Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
NPP 30.0090
KELAS G-4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberi kita
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan sesuai
dengan waktu.
Makalah dengan judul Islam, Kultur dan Relasi Antar Budaya sebagaimana untuk
menyelesaikan tugas sanksi disiplin sedang dalan pelanggaran tidak mengikuti kegiatan
keagamaan yang telah ditentukan.
Pada kesempatan kali ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah memberikan dukungan sehingga dapat terealisasikannya penulisan makalah
ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
akan sangat berterima kasih apabila pembaca dapat memberikan masukan yang membangun
bagi kesempurnaan makalah penulis di masa yang akan mendatang. Demikian makalah ini
saya buat semoga dapat bermanfaat untuk pembaca.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah Agama yang diturunkan Allah kepada manusia sebagai Rahmat semesta
alam. Ajaran-ajaran nya selalu membawa kemaslahatan bagi manusia didunia ini. Allah SWT
telah menyatakan hal ini dalam fiirmannya yaitu Surah Toha: 2 yang artinya “ Kami tidak
menurunkan Al Qur’an ini kapadamu agar kamu menjadi susah “ arti dari ayat tersebut
adalah Allah SWT menjamin bagi umat manusia yang menjalani hidup ini sesuai dengan
syari’at islam maka hidupnya akan bahagia dan selalu diberi kemudahan, namun sebaliknya
barang siapa yang membangkang dan melanggar syari’at islam dalam hidup ini maka ia akan
mengalami hidup yang sempit dan penuh dengan penderitaan.
Ajaran-ajaran islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini, tentu
mencangkup dalam aspek-aspek kehidupan. Tidak ada satupun bentuk kegiatan yang
dilakukan manusia, kecuali Allah telah meletakkan aturan-aturan dalam ajaran islam ini.
Kebudayaan merupakan sisi penting dalam kehidupan manusia, manusia memiliki
kecendrungan untuk berbudaya. Manusia diberikan kemampuan dan kebebasan untuk
berkarya, berfikir dan menciptakan suatu kebudayaan.
Agama dan kebudayaan memiliki keeratan satu sama lain, banyak sekali yang salah
mengartikan bagaimana cara menempatkan posisi suatu budaya dan suatu agama dalam
kehidupan. Kita masih sering menyaksikan sebagian masyarakat yang mencampurkan nilai-
nilai agama dengan nilai kebudayaan, padahal hal tersebut tidak bisa selalu disamakan.
1
1.3 Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hal. 149, disebutkan bahwa: “ budaya “
adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli
sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan ( adat, akhlak, kesenian ,
ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudaaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan
ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan. Definisi-
definisi tersebut menunjukkan bahwa jangkauan kebudayaan sangatlah luas. Untuk
memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek :
Endang Saifuddin Anshari, merumuskan bahwa ‘kebudayaan (kultur) adalah hasil karya
cipta (pengolahan, pengerahan, dan pengarahan terhadap alam oleh) manusia dengan
kekuatan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan,dll) dan raganya, yang menyatakan diri dalam
berbagai kehidupan dan penghidupan manusia,sebagai jawaban atas segala tantangan,
tuntutan dan dorongan dari intra diri manusia dan ekstra diri manusia, menuju ke arah
terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan (spiritual dan material) manusia, baik individu
maupun masyarakat, ataupun individu dan masyarakat.
Adapun pengertian Islam menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Allah SWT kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran dalam semua
aspek kehidupan. Berdasarkan keterangan tersebut, Islam menurut istilah mengacu kepada
3
agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari
manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui sebagai orang yang
ditugasi Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses
penyebaran agama Islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan
tata cara ibadahnya. Keterlibatan nabi ini pun berada dalam bimbingan wahyu Allah swt.
Memahami penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa Islam merupakan suatu agama yang
bersumber dari Allah SWT yang ajaran-ajarannya diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW , sedangkan Budaya merupakan keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia
yang di hasilkan dari cipta, rasa dan karsa manusia.
Para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang berbeda di dalam memandang hubungan
antara agama dan kebudayaan.
4
Pendapat kedua yang diwakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa kebudayaan
tidak ada hubungan nya sama sekali dengan agama.
Kelompok ketiga menganggap bahwa kebudayaan merupakan bagian dari agama itu
sendiri.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, islam juga mendorong manusia untuk berbudaya.
Tetapi seperti yang sudah kita ketahui, sebelum islam datang sudah ada kebudayaan yang
telah berkembang. Tentunya kebudayaan tersebut ada yang mengandung kebaikan dan ada
yang mengandung keburukan atau kebatilan.
Adat istiadat dan tradisi ada kalanya yang dapat mewujudkan kebaikan bagi umat
manusia pada salah satu sisi kehidupan manusia, yang tidak ada nash agamanya, kecuali
pengarahan terhadap tujuan yang umum. Ketika itulah peran akal melakukan ijtihat untuk
mencari kehendak ilahi, dalam segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Mungkin bisa dikatakan bahwa adat istiadat atau kebudayaan ataupun tradisi yang
kebaikannya Nampak (mengandung kebaikan) adalah kehendak Ilahi. ia dapat dianggap
sebagai hukum agama yang disandingkan dengan tatanan agama secara menyeluruh, meliputi
berbagai bidang kehidupan. Pada saat itulah kenyataan hidup berperan dalam memahami
agama berdasarkan tradisi yang baik. Ia dianggap sebagai bagian agama ketika tidak ada
nash yang berkaitan dengannya, dan ketika tidak bertentangan dengan nash yang ada.
Islam dan kebudayaan memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Ajaran
islam memberikan aturan-aturan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, sedangkan
kebudayaan adalah realitas keberagamaan umat Islam tersebut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa wujud nyata dari pengamalan ajaran agama islam itu mampu dilihat dari kebudayaan
dan kehidupan nyata para pemeluk agama Islam tersebut.
Kebudayaan dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada tataran
agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengamalan agama
yang terdapat di masyarakat tersebut adalah hasil penalaran para penganut agama dari sumber
agama yaitu wahyu. Salah satu contohnya yaitu ketika kita membaca kitab fiqih, kitab fiqih
tersebut merupakan pelaksanaan dari nash Al-quran maupun hadist yang melibatkan
penalaran dan kemampuan manusia. Pelaksanaan fiqih dalam kehidupan sehari-hari itu
berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama tersebut
5
berkembang. Dengan pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat
mangamalkan ajaran agama tersebut.
Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan
yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan
budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam
menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak
bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu
meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju
kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Dalam kaidah fiqh disebutkan “ al adatu muhkamatun “ artinya “adat kebiasaan dapat
dijadikan sebagai hukum” bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang
merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum.
Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada
ketentuannya dalam syareat.
Salah satu contoh kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam seperti kadar besar
kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita
biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gr emas. Dalam Islam budaya itu
syah-syah saja, karena islam tidak menentukan besar kecilnya mahar. Menentukan bentuk
bangunan Masjid, dibolehkan memakai arsitektur Persia, ataupun Jawa yang berbentuk Joglo.
Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat
istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum. Sebagai contoh
adalah menikah antar agama adalah dibolehkan dalam Islam karena nikah antar agama sudah
menjadi budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di atas. Pernyataan
6
seperti itu tidak benar, karena Islam telah menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak
diperkenankan menikah dengan seorang kafir. Dijelaskan dalam al-qur’an Surah Al-
Mumtahana Ayat 10.
“Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Abu Bakar Siddik ditugaskan oleh Rasulullah SAW
sebelum haji wada untuk memimpin satu kaum pada hari Nahar melakukan haji, kemudian
memberitahukan kepada orang banyak, suatu pemberitahuan:
Ketahuilah! Sesudah tahun ini orang-orang Musyrik tidak boleh lagi haji dan tidak boleh
thawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang.
Sebelum Islam, orang-orang musyrik Arab telah melakukan juga pekerjaan haji menurut
cara mereka sendiri. Antara lain ialah thawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang bulat sambil
bertepuk tangan.” (Hadits Shahih Bukhari no. 843). Sebelum Islam datang tawaf dilakukan
oleh orang-orang kafir secara telanjang, namun setelah kedatangan Islam hal tersebut di
rekonstruksi menjadi lebih islami.
Seperti, budaya “ ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara
pembakaran mayat yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan
secara besar-besaran. Ini dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang
meninggal supaya kembali kepada penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan biaya
yang sangat besar. Hal yang sama juga dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Tengah
dengan budaya “tiwah“ , sebuah upacara pembakaran mayat. Bedanya, dalam “ tiwah” ini
dilakukan pemakaman jenazah yang berbentuk perahu lesung lebih dahulu. Kemudian kalau
sudah tiba masanya, jenazah tersebut akan digali lagi untuk dibakar. Upacara ini berlangsung
7
sampai seminggu atau lebih. Pihak penyelenggara harus menyediakan makanan dan minuman
dalam jumlah yang besar , karena disaksikan oleh para penduduk dari desa-desa dalam daerah
yang luas. Di daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan meninggal, juga memerlukan
biaya yang besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk mengadakan hewan kurban yang
berupa kerbau. Lain lagi yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap, Jawa tengah. Mereka
mempunyai budaya “ Tumpeng Rosulan “, yaitu berupa makanan yang dipersembahkan
kepada Rosul Allah dan tumpeng lain yang dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang
menurut masyarakat setempat merupakan penguasa Lautan selatan (Samudra Hindia).
Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan dengan ajaran
Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam melarangnya, karena
kebudayaan seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab,
dan persatuan, serta tidak mempertinggi derajat kemanusiaan.
Ajaran Islam mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan upaya bagi
kebaikan dan kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam pengembangan kebudayaan.
Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu prestasi peradaban baru yang
tinggi yang dikenal dengan “peradaban Islam” yang dalam sejarahnya telah memberikan
andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban dunia.
Namun Islam tidak menerima begitu saja segala wujud kebudayaan yang ada. Karena
jika demikian Islam seolah-olah dipahami tidak memiliki nilai-nilai dasar bagi
pengembangan kebudayaan. Ada sejumlah prinsip dasar yang terkandung di dalam Alquran
dan hadits, sehingga umat Islam dapat mengembangkan kebudayaan secara maksimal.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
Islam menempatkan akal fikiran dalam posisi yang tinggi, sebagaimana firman-Nya dalam
Surat Ali Imran:190, 191 yang artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
8
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(Q.S.3:190,191).”
Anjuran atau dorongan Islam agar umat Islam menguasai ilmu pengetahuan ini antara lain
dijelaskan dalam surah al-Mujadalah: 11 artinya :
Hadis nabi berbunyi: ”Menuntut Ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam, laki-laki maupun
perempuan”.Dalam hadist lain juga dinyatakan: “Tutututlah ilmu dari buaian sampai ke liang
lahat”
Kecaman Allah terhadap orang yang taklid antara lain dijelaskan Alquran sebagaimana
firman-Nya dalam surat Al-Isra: 36 artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(Q.S.17: 36).
Penghargaan Islam akan nilai suatu kreasi dijelaskan lewat keterangan hadis nabi:
“Barangsiapa memulai satu cara (keduniaan) yang baik, dia akan mendapat ganjaran orang-
orang yang mengerjakan cara yang baik itu sampai hari kiamat”
Dorongan agar manusia berhasil di dalam kehidupan dunia dijelaskan oleh Alquran surat
Al-Qashas:77 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S.28: 77).
9
Hadist: “Bekerjalan untuk keduniaanmu, seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya
dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok hari”
Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk
berkarya, berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa
budaya merupakan hasil karya manusia. Sedang agama adalah pemberian Allah untuk
kemaslahatan manusia itu sendiri.
Yaitu suatu pemberian Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing
karya-karya manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan
mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan
berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam
dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian,
Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “.
Kebudayaan Islam adalah hasil karya manusia muslim yang bersumber dari ajaran
islam, dan mempunyai beberapa ciri diantara : bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai
positif dan mengangkat harkat manusia, dan tentunya tidak bertentangan dengan ajaran Islam
itu sendiri. Hasil kebudayaan islam ini pasti mempunyai kekurangan, cacat, tidak lengkap
karena merupakan karya manusia.
Sedangkan islam adalah ajaran-ajaran Allah yang diturunkan kepada manusia agar
hidup mereka terarah dan bermanfaat serta sesuai dengan tuntunan ilahi. Islam ini sudah
lengkap, sempurna, tidak ada cacat sedikitpun karena langsung diturunkan dari Allah SWT,
dzat yang sempurna dan tiada bandingnya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian tentang “Hubungan Islam dan Kebudayaan” yang telah dipaparkan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa Islam adalah mutlak ciptaan Allah SWT yang hakiki oleh
karena itu Islam dijamin akan kefitrahannya, kemurniannya, kebenarannya, kekekalannya,
dan konstanta atau tidak dapat dirubah oleh manusia sampai kapanpun. Sedangkan
kebudayaan adalah hasil cipta, karya, rasa, karsa dan akal buah budi manusia untuk mencapai
kesempurnaan hidupnya, dimana kebudayaan itu sendiri akan mengalami perubahan sejalan
dengan perkembangan jaman.
Antara kebudayaan dan agama Islam saling terkait antara yang satu dengan yang lain.
Agama sebagai petunjuk kehendak ilahi sedangkan kebudayaan adalah wujud dari
pengamalan ajaran agama yang di tafsirkan oleh manusia melalui penalaran. Ada 3 jenis
kebudayaan menurut islam, Yaitu:
11
Oleh karena itu, penulis menekankan kepada pembaca bahwa antara Islam dan
kebudayaan memiliki hubungan namun tidak semua dapat diadobsi. Demikian makalah ini
disususun, semoga dapat menjadi satu dari sarana dalam menerangkan antara Islam dan
Kebudayaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ibid. hal.309
http://ahmadzain.wordpress.com/2006/12/08/relasi-antara-islam-dan-kebudayaan/ diakses 11
Desember jam 14.30 wita
Ibid
13