, agama dengan adanya
simbol tadi bisa menyebabkan seseorang marasakan, melakukan atau termotivasi untuk
tujuan-tujuan tertentu. Orang yang termotivasi tersebut akan dibimbing oleh
seperangkat nilai yang penting, baik dan buruk maupun benar dan salah bagi dirinya.
Ketiga, agama bisa membentuk konsep-konsep tentang tatanan seluruh eksistensi.
Dalam hal ini agama terpusat pada makna final (ultimate meaning), suatu tujuan pasti
bagi dunia.Keempat, konsepsi–konsepsi dan motivasi tersebut membentuk pancaran
faktual yang oleh Geertz diringkas menjadi dua, yaitu agama sebagai “etos”dan agama
sebagai “pandangan hidup”. Kelima, pancaran faktual tersebut akan memunculkan ritual
unik yang memiliki posisi istimewa dalam tatanan tersebut, yang oleh manusia dianggap
lebih penting dari apapun.

Geertz mencontohkan upacara ritual di Bali sebagai pencampuran antara etos


dan pandangan dunia. Pertempuran besar antara dukun sihir Rangda dan Monster
Barong aneh. Penonton terhipnotis masuk dalam tontonan tersebut dan mengambil
posisi mendukung salah satu karakter, yang pada akhirnya ada beberapa yang jatuh
tidak sadarkan diri. Drama tersebut bukan sekedar tontonan, melainkan kegiatan ritual
yang harus diperankan. Agama di Bali begitu sangat khas dan spesifik hingga tatanan
tersebut tidak bisa diubah menjadi suatu kaidah umum bagi semua agama.
Simbol merupakan sesuatu, yang dengannya proses-proses yang berada di luar
sistem-sistem simbol itu dapat diberi sebuah bentuk tertentu. Dengan mendefinisikan
agama sebagai sistem simbol, berarti Geertz juga memandang bahwa dalam satu segi
agama merupakan bagian dari sistem budaya. Seseorang proses belajar atau pencarian
bagi yang bersangkutan

Agama maupun tingkah laku agama seseorang merupakan simbol dari


pengalaman-pengalamannya tentang sesuatu realitas. Seseorang memeluk agama
tertentu dikarenakan ada sebab-sebab lingkungan yang mempangaruhinya. Berbagai
sistem pengetahuan yang ada dalam pikirannya tentang agama inilah selanjutnya
melahirkan berbagai macam tingkah laku agama yang akan selalu berbeda
antarseseorang dengan yang lain. Oleh karena itu menurut Geertz, setiap studi agama
menuntut dua tahapan operasi.Pertama, orang harus menganalisis serangkaian makna
yang terdapat dalam simbol-simbol agama lahir sendiri. Kedua,yang lebih sulit, karena
simbol sangat berhubungan dengan struktur masyarakat dan psikologi individu para
anggotanya, hubungan-hubungan itu harus ditemukan di sepanjang sirkuit sinyal yang
terus-menerus diberi, diterima, dan dikembalikan. Simbol merupakan unit terkecil dari
suatu ritual, yang mengandung sifat-sifat khusus dari tingkah laku ritual itu, serta
merupakan unit terpokok dari struktur spesifik dalam ritual.[8]

Contoh agama sebagai system symbol seperti yang telah penulis tulis di atas,
bahwa dalam Islam, simbolisme dalam beberapa hal juga menjadi bagian dari ajaran.
Ka’bah sebagai benda sakral juga menjadi simbol umat Islam. Umat Islam diperintahkan
untuk shalat menghadap ke Kiblat, dimana Ka’bah menjadi kiblat umat Islam. Perintah
agar umat Islam menghadap ke Ka’bah tercantum dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
144.

Contoh lain dalam kebudayaan lokal adalah seperti sedekah laut. Tradisi ini
menyimbolkan di daerah Cilacap. Kemudian, contoh lain adalah kenduri dan selamatan
sebagai salah satu solusi dari kebiasaan upacara sejenis yang menu hidangan utamanya
daging, ikan, nasi tumpeng dan air teh. Kenduri ini dalam tradisi masyarakat Jawa yang
diniatkan sebagai sedekah dalam bentuk makan-makan setelah berdo’a dan bersyukur
sebagaimana yang telah Nabi anjurkan, agar berbagi suka dalam bentuk hidangkan
makanan bagi sesamanya. Masih banyak lagi ritual-ritual yang menjadi simbol
kebudayaan lokal.
- Sebagai Pandangan Hidup (wordview).

Pandangan Hidup adalah pendapat atau pertimbagan yanag dijadikan pegangan,


pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat
hidupnya.]Manusia adalah bagian dari pandangan hidup. Dalam kehidupan tidak ada
seorang pun manusia yang tidak memiliki pandangan hidup. Apapun yang di katakan
manusia adalah sebuah pandangan hidup karena dapat dipengaruhi oleh pola pikir
tertentu pada setiap individu. Pandangan hidup bersifat elastis, tergantung kepada
situasi dan kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia tsb
berada.

Sumber pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil perenungan
seseorang yang bersifat relatif. Setiap individu memiliki pandangan hidup dan cita-
citanya sendiri dan selalu bermimpi untuk mencapai apa yang dia inginkan sesuai
dengan cita-citanya.

Pandangan hidup yang diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3


macam:

a) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya

b) Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan
norma yang terdapat pada negara tersebut

c) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Menurut Ninian Smart, worldview adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa


yang terdapat dalam pikiran orang yang befungsi sebagai motor bagi keberlangsungan
dan perubahan sosial dan moral”. Sedangkan Thomas F Wall mengemukakan bahwa
worldview adalah sistem kepercayaan asas yang integral tentang hakekat diri kita,
realitas, dan tentang makna eksistensi (An integrated system of basic beliefs about the
nature of yourself, reality, and the meaning of existence). Prof. Alparslan dalam bukunya
The Framework for a history of Islamic philosophy menyatakan bahwa, “worldview is the
foundation of all human conduct, including scientific and technological activities. Every
human activity is ultimately traceable to its worldview, and as such it is reducible to that
worldview. Beliau mengartikan worldview sebagai asas bagi setiap perilaku manusia,
termasuk aktifitas-aktifitas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifitas manusia akhirnya
dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian itu maka aktifitas
manusia dapat direduksi menjadi pandangan hidup.

Ada tiga poin penting dari definisi diatas, seperti yang dipaparkan oleh
Ust.Hamid Fahmi Zarkasyi yaitu bahwa worldview adalah motor bagi perubahan sosial,
asas bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktifitas ilmiah. Dalam konteks sains,
hakekat worldview dapat dikaitkan dengan konsep “perubahan paradigma” (Paradigm
Shift) Thomas S Kuhn yang oleh Edwin Hung juga dianggap sebagai weltanschauung
Revolution. Sebab paradigma menyediakan konsep nilai, standar-standar dan
metodologi-metodologi, atau ringkasnya merupakan worldview dan framework
konseptual yang diperlukan untuk kajian sains. Namun dari definisi diatas setidaknya
kita dapat memahami bahwa worldview adalah identitas untuk membedakan antara
suatu peradaban dengan yang lain. Bahkan dari dua definisi terakhir menunjukkan
bahwa worldview melibatkan aktifitas epistemologis manusia, sebab ia merupakan
faktor penting dalam aktifititas penalaran manusia.

Dalam islam, memang tidak ada kata khusus yang merujuk pada istilah
worldview. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada konsep worldview dalam islam.
Para ulama terdahulu menggunakan istilah yang berbeda-beda seperti al-Mawdudi
mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan
istilah al-Tasawwur al-Islami (Islamic Vision), Mohammad Atif al-Zayn menyebutnya al-
Mabda’ al-Islami (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas menamakannya Ru’yatul
Islam lil wujud (Islamic Worldview). Meskipun istilah yang dipakai berbeda-beda pada
umumnya para ulama tersebut sepakat bahwa Islam mempunyai cara pandangnya
sendiri terhadap segala sesuatu.

Manurut al-Mawdudi, yang dimaksud Islami Nazariyat adalah pandangan hidup


yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada
keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan
moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara
menyeluruh.

Shaykh Atif al-Zayn mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah (kepercayaan


yang rasional) yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman kepada
hakekat wujud Allah, kenabian Muhammad saw, dan kepada al-Qur’an dengan akal.
Iman kepada hal-hal yang ghaib itu berdasarkan cara penginderaan yang diteguhkan
oleh akal sehingga tidak dapat dipungkiri lagi. Iman kepada Islam sebagai Din yang
diturunkan melalu Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, dengan dirinya dan lainnya. Sayyid Qutb mengartikan al-tasawwur al-Islami,
sebagai akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap
Muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat
dibalik itu. Al-Attas mengartikan worldview Islam adalah pandangan
Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang
menjelaskan hakekat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang
total maka worldview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru’yaat al-Islam lil-
wujud).

Pandangan-pandangan tersebut telah cukup merefleksikan apa yang disebut


dengan pandangan hidup islam. Hanya para ulama berbeda fokus dalam
pelaksanaannya. Ada yang lebih menekankan pada politik, ideologi, atau metafisik dan
epistimologis.

Dari proses lahirnya pandangan hidup Islam dapat disimpulkan bahwa Islam
adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong timbuhnya ilmu pengetahuan.
Ajaran tentang Ilmu pengetahuan dalam Islam yang cikal bakalnya adalah konsep-
konsep kunci dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan kedalam berbagai bidang
kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh. Suatu
peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang berbasis pada
wahyu.

Elemen-elemen worldview

Sebagai sebuah sistem yang telah mempunyai definisi yang jelas, worldview atau
pandangan hidup memiliki karakteristik tersendiri yang ditentukan oleh beberapa
elemen yang menjadi asas atau tiang penyangganya. Menurut Thomas F. Wall suatu
pandangan hidup ditentukan oleh pemahaman individu terhadap enam bidang
pembahasan yaitu: Tuhan, Ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat. Elemen tersebut
bersifat integral dan berkaitan satu sama lain. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa,

It (belief in God’s existence) is very important, perhaps the most important element in
any worldview. First if we do believe that God exists, the we are more likely to believe
that there is a plan and a meaning of life, if we are consistent, we will also believe that
the source of moral value is not just human convention but divine will and that God is
the highest value. Moreover, we will have to believe that knowledge can be of more
than what is observable and that there is a higher reality – the supernatural world. If on
the other hand, we believe that there is no God and that there is just this one world,
what would we then be likely to believe about the meaning of life, the nature of
ourselves, and after life, the origin of moral standards, freedom and responsibility and
so on.” Kepercayaan terhadap Tuhan sangat penting, mungkin elemen
yang terpenting dalam pandangan hidup manapun. Pertama jika kita percaya bahwa
Tuhan itu wujud, maka kita tentu percaya bahwa disana terdapat tujuan dan makna
hidup. Jika kita konsisten, kita juga akan percaya bahwa sumber nilai moral bukanlah
hanya sekedar kesepakatan manusia tapi kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan adalah
nilai Tertinggi.
Selanjutnya kita akan percaya bahwa (makna) ilmu pengetahuan itu
lebih dari apa yang dapat diamati dan bahwa disana terdapat realitas yang lebih tinggi –
dunia supranatural. Jika sebaliknya, kita percaya bahwa disana tidak ada Tuhan dan
bahwa yang ada hanya dunia ini, maka demikian pulalah kira-kira yang akan kita
percayai tentang makna hidup, hakekat diri kita, kehidupan sesudah mati, asal usul
standar moralitas, kebebasan, tanggung jawab dan lain-lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa elemen pandangan hidup saling terkait dan
konsep Tuhan memegang peranan penting. Artinya kepercayaan individu terhadap
adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara konseptual dengan ilmu, realitas,
diri, etika dan masyarakat.

Menurut Porf. Al-Attas elemen asas bagi worldview Islam sangat banyak dan
yang ia merupakan jalinan konsep-konsep yang tak terpisahkan. Diantara yang paling
utama adalah Konsep tentang hakekat Tuhan, Konsep tentang Wahyu (al-Qur’an),
Konsep tentang penciptaan, Konsep tentang hakekat kejiwaan manusia, Konsep tentang
ilmu, Konsep tentang agama, Konsep tentang kebebasan, Konsep tentang nilai dan
kebajikan, Konsep tentang kebahagiaan dll. Disini Prof. al-Attas menekankan pada
pentingnya konsep sebagai elemen pandangan hidup Islam. Konsep-konsep ini semua
saling berkaitan antara satu sama lain membentuk sebuah struktur konsep yang sistemik
dan menyeluruh. 

Selanjutnya, beliau menjelaskan tentang karakteristik pandangan hidup Islam sebagai


berikut.

1) Dalam pandangan hidup Islam, realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kepada
kajian metafisika terhadap dunia yang nampak (visible world) dan yang tidak nampak
(invisible world).

2) Pandangan hidup Islam bercirikan pada metode berfikir yang tawhidi (integral).
Artinya dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup Islam menggunakan
metode yang tidak dikotomis, yang membedakan antara obyektif dan subyektif,
historis-normatif, tekstual-kontektual dsb.
3) Pandagan hidup Islam bersumberkan kepada wahyu yang diperkuat oleh agama (din)
dan didukung oleh prinsip akal dan intuisi. Karena itu pandangan hidup Islam telah
sempurna dan dewasa sejak lahir

4) Elemen-elemen pandangan hidup Islam menentukan bentuk perubahan (change),


perkembangan (development) dan kemajuan (progess) dalam Islam. Elemen-
elemendasar ini berperan sebagai tiang pemersatu yang meletakkan sistim
makna,standar tata kehidupan dan nilai dalam suatu kesatuan sistim yang koheren
dalam bentuk worldview.

5) Pandangan hidup Islam memiliki elemen utama yang paling mendasar yaitu konsep
tentang Tuhan yang membedakannya dari agama lain. Adapun kesamaan-kesamaan
beberapa elemen tentang konsep Tuhan antara Islam dan agama lain tidak kemudian
berarti bahwa terdapat Satu Tuhan Universal seperti yang diserukan oleh kelompok
yang mengusung ide Transendent Unity of Religion, sebab sistem konseptualnya
berbeda.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama dan pandangan
hidup yang secara konseptual dapat dibedakan dari pandangan hidup lain. Islam adalah
Din dan peradaban (tamaddun) yang tumbuh dari pandangan hidup Islam (wordview)
yang diproyeksikan oleh Al-Qur’an dan hadist. Untuk memahami lebih dalam mengenai
The Worldview of Islam dapat dilakukan dengan mengkaji konsep-konsep kunci dalam
pandangan hidup Islam sehingga menjadi framework pemikiran setiap muslim. Dengan
demikian kita bisa mengetahui apakah suatu pemikiran sesuai dengan pandangan hidup
Islam atau tidak. Layak diadopsi oleh umat Islam atau sebaliknya membahayakan
keimanan.

- Sebagai Etos (Ethos).

Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan social. Etos berasal dari
Bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta
keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok masyarakat.

Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta system nilai yang
diyakininya. Ethos kebudayaan mengandung makna watak khas suatu kebudayaan yang
dapat diamati dari bentuk perilaku warga masyarakatnya. Etos sering tampak pada gaya,
perilaku, kegemaran-kegemaran dan berbagai budaya hasil karya masyarakatnya.
Dalam diskusi antropologis baru-baru ini, segi-segi moral (dan estesis) dari suatu
kebudayaan tertentu, unsur-unsur evaluative, pada umumnya diringkas dengan istilah
“etos”.

Misalnya orang batak yang mengamati kebudayaan jawa sebagai seorang asing yang
tidak mengenal kebudayaan jawa dari dalam, dapat mengatakan bahwa watak khas
kebudayaan jawa memancarkan keselarasan.

Kemudian gambaran orang batak mengenai watak kebudayaan


jawa tadi biasanya akan diilustrasikan dengan Bahasa jawa yang terpecah kedalam
tingkat-tingkat Bahasa yang sangat rumit dan mendetail, dengan kegemaran orang jawa
akan warna-warna gelap dan tua, akan seni suara gamelan yang tidak keras, akan
benda-benda keseniandan kerajinan daengan hiasan-hiasan yang sangat mendetail dan
sebagainnya. Sedangkan agama sebagai pandangan hidup (worldview) bahwa
elemen pandangan hidup saling terkait dan konsep Tuhan memegang peranan penting.
Artinya kepercayaan individu terhadap adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan
secara konseptual dengan ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat.

Sedangkan Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta


system nilai yang diyakininya. Ethos kebudayaan mengandung makna watak khas suatu
kebudayaan yang dapat diamati dari bentuk perilaku warga masyarakatnya. Etos sering
tampak pada gaya, perilaku, kegemaran-kegemaran dan berbagai budaya hasil karya
masyarakatnya. Dari ketiga elemen tersebut semuanya saling berkaitan dengan Agama
dan Kebudayaan dan berlandaskan pada keyakinan serta nilai-nilai dan kepercayaan
yang ada pada masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian tentang “Agama dan Kebudayaan” yang telah dipaparkan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa Agama adalah mutlak ciptaan Tuhan yang hakiki oleh
karena itu agama dijamin akan kefitrahannya, kemurniannya, kebenarannya,
kekekalannya, dana atau tidak dapat dirubah oleh manusia sampai kapanpun.
Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa, dan akal buah budi
manusia untuk mencapai kesempurnaan hidupnya, dimana kebudayaan itu sendiri akan
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan jaman. Oleh krena itu, meski
agama dan kebudayaan memiliki hubungan tapi tetap tidak dapat dicampur adukkan.

Agama mempengaruhi kebudayaan dalam bentuknya, nilainya adalah agama,


simbolnya adalah budaya. Kebudayaan dapat mempengaruhi symbol agama, dan tidak
dapat dipungkiri dengan sendirinyalah ritual-ritual kebudayaan menjadi sebuah symbol
dalam kehidupan kita. Keterlibatan antara agama dan budaya: Pertama, sistem simbol
adalah segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan ide kepada seseorang. Ide
dan simbol tersebut bersifat public, dalam arti bahwa meskipun masuk dalam pikiran
pribadi individu, namun dapat dipegang terlepas dari otak individu yang memikirkan
simbol tersebut. Kedua, agama dengan adanya simbol tadi bisa menyebabkan
seseorang marasakan, melakukan atau termotivasi untuk tujuan-tujuan tertentu. Orang
yang termotivasi tersebut akan dibimbing oleh seperangkat nilai yang penting, baik dan
buruk maupun benar dan salah bagi dirinya. Ketiga, agama bisa membentuk konsep-
konsep tentang tatanan seluruh eksistensi. Dalam hal ini agama terpusat pada makna
final (ultimate meaning), suatu tujuan pasti bagi dunia. Keempat, konsepsi–konsepsi dan
motivasi tersebut membentuk pancaran faktual yang oleh Geertz diringkas menjadi dua,
yaitu agama sebagai “etos” dan agama sebagai “pandangan hidup”. Kelima, pancaran
faktual tersebut akan memunculkan ritual unik yang memiliki posisi istimewa dalam
tatanan tersebut, yang oleh manusia dianggap lebih penting dari apapun.

Sedangkan agama sebagai pandangan hidup (worldview) bahwa elemen


pandangan hidup saling terkait dan konsep Tuhan memegang peranan penting.
Artinya kepercayaan individu terhadap adanya atau tidak adanya Tuhan akan
berkaitan secara konseptual dengan ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat.

Sedangkan Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta system nilai
yang diyakininya. Ethos kebudayaan mengandung makna watak khas suatu kebudayaan
yang dapat diamati dari bentuk perilaku warga masyarakatnya. Etos sering tampak pada
gaya, perilaku, kegemaran-kegemaran dan berbagai budaya hasil karya masyarakatnya.
Dari ketiga elemen tersebut semuanya saling berkaitan dengan Agama dan Kebudayaan
dan berlandaskan pada keyakinan serta nilai-nilai dan kepercayaan yang ada pada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Chichi, O. (n.d.). Agama dan Budaya. Retrieved from ,


http://www.academia.edu/45798/AGAMA_DAN_BUDAYA (diakses pada 22 April 2018,
pukul 11.00).
Harsono, E. (2015, February 28). Konsep Worldview. Retrieved from
http://www.google.com/amp/s/ekoharsono.wordpress.com/2015/03/29/konsep-
worldview/amp/ (diakses 23 April 0:28).
Ikha. (2012, Januari 27). Agama dan Kebudayaan: Simbol dan Sistem Simbol.
Retrieved from http://ikha-luphsosant.blogspot.co.id/2012/01/agama-kebudayaan-
simbol-dansistem.html?m=1 (diakses pada 22 April, pukul 21.00).
Munawaroh, S. (n.d.). Studi Teoritis Tentang Simbol. Retrieved from tp,. tt
Oeebudhi. (2012, Jun 10). Manusia dan Pandangan Hidup. Retrieved from
http://oebudhi.blogspot.co.id/2012/06/manusia-dan-pandangan-hidup.html?m=1
(diakses 23 April 2018).
'Ulhaq, R. D. (2015, Mei 01). Agama Sebagai Pandangan Hidup. Retrieved from
http://revhahn.blogspot.co.id/2015/05/agama-sebagai-pandangan-hidup.html?m=1
(diakses 23 April 2018).
Wahyuni, N. T. (2016, Desember 03). Makalah "Agama Sebagai Sistim Simbol".
Retrieved from http://ninwahyuni.blogspot.co.id/2016/12/makalah-agama-sebagai-
sistim-simbol.html?m=1 (diakses pada 22 April 2018, pukul 11.36).
[1]Ochi Chichi, Agama dan Budaya, 
http://www.academia.edu/45798/AGAMA_DAN_BUDAYA (diakses pada 22 April 2018,
pukul 11.00).
[2]Ninin Tri Wahyuni, Makalah Agama Sebagai Sistim Simbol, 
http://ninwahyuni.blogspot.co.id/2016/12/makalah-agama-sebagai-sistim-simbol.html?
m=1 (diakses pada 22 April 2018, pukul 11.36).
[3]Ochi Chichi, Agama dan Budaya,
http://www.academia.edu/45798/AGAMA_DAN_BUDAYA (diakses pada 22 April 2018,
pukul 11.00).
[4] Ochi Chichi, Agama dan Budaya,
http://www.academia.edu/45798/AGAMA_DAN_BUDAYA (diakses pada 22 April 2018,
pukul 11.00).
[5]Ikha, Agama dan Kebudayaan: Simbol dan Sistem Simbol, http://ikha-
luphsosant.blogspot.co.id/2012/01/agama-kebudayaan-simbol-dansistem.html?m=1 (di
akses pada 22 April, pukul 21.00).
[6] Ninin Tri Wahyuni, Makalah Agama Sebagai Sistim Simbol,
http://ninwahyuni.blogspot.co.id/2016/12/makalah-agama-sebagai-sistim-simbol.html?
m=1 (diakses pada 22 April 2018, pukul 11.36).
[7]S Munawaroh, Studi Teoritis Tentang Simbol, tp,. tt.
[8] Ninin Tri Wahyuni, Makalah Agama Sebagai Sistim Simbol,
http://ninwahyuni.blogspot.co.id/2016/12/makalah-agama-sebagai-sistim-simbol.html?
m=1 (diakses pada 22 April 2018, pukul 11.36).
[9]Revi Dhiya ‘Ulhaq, Agama Sebagai Pandangan
Hidup, http://revhahn.blogspot.co.id/2015/05/agama-sebagai-pandangan-hidup.html?
m=1 (diakses 23 April 2018).
[10]Oeebudhi, Manusia dan Pandangan Hidup, Ilmu Budaya
Dasar: http://oebudhi.blogspot.co.id/2012/06/manusia-dan-pandangan-hidup.html?m=1 
(diakses 23 April 2018).
[11]Eko Harsono, Konsep
Worldview, http://www.google.com/amp/s/ekoharsono.wordpress.com/2015/03/29/
konsep-worldview/amp/ (diakses 23 April 0:28).
[12]Arika Nur Sya’adah, Etos
Kebudayaan, http://arikathemousleemah.blogspot.co.id/2013/10/etos-kebudayaan.html?
m=1 (diakses 24 April 2018 pukul 8.00)
https://www.296.web.id/2018/10/makalah-agama-dan-kebudayaan.html

Anda mungkin juga menyukai