Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANTROPOLOGI AGAMA DAN BUDAYA


Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu: Dr.Sri Ilham Nasution S.Sos,M.Pd

Disusun oleh:
Fadhli Anugrah
2141010041
KPI B
Antropologi Agama dan Budaya

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdullillahirobbil ‘alamin wa bihimasta’in wa/ala umuriddunya waddin wa ‘ala alihii


washohbihi ajma’in amma ba’du. Marilah kita panjatkan rasa puji syukur kita kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan kita kesehatan jasmani maupun rohani, sehingga
kita masih diberi kesempatan untuk menjalankan salah satu perintah-Nya yaitu
menuntut ilmu.
Shalawat teriring salam tidak lupa kita curahkan kepada Nabi kita Baginda Rosululloh
yakni Nabi Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul
Qiyamah nanti.
Sebelumnya penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dosen Penganpu Mata
Kuliah Antropologi Agama dan budaya yakni Ibunda Dr.Sri Ilham Nasution S.Sos,M.Pd
yang telah memberikan tugas Ujian Tengah Semester berupa bentuk makalah. Dan
penulis berterimakasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak pernah lepas
mendoakan anak bungsu kesayangannya sampai detik ini, sehingga bisa menjalankan
lika-liku kehidupan terutama dalam dunia pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran demi membangun ide dan karya yang jauh lebih
baik lagi untuk kedepannya.

Sabtu, 06 November 2021

Fadhli Anugrah
DAFTAR ISI
ANTROPOLOGI AGAMA DAN BUDAYA………………………………………….i
KATA PRNGANTAR…………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...4
1.1 Latar Belakaang……………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..4
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………..5

2.1 Pengertian Antropologi Agama dan Budaya……………………………

2.2 Asal-usul dari agama…………………………………………………………………

1. Bagaimana tentang pendekatan Antropologi Agama?


2. Apa pendapat agama menurut para Ahli?
3. Siapa saja tokoh Antropologi Agama?
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perlu dipahami, apa yang melekat pada setiap warga negara Indonesia adalah campuran
antara budaya daerah, Indonesia, dan agama yang dipeluknya. Oleh karena itu, sangat
tidak pantas apabila kita memperhadapkan antara tradisi lokal, semangat keindonesiaan,
dan agama termasuk di dalamnya agama Islam.
Setiap ajaran agama selalu memerlukan rumah dan teritorial negara sebagai tempat untuk
tumbuh dan berkembang. Memperdebatkan agama dan budaya lokal Indonesia adalah
yang hal berbeda dan sama sekali tidak berguna. Kalau kita membayangkan dunia hanya
diisi dan dikuasai oleh satu bahasa, etnis, budaya, dan agama adalah mustahil. Selain itu,
suatu wilayah juga akan menjadi tidak menarik dihuni. Terlepas dari apa pun bahasa,
agama, etnis, dan budaya seseorang, terdapat nilai-nilai universal yang sama-sama ingin
dijaga dan ditegakkan. Misalnya, konsep dan keinginan untuk menegakkan keadilan,
kejujuran, perdamaian, dan hidup saling hormat-menghormati.

Antropologi berusaha menjelaskan islam melalui simbol-simbol atau nilai-nilai yang


terdapat di dalamnya dan hadir di mana-mana. Antropologi membantu
memahami Islam secara utuh dengan cara memahami pemahaman masyarakat
terhadap makna terdalam agama Islam itu sendiri.

Sebagai ilmu yang mempelajari manusia, menjadikan antropologi memiliki peran sangat


penting dalam memahami agama. Oleh karena itu, sebagai ilmu yang membahas
tentang manusia, antropologi memiliki nilai penting untuk membantu
memahami agama yang dianut oleh manusia.

Perpaduan antara agama dan budaya, menuai perdebatan antar


masyarakat muslim tentang menilai suatu upacara atau tradisi tertentu
yang dilaksanakan oleh masyarakat secara turun temurun. Ada beberapa
orang ataupun kelompok yang memandang bahwa tradisi tersebut adalah
budaya, dan ada pula yang memandang bahwa pelaksanaan tradisi
tersebut berada pada wilayah agama. Tradisi peusijuk di Aceh ada yang
memandang tradisi tersebut hanyalah budaya turun temurun yang
diciptakan oleh manusia, namun ada juga yang memandang itu bukan lagi
dalam wilayah budaya tetapi terikat juga dalam perilaku agama.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini memiliki rumusan sebagai berikut:

4. Apakah pengertian dari Antropologi Agama dan Budaya?


5. Bagaomana asal-usul dari agama?
6. Bagaimana tentang pendekatan Antropologi Agama?
7. Apa pendapat agama menurut para Ahli?
8. Siapa saja tokoh Antropologi Agama?

1.3 Tujuan

Dalam makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang pengertian dari Antropologi Agama dan


Budaya.
2. Mengetahui tentang asal-usul dari agama.
3. Mengetahui tentang pendekatan Antropologi Agama.
4. Mengetahui tentang pendapat agama menurut para Ahli.
5. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dari Antropologi Agama.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antropologi Agama dan Budaya
Secara epistimologi Agama berasal dari kata “A” dan “Gam” yang memiliki arti yaitu “A”
berarti tidak sedangkan “Gam” memiliki arti lepas, kata tersebut berasal dari Bahasa
sansekerta. Agama tidak memiliki definisi yang kompehensif {tidak menyeluruh} yang
mewadahi unsur-unsur dan mengungkapkan penghayatan secara tepat {menurut
Elizabeth Nottingham}. Agama cukup dideskripsikan sesuai dengan ekspresi dan
pengalaman. Agama merupakan sesuatu yang mengikat pada diri manusia itu sendiri
dan tak pernah lepas dari manusia. Pada intinya agama itu didapat dan bersumber dari
Tuhan.
Kebudayaan adalah alat konseptual untuk melakukan penafsiran dan analisis. Jadi
keberadaan budaya sangatlah penting karena merupakan alat penunjang terhadap
pembahaan mengenai eksistensi dalan suatu masyarakat. Kebudayaan merupakan
hasil cipta tangan dari manusia yang lahir dan muncul dalam suatu masyarakat melalui
proses-proses yang dalam. Demgan begitu menunjukkan bahwa kebudayaan tidak
muncul begitu saja, sehingga patut dilestarikan dan dijaga. Manusia juga menciptakan
kebudayaan sebagai usaha untuk mempertahankan hidup di bumi, sehingga dengan
adanya kebudayaan manusia dapat menjalankan kehidupannya sebagai pelaku
kehidupan.

2.2 Asal-usul agama


Terbentuknya Agama mempunyai sejarah atau juga asal-usul agama yakni Bangsa
Semit. Bangsa Semit berasal dari Jazirah Arab. Bangsa Arab yang tidak hanya
keseluruhan beraganma islam, melainkan ada pula agama Kristen dan juga Yahudi.
Beberapa buktinya ialah adanya perbadanan Nabath yang didirikan oleh bangsa Arab
yang beragama Kristen.

Kristen, Yahudi, serta Islam mempunyai latar belakang yang sama, bisa di buktikan dari
adanya Kitab Agama Islam, Kitab Agama Kristen (Perjanjian lama), di tulis di dalam
suatu rumpunan yang sama yakni dari bahasa Semit. Salah satu isi dari perjanjian lama
kata “Tuhan” yang mempunyai arti yang sama dengan kata “Allah” yang di maksud oleh
Umat Muslim.

Bangsa Indonesia-Eropa ini percaya terdapat banyak Dewa pada masa itu. Sementara
Bangsa Semit ini juga menjadikan ciri khas Bangsa Semit di satukan dengan
kepercayaan satu Tuhan (Monoteisme). Agama Islam, Yahudi, serta Kristen
mempunyai gagasan dasar yang sama yakni percaya kepada satu Tuhan
(Monoteisme). Bangsa Semit ini mempunyai pandangan yang Linier terhadap sejarah,
seperti sebuah garis lurus yang mana garis itu merupakan lambangan terciptanya
Dunia yang merupakan awal dari kehidupan serta kiamat sebagai akhir dari kehidupan.

2.3 Pendekatan tentang Antropologi Agama dan Budaya


Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada dataran
ntara akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran
agama tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat
ntara hubungan agama dengan berbagai pranata sosial yang terjadi di
masyarakat. Penelitian hubungan ntara agama dan ekonomi melahirkan
beberapa teori yang cukup menggugah minat para peneliti agama. Dalam
berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan
yang positif ntara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.
Menurut kesimpulan penelitian antropologi, golongan masyarakat kurang
mampu dan golongan miskin lain pada umumnya lebih tertarik kepada
gerakan keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan
tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan kaya lebih
cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan
secara ekonomi lantaran tatanan tersebut menguntungkan pihaknya.
Mengenai makna pendekatan sosiologi dalam memahami agama.
Diketahui bahwa sosiologi merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang
telah teratur dan terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam tinjauan
sosiologi masyarakat dilihat sebagai suatu kesatuan yang didasarkan pada
ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan
dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang
dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi. Hal
demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru
dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa
bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam agama Islam dapat dijumpai peristiwa
Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa di Mesir.
Mengapa dalam melaksanakan tugasnya Nabi Musa harus dibantu Nabi
Harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa
tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya
dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut
sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya. Di sinilah letaknya
sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran agama.

2.4 Agama menurut para Ahli


Menurut Emile Durkhem agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri
aras kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatlan keimanan melalui rutinitas beribadah.
Menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus
seorang linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal
dari Bahasa sansekerta yang berarti cara, jalan.
Menurut A.M. saefuddin (1987), menyatakan bahwa agama merupakan
kebutuhan manusia yang paling esensial yang besifat universal. Karena itu,
agama merupakan kesadaran spiritual yang di dalamnya ada satu
kenyataan di luar kenyataan yang namfak ini, yaitu bahwa manusia selalu
mengharap belas kasihan-Nya, bimbingan-Nya, serta belaian-Nya, yang
secara ontologis tidak bisa diingkari, walaupun oleh manusia yang
mengingkari agama (komunis) sekalipun.
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana (1992), agama adalah suatu system
kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan
manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga
luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan kepada
alam semesta yang mengelilinginya.
Menurut Sidi Gazalba (1975), menyatakan bahwa religi (agama) adalah
kecendrungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta,
nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, hakekat dari semuanya
itu.
2.5 Tokoh-tokoh dari Antropolog agama
1. Franz Boas (1858 – 1942)

Franz Boas dihormati sebagai pendiri antropologi modern dan bapak


antropologi Amerika yang lahir pada tanggal 9 Juli 1858 di Jerman. Ia
menerima gelar doktor dalam fisika dan post-doktoral di bidang geografi.
Boas dikenal sebagai orang pertama yang menerapkan metode ilmiah
dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan manusia.

2. Edward Sapir (1884-1939)

Edward Sapir adalah seorang antropolog dan ahli bahasa Prusia-Amerika


yang secara luas dianggap sebagai salah satu kontributor terpenting bagi
perkembangan disiplin linguistik. Pernah menjadi mahasiswa Boas, Sapir
mampu mengembangkan hubungan antara linguistik dan antropologi. Sapir
tertarik pada cara bahasa dan budaya saling mempengaruhi, dan
hubungan antara perbedaan linguistik dan perbedaan cara pandang dunia
yang dipengaruhi budaya. Sapir juga menekankan pentingnya
psikologi dalam pemikiran antropologis karena memahami sifat hubungan
antar individu penting untuk memahami perkembangan budaya. Salah satu
kontribusi utama Sapir untuk linguistik adalah klasifikasi bahasa asli
Amerika.

3. Marcel Mauss (1872-1950)

Mauss adalah seorang sosiolog Prancis dan keponakan dari Emile


Durkheim, “pendiri sosiologi modern”. Mauss mengikuti jejak pamannya
dan membantunya dalam menyelesaikan proyek-proyek sosiologisnya
yang terkenal. Marcel Mauss terinspirasi oleh gagasan untuk menganalisis
agama dari perspektif sosial, yang membuat Mauss menjadi pendukung
utama “etnologi sosial.” Dia paling dikenal karena teorinya tentang
pertukaran hadiah (pemberian) di antara berbagai kelompok di seluruh
dunia. Karyanya, “The Gift,” menggambarkan hubungan yang terjalin
antara pemberi dan penerima hadiah.Dia menjelaskan bahwa hadiah lebih
dari sekadar objek, namun juga mewakili hubungan moral antara orang per
orang. Hadiah menjadi kewajiban (entah baik atau buruk) dan timbal balik
yang mengikutinya berfungsi sebagai dasar hubungan sosial.

4. Margaret Mead (1901 – 1978)

Margaret Mead adalah seorang pelopor antropologi budaya, lahir pada


tanggal 16 Desember 1901 di Philadelphia. Mead banyak memberikan
kontribusi dalam memahami konsep-konsep modern tentang budaya barat
dan Amerika.Mead menerbitkan beberapa buku tentang isu-isu
kontemporer dan masyarakat primitif. Dia juga seorang pendukung kuat
hak-hak perempuan. Karyanya yang paling terkenal adalah Coming of Age
in Samoa (1928), Growing Up in New Guinea (1930), Sex and
Temperament in Three Primitive Societies (1935), dan Blackberry Winter:
My Earlier Years (1972).

5. Ruth Benedict (1877 – 1948)

Ruth Benedict adalah seorang antropolog budaya terkenal dari Amerika


Serikat. Antropolog ini lahir pada tanggal 5 Juni 1877 di New York City. Dia
adalah seorang murid Franz Boas, orang yang mempengaruhi ideologinya
dalam melakukan pekerjaannya. Karya Benedict paling terkenal adalah
Patterns of Culture (1934) dimana dia menyatakan bahwa setiap
kebudayaan berasal dari potensi manusia selama periode waktu tertentu.
Dia dikenang sebagai salah satu pelopor penerapan antropologi dalam
mempelajari aspek masyarakat maju.

6. Ralph Linton (1893 – 1953)

Ralph Linton merupakan salah satu antropolog budaya terkenal. Linton


lahir pada tanggal 27 Februari 1893 di Philadelphia. Dia memulai karirnya
sebagai seorang arkeolog dan melakukan penelitian yang luas terhadap
etnografi berbagai daerah, termasuk Madagaskar. The Tanala, a Hill Tribe
of Madagascar diterbitkan Linton pada tahun 1933 setelah dia menerima
gelar doktor. Dia menguraikan perbedaan antara status dan peran yang
merupakan salah satu penunjuk utama dalam antropologi. Karya Linton
yang paling terkenal termasuk The Study of Man (1936) dan The Tree of
Culture (1955).

7. Claude Lévi-Strauss (1908-2009)

Lahir pada tanggal 28 November 1908 di Paris, Claude Lévi-Strauss


belajar tentang hukum dan filsafat. Meskipun ia melanjutkan studi lebih
lanjut dalam bidang filsafat, antropologi struktural menjadi minat utamanya.
Karya besarnya meliputi Structural Anthropology (1958), Totemism (1962),
The Raw and the Cooked (1969), dan The Savage Mind (1972). Levi-
Strauss mengembangkan teori berlawanan biner, misalnya, baik vs buruk,
mentah vs matang, dan lainnya. Claude Lévi-Strauss menyatakan bahwa
budaya adalah sistem komunikasi dalam masyarakat. Dia menafsirkan
budaya manusia atas dasar teori linguistik, informasi, dan cybernetics.

8. Eric Wolf (1923-1999)

Wolf dipengaruhi oleh cita-cita Marxis. Dia dikirim untuk mengumpulkan


data di daerah pedesaan Puerto Rico. Penelitian lanjutan kemudian
membawanya ke Meksiko dan Eropa, di mana dia mengamati masyarakat
petani. Wolf berpendapat bahwa budaya perlu dipelajari dari perspektif
global dan juga menekankan bahwa budaya, termasuk orang-orang non-
Barat, bersifat dinamis.

9. Clifford Geertz (1926-2006)

Clifford Geertz adalah seorang antropolog Amerika yang mendapatkan


ketenaran untuk karyanya pada antropologi simbolis (atau interpretatif).
Fokus uniknya adalah untuk menganalisis tidak hanya bentuk benda
budaya, tetapi apa arti benda-benda tersebut bagi kelompok orang
tertentu. Pekerjaan lapangan Geertz mengarah pada teorinya bahwa “hal-
hal” dalam suatu budaya dapat memiliki makna simbolis yang penting dan
membantu membentuk perspektif tentang dunia sekitarnya.Hal ini dapat
dilihat dalam esainya yang sering dikutip “Deep Play: Notes on the
Balinese Cockfight” di mana Geertz menggambarkan makna simbolis yang
rumit dari adu ayam di Bali, bagaimana adu ayam mewakili ide-ide budaya
maskulinitas dan bahkan bagaimana kebiasaan ini menciptakan semacam
representasi mikrokosmik masyarakat setempat. Clifford Geertz menjadi
pelopor dalam penggunaan “thick description” untuk menjelaskan metode
penelitiannya, yang bertujuan untuk menggambarkan tindakan dan subjek
sambil mengenali konteks dan maknanya yang lebih dalam.Karyanya “The
Interpretation of Culture” masih menjadi sumber utama pemikiran dan
pengajaran antropologi hingga saat ini.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antropologi agama adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari tentang
manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya. Antropologi
menunjuk kepada suatu penghubung yang unikatas moralitas hasrat dan
kekuatan dengan dikendalikan dan kemerdekaan, dengan duniawi dengan
imajinasi dan penjelmaan.
Penelusuran terhadap asal-usul agama secara universal tidak akan mungkin
dicapai karena karakteristik ajaran dan umat beragama sangat banyak dan sangat
berbeda satu sama lain.
3.2 Saran
Disini penulis menyadari bahwasannya karya tulis yang dibuat sangat jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis akan terus belajar dan mendalami ilmu. Dan
penuis sangat mengharapkan dorongan, dukungan dan juga kritik dan saran
demi membangun kualitas belajar penulis.

DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.unpad.ac.id
http://library.iainkediri.ac.id
https://media.neliti.com
https://www.e-jurnal.com
http://Iib.ui.ac.id
https://adoc.tips

Anda mungkin juga menyukai