Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

ISLAM DAN STUDI AGAMA

DISUSUN OLEH :

RAHMI AULIA (12111621311)

NURUL FATIAH

ALYA SYAHNAN AZIZ


KELAS : BKPI-3A

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Atikah Hermansyah, M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul ISLAM DAN STUDI AGAMA dapat
selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kelompok dari Ibu Dr. Atikah
Hermansyah, M.Pd pada bidang Studi Metodologi Studi Islam Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Islam dan Studi Agama.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Atikah Hermansyah, M.Pd selaku
guru mata kuliah Metodologi Studi Islam. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis
memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan dalam
makalah ini. Penulis juga berharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Pekanbaru, 28 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2

PEMBAHASAN.............................................................................................................3

A. Pengertian Islam..................................................................................................3
B. Universalisme Islam............................................................................................3
C. Dimensi Baru dari Kedatangan Islam.................................................................7
D. Islam Sebagai Jalan Tengah................................................................................8
E. Agama dan Peradaban Manusia..........................................................................9
F. Islam Menyatukan Bangsa-Bangsa Dunia..........................................................9

PENUTUP.......................................................................................................................11

A. KESIMPULAN...................................................................................................11
B. SARAN...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di
dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-
luasnya.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, al-Qur’an dan hadis, tampak amat ideal dan
agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal
pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang
dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan
kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, berakhlak mulia, dan sikap-
sikap positif lainnya.
Dalam mempelajari tentang islam paling tidak ada beberapa sumber ajarannya
yang bisa dipelajari yakni: teks-teks agama serta perilaku sosial yang terjadi pada
komunitas pemeluknya. Dalam mamahami sumber primer yang berupa teks ada
beberapa pandangan para ilmuwan mengenai posisi teks itu sendiri, yang akan penulis
bahas pada makalah ini.
Islam dengan ajarannya yang mencakup seluruh dimensi kehidupan
manusia serta perkembangan dan pengaruh global terhadap penduduk muslim dunia
berhasil menarik perhatian besar dalam studi agama di dunia.

Fadhil al-Jamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, terj. H.M. Arifin, Jakarta:
Golden Terayon Press, 1992, hlm,11-21

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian agama Islam?
2. Bagaimana pemikiran universalisme Islam menurut M.Amin Abdullah?
3. Bagaimana dimensi baru dari kedatangan Islam?
4. Bagaimana Islam sebagai jalan tengah?
5. Bagaimana pandangan tentang agama dan perdaban manusia?
6. Bagaimana pandangan Islam menyatukan bangsa-bangsa dunia?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari agama Islam.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan pemikiran universalisme Islam
3. Untuk mengetahui dimensi baru dari kedatangan Islam.
4. Untuk mengetahui Islam sebagai jalan tengah
5. Untuk mengetahui pandangan tentang agama dan peradaban Islam
6. Untuk mengetahui Pandangan Islam menyatukan bangsa-bangsa dunia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Islam


Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima dan aslama. Salima
mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama juga mengandung
arti kepatuhan, ketundukan, dan berserah. Yang disebut dengan muslim adalah orang
yang tunduk, patuh, dan berserah diri sepenuhnyakepada ajaran Islam dan akan
selamat dunia dan akhirat.
Islam secara harfiyah berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
diubah bentuk menjadi bentuk aslama yang artinya berserah diri. Berpijak pada arti
tersebut maka kajian islam mengarah pada tiga hal:
Pertama : Islam yang mengarah pada ketundukan atau berserah diri kepada
Tuhan satu-satunya sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa pada
timbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud
dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri.
Kedua : Islam dapat dimaknai suatu pengarahan kepada keselamatan dunia
dan akhirat karena ajaran islam pada hakikatnya membina dan membimbing manusia
untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan dunia
maupun kehidupan akhirat.
Ketiga : Islam bermuara pada kedamaian. Manusia merupakan salah satu
unsur yang hidup dan diciptakan dari sumber yakni thin melalui seorang ayah dan ibu
sehingga manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang lain,
makhluk yang lain bahkan berdampingan dengan alam raya.
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
manusia melalui nabi Muhammad Saw. Sumber ajarannya meliputi berbagai segi dari
kehidupan manusia berupa al-Qur’an dan Hadis dan merupakan bagian pilar penting
kajian islam sekaligus pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan
membumikan praktik penghambaan kepada Tuhan, baik yang bersifat teologis
maupun humanistis.
Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa islam adalah agama perdamaian;
dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat
manusia menjadi bukti nyata, bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian agama islam di atas dapat disimpulkan
bahwa islam adalah agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah,
bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad saw
sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep tentang Seluk Beluk Pemahaman Ajaran
Islam Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dalam Studi Islam), Yogyakarta: Teras, 2013, hlm. 19-20

3
B. Universalisme Islam
Universal merupakan bentuk dari puncak perhatian yang sama, menimbulkan
sikap simpati dan empati dalam diri setiap manusia dan tidak melihat perbedaan
seperti, social, ekonomi, ras, suku, dan agama.Menurut Amin Abdullah, Universal
Islam merupakan nilai-nilai yang ada dalam agama. Nilai tersebut meliputi kejujuran,
keadilan, kemanusiaan, kebersihan dan kesederhanaan. Nilai-nilai universal merupan
bentuk pemahaman yang yang memunculkan sikap yang berorientasi pada nilai-nilai
universal yang berpijak pada penghargaan, penghormatan dan tenggang rasa terhadap
segala perbedaan dan keberagaman sebagai bentuk dari sebuah keniscayaan dunia.
Universalisme Islam merupakan gerakan dalam bentuk yang menghadirkan
ajaran Islam yang universal. Menurut Abdurrahman Wahid, Universal menampilkan
unsur kepedulian yang sangat besar kepada unsur-unsur utama dari kemanusiaan. Ia
meliputi dari dalam ajaran nya seperti hukum agama (fiqih), keimanan (tauhid), dan
etika (akhlak).
Universal Islam dapat dibuktikan dari empat segi, yakni segi metafisik, segi
agama, segi sosiologi, dan segi politik. Dalam Islam ada bentuk Rahmatan lil alamin,
artinya rahmat bagi seluruh alam. Ada rahmat yang berlaku untuk universal mencakup
seluruh umat manusia di dunia.
Pemahaman seseorang terhadap sesuatu mesti beragam atau berbeda, tapi
mesti ada titik temu dalam perbedaan tersebut. Universal itu sendiri merupakan proses
bentuk dari titik temu tersebut. Nilai universal adalah standar tingkah laku, keindahan,
keadilan dan kebenaran yang mengikat manusia dalam sepatutnya dijalankan dan di
pertahankan yang berlaku secara umum. Dengan demikian, Universal itu sendiri
bentuk dari titik temu tersebut dan patokan dalam bertindak dan berperilaku dalam
kehidupan yang hadir dalam ajaran nya, seperti fiqih, tauhid dan etika.

Muslich dan Adnan Qohar, Nilai Universal Agama-Agama di Indonesia(Menuju Indonesia


Damai), (Yogyakarta: Kaukaba,2013), hlm, 115

4
C. Dimensi Baru dari Kedatangan Islam
Islam merupakan agama yang di turunkan oleh Allah untuk umat manusia.
Kehadirannya memberikan dimensi lain terhadap agama-agama lain. Pertama, Agama
itu tidak lagi harus diterima sebagai dogma, yang harus diterima apabila orang ingin
selamat dari siksa yang selama-lamanya. Akan tetapi, Islam diterima sebagai agama
yang menjadi pilihan tuhan dengan perentara wahyu. Sebaliknya wahyu diakui
sebagai faktor yang sangat diperlukan bagi evolusi manusia.
Kedua, ajaran islam tidak hanya terbatas pada kehidupan setelah mati.
Perhatian utamanya adalah untuk kehidupan dunia dan dengan perantara perbuatan
baik didunia ini manusia dapat memperoleh kesadaran tentang eksistensinya itulah
sebabnya, Al-Qur’an pada banyak tempat membahas masalah-masalah yang
menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia. Ia bukan hanya membahas cara
beribadah, bentuk-bentuk peribadatan dengan cara-cara yag menjadikan manusia
dekat dengan Allah, tetapi ini adalah yang lebih banyak dan terperinci dan juga
tentang problem-problem dunia sekitar manusia.masalah hubungan antara manusia
dengan manusia, kehidupan sosial dan politik, perkawinan, perceraian, dan pewarisan,
pembagian harta benda dan hubungan antara buruh dan modal, peradilan, damai dan
perang, keuangan hutang dan kontrak masalah kewanitaan, aturan untuk membantu
fakir miskin, dan masih banyak lagi masalah hidup dan kehidupan yang
memungkinkan orang untuk mencapai hidup bahagia.
Al-Qur’an bukan hanya memberikan peraturan untuk kemajuan individu,
tetapi juga untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan, kemajuan bangsa dan
bahkan umat manusia semua peraturan itu dijadikan efektif dengan dasar iman kepada
Allah SWT.

Abdullah, M. Amin. Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

5
D. Islam Sebagai Jalan Tengah
Para Mukmin sejati memandang Islam sebagai satu-satunya jalan yang lurus
(al-shirath al-mustaqim). Isu utama mereka adalah bagaimana kaum Muslim
melaksanakan Islam secara kaffah (total). Hal ini bisa menimbulkan kesan bahwa
dunia di mata mereka hanya berwajah biner: Islam/kafir, thaghut/Allah, haqq/bathil,
jahiliyah/Islami, Dar Al-Islam/dar al-harb, dan seterusnya. Dengan pandangan-dunia
semacam itu, bagi sebagian orang, sikap dan tindakan mereka dianggap terlalu
simplistik, linier, keras, dan bahkan radikal.
Di sisi yang berseberangan, terdapat sebagian Muslim yang longgar, atau
bahkan abai, terhadap prinsip-prinsip Islam. Mereka sering menafsirkan ajaran Islam
dalam rangka kepentingan-diri mereka sendiri. Mereka lebih dekat pada sekularisme
dan ateisme ketimbang pada Islam, bahkan oleh sebagian orang, mereka dianggap
telah keluar dari Islam.
Yusuf Qardhawi, seorang ulama yang sangat disegani di dunia Muslim,
mencoba memetakan pandangan-pandangan yang berkembang di Dunia Islam.
Dengan keluasan ilmu, kejernihan argumentasi, dan kelapangan hati, dia
menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang senantiasa menempuh jalan tengah
(wasath), yang membawa rahmat bagi semesta alam (rahmah li al-alamin). Dengan
pandangan-dunia itu, Islam menampilkan diri sebagai sebuah agama yang toleran,
moderat, adil tanpa harus kehilangan prinsip-prinsip intrinsiknya. Di dalamnya tersirat
pengakuan akan adanya berbagai pandangan, kemungkinan, alternatif, tafsiran tentang
Islam yang satu itu.
Dengan menjadi wasathiyah maka kita menyediakan ruang terbuka yang tepat
dan nyaman bagi siapapun termasuk agama lain. Sehingga mereka yakin bahwa Islam
hanya membawa ajaran kabaikan bukan ajaran kekerasan dan kita dapat meniru
Rasulullah yang rahmatan lil’alamin. Bagaimanapun persatuan umat adalah hal yang
sangat didambakan saat kondisi keagamaan Indonesia sedang berada di titik terlemah.
Demi terciptanya suasana keagamaan yang kondusif dan damai.
Islam tidak melarang orang untuk kaya. Tapi dalam kehidupan normal orang-
orang Islam yang kaya (berdasarkan kehidupan sahabat) ya hidupnya kayak orang
biasa. Umar bin Khattab yang jadi khalifah harta pribadinya mencapai angka triliunan
kalau dikurskan sekarang, tapi nyatanya cuma punya jubah 1, tambalannya 12, pernah
datang ke shalat jumat telat gara-gara jubahnya dicuci belum kering.
Islam juga tidak membiarkan seorang tertindas dan dizalimi, karena membela
yang lemah adalah salah satu inti dari ajaran agama Islam. Bahkan itu termasuk
bagian penting dari kualitas keislaman seseorang. Tapi meskipun mendapatkan tempat
yang istimewa di hati umat Islam, orang-orang dhuafa yang dipuji adalah mereka
yang menjaga harga diri, bukan yang mengemis dan memperlihatkan kelemahannya.
Yang tidak mengkomoditaskan kemiskinannya untuk mengharap bantuan.

6
Nah, maka dari itu konsep Islam adalah penengah dua ideologi ekstrim yang
sedang ramai jadi teori di kampus, yakni kapitalisme dan sosialisme-komunisme.
Dalam Islam proses distribusi kekayaan diatur dengan pendekatan moral, bukan
dengan hukum. Berbeda dengan di model kapitalisme dimana semuanya dibiarkan
bebas bersaing tanpa perikemanusiaan, atau di sosialisme-komunisme orang diatur
kekayaannya dan dikendalikan oleh negara.
Itulah mengapa dakwah Islam itu menyentuh hati, bukan mengekang manusia.
Masalahnya, sekarang kita itu mulai tidak percaya bahwa kiri kanan kita yang seperti
kita adalah manusia. Kita hanya basa-basi percaya bahwa mereka manusia, tetapi
pada praktiknya kita tidak benar-benar memperlakukan saudara-saudara kita sebagai
manusia seutuhnya. Itu tidak semata-mata salah kita secara pribadi, tetapi sistem
kehidupan yang memenjara kita memang berlaku demikian.

E. Agama dan Peradaban Manusia


Islam dari dulu dianggap sebagai agama yang melulu membicarakan tentang
ritual saja, seperti contoh yang dimaksud dengan ibadah adalah di masjid saja, selain
itu pergi ke sekolah, pasar, bisnis, bahkan mengembangkan ilmu pengetahuan tidak
termasuk sebagai ibadah. Awalnya dari Kristen yang menganggap bahwa ibadah
adalah aktivitas yang ada di gereja, selain itu, dianggap tidak termasuk ibadah.
Ingin melakukan apa saja, bahkan mengembangkan sebuah pengetahuan ilmu, gereja
tidak boleh ikut campur. Pemahaman inilah yang sudah masuk ke tubuh Islam,
pandangan orang sekuler jika kristen saja bisa disekulerkan, harusnya Islam juga bisa.
Dari persoalan di atas, penyakit tersebut yang menyerang Islam hingga
perspektif kebanyakan orang menganggap bahwa Islam hanya sebagai agama saja,
dan tidak sadar jika Islam merupakan agama dan sekaligus sebuah peradaban. Karena
selama ini, kebanyakan orang memposisikan agama sebagai sebuah dogma di mana
mengajarkan hubungan antara Tuhan dengan hamba-Nya serta pemaknaan ajaran
agama dalam lingkup masyarakat.
Dalam karyanya Hamid Naseem Rafiabadi ‘Challenges to Religions and
Islam: A Study of Muslim Movements,Personalities Isuues and Trends’ halaman 687,
Ziauddin Sardar pernah mengatakan: “Different civilizations have produced
distinctively different sciences”. Bahwa ilmu pengetahuan yang berbeda dihasilkan
karena peradaban yang berbeda. Jika asas dari pada peradaban tersebut adalah agama
Islam, maka peradaban Islam akan mudah untuk ditumbuhkan dan dikembangkan.
Ismail Raji al-Faruqi dalam “Atlas Budaya Islam” mengatakan bahwa prinsip utama
dalam peradaban Islam adalah tauhid. Di mana mampu membentangkan jati diri
peradaban Islam, yang mengikat semua bagian-bagian, sehingga menjadikan suatu
badan yang tidak terpisahkan dan organis yang kita sebut sebagai peradaban. Dalam
dimensi sosial, Islam merupakan agama unik di antara agama dan peradaban lainnya.
Buktinya bahwa Islam itu mencakup keseluruhan yang relevan dengan seluruh
ruang dan waktu, dan berusaha untuk menentukan seluruh sejarah, ciptaan, termasuk
seluruh umat manusia. Oleh karenanya, Islam tidak hanya dianggap sebagai agama
saja, namun juga sebagai peradaban yang sempurna, hal tersebut juga disampaikan
oleh Sayyed Hossein Nasr dalam ‘Islam; Religion, History, and Civilization’ dalam

7
introduction “Islam is both a religion and a civilization” Pada halaman yang berbeda
juga mengatakan: “Islam is not only a religion; it is also the creator and living spirit of
a major world civilization with a long history stretching over fourteen centuries”.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa Islam tidak hanya sebatas agama saja,
melainkan juga sebagai creator dan sebuah semangat hidup dalam sebuah peradaban
besar yang terbentang dari luas lebih dari 14 abad.
Hal tersebut juga diamini oleh orang orientalisme H.A.R Gibb dalam karyanya
“Whither Islam? A Survey of Modern movements in the Moslem World” halaman 12:
“Islam is indeed much more than a system of theology; it is a complete civilization”.
Artinya Islam dan peradaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Berbeda dengan kasus yang ada di Barat, Qosim Nurseha dalam penelitiannya
menyebutkan kejadian di Amerika Serikat yang membedakan etnik antara kulit hitam
dan kulit putih yang diangkat benderanya oleh mereka. Menurut Qosim dalam
penelitiannya bahwa negara Amerika adalah negara yang dianggap sangat maju dan
berperadaban tinggi dilihat dari sisi materi dan industri dan perkembangan sainsnya.
Namun, ternyata mereka maju dan berperadaban tinggi dari satu sisi saja. Maka, tidak
heran banyak orang Barat yang mengatakan bahwa patokan negara maju adalah yang
tinggi sisi materinya, perkembangan sainsnya dan industrinya.
Tidak kita sadari bahwa kemajuan materi tersebut lamban laun akan hilang
dan hancur, seperti yang dirasakan dalam sejarah oleh peradaban besar yang tidak
mempunyai unsur kemanusiaannya, yang berdiri di atas kesombongan muka bumi ini.
Seperti yang Allah perumpamakan dalam QS Yunus [10]: 24 yang artian bebasnya
adalah akan turun azab Allah bagi orang-orang yang ingin menguasai sepenuhnya
muka bumi ini.
Berbeda dengan konsep peradaban dalam Islam. Banyak sekali para ilmuwan
dan ulama memaknai arti peradaban. Ada yang menyebut peradaban dari kata bahasa
arab ḥaḍārah. Dr. Abu Zaid Sya’labiy dalam karya ‘Tarikh al-Hadarah al-Isalmiyah’
halaman 7 mengartikan hadarah sebagai “sebuah kumpulan kaum dalam kehidupan
dengan selalu memikirkan kemajuan baik dari segi pemikiran, akal, seni, dan ilmu
pengetahuan sehingga mencapai tujuan yang diharapkan”. Hal tersebut juga senada
yang disampaikan oleh Yusuf al-Qardawi “al-Sunnah Masdaran li al-Ma’rifah wa al-
Hadarah” bentuk kemajuan baik berbentuk kemajuan materi, ilmu pengetahuan, seni,
sastra maupun sosial.
Hal yang sedikit berbeda disampaikan oleh Husein Mu’nis dalam karya ‘Al-
Ḥaḍārah; Dirāsah fī Usūl wa ‘Awāmil Qiyāmihā wa Taṭawwurihā’ bahwa peradaban
dalam pengertian umum adalah buah dari sebuah usaha yang dilakukan manusia
untuk memperbaiki kondisi hidupnya, baik berupa bentuk materi (mādiyah) maupun
imateri (ma’nawiyah). Lebih dalam lagi tentang peradaban Islam, Dr. Abdurrahman
‘Ali al-Hajj dalam karya ‘Jawānib min al-Ḥaḍārah al-Islāmiyah’ mengatakan bahwa
peradaban Islam termasuk bagian daripada Aqidah Islamiyah dan juga sebuah fakta
dari Islam.
Dari definisi di atas bisa disimpulkan bahwa peradaban harus mempunyai dua
sisi penting, yaitu sisi nilai materil dan spiritual yang tinggi. Jika suatu peradaban
hanya menojol dalam satu sisi saja, maka tidak bisa disebut sebagai sebuah peradaban

8
yang sempurna. Walaupun suatu negara maju secara industri, teknologinya,
informasinya, dan lain sebagainya, tetapi secara ‘kemanusiaan’ gagal, karena tidak
memberikan dampak positif bagi manusia.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa Islam tidak hanya sebagai din
saja, namun juga sebagai sebuah peradaban, yang oleh Al Attas menyebutnya sebagai
al-Madaniyah atau tamaddun disebutkan jelas dalam karya monumentalnya
‘Prolegomena to the Methaphysics in Islam’ dengan sangat rinci. Maksudnya bahwa
kata tamaddun dan madaniyah dimaknai dengan peradaban atau yang diungkapkan
oleh Nasr Muhammad Arif dalam al-Hadarah al-Tsaqafah al-Madaniyah’ disebut
dengan civilