DI SUSUN OLEH
HASANUL BASRI
2023 10 100554
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan Rah-
mat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “ Hubungan Agama dan Kebudayaan” ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
yang telah membawa kita selaku ummatnya dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang
penuh dengan nuansa Islami dan zaman yang penuh penerangan ini.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada Dosen Mata Kuliah yakni
Bapak Muhammad Hasfiannor S.H
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan agar makalah ini mengalami perbaikan ke arah yang
lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………5
• Kesimpulan…………………………………………………………………………………………….……17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu demi terjaganya eksistensi dan nilai-nilai agama sekaligus
memberi pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan
Apa itu Budaya. Penulis berharap apa yang ditulis nanti dapat menjadi panduan pem-
baca dalam mengaplikasikan serta dapat membandungkan antara Agama dan Bu-
daya.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut:
4
BAB II
PEMBAHASAN
Namun agama juga bisa diartikan seperangkat aturan dan peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan dunia ghaib, khususnya Tuhannya, mengatur
hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur manusia dengan
lngkungannya. Agama dilihat dari system keyakinan yang melahirkan berbagai per-
ilaku keagamaan. System keyakinan tersebut memiliki daya kekuatan yang luar biasa
untuk memerintah dan melarang pemeluknya untuk mengerjakan atau tidak
mengerjakan sesuatu. Pada intinya Agama harus memiliki tiga system berikut agar
bisa dikatakan sebagai suatu Agama: pertama, Credo atau keimanan (aqidah), kedua,
Critus yang mana didalamnya terdapat unsur peribadatan (syari’at) ketiga, sistem
norma (akhlaq).
5
B. Hubungan Agama dan Kebudayaan
Agama dalam pengertian “Addien”, sumbernya adalah wahyu dari Tuhan khu-
susnya agama Islam. Seorang ahli sejarah dan kebudayaan dunia barat bernama Prof.
H.A. Gibb menulis dalam bukunya: “Wither Islam” : “Islam is indeed much more than a
system of thologi, it is a complete civilization” (Islam adalah lebih daripada suatu cara
– cara peribadatan saja, tetapi merupakan suatu kebudayaan dan peradaban yang
lengkap). Kelebihan Islam dari agama-agama lain, bahwa Islam memberikan dasar
yang lengkap bagi kebudayaan dan peradaban. Oleh karena itu agama Islam adalah
agama fitrah bagi manusia, agama hakiki yang murni, terjaga dari kesalahan dan tidak
berubah-ubah. Ingatlah ayat suci al-Qur’an yang artinya “Hadapkanlah mukamu
kepada agama yang benar: fitrah Tuhan yang telah menjadikan manusia, tidak dapat
mengganti kepada makhluk Tuhan. Demikianlah agama yang benar, tetapi ke-
banyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30).
Dari situlah agama dan kebudayaan tidak dapat terpisahkan, berikut adalah
pengaruh antara agama dengan budaya sehingga menghasilkan interaksi. Interaksi
antara agama dengan budaya dapat terjadi dengan:
C. Agama dan Kebudayaan: Sebagai Sistim Simbol, Pandangan Hidup (worldview) dan
Etos (Ethos).
6
~ Sebagai Sistem Simbol
Sebelum memaknai lebih dalam agama sebagai system symbol, terlebih da-
hulu kita mengetahui apa makna dari symbol.
7
7. Simbol-simbol memungkinkan manusia agar tidak diperbudak oleh ling-
kungannya. Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarahkan
dirinya kepada sesuatu yang mereka perbuat.
Dalam uraian di atas telah disinggung bahwa agama merupakan sistem ke-
budayaan dan oleh karena itu berarti pula sebagai sistem simbol, sehingga untuk
mengkaji agama sangat relevan dengan menggunakan perspektif hermeneutik.
Agama yang dimaksud di sini adalah agama yang melekat pada diri manusia, dan
bukan agama yang ada di sisi "Tuhan". Geertz menjelaskan tentang definisi agama
kedalam lima kalimat, yang masing-masing saling mempunyai keterkaitan.
