MARANI (2201061021)
ADELLIA EVINA (2201061005)
SITI AISYAH (2201061038)
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA (IKH)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Agama dan Kebudayaan (system symbol, worldview dan ethos)” ini tepat pada
waktunya.
Sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW. yang
telah membawa kita selaku ummatnya dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh
dengan nuansa Islami dan zaman yang penuh penerangan ini.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing yakni Bapak
M.A SAYUTI.dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan agar makalah ini mengalami perbaikan ke arah yang lebih
baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu demi terjaganya eksistensi dan nilai-nilai agama sekaligus memberi
pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu
Budaya. Penulis berharap apa yang ditulis nanti dapat menjadi panduan pembaca dalam
mengaplikasikan serta dapat membandungkan antara Agama dan Budaya.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Pengertian agama: dalam masyarakat Indonesia selain dari kata Agama, dikenal
pula kata “din”()الدينdari Bahasa Arab dan kata “religi” dari Bahasa Eropa. Agama berasal
dari kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata, “a”
yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi, maka kata agama dapat diartikan tidak
pergi, tidak ditempat, diwarisi turun-menurun. Sedangkan kata “din” itu sendiri dalam
Bahasa Semit berarti undang-undang atau hokum. Dalam Bahasa Arab kata ini
mengandung arti menguasai, menundukkan. Patuh, balasan, kebiasaan. Adapula kata
“religi” yang berasal dari Bahasa Latin. Menurut suatu pendapat asalnya ialah “relege”
yang mengandung arti mengumpulkan, membaca dan bisa diartikan mengikat. Oleh
karena itu agama adalah suatu ketetapan yang dibuat oleh Tuhan Yang Maha Esa secara
mutlak atau tanpa adanya campur tangan siapa saja.
Namun agama juga bisa diartikan seperangkat aturan dan peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan dunia ghaib, khususnya Tuhannya, mengatur
hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur manusia dengan
lngkungannya. Agama dilihat dari system keyakinan yang melahirkan berbagai perilaku
keagamaan. System keyakinan tersebut memiliki daya kekuatan yang luar biasa untuk
memerintah dan melarang pemeluknya untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan
sesuatu.[2]Pada intinya Agama harus memiliki tiga system berikut agar bisa dikatakan
sebagai suatu Agama: pertama, Credo atau keimanan (aqidah), kedua, Critus yang mana
didalamnya terdapat unsur peribadatan (syari’at) ketiga, sistem norma (akhlaq).
Dari situlah agama dan kebudayaan tidak dapat terpisahkan, berikut adalah
pengaruh antara agama dengan budaya sehingga menghasilkan interaksi. Interaksi
antara agama dengan budaya dapat terjadi dengan:
3. Kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama. Contoh, pernikahan
pada suku batak didominasi oleh adat bukan agama.[5]
C. Agama dan Kebudayaan: Sebagai Sistim Simbol,
Pandangan Hidup (worldview) dan Etos (Ethos).
Sebelum memaknai lebih dalam agama sebagai system symbol, terlebih dahulu
kita mengetahui apa makna dari symbol.
3. Simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berfikir. Dalam arti ini, berfikir
dapat dianggap sebagai interaksi simbolik dengan diri sendiri.
Contoh agama sebagai system symbol seperti yang telah penulis tulis di atas,
bahwa dalam Islam, simbolisme dalam beberapa hal juga menjadi bagian dari ajaran.
Ka’bah sebagai benda sakral juga menjadi simbol umat Islam. Umat Islam diperintahkan
untuk shalat menghadap ke Kiblat, dimana Ka’bah menjadi kiblat umat Islam. Perintah
agar umat Islam menghadap ke Ka’bah tercantum dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
144.
Contoh lain dalam kebudayaan lokal adalah seperti sedekah laut. Tradisi ini
menyimbolkan di daerah Cilacap. Kemudian, contoh lain adalah kenduri dan selamatan
sebagai salah satu solusi dari kebiasaan upacara sejenis yang menu hidangan utamanya
daging, ikan, nasi tumpeng dan air teh. Kenduri ini dalam tradisi masyarakat Jawa yang
diniatkan sebagai sedekah dalam bentuk makan-makan setelah berdo’a dan bersyukur
sebagaimana yang telah Nabi anjurkan, agar berbagi suka dalam bentuk hidangkan
makanan bagi sesamanya. Masih banyak lagi ritual-ritual yang menjadi simbol
kebudayaan lokal.
- Sebagai Pandangan Hidup (wordview).
Sumber pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil perenungan
seseorang yang bersifat relatif. Setiap individu memiliki pandangan hidup dan cita-
citanya sendiri dan selalu bermimpi untuk mencapai apa yang dia inginkan sesuai
dengan cita-citanya.
a) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya
b) Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan
norma yang terdapat pada negara tersebut
c) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Ada tiga poin penting dari definisi diatas, seperti yang dipaparkan oleh
Ust.Hamid Fahmi Zarkasyi yaitu bahwa worldview adalah motor bagi perubahan sosial,
asas bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktifitas ilmiah. Dalam konteks sains,
hakekat worldview dapat dikaitkan dengan konsep “perubahan paradigma” (Paradigm
Shift) Thomas S Kuhn yang oleh Edwin Hung juga dianggap sebagai weltanschauung
Revolution. Sebab paradigma menyediakan konsep nilai, standar-standar dan
metodologi-metodologi, atau ringkasnya merupakan worldview dan framework
konseptual yang diperlukan untuk kajian sains. Namun dari definisi diatas setidaknya
kita dapat memahami bahwa worldview adalah identitas untuk membedakan antara
suatu peradaban dengan yang lain. Bahkan dari dua definisi terakhir menunjukkan
bahwa worldview melibatkan aktifitas epistemologis manusia, sebab ia merupakan
faktor penting dalam aktifititas penalaran manusia.
Dalam islam, memang tidak ada kata khusus yang merujuk pada istilah
worldview. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada konsep worldview dalam islam.
Para ulama terdahulu menggunakan istilah yang berbeda-beda seperti al-Mawdudi
mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan
istilah al-Tasawwur al-Islami (Islamic Vision), Mohammad Atif al-Zayn menyebutnya al-
Mabda’ al-Islami (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas menamakannya Ru’yatul
Islam lil wujud (Islamic Worldview). Meskipun istilah yang dipakai berbeda-beda pada
umumnya para ulama tersebut sepakat bahwa Islam mempunyai cara pandangnya
sendiri terhadap segala sesuatu.
Dari proses lahirnya pandangan hidup Islam dapat disimpulkan bahwa Islam
adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong timbuhnya ilmu pengetahuan.
Ajaran tentang Ilmu pengetahuan dalam Islam yang cikal bakalnya adalah konsep-
konsep kunci dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan kedalam berbagai bidang
kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh. Suatu
peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang berbasis pada
wahyu.
Elemen-elemen worldview
Sebagai sebuah sistem yang telah mempunyai definisi yang jelas, worldview atau
pandangan hidup memiliki karakteristik tersendiri yang ditentukan oleh beberapa
elemen yang menjadi asas atau tiang penyangganya. Menurut Thomas F. Wall suatu
pandangan hidup ditentukan oleh pemahaman individu terhadap enam bidang
pembahasan yaitu: Tuhan, Ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat. Elemen tersebut
bersifat integral dan berkaitan satu sama lain. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa,
It (belief in God’s existence) is very important, perhaps the most important element in
any worldview. First if we do believe that God exists, the we are more likely to believe
that there is a plan and a meaning of life, if we are consistent, we will also believe that
the source of moral value is not just human convention but divine will and that God is
the highest value. Moreover, we will have to believe that knowledge can be of more
than what is observable and that there is a higher reality – the supernatural world. If on
the other hand, we believe that there is no God and that there is just this one world,
what would we then be likely to believe about the meaning of life, the nature of
ourselves, and after life, the origin of moral standards, freedom and responsibility and
so on.” Kepercayaan terhadap Tuhan sangat penting, mungkin elemen
yang terpenting dalam pandangan hidup manapun. Pertama jika kita percaya bahwa
Tuhan itu wujud, maka kita tentu percaya bahwa disana terdapat tujuan dan makna
hidup. Jika kita konsisten, kita juga akan percaya bahwa sumber nilai moral bukanlah
hanya sekedar kesepakatan manusia tapi kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan adalah
nilai Tertinggi.
Selanjutnya kita akan percaya bahwa (makna) ilmu pengetahuan itu
lebih dari apa yang dapat diamati dan bahwa disana terdapat realitas yang lebih tinggi –
dunia supranatural. Jika sebaliknya, kita percaya bahwa disana tidak ada Tuhan dan
bahwa yang ada hanya dunia ini, maka demikian pulalah kira-kira yang akan kita
percayai tentang makna hidup, hakekat diri kita, kehidupan sesudah mati, asal usul
standar moralitas, kebebasan, tanggung jawab dan lain-lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa elemen pandangan hidup saling terkait dan
konsep Tuhan memegang peranan penting. Artinya kepercayaan individu terhadap
adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara konseptual dengan ilmu, realitas,
diri, etika dan masyarakat.
Menurut Porf. Al-Attas elemen asas bagi worldview Islam sangat banyak dan
yang ia merupakan jalinan konsep-konsep yang tak terpisahkan. Diantara yang paling
utama adalah Konsep tentang hakekat Tuhan, Konsep tentang Wahyu (al-Qur’an),
Konsep tentang penciptaan, Konsep tentang hakekat kejiwaan manusia, Konsep tentang
ilmu, Konsep tentang agama, Konsep tentang kebebasan, Konsep tentang nilai dan
kebajikan, Konsep tentang kebahagiaan dll. Disini Prof. al-Attas menekankan pada
pentingnya konsep sebagai elemen pandangan hidup Islam. Konsep-konsep ini semua
saling berkaitan antara satu sama lain membentuk sebuah struktur konsep yang sistemik
dan menyeluruh.
1) Dalam pandangan hidup Islam, realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kepada
kajian metafisika terhadap dunia yang nampak (visible world) dan yang tidak nampak
(invisible world).
2) Pandangan hidup Islam bercirikan pada metode berfikir yang tawhidi (integral).
Artinya dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup Islam menggunakan
metode yang tidak dikotomis, yang membedakan antara obyektif dan subyektif,
historis-normatif, tekstual-kontektual dsb.
3) Pandagan hidup Islam bersumberkan kepada wahyu yang diperkuat oleh agama (din)
dan didukung oleh prinsip akal dan intuisi. Karena itu pandangan hidup Islam telah
sempurna dan dewasa sejak lahir
5) Pandangan hidup Islam memiliki elemen utama yang paling mendasar yaitu konsep
tentang Tuhan yang membedakannya dari agama lain. Adapun kesamaan-kesamaan
beberapa elemen tentang konsep Tuhan antara Islam dan agama lain tidak kemudian
berarti bahwa terdapat Satu Tuhan Universal seperti yang diserukan oleh kelompok
yang mengusung ide Transendent Unity of Religion, sebab sistem konseptualnya
berbeda.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama dan pandangan
hidup yang secara konseptual dapat dibedakan dari pandangan hidup lain. Islam adalah
Din dan peradaban (tamaddun) yang tumbuh dari pandangan hidup Islam (wordview)
yang diproyeksikan oleh Al-Qur’an dan hadist. Untuk memahami lebih dalam mengenai
The Worldview of Islam dapat dilakukan dengan mengkaji konsep-konsep kunci dalam
pandangan hidup Islam sehingga menjadi framework pemikiran setiap muslim. Dengan
demikian kita bisa mengetahui apakah suatu pemikiran sesuai dengan pandangan hidup
Islam atau tidak. Layak diadopsi oleh umat Islam atau sebaliknya membahayakan
keimanan.
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan social. Etos berasal dari
Bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta
keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok masyarakat.
Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta system nilai yang
diyakininya. Ethos kebudayaan mengandung makna watak khas suatu kebudayaan yang
dapat diamati dari bentuk perilaku warga masyarakatnya. Etos sering tampak pada gaya,
perilaku, kegemaran-kegemaran dan berbagai budaya hasil karya masyarakatnya.
Dalam diskusi antropologis baru-baru ini, segi-segi moral (dan estesis) dari suatu
kebudayaan tertentu, unsur-unsur evaluative, pada umumnya diringkas dengan istilah
“etos”.
Misalnya orang batak yang mengamati kebudayaan jawa sebagai seorang asing yang
tidak mengenal kebudayaan jawa dari dalam, dapat mengatakan bahwa watak khas
kebudayaan jawa memancarkan keselarasan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tentang “Agama dan Kebudayaan” yang telah dipaparkan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa Agama adalah mutlak ciptaan Tuhan yang hakiki oleh
karena itu agama dijamin akan kefitrahannya, kemurniannya, kebenarannya,
kekekalannya, dana atau tidak dapat dirubah oleh manusia sampai kapanpun.
Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa, dan akal buah budi
manusia untuk mencapai kesempurnaan hidupnya, dimana kebudayaan itu sendiri akan
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan jaman. Oleh krena itu, meski
agama dan kebudayaan memiliki hubungan tapi tetap tidak dapat dicampur adukkan.
Sedangkan Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta system nilai
yang diyakininya. Ethos kebudayaan mengandung makna watak khas suatu kebudayaan
yang dapat diamati dari bentuk perilaku warga masyarakatnya. Etos sering tampak pada
gaya, perilaku, kegemaran-kegemaran dan berbagai budaya hasil karya masyarakatnya.
Dari ketiga elemen tersebut semuanya saling berkaitan dengan Agama dan Kebudayaan
dan berlandaskan pada keyakinan serta nilai-nilai dan kepercayaan yang ada pada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA