STUDI AGAMA
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Dosen pembimbing:
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun tugas makalah yang
berjudul “Tentang Studi Islam”.
Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi syarat salah satu tugas Studi Islam.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
2. Rekan-Rekan yang selalu mendukung dan membantu ikut serta dalam pembuatan
makalah
Bengkulu,November 2020
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar
Isi.............................................................................................................
...........II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah....................................................................................1
1.3
Tujuan....................................................................,.................................
.....1
BAB II PEMBAHASAN
B. Studi
Agama.................................................................................................5
3
D. Telaah “Konstruksi Teori” Penelitihan
Agama..............................12
Kesimpulan..............................................................................................
...15
Saran........................................................................................................
.....16
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................1
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup
dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, al-Qur’an dan hadis, tampak amat ideal dan agung.
4
Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam
memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian
sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,egaliter, kemitraan, anti-
feodalistik, berakhlak mulia, dan sikap-sikap positif lainnya.
Dalam mempelajari tentang islam paling tidak ada beberapa sumber ajarannya yang
bisa dipelajari yakni: teks-teks atau nash-nash,penafsiran konteks agama serta perilaku
sosial yang terjadi pada komunitas pemeluknya. Dalam mamahami sumber primer yang
berupa teks ada beberapa pandangan para ilmuwan mengenai posisi teks itu sendiri,
yang akan penulis bahas pada makalah ini.
Islam dengan ajarannya yang mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia serta
perkembangan dan pengaruh global terhadap penduduk muslim dunia berhasil menarik
perhatian besar dalam studi agama di dunia. Posisi tradisional studi islam dalam
program studi ketimuran dan kawasan yang menempati kedudukan penting di
universitas-universitas amerika utara menjadi bagian dari problem.2 Dalam makalah ini
penulis akan menjabarkan sedikit tentang sejarah perkembangan studi agama di
dunia.
1.2.Rumusan Masalah
1.2. Tujuan
5
4. Untuk menambah wawasan tentang agama
6
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun kata religi berasal dari bahasa latin Menurut satu pendapat, demikian
Harun Nasution mengatakan bahwa asal kata religi adalah relegere yang
mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga
sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi
kepada Tuhan yang terkumpul dilam kitab suci yang harus dibaca.
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press,1979), h.9-10
7
Adapun pengertian agama menurut salah satu ahli, yaitu Elizabet K
Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia
untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan
alam semesta. Agama telah menimbulkan khayalnya yang paling luas dan juga
digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang
lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan
juga perasaan takut dan ngeri.
Dari beberapa definisi diatas, kita dapat menjumpai 4 unsur yang menjadi
karakteristik agama, sebagai berikut:
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama
adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi
ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi
manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang di dalamnya
mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya
menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut
bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.
Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima dan aslama. Salima
mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama juga
mengandung arti kepatuhan, ketundukan, dan berserah. Yang disebut dengan
2
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press,1979), h.11.
8
muslim adalah orang yang tunduk, patuh, dan berserah diri sepenuhnya kepada
ajaran Islam dan akan selamat dunia dan akhirat.3
Islam secara harfiyah berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata
salima diubah bentuk menjadi bentuk aslama yang artinya berserah diri. Berpijak
pada arti tersebut maka kajian islam mengarah pada tiga hal:
Pertama : Islam yang mengarah pada ketundukan atau berserah diri
kepada Tuhan satu-satunya sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini
membawa pada timbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan
tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri.
Kedua : Islam dapat dimaknai suatu pengarahan kepada keselamatan dunia
dan akhirat karena ajaran islam pada hakikatnya membina dan membimbing
manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan
dunia maupun kehidupan akhirat.
Ketiga : Islam bermuara pada kedamaian. Manusia merupakan salah satu
unsur yang hidup dan diciptakan dari sumber yakni thin melalui seorang ayah dan
ibu sehingga manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang
lain, makhluk yang lain bahkan berdampingan dengan alam raya.4
Latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri
manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini
memerlukan pembinaan, pengarahan, pengembangan, dan seterusnya dengan cara
mengenalkan agama kepadanya.
3
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep Tentang Seluk Beluk Pemahaman
Ajaran Islam dan Isu-Isu Kontemporer dalam Studi Islam). Yogyakarta: Teras, 2013, hlm. 19-20
4
Study Islam IAIN Ampel, Pengantar Study Islam, Surabaya: Sunan Ampel Press, 2010, hlm. 10-11.
9
Kelemahan dan kelebihan manusia diungkapkan oleh kata al-nafs.
Selanjutnya, Quraish Shihab mengatakan, walaupun Alquran menegaskan bahwa
nafs berpotensi positif dan negatif, namun diperoleh pula isyarat bahwa pada
hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya, hanya
saja daya tarik keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan. Sifat-sifat yang
cenderung kepada keburukan yang ada pada manusia itu antara lain berlaku
zhalim (aniaya), dalam keadaan susah payah (fi kabad), suka melampaui batas
(anid), sombong (kubbar) ingkar dan sebagainya. Karena itu manusia dituntut agar
memelihara kesucian nafs dan tidak mengotorinya.5 Untuk menjaga kesucian nafs
ini manusia harus selalu mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama,
dan di sinilah letaknya kebutuhan manusia terhadap agama.
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena
manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik
yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa
dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan tantangan dari luar dapat
berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja
berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
B. Studi Agama
1. Fenomena Agama dalam Kehidupan Manusia
5
M Quraish Shihab,Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1996),cet.III,h.286.
10
bumi ini. Beliau membawa agama samawi yang bersifat universal dan eternal.
Dalam arti, bahwa jika Rasul-rasul sebelumnya diutus oleh-Nya untuk
mendakwahkan ajaran agama samawi kepada lingkungan budaya bangsanya
masing-masing, maka Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir harus
mendakwahkan ajaran agama samawi yang dibawanya kepada lingkungan budaya
bangsa-bangsa di dunia dan berlaku sampai akhir zaman (QS. al-Anbiya': 107 dan
QS. Saba': 28), agama samawi yang dibawa oleh Nabi Mumammad S.A.W. inilah
yang selanjutnya disebut dengan agama Islam yang bersifat final, universal, dan
eternal
11
dapat diikuti pada uraian berikut ini.
Pertama, menyatakan bahwa istilah agama, religi, dan al-din itu berbeda-
beda antara satu dengan lainnya, dan masing-masing mempuny pengertian
sendiri-sendiri dapat ini dikemukakan oleh Sidi Gazalba dan Zainal Arifin
Abbas).Menurut Sidi Gazalba bahwa istilah al-din lebih luas
pengertiannya daripada istilah agama dan religi).
Kedua, menyatakan bahwa arti istilah agama, religi, dan al-din adalah
sama, hanya berbeda dari segi bahasanya saja.(dengan demikian, kata
religi (refigion), al-din dan atau agama, walaupun mang masing
mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri danmasing-masing mempunyai
riwayat dan sejarahnya sendiri, namun dalam arti teknis terminologis
ketiga istilah tersebut mempunyai inti makna yang sama, tegasnya religi
(bahasa Eropa) = religion (bahasa Inggris) = al-din (bahasa Arab) =
Agama (bahasa Indonesia).
2. Pengertian Etimologi Agama, Religi, dan al-Din
Agama: berasal dari bahasa Sanskerta, masuk dalam perbendaharaan
babasa Melayu (Nusantara) dibawa oleh Agama Hindu dan Budha, untuk
menunjukkan sistem kepercayaan dan tata cara serta upacara agama Hindu
dan Budha tersebut. ada pendapat yang menyatakan bahwa kata agama
berasal dari kata a yang berarti tidak, dan gama yang berarti kacau atau
kocar-kacir. Jadi, kata agama berarti tidak kacau, tidak kocar-kacir, dan
berarti teratur. pendapat (H. Bahrum Rangkuti (seorang Linguist) bahwa
orang yang menyatakan kata agama dari kata a dan gama, adalah tidak
ilmiah. Oleh karena mungkin yang menerangkan itu belum mengetahui
dan memahami bahasa Sanskerta.)
Di samping itu dari analisis etimologis tersebut di atas juga dapat diambil
pengertian bahwa agama merupakan pembawaan dari proses kejadian
(fitrah) manusia Karenina agama mengalami proses tumbuh da
12
berkesabang bersama dengan proses pertumbuhan dan perkembangan nsi
fitrah lainnya, yang membentuk suatu sistem kehidupan keagamaan, dal
dan budaya, serta lingkungan yang serasi
3. Pengertian Agama Secara Terminologi
Analisis etimologis di atasnya merupakan usaha memberikan
gambaran atau pengertian umum tentang agama. Sementara itu para ahli
telah berusaha untuk memberikan pengertian yang bersifat definitif
tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan agama. Dalam rangka
memberikan definisi tentang istilah agama mereka berusaha mempelajari
dan kemudian mendeskripsikan gejala-gejala atau tanda-tanda yang
menunjukkan adanya agama tersebut dalam kehidupan manusia, kemudian
mengambil kesimpulan. Gejala-gejala agama yang bisa dipelajari itu
tentunya hanya berupa gejala-gejala yang tumpak, yaitu yang berupa
perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, bahwa
yang dipelajari tersebut adalah perilaku kehidupan beragama yang tampuk
dan bisa diamati, sedangkan pengalaman keagamaan yang bersifat
subjektif tentunya tidak bisa di pelajari. Dengan penjelasan tentang
pengertian agama tersebut, maka ciri-ciri agama itu adalah (1) percaya
pada Kudus kekuasaan gas di atas manusia kepada siapa manusia
bergantung mutlak, (2) hubungan dengan yang kudus itu dengan ritus,
kultus, dan permohonan (3) doktrin yang mengajarkan tentang
kepercayaan dan hubungan dan (4) sikap hidup dalam menghadapi
manusia.
4.Pengertian Din agama (Agama dalam Al-Qur'an)
Secara historis agama Islam adalah agama terakhir di antara agama-
agama dunia yang ada sekarang ini Secara teoretis, pertumbuhan dan
perkembangan potensi pembawaan atau fitrah manusia menjadi sistem
budaya dan peradaban manusia, berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsu serta bersifat fungsional artinya bahwa suatu tahap
perkembangan sistem budaya suatu masyarakat, berfungsi sebagai
landasan dan titik tolak bagi perkembangan berikutnya dan seterusnya
13
secara berkesinambungan. Di samping itu, pertumbuhan dan
perkembangan sistem budaya banga-bangsa menjadi semakin terbuka dan
menjadi sistem budaya universal berdasarkan asumsi tersebut agama Islam
sebagai agama terakhir mempunyai fungsi menyempurnakan agama-yang
ada sebelumnya dan sekaligus menjadi agama yang bersifat universal,
yang bisa menampung pengembangan agama bangsa-bangsa yang ada
sebelumnya.
ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah din yang
telah disempurnakan dan diridhoi oleh Allah, sebagaimana ditegaskan oleh
Allah melalui ayat yang terakhir diturunkan QS. Al Ma'idah ayat 3
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi
barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka
sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." QS. Al Ma'idah ayat 3
Dalam Qs. al- Kafirun dinyatakan bahwa orang kafir pun mempunyai din :
Dari isyarat beberapa ayat tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa konsep
din (agama) mengandung beberapa unsur, yaitu: sebagai aturan,perundang-
undangan hidup yang ditetapkan oleh Tuhan (atau yang diper tuhan), yang
mengatur tata cara pengabdian ibadah manusia terhadap Tuhan (atau yang
dipertuhan), yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan tetap
sesuai dengan fitrah dan tujuan penciptaan.
14
3. Klasifikasi Agama Samawi dan Agama Budaya
15
Dengan demikian, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama
fitrah yang menjadi bentuk agama budaya tersebut, Allah menurunkan ajaran
agama samawi melalui para utusan-Nya, yang berfungsi untuk meluruskan dan
membenarkan serta menyempurnakan ajaran agama budaya, yang pada
hakikatnya merupakan perkembangan agama fitrah sesuai dengan tingkat
perkembangan akal pikiran dan budaya suatu masyarakat.
2. Agama Samawi Meluruskan dan Menyempurnakan
Perkembangan Agama FitrahSebagaimana telah dikemukakan, bahwa agama
fitrah merupakan realisasi dan aktualisasi potensi fitrah beragama yang ada pada
manusia Agama fitrah itu pada hakikatnya merupakan realisasi dari pemyataan
dan kesaksian manusia sebelum hidup di muka bumi, bahwa manusia akan
menjadikan Allah sebagai Rabh, sebagai Tuhan yang menciptakan, menum buh
kembangkan, memelihara, menguasai, mengatur kehidupan di alam semesta ini"
(QS. al-A'raf 172). Sebagai konsekuensi dari pengakuan dan kesaksian tersebut,
maka manusia harus mengabdikan diri, tunduk, patuh, dan pasrah kepada
kehendak dan kekuasaan Allah dalam kehidupannya di muka Bumi. Itulah agama
fitrah, agama yang masih merupakan potensi laten/terpendam dalam diri manusia
bersama dengan potensi-potensi fitrah yang lainnya.
Dengan demikian agama samawi terakhir yang bersifat final dan yang
terbukukan secara otentik dalam bentuk Al Qur'an tersebut. Akan menyebar dan
memasuki lingkungan budaya bangsa-bangsa, serta akan bertumbuh kembang
bersama budaya bangsa-bangsa tersebut mewujud kan suatu sistem budaya
semesta (universal) dan menjadi rahmah lial lamin. Dalam proses bertumbuh
kembangnya itu tidak lepas dari kemung. kinan terjadinya penyelewengan dan
penyimpangan penyimpangan. Hal ini tentunya akan menjadi penghambat bagi
terwujudnya sistem budaya universal yang menjadi rahmah li al-'alamin. Dan hal
ini merupakan tantangan bagi umat Muhammad, sehingga menjadi kewajiban bagi
umat Muhammad, dari satu generasi ke generasi berikutnya, untuk mampu men
jawabnya dan memecahkan permasalahan tersebut, agar ajaran agama samawi
terakhir ini (Islam) tetap murni dan menjadi rahmah li al-'alamin.
16
4. Perkembangan Agama dan Kehidupan Budaya Manusia
17
karena itu, mereka selalu berusaha berkomunikasi untuk mohon bantuan,
pertolongan, dat perlindungan-Nya Tahap ini merupakan realisasi tahap awal dari
tumbuh- nya fitrah beragama yang ada pada manusia.
Sebagaimana telah dikemukakan halwa sejak awal kehidupan dan budaya
manusia di muka bumi. Allah mengutus para Rasul kepada setiap masyarakat
umat untuk memberikan peringatan, petunjuk tentang siapa kekuatan mutlak yang
menjadi sumber dan tujuan akhir segala sesuatu (termasuk manusia dan
bagaimana harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan
kepada-Nya. Namun karena tingkat pemikiran mereka yang masih sangat
sederhana, seruan dan peringatan itu tampak kurang mendapatkan perhatian
secara luas dalam masyarakat. Tetapi yang jelas bahwa seruan para Rasul itulah
yang mendorong tumbuhnya bentuk kehidupan keagamaan monoteisme itu.
Pada tahap metafisik ini ditandai oleh perkembangan akal pikiran manusia
yang luar biasa. Akal pikiran manusia mulai terbuka untuk menge tahui berbagai
rahasia alam sekitarnya, mulai mengerti dan memahami berbagai hubungan sebab
akibat, dan akhirnya sampai pada pemikiran tentang hakikat dari segala sesuatu
yang ada, bahkan sampai pada hakikat kehidupan itu sendiri.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Al Qur'an mendorong penggunaan
akal dan pengembangan secara maksimal. Hal ini juga ditegaskan oleh Nabi
Muhammad SAW, "al-Din hue al-a la dina li man la 'agl lah" Karena itu agama
Islam adalah agama yang rasional, yang dibutuhkan oleh masyarakat bangsa yang
tingkat perkembangan jiwa dan kemampuan budi dayanya berada pada tahap
metafisik. Bahkan sebagai apa akan tetap relevan dengan tahap-tahap
perkembangan selanjutnya
Pada tahap positif ini jiwa manusia tidak lagi merasa puas dengan hal hal
18
abstrak. Orang tidak lagi berkepentingan dengan hal-hal yang berkaitan dengan
sebab pertama atau tujuan akhir, tetapi merasa lebih dekat dengan hal-hal atau
gejala-gejala yang dapat diterangkan dan diteliti melalui pengamatan di atas
hukum-hukum yang deskriptif. Pada saat inilah perkembangan jiwa manusia tiba
pada tahapnya yang paling akhir, yaitu tahap positif, konkret, atau riil di atas
pandangan ilmiah yang matang Dan indai tahap pembebasan yang sebenarnya,
yang tidak lagi dipengaruhi oleh kekuatan atau pengertian-pengertian
dikodratmetafisik yang tidak bisa dibuktikan secara nyata. Dengan kematangan
jiwa manusia, makalah merasa tidak berkepentingan dengan pengetahuan yang
abstrak atau pengetahuan tentang sesuatu yang mutlak dan universal yang dicari
dan dibutuhkan adalah pengetahuan yang riil dan konkrit, yang bisa dicapai
melalui pengamatan, percobaan (eksperimen), perbandingan di atas hukum-
hukum yang umum.)
Demikian situasi dan kondisi objektif yang dihadapi manusia dan kehidupan
budayanya yang sedang memasuki tahap positif. Manusia berada dalam kondisi
problematis, menghadapi berbagai masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh
manusia sendiri dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
canggih, sungguh pun Iptek itu dianggap sebagai satu-satunya potensi yang dapat
digunakan untuk memecahkan berbagai problem kehidupannya. Iptek dan
kehidupan budaya manusia memang terus berkembang secara dinamis, tetapi
dinamika itu tidak dibarengi dengan arah dan tujuan yang pasti dan hakiki,
sebagai akibat dari ketidakpeduliannya terhadap sang Pencipta Yang Maha Adil
dan Bijaksana. Lalu bagaimana manusia bisa keluar dari kondisi problematis
tersebut? Inilah masalah dan tantangan yang dihadapi oleh kehidupan budaya
manusia pada tahap perkembangan lebih lanjut, yaitu tahap post-positif (sesudah
tahap positif di zaman dan era globalisasi saat ini.
19
Sitem budaya dan peradaban modem adalah kelanjutan tata per kembangan
lebih lanjut dari kehidupan budaya manusia pada tahap positif Sebagaimana
dikemukakan di atas, bahwa kehidupan budaya poco f ditandai dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendominasi
menentukan, dan mewarnai kehidupan sosial budaya manusia.
Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, Islam telah tampil sebagai agama
yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat,
20
antara hubungan manusia dengan Tuhan; antara hubungan manusia dengan
manusia, dan antara urusan ibadah dengan urusan muamalah
Menurut Kuntowijoyo, kita butuh ilmu sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang
tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberi
petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Yaitu
ilmu sosial yang mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan
profetik tertentu; perubahan tersebut didasarkan pada tiga hal. Pertama, cita-cita
kemanusiaan, kedua, liberasi dan ketiga, transendensi. Cita-cita profetik tersebut
dapat diderivasikan dari misi historis Islam sebagaimana terkandung dalam ayat
110 surat Ali 'Imran sebagai berikut:
هّٰلل
ِ ف َوت َۡنهَ ۡونَ َع ِن ۡال ُم ۡن َك ِر َوتُ ۡؤ ِمنُ ۡونَ بِا ِؕ َولَ ۡو ٰا َمنَ اَ ۡه ُل ۡال ِك ٰت
ب ِ اس ت َۡا ُمر ُۡونَ بِ ۡال َم ۡعر ُۡو ِ َّخَي َر اُ َّم ٍة اُ ۡخ ِر َج ۡت لِلن ۡ ُۡك ۡنتُم
َلَڪَانَ خ َۡيرًا لَّهُمۡؕ ِم ۡنهُ ُم ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ َواَ ۡكثَ ُرهُ ُم ۡال ٰف ِسقُ ۡون
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. (QS Ali-Imran, 110).
Dengan ilmu sosial profetik ini, kita ingin melakukan reorientasi terhadap
epistemologi, orientasi terhadap mode of thought dan mode of inquirity, yaitu
21
suatu pandangan bahwa sumber ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan empiri
sebagaimana yang dianut dalam masyarakat barat, tetapi juga dari wahyu.
Jika saat ini kita menghadapi kesenjangan sosial yang diakibatkan oleh
perbedaan tingkat ekonomi, maka pada masa kelahirannya lima belas abad yang
lalu Islam telah memberikan perhatian terhadap masalah ini. Kesenjangan sosial
pada sistem kapitalis ternyata lebih besar daripada kesenjangan pada sistem
sosialis, dan pada dunia ketiga seperti Indonesia, kesenjangan sosial itu lebih
besar lagi.
Dalam hubungan ini Islam mengakui adanya upaya suatu gerakan kelompok
yang membela kelas tertindas, tetapi gerakan itu tidak bersifat class for itself,
seperti gerakan komunis dan sebagainya, bukan untuk menghancurkan kelas yang
lain. Dalam perspektif Islam, struktur yang adil tidak akan tercipta hanya dengan
menghancurkan kelas yang menguasai alat-alat produksi. Dari sini terlihat dengan
jelas tentang kepedulian Islam terhadap upaya mengikis kesenjangan yang terjadi
di masyarakat.
22
1. Pengertian Kontruksi Teori Penelitihan Agama
konstruksi teori" adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas
atau hukum-hukum mengenai sesuatu yang antara satu dan lainnya saling
berkaitan, sehingga membentuk suatu bangunan.
6
H.M.Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, (Jakarta : Golden Trayon Press, 1992),
cet.IV, h.1.
23
2.Macam-macam penelitihan
1. Penelitian Historis
3. Penelitian Korelasional
4.Penelitian Kausal-Komparatif
24
7.Penelitian Survei
8.Grounded Research
Tujuannya adalah menyajikan jalan keluar dari “stagnasi teori” dalam ilmu-
ilmu sosial dengan menitikberatkan pada sosiologi.8
2. Studi kepustakaan
3. Landasan teori
4. Metodologi penelitan
5. Kerangka analisis9
7
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1989), h.3.
8
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1989), h.8.
9
Azyumardi azra, Desain Kuliah dalam Pengkajian Islam, tahun 1997.
25
2. Pendekatan perbandingan
3. Pendekatan topikal-tematik
Yaitu mengkaji suatu maslah dalam satu bidang ilmu pengethuan dengan cara
mengelompokanya dalam topik-topik tertentu atau tema-tema yang terdapat pada
masing-masing disiplin keilmuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian agama Islam yang telah dipaparkan secara sederhana merupakan
agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah, bukan berasal dari manusia,
dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad saw sebagai pedoman untuk kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Sumber-sumber ajaran agama islam terdiri dari teks-teks asli islam, yakni al-
qur’an dan otentisitas hadis nabi saw, pemikiran islam yang dapat dianggap sebagai
penafsiran dari teks asli, perilaku sosial politik sebagai manifestasi islam yang berada di
beberapa negara dengan latar belakang sosio-historisnya sendiri-sendiri.
Ada beberapa pandangan para ahli mengenai al-Qur’an adan sunnah sebagai
sumber primer ajaran islam yang penulis jelaskan dalam makalah ini, yaitu:
1. Abu Zaid mengatakan bahwa metode yang paling tepat dalam menafsirkan al-
Qur’an secara obyektif adalah kritik wacana yang berkembang di dunia modern.
2. Fazlur Rahman berangkat dari penolakannya terhadap para orientalis
diantaranya: pendapat Goldziher yang mengartikan sunnah sebagai “praktik normatif”
26
masyarakat muslim awal dan sekaligus sebagai “praktik yang hidup secara aktual”.
Bahkan bagi Goldziher istilah sunnah sudah ditemukan sejak masa arab pra islam.
Fazlurrohman berasumsi bahwa yang menyebabkan mereka menolak konsep
sunnah nabi adalah karena beberapa faktor, yakni:
a. Mereka menemukan sebagian dari kandungan sunnah merupakan kontinuasi
dari kebiasaan dan adat istiadat arab dari masa sebelum islam.
b. Sebagian besar kandungan sunnah adalah hasil pemikiran ahli-ahli hukum
islam yang dengan ijtihad pribadi.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Muhaimin. M.A.,et al. 2018. Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan
Pendekatan. Jakarta: Prenadamedia Group.
29