1. Agama sebagai sebuah system budaya berawal dari sebuah kalimat tunggal
yang sistem simbol yang bertujuan;
2. Membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, mudah menyebar dan
tidak mudah hilang dalam diri seseorang dengan cara;
5. Yang pada akhirnya konsepsi tersebut akan terlihat sebagai suatu realitas
yang unik.
8
sebagai “etos”dan agama sebagai “pandangan hidup”. Kelima, pancaran faktual ter-
sebut akan memunculkan ritual unik yang memiliki posisi istimewa dalam tatanan ter-
sebut, yang oleh manusia dianggap lebih penting dari apapun.
Agama maupun tingkah laku agama seseorang merupakan simbol dari pen-
galaman-pengalamannya tentang sesuatu realitas. Seseorang memeluk agama ter-
tentu dikarenakan ada sebab-sebab lingkungan yang mempangaruhinya. Berbagai
sistem pengetahuan yang ada dalam pikirannya tentang agama inilah selanjutnya me-
lahirkan berbagai macam tingkah laku agama yang akan selalu berbeda antarse-
seorang dengan yang lain. Oleh karena itu menurut Geertz, setiap studi agama
menuntut dua tahapan operasi.Pertama, orang harus menganalisis serangkaian
makna yang terdapat dalam simbol-simbol agama lahir sendiri. Kedua,yang lebih sulit,
karena simbol sangat berhubungan dengan struktur masyarakat dan psikologi indi-
vidu para anggotanya, hubungan-hubungan itu harus ditemukan di sepanjang sirkuit
sinyal yang terus-menerus diberi, diterima, dan dikembalikan. Simbol merupakan unit
terkecil dari suatu ritual, yang mengandung sifat-sifat khusus dari tingkah laku ritual
itu, serta merupakan unit terpokok dari struktur spesifik dalam ritual.
Contoh agama sebagai system symbol seperti yang telah penulis tulis di atas,
bahwa dalam Islam, simbolisme dalam beberapa hal juga menjadi bagian dari ajaran.
Ka’bah sebagai benda sakral juga menjadi simbol umat Islam. Umat Islam
9
diperintahkan untuk shalat menghadap ke Kiblat, dimana Ka’bah menjadi kiblat umat
Islam. Perintah agar umat Islam menghadap ke Ka’bah tercantum dalam al-Qur’an su-
rat al-Baqarah ayat 144.
Contoh lain dalam kebudayaan lokal adalah seperti sedekah laut. Tradisi ini
menyimbolkan di daerah Cilacap. Kemudian, contoh lain adalah kenduri dan sela-
matan sebagai salah satu solusi dari kebiasaan upacara sejenis yang menu hidangan
utamanya daging, ikan, nasi tumpeng dan air teh. Kenduri ini dalam tradisi masyarakat
Jawa yang diniatkan sebagai sedekah dalam bentuk makan-makan setelah berdo’a
dan bersyukur sebagaimana yang telah Nabi anjurkan, agar berbagi suka dalam ben-
tuk hidangkan makanan bagi sesamanya. Masih banyak lagi ritual-ritual yang menjadi
simbol kebudayaan lokal.
Sumber pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil perenun-
gan seseorang yang bersifat relatif. Setiap individu memiliki pandangan hidup dan
cita-citanya sendiri dan selalu bermimpi untuk mencapai apa yang dia inginkan sesuai
dengan cita-citanya.
a) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya
10
b) Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan ke-
budayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
c) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebena-
rannya.
Ada tiga poin penting dari definisi diatas, seperti yang dipaparkan oleh Ust.Ha-
mid Fahmi Zarkasyi yaitu bahwa worldview adalah motor bagi perubahan sosial, asas
bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktifitas ilmiah. Dalam konteks sains, hakekat
worldview dapat dikaitkan dengan konsep “perubahan paradigma” (Paradigm Shift)
Thomas S Kuhn yang oleh Edwin Hung juga dianggap sebagai weltanschauung Revo-
lution. Sebab paradigma menyediakan konsep nilai, standar-standar dan metodologi-
metodologi, atau ringkasnya merupakan worldview dan framework konseptual yang
diperlukan untuk kajian sains. Namun dari definisi diatas setidaknya kita dapat me-
mahami bahwa worldview adalah identitas untuk membedakan antara suatu perada-
ban dengan yang lain. Bahkan dari dua definisi terakhir menunjukkan bahwa
worldview melibatkan aktifitas epistemologis manusia, sebab ia merupakan faktor
penting dalam aktifititas penalaran manusia.
Dalam islam, memang tidak ada kata khusus yang merujuk pada istilah
worldview. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada konsep worldview dalam
11
islam. Para ulama terdahulu menggunakan istilah yang berbeda-beda seperti al-
Mawdudi mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb
menggunakan istilah al-Tasawwur al-Islami (Islamic Vision), Mohammad Atif al-Zayn
menyebutnya al-Mabda’ al-Islami (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas
menamakannya Ru’yatul Islam lil wujud (Islamic Worldview). Meskipun istilah yang
dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama tersebut sepakat bahwa Islam
mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.
Dari proses lahirnya pandangan hidup Islam dapat disimpulkan bahwa Islam
adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong timbuhnya ilmu
12
pengetahuan. Ajaran tentang Ilmu pengetahuan dalam Islam yang cikal bakalnya ada-
lah konsep-konsep kunci dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan kedalam berbagai bi-
dang kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh.
Suatu peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang ber-
basis pada wahyu.
Elemen-elemen worldview
Sebagai sebuah sistem yang telah mempunyai definisi yang jelas, worldview
atau pandangan hidup memiliki karakteristik tersendiri yang ditentukan oleh beberapa
elemen yang menjadi asas atau tiang penyangganya. Menurut Thomas F. Wall suatu
pandangan hidup ditentukan oleh pemahaman individu terhadap enam bidang pem-
bahasan yaitu: Tuhan, Ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat. Elemen tersebut ber-
sifat integral dan berkaitan satu sama lain. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa,
It (belief in God’s existence) is very important, perhaps the most important ele-
ment in any worldview. First if we do believe that God exists, the we are more likely to
believe that there is a plan and a meaning of life, if we are consistent, we will also
believe that the source of moral value is not just human convention but divine will and
that God is the highest value. Moreover, we will have to believe that knowledge can be
of more than what is observable and that there is a higher reality – the supernatural
world. If on the other hand, we believe that there is no God and that there is just this
one world, what would we then be likely to believe about the meaning of life, the nature
of ourselves, and after life, the origin of moral standards, freedom and responsibility
and so on.”
13
tentang makna hidup, hakekat diri kita, kehidupan sesudah mati, asal usul standar mo-
ralitas, kebebasan, tanggung jawab dan lain-lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa elemen pandangan hidup saling terkait dan kon-
sep Tuhan memegang peranan penting. Artinya kepercayaan individu terhadap
adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara konseptual dengan ilmu, reali-
tas, diri, etika dan masyarakat.
Menurut Porf. Al-Attas elemen asas bagi worldview Islam sangat banyak dan
yang ia merupakan jalinan konsep-konsep yang tak terpisahkan. Diantara yang paling
utama adalah Konsep tentang hakekat Tuhan, Konsep tentang Wahyu (al-Qur’an), Kon-
sep tentang penciptaan, Konsep tentang hakekat kejiwaan manusia, Konsep tentang
ilmu, Konsep tentang agama, Konsep tentang kebebasan, Konsep tentang nilai dan
kebajikan, Konsep tentang kebahagiaan dll. Disini Prof. al-Attas menekankan pada
pentingnya konsep sebagai elemen pandangan hidup Islam. Konsep-konsep ini
semua saling berkaitan antara satu sama lain membentuk sebuah struktur konsep
yang sistemik dan menyeluruh.
2) Pandangan hidup Islam bercirikan pada metode berfikir yang tawhidi (inte-
gral). Artinya dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup
Islam menggunakan metode yang tidak dikotomis, yang membedakan an-
tara obyektif dan subyektif, historis-normatif, tekstual-kontektual dsb.
14
meletakkan sistim makna, standar tata kehidupan dan nilai dalam suatu
kesatuan sistim yang koheren dalam bentuk worldview.
5) Pandangan hidup Islam memiliki elemen utama yang paling mendasar yaitu
konsep tentang Tuhan yang membedakannya dari agama lain. Adapun
kesamaan-kesamaan beberapa elemen tentang konsep Tuhan antara Islam
dan agama lain tidak kemudian berarti bahwa terdapat Satu Tuhan Universal
seperti yang diserukan oleh kelompok yang mengusung ide Transendent
Unity of Religion, sebab sistem konseptualnya berbeda.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama dan pandangan
hidup yang secara konseptual dapat dibedakan dari pandangan hidup lain. Islam ada-
lah Din dan peradaban (tamaddun) yang tumbuh dari pandangan hidup Islam
(wordview) yang diproyeksikan oleh Al-Qur’an dan hadist. Untuk memahami lebih da-
lam mengenai The Worldview of Islam dapat dilakukan dengan mengkaji konsep-kon-
sep kunci dalam pandangan hidup Islam sehingga menjadi framework pemikiran se-
tiap muslim. Dengan demikian kita bisa mengetahui apakah suatu pemikiran sesuai
dengan pandangan hidup Islam atau tidak. Layak diadopsi oleh umat Islam atau se-
baliknya membahayakan keimanan.
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan social. Etos be-
rasal dari Bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi
juga oleh kelompok masyarakat.
Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta system nilai
yang diyakininya. Ethos kebudayaan mengandung makna watak khas suatu ke-
budayaan yang dapat diamati dari bentuk perilaku warga masyarakatnya. Etos sering
tampak pada gaya, perilaku, kegemaran-kegemaran dan berbagai budaya hasil karya
masyarakatnya.
Dalam diskusi antropologis baru-baru ini, segi-segi moral (dan estesis) dari
suatu kebudayaan tertentu, unsur-unsur evaluative, pada umumnya diringkas dengan
istilah “etos”.
15
Misalnya orang batak yang mengamati kebudayaan jawa sebagai seorang as-
ing yang tidak mengenal kebudayaan jawa dari dalam, dapat mengatakan bahwa wa-
tak khas kebudayaan jawa memancarkan keselarasan. Kemudian gambaran orang
batak mengenai watak kebudayaan jawa tadi biasanya akan diilustrasikan dengan Ba-
hasa jawa yang terpecah kedalam tingkat-tingkat Bahasa yang sangat rumit dan
mendetail, dengan kegemaran orang jawa akan warna-warna gelap dan tua, akan seni
suara gamelan yang tidak keras, akan benda-benda keseniandan kerajinan daengan
hiasan-hiasan yang sangat mendetail dan sebagainnya.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian tentang “Agama dan Kebudayaan” yang telah dipaparkan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa Agama adalah mutlak ciptaan Tuhan yang hakiki oleh
karena itu agama dijamin akan kefitrahannya, kemurniannya, kebenarannya,
kekekalannya, dana atau tidak dapat dirubah oleh manusia sampai kapanpun. Se-
dangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa, dan akal buah budi manu-
sia untuk mencapai kesempurnaan hidupnya, dimana kebudayaan itu sendiri akan
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan jaman. Oleh krena itu, meski
agama dan kebudayaan memiliki hubungan tapi tetap tidak dapat dicampur adukkan.
17
Sedangkan agama sebagai pandangan hidup (worldview) bahwa elemen pan-
dangan hidup saling terkait dan konsep Tuhan memegang peranan penting. Artinya
kepercayaan individu terhadap adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara
konseptual dengan ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat.
18
DAFTAR PUSTAKA
19