Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HUBUNGAN AGAMA DAN BUDAYA

DI SUSUN OLEH
HASANUL BASRI
2023 10 100554

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


BINA BANUA BANJARMASIN

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan Rah-
mat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “ Hubungan Agama dan Kebudayaan” ini tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
yang telah membawa kita selaku ummatnya dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang
penuh dengan nuansa Islami dan zaman yang penuh penerangan ini.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada Dosen Mata Kuliah yakni
Bapak Muhammad Hasfiannor S.H

Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan agar makalah ini mengalami perbaikan ke arah yang
lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Banjarmasin, 15 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………….4

• A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………..4


• B. Perumusan Masalah ………………………………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………5

• A. Penngertian Agama dan Budaya…………………………………………………………………5


• B. Hubungan Agama dan Budaya……………………………………………………………………6
• C. Agama dan Kebudayaan Sebagai Sistem Simbol dan Pandangan Hidup
(Worldview)dan Etos………………………………………………………………………………………6

BAB III PENUTUP………………………………………..……………………………………………………………17

• Kesimpulan…………………………………………………………………………………………….……17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………..19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama dan budaya memang sulit untuk dipisahkan. Masing-masing memiliki


keeratan satu sama lain. Namun banyak orang yang masih belum memahami
bagaimana menempatkan posisi Agama dan posisi Budaya dalam suatu kehidupan.
Banyak masyarakat yang mencampur adukkan antara Agama dan Budaya yang pa-
dahal kedua hal tersebut tentu saja tidak dapat serratus persen disamakan, bahkan
mungkin berlawanan.

Oleh karena itu demi terjaganya eksistensi dan nilai-nilai agama sekaligus
memberi pengertian, disini penulis hendak mengulas mengenai Apa itu Agama dan
Apa itu Budaya. Penulis berharap apa yang ditulis nanti dapat menjadi panduan pem-
baca dalam mengaplikasikan serta dapat membandungkan antara Agama dan Bu-
daya.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu agama dan apa itu kebudayaan?

2. Bagaimana hubungan antara agama dan kebudayaan itu?

3. Bagaimana Agama dan kebudayaan sebagai sistem symbol, pandangan


hidup (worldview) dan etos?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama dan Kebudayaan

Pengertian agama: dalam masyarakat Indonesia selain dari kata Agama,


dikenal pula kata “din”(‫)الدين‬dari Bahasa Arab dan kata “religi” dari Bahasa Eropa.
Agama berasal dari kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu ter-
susun dari dua kata, “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi, maka kata
agama dapat diartikan tidak pergi, tidak ditempat, diwarisi turun-menurun. Sedangkan
kata “din” itu sendiri dalam Bahasa Semit berarti undang-undang atau hokum. Dalam
Bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan. Patuh, balasan, ke-
biasaan. Adapula kata “religi” yang berasal dari Bahasa Latin. Menurut suatu pendapat
asalnya ialah “relege” yang mengandung arti mengumpulkan, membaca dan bisa di-
artikan mengikat. Oleh karena itu agama adalah suatu ketetapan yang dibuat oleh Tu-
han Yang Maha Esa secara mutlak atau tanpa adanya campur tangan siapa saja.

Namun agama juga bisa diartikan seperangkat aturan dan peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan dunia ghaib, khususnya Tuhannya, mengatur
hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur manusia dengan
lngkungannya. Agama dilihat dari system keyakinan yang melahirkan berbagai per-
ilaku keagamaan. System keyakinan tersebut memiliki daya kekuatan yang luar biasa
untuk memerintah dan melarang pemeluknya untuk mengerjakan atau tidak
mengerjakan sesuatu. Pada intinya Agama harus memiliki tiga system berikut agar
bisa dikatakan sebagai suatu Agama: pertama, Credo atau keimanan (aqidah), kedua,
Critus yang mana didalamnya terdapat unsur peribadatan (syari’at) ketiga, sistem
norma (akhlaq).

Pengertian kebudayaan: ditinjau dari sudut Bahasa Indonesia, kebudayaan be-


rasal dari Bahasa Sansekerta”Buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “buddhi” yang be-
rarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan kata budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang mempunyai arti “daya” dan “budi”.
Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Sedangkan budaya
sendiri adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa dan kebudayaan ada-
lah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.

5
B. Hubungan Agama dan Kebudayaan

Agama dalam pengertian “Addien”, sumbernya adalah wahyu dari Tuhan khu-
susnya agama Islam. Seorang ahli sejarah dan kebudayaan dunia barat bernama Prof.
H.A. Gibb menulis dalam bukunya: “Wither Islam” : “Islam is indeed much more than a
system of thologi, it is a complete civilization” (Islam adalah lebih daripada suatu cara
– cara peribadatan saja, tetapi merupakan suatu kebudayaan dan peradaban yang
lengkap). Kelebihan Islam dari agama-agama lain, bahwa Islam memberikan dasar
yang lengkap bagi kebudayaan dan peradaban. Oleh karena itu agama Islam adalah
agama fitrah bagi manusia, agama hakiki yang murni, terjaga dari kesalahan dan tidak
berubah-ubah. Ingatlah ayat suci al-Qur’an yang artinya “Hadapkanlah mukamu
kepada agama yang benar: fitrah Tuhan yang telah menjadikan manusia, tidak dapat
mengganti kepada makhluk Tuhan. Demikianlah agama yang benar, tetapi ke-
banyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30).

Berdasarkan sumber-sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Agama


mutlak ciptaan Allah SWT dan kebudayaan itu sendiri hasil pemikiran manusia yang
tingkat kebenarannya atau kefitrahannya tidak mungkin melebihi agama.

Dari situlah agama dan kebudayaan tidak dapat terpisahkan, berikut adalah
pengaruh antara agama dengan budaya sehingga menghasilkan interaksi. Interaksi
antara agama dengan budaya dapat terjadi dengan:

1. Agama mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya


adalah agama, simbolnya adalah budaya. Misalnya, bagaimana sha-
lat mempengaruhi bangunan.

2. Kebudayaan dapat mempengaruhi simbol agama. Kebudayaan Indo-


nesia mempengaruhi Islam dengan pesanteren dan kiai yang berasal
dari padepokan.

3. Kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama.


Contoh, pernikahan pada suku batak didominasi oleh adat bukan
agama.

C. Agama dan Kebudayaan: Sebagai Sistim Simbol, Pandangan Hidup (worldview) dan
Etos (Ethos).

6
~ Sebagai Sistem Simbol

Sebelum memaknai lebih dalam agama sebagai system symbol, terlebih da-
hulu kita mengetahui apa makna dari symbol.

Simbol adalah tanda sakral dalam kehidupan keagamaan.Simbol terdiri dari


berbagai sistem, model dan bentuk yang berhubungan dengan manusia sesuai
dengan kebutuhannya. Simbol adalah ciri khas agama, karena simbol lahir dari sebuah
kepercayaan, dari berbagai ritual dan etika agama.Simbol dimaknai sebagai sebuah
tanda yang dikulturkan dalam berbagai bentuknya sesuai dengan kultur dan ke-
percayaan masing-masing agama. Kultur ini kemudian melahirkan sebuah sistem dan
struktur simbol yang dapat membentuk manusia menjadi homo simbolicus dalam tipe
atau pola religiusnya.

Symbol juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

1. Simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia material


dan sosial dengan membolehkan mereka memberi nama, membuat kata-
gori, dan mengingat objek-objek yang mereka temukan dimana saja. Dalam
hal ini bahasa mempunyai peran yang sangat penting.

2. Simbol menyempurnakan manusia untuk memahami lingkungannya.

3. Simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berfikir. Dalam arti ini,


berfikir dapat dianggap sebagai interaksi simbolik dengan diri sendiri.

4. Simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk mecahkan persoalan


manusia, sedangkan manusia bisa berfikir dengan menggunakan simbol-
simbol sebelum melakukan pilihan-pilihan dalam melakukan sesuatu.

5. Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia bertransendensi dari


segi waktu, tempat dan bahkan diri mereka sendiri. Dengan menggunakan
simbol-simbol manusia bisa membayangkan bagaimana hidup dimasa lam-
pau atau akan datang. Mereka juga bisa membayangkan tentang diri mereka
sendiri berdasarkan pandangan orang lain.

6. Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan kenyataan-


kenyataan metafisis seperti surga dan neraka.

7
7. Simbol-simbol memungkinkan manusia agar tidak diperbudak oleh ling-
kungannya. Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarahkan
dirinya kepada sesuatu yang mereka perbuat.

Dalam uraian di atas telah disinggung bahwa agama merupakan sistem ke-
budayaan dan oleh karena itu berarti pula sebagai sistem simbol, sehingga untuk
mengkaji agama sangat relevan dengan menggunakan perspektif hermeneutik.
Agama yang dimaksud di sini adalah agama yang melekat pada diri manusia, dan
bukan agama yang ada di sisi "Tuhan". Geertz menjelaskan tentang definisi agama
kedalam lima kalimat, yang masing-masing saling mempunyai keterkaitan.

Definisi agama menurut Geertz:

1. Agama sebagai sebuah system budaya berawal dari sebuah kalimat tunggal
yang sistem simbol yang bertujuan;

2. Membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, mudah menyebar dan
tidak mudah hilang dalam diri seseorang dengan cara;

3. Merumuskan tatanan konsepsi kehidupan yang umum;

4. Melekatkan konsepsi tersebut pada pancaran yang factual;

5. Yang pada akhirnya konsepsi tersebut akan terlihat sebagai suatu realitas
yang unik.

Definisi diatas cukup menjelaskan secara runtut keseluruhan keterlibatan an-


tara agama dan budaya. Pertama, sistem simbol adalah segala sesuatu yang mem-
bawa dan menyampaikan ide kepada seseorang. Ide dan simbol tersebut bersifat pub-
lic, dalam arti bahwa meskipun masuk dalam pikiran pribadi individu, namun dapat
dipegang terlepas dari otak individu yang memikirkan simbol tersebut. Kedua, agama
dengan adanya simbol tadi bisa menyebabkan seseorang marasakan, melakukan
atau termotivasi untuk tujuan-tujuan tertentu. Orang yang termotivasi tersebut akan
dibimbing oleh seperangkat nilai yang penting, baik dan buruk maupun benar dan sa-
lah bagi dirinya. Ketiga, agama bisa membentuk konsep-konsep tentang tatanan se-
luruh eksistensi. Dalam hal ini agama terpusat pada makna final (ultimate meaning),
suatu tujuan pasti bagi dunia.Keempat, konsepsi–konsepsi dan motivasi tersebut
membentuk pancaran faktual yang oleh Geertz diringkas menjadi dua, yaitu agama

8
sebagai “etos”dan agama sebagai “pandangan hidup”. Kelima, pancaran faktual ter-
sebut akan memunculkan ritual unik yang memiliki posisi istimewa dalam tatanan ter-
sebut, yang oleh manusia dianggap lebih penting dari apapun.

Geertz mencontohkan upacara ritual di Bali sebagai pencampuran antara etos


dan pandangan dunia. Pertempuran besar antara dukun sihir Rangda dan Monster Ba-
rong aneh. Penonton terhipnotis masuk dalam tontonan tersebut dan mengambil po-
sisi mendukung salah satu karakter, yang pada akhirnya ada beberapa yang jatuh
tidak sadarkan diri. Drama tersebut bukan sekedar tontonan, melainkan kegiatan ritual
yang harus diperankan. Agama di Bali begitu sangat khas dan spesifik hingga tatanan
tersebut tidak bisa diubah menjadi suatu kaidah umum bagi semua agama.

Simbol merupakan sesuatu, yang dengannya proses-proses yang berada di luar


sistem-sistem simbol itu dapat diberi sebuah bentuk tertentu. Dengan mendefinisikan
agama sebagai sistem simbol, berarti Geertz juga memandang bahwa dalam satu
segi agama merupakan bagian dari sistem budaya. Seseorang proses belajar atau
pencarian bagi yang bersangkutan

Agama maupun tingkah laku agama seseorang merupakan simbol dari pen-
galaman-pengalamannya tentang sesuatu realitas. Seseorang memeluk agama ter-
tentu dikarenakan ada sebab-sebab lingkungan yang mempangaruhinya. Berbagai
sistem pengetahuan yang ada dalam pikirannya tentang agama inilah selanjutnya me-
lahirkan berbagai macam tingkah laku agama yang akan selalu berbeda antarse-
seorang dengan yang lain. Oleh karena itu menurut Geertz, setiap studi agama
menuntut dua tahapan operasi.Pertama, orang harus menganalisis serangkaian
makna yang terdapat dalam simbol-simbol agama lahir sendiri. Kedua,yang lebih sulit,
karena simbol sangat berhubungan dengan struktur masyarakat dan psikologi indi-
vidu para anggotanya, hubungan-hubungan itu harus ditemukan di sepanjang sirkuit
sinyal yang terus-menerus diberi, diterima, dan dikembalikan. Simbol merupakan unit
terkecil dari suatu ritual, yang mengandung sifat-sifat khusus dari tingkah laku ritual
itu, serta merupakan unit terpokok dari struktur spesifik dalam ritual.

Contoh agama sebagai system symbol seperti yang telah penulis tulis di atas,
bahwa dalam Islam, simbolisme dalam beberapa hal juga menjadi bagian dari ajaran.
Ka’bah sebagai benda sakral juga menjadi simbol umat Islam. Umat Islam

9
diperintahkan untuk shalat menghadap ke Kiblat, dimana Ka’bah menjadi kiblat umat
Islam. Perintah agar umat Islam menghadap ke Ka’bah tercantum dalam al-Qur’an su-
rat al-Baqarah ayat 144.

Contoh lain dalam kebudayaan lokal adalah seperti sedekah laut. Tradisi ini
menyimbolkan di daerah Cilacap. Kemudian, contoh lain adalah kenduri dan sela-
matan sebagai salah satu solusi dari kebiasaan upacara sejenis yang menu hidangan
utamanya daging, ikan, nasi tumpeng dan air teh. Kenduri ini dalam tradisi masyarakat
Jawa yang diniatkan sebagai sedekah dalam bentuk makan-makan setelah berdo’a
dan bersyukur sebagaimana yang telah Nabi anjurkan, agar berbagi suka dalam ben-
tuk hidangkan makanan bagi sesamanya. Masih banyak lagi ritual-ritual yang menjadi
simbol kebudayaan lokal.

~ Sebagai Pandangan Hidup (wordview).

Pandangan Hidup adalah pendapat atau pertimbagan yanag dijadikan pegan-


gan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat
hidupnya. Manusia adalah bagian dari pandangan hidup. Dalam kehidupan tidak ada
seorang pun manusia yang tidak memiliki pandangan hidup. Apapun yang di katakan
manusia adalah sebuah pandangan hidup karena dapat dipengaruhi oleh pola pikir
tertentu pada setiap individu. Pandangan hidup bersifat elastis, tergantung kepada
situasi dan kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia tsb
berada.

Sumber pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil perenun-
gan seseorang yang bersifat relatif. Setiap individu memiliki pandangan hidup dan
cita-citanya sendiri dan selalu bermimpi untuk mencapai apa yang dia inginkan sesuai
dengan cita-citanya.

Pandangan hidup yang diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3


macam:

a) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya

10
b) Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan ke-
budayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut

c) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebena-
rannya.

Menurut Ninian Smart, worldview adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa


yang terdapat dalam pikiran orang yang befungsi sebagai motor bagi keberlangsun-
gan dan perubahan sosial dan moral”. Sedangkan Thomas F Wall mengemukakan
bahwa worldview adalah sistem kepercayaan asas yang integral tentang hakekat diri
kita, realitas, dan tentang makna eksistensi (An integrated system of basic beliefs
about the nature of yourself, reality, and the meaning of existence). Prof. Alparslan
dalam bukunya The Framework for a history of Islamic philosophy menyatakan
bahwa, “worldview is the foundation of all human conduct, including scientific and
technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its worldview,
and as such it is reducible to that worldview. Beliau mengartikan worldview sebagai
asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk aktifitas-aktifitas ilmiyah dan teknologi.
Setiap aktifitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam
pengertian itu maka aktifitas manusia dapat direduksi menjadi pandangan hidup.

Ada tiga poin penting dari definisi diatas, seperti yang dipaparkan oleh Ust.Ha-
mid Fahmi Zarkasyi yaitu bahwa worldview adalah motor bagi perubahan sosial, asas
bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktifitas ilmiah. Dalam konteks sains, hakekat
worldview dapat dikaitkan dengan konsep “perubahan paradigma” (Paradigm Shift)
Thomas S Kuhn yang oleh Edwin Hung juga dianggap sebagai weltanschauung Revo-
lution. Sebab paradigma menyediakan konsep nilai, standar-standar dan metodologi-
metodologi, atau ringkasnya merupakan worldview dan framework konseptual yang
diperlukan untuk kajian sains. Namun dari definisi diatas setidaknya kita dapat me-
mahami bahwa worldview adalah identitas untuk membedakan antara suatu perada-
ban dengan yang lain. Bahkan dari dua definisi terakhir menunjukkan bahwa
worldview melibatkan aktifitas epistemologis manusia, sebab ia merupakan faktor
penting dalam aktifititas penalaran manusia.

Dalam islam, memang tidak ada kata khusus yang merujuk pada istilah
worldview. Namun, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada konsep worldview dalam

11
islam. Para ulama terdahulu menggunakan istilah yang berbeda-beda seperti al-
Mawdudi mengistilahkannya dengan Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb
menggunakan istilah al-Tasawwur al-Islami (Islamic Vision), Mohammad Atif al-Zayn
menyebutnya al-Mabda’ al-Islami (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas
menamakannya Ru’yatul Islam lil wujud (Islamic Worldview). Meskipun istilah yang
dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama tersebut sepakat bahwa Islam
mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.

Manurut al-Mawdudi, yang dimaksud Islami Nazariyat adalah pandangan hidup


yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada kese-
luruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan
moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara
menyeluruh.

Shaykh Atif al-Zayn mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah (kepercayaan


yang rasional) yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman
kepada hakekat wujud Allah, kenabian Muhammad saw, dan kepada al-Qur’an dengan
akal. Iman kepada hal-hal yang ghaib itu berdasarkan cara penginderaan yang
diteguhkan oleh akal sehingga tidak dapat dipungkiri lagi. Iman kepada Islam sebagai
Din yang diturunkan melalu Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, dengan dirinya dan lainnya. Sayyid Qutb mengartikan al-tasawwur al-
Islami, sebagai akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati
setiap Muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang ter-
dapat dibalik itu. Al-Attas mengartikan worldview Islam adalah pandangan Islam ten-
tang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan
hakekat wujud; oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total maka
worldview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru’yaat al-Islam lil-wujud)

Pandangan-pandangan tersebut telah cukup merefleksikan apa yang disebut


dengan pandangan hidup islam. Hanya para ulama berbeda fokus dalam pelaksa-
naannya. Ada yang lebih menekankan pada politik, ideologi, atau metafisik dan epis-
timologis.

Dari proses lahirnya pandangan hidup Islam dapat disimpulkan bahwa Islam
adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong timbuhnya ilmu

12
pengetahuan. Ajaran tentang Ilmu pengetahuan dalam Islam yang cikal bakalnya ada-
lah konsep-konsep kunci dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan kedalam berbagai bi-
dang kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh.
Suatu peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang ber-
basis pada wahyu.

Elemen-elemen worldview

Sebagai sebuah sistem yang telah mempunyai definisi yang jelas, worldview
atau pandangan hidup memiliki karakteristik tersendiri yang ditentukan oleh beberapa
elemen yang menjadi asas atau tiang penyangganya. Menurut Thomas F. Wall suatu
pandangan hidup ditentukan oleh pemahaman individu terhadap enam bidang pem-
bahasan yaitu: Tuhan, Ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat. Elemen tersebut ber-
sifat integral dan berkaitan satu sama lain. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa,

It (belief in God’s existence) is very important, perhaps the most important ele-
ment in any worldview. First if we do believe that God exists, the we are more likely to
believe that there is a plan and a meaning of life, if we are consistent, we will also
believe that the source of moral value is not just human convention but divine will and
that God is the highest value. Moreover, we will have to believe that knowledge can be
of more than what is observable and that there is a higher reality – the supernatural
world. If on the other hand, we believe that there is no God and that there is just this
one world, what would we then be likely to believe about the meaning of life, the nature
of ourselves, and after life, the origin of moral standards, freedom and responsibility
and so on.”

Kepercayaan terhadap Tuhan sangat penting, mungkin elemen yang terpenting


dalam pandangan hidup manapun. Pertama jika kita percaya bahwa Tuhan itu wujud,
maka kita tentu percaya bahwa disana terdapat tujuan dan makna hidup. Jika kita
konsisten, kita juga akan percaya bahwa sumber nilai moral bukanlah hanya sekedar
kesepakatan manusia tapi kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan adalah nilai Tertinggi.
Selanjutnya kita akan percaya bahwa (makna) ilmu pengetahuan itu lebih dari apa
yang dapat diamati dan bahwa disana terdapat realitas yang lebih tinggi – dunia su-
pranatural. Jika sebaliknya, kita percaya bahwa disana tidak ada Tuhan dan bahwa
yang ada hanya dunia ini, maka demikian pulalah kira-kira yang akan kita percayai

13
tentang makna hidup, hakekat diri kita, kehidupan sesudah mati, asal usul standar mo-
ralitas, kebebasan, tanggung jawab dan lain-lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa elemen pandangan hidup saling terkait dan kon-
sep Tuhan memegang peranan penting. Artinya kepercayaan individu terhadap
adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara konseptual dengan ilmu, reali-
tas, diri, etika dan masyarakat.

Menurut Porf. Al-Attas elemen asas bagi worldview Islam sangat banyak dan
yang ia merupakan jalinan konsep-konsep yang tak terpisahkan. Diantara yang paling
utama adalah Konsep tentang hakekat Tuhan, Konsep tentang Wahyu (al-Qur’an), Kon-
sep tentang penciptaan, Konsep tentang hakekat kejiwaan manusia, Konsep tentang
ilmu, Konsep tentang agama, Konsep tentang kebebasan, Konsep tentang nilai dan
kebajikan, Konsep tentang kebahagiaan dll. Disini Prof. al-Attas menekankan pada
pentingnya konsep sebagai elemen pandangan hidup Islam. Konsep-konsep ini
semua saling berkaitan antara satu sama lain membentuk sebuah struktur konsep
yang sistemik dan menyeluruh.

Selanjutnya, beliau menjelaskan tentang karakteristik pandangan hidup Islam


sebagai berikut.

1) Dalam pandangan hidup Islam, realitas dan kebenaran dimaknai berdasar-


kan kepada kajian metafisika terhadap dunia yang nampak (visible world)
dan yang tidak nampak (invisible world).

2) Pandangan hidup Islam bercirikan pada metode berfikir yang tawhidi (inte-
gral). Artinya dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup
Islam menggunakan metode yang tidak dikotomis, yang membedakan an-
tara obyektif dan subyektif, historis-normatif, tekstual-kontektual dsb.

3) Pandagan hidup Islam bersumberkan kepada wahyu yang diperkuat oleh


agama (din) dan didukung oleh prinsip akal dan intuisi. Karena itu pan-
dangan hidup Islam telah sempurna dan dewasa sejak lahir

4) Elemen-elemen pandangan hidup Islam menentukan bentuk perubahan


(change), perkembangan (development) dan kemajuan (progess) dalam Is-
lam. Elemen-elemen dasar ini berperan sebagai tiang pemersatu yang

14
meletakkan sistim makna, standar tata kehidupan dan nilai dalam suatu
kesatuan sistim yang koheren dalam bentuk worldview.

5) Pandangan hidup Islam memiliki elemen utama yang paling mendasar yaitu
konsep tentang Tuhan yang membedakannya dari agama lain. Adapun
kesamaan-kesamaan beberapa elemen tentang konsep Tuhan antara Islam
dan agama lain tidak kemudian berarti bahwa terdapat Satu Tuhan Universal
seperti yang diserukan oleh kelompok yang mengusung ide Transendent
Unity of Religion, sebab sistem konseptualnya berbeda.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama dan pandangan
hidup yang secara konseptual dapat dibedakan dari pandangan hidup lain. Islam ada-
lah Din dan peradaban (tamaddun) yang tumbuh dari pandangan hidup Islam
(wordview) yang diproyeksikan oleh Al-Qur’an dan hadist. Untuk memahami lebih da-
lam mengenai The Worldview of Islam dapat dilakukan dengan mengkaji konsep-kon-
sep kunci dalam pandangan hidup Islam sehingga menjadi framework pemikiran se-
tiap muslim. Dengan demikian kita bisa mengetahui apakah suatu pemikiran sesuai
dengan pandangan hidup Islam atau tidak. Layak diadopsi oleh umat Islam atau se-
baliknya membahayakan keimanan.

~ Sebagai Etos (Ethos).

Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan social. Etos be-
rasal dari Bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi
juga oleh kelompok masyarakat.

Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta system nilai
yang diyakininya. Ethos kebudayaan mengandung makna watak khas suatu ke-
budayaan yang dapat diamati dari bentuk perilaku warga masyarakatnya. Etos sering
tampak pada gaya, perilaku, kegemaran-kegemaran dan berbagai budaya hasil karya
masyarakatnya.

Dalam diskusi antropologis baru-baru ini, segi-segi moral (dan estesis) dari
suatu kebudayaan tertentu, unsur-unsur evaluative, pada umumnya diringkas dengan
istilah “etos”.

15
Misalnya orang batak yang mengamati kebudayaan jawa sebagai seorang as-
ing yang tidak mengenal kebudayaan jawa dari dalam, dapat mengatakan bahwa wa-
tak khas kebudayaan jawa memancarkan keselarasan. Kemudian gambaran orang
batak mengenai watak kebudayaan jawa tadi biasanya akan diilustrasikan dengan Ba-
hasa jawa yang terpecah kedalam tingkat-tingkat Bahasa yang sangat rumit dan
mendetail, dengan kegemaran orang jawa akan warna-warna gelap dan tua, akan seni
suara gamelan yang tidak keras, akan benda-benda keseniandan kerajinan daengan
hiasan-hiasan yang sangat mendetail dan sebagainnya.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian tentang “Agama dan Kebudayaan” yang telah dipaparkan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa Agama adalah mutlak ciptaan Tuhan yang hakiki oleh
karena itu agama dijamin akan kefitrahannya, kemurniannya, kebenarannya,
kekekalannya, dana atau tidak dapat dirubah oleh manusia sampai kapanpun. Se-
dangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa, dan akal buah budi manu-
sia untuk mencapai kesempurnaan hidupnya, dimana kebudayaan itu sendiri akan
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan jaman. Oleh krena itu, meski
agama dan kebudayaan memiliki hubungan tapi tetap tidak dapat dicampur adukkan.

Agama mempengaruhi kebudayaan dalam bentuknya, nilainya adalah agama,


simbolnya adalah budaya. Kebudayaan dapat mempengaruhi symbol agama, dan
tidak dapat dipungkiri dengan sendirinyalah ritual-ritual kebudayaan menjadi sebuah
symbol dalam kehidupan kita. Keterlibatan antara agama dan budaya: Pertama, sis-
tem simbol adalah segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan ide kepada
seseorang. Ide dan simbol tersebut bersifat public, dalam arti bahwa meskipun masuk
dalam pikiran pribadi individu, namun dapat dipegang terlepas dari otak individu yang
memikirkan simbol tersebut. Kedua, agama dengan adanya simbol tadi bisa me-
nyebabkan seseorang marasakan, melakukan atau termotivasi untuk tujuan-tujuan
tertentu. Orang yang termotivasi tersebut akan dibimbing oleh seperangkat nilai yang
penting, baik dan buruk maupun benar dan salah bagi dirinya. Ketiga, agama bisa
membentuk konsep-konsep tentang tatanan seluruh eksistensi. Dalam hal ini agama
terpusat pada makna final (ultimate meaning), suatu tujuan pasti bagi dunia. Keempat,
konsepsi–konsepsi dan motivasi tersebut membentuk pancaran faktual yang oleh
Geertz diringkas menjadi dua, yaitu agama sebagai “etos” dan agama sebagai “pan-
dangan hidup”. Kelima, pancaran faktual tersebut akan memunculkan ritual unik yang
memiliki posisi istimewa dalam tatanan tersebut, yang oleh manusia dianggap lebih
penting dari apapun.

17
Sedangkan agama sebagai pandangan hidup (worldview) bahwa elemen pan-
dangan hidup saling terkait dan konsep Tuhan memegang peranan penting. Artinya
kepercayaan individu terhadap adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara
konseptual dengan ilmu, realitas, diri, etika dan masyarakat.

Sedangkan Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta


system nilai yang diyakininya. Ethos kebudayaan mengandung makna watak khas
suatu kebudayaan yang dapat diamati dari bentuk perilaku warga masyarakatnya.
Etos sering tampak pada gaya, perilaku, kegemaran-kegemaran dan berbagai budaya
hasil karya masyarakatnya. Dari ketiga elemen tersebut semuanya saling berkaitan
dengan Agama dan Kebudayaan dan berlandaskan pada keyakinan serta nilai-nilai
dan kepercayaan yang ada pada masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agama dan Budaya. Retrieved from , http://www.aca-


demia.edu/45798/AGAMA_DAN_BUDAYA (diakses pada 22 April 2018, pukul 11.00).
Harsono, E. (2015, February 28). Konsep Worldview. Retrieved from
http://www.google.com/amp/s/ekoharsono.wordpress.com/2015/03/29/konsep-
worldview/amp/
Agama dan Kebudayaan: Simbol dan Sistem Simbol. Retrieved from http://ikha-lu-
phsosant.blogspot.co.id/2012/01/agama-kebudayaan-simbol-dansistem.html?m=1
Munawaroh, S. (n.d.). Studi Teoritis Tentang Simbol. Retrieved from tp,. tt
Manusia dan Pandangan Hidup. Retrieved from http://oebudhi.blog-
spot.co.id/2012/06/manusia-dan-pandangan-hidup.html?m=1
Agama Sebagai Pandangan Hidup. Retrieved from http://revhahn.blog-
spot.co.id/2015/05/agama-sebagai-pandangan-hidup.html?m=1
Wahyuni, N. T. (2016, Desember 03). Makalah "Agama Sebagai Sistim Simbol". Re-
trieved from http://ninwahyuni.blogspot.co.id/2016/12/makalah-agama-sebagai-sis-
tim-simbol.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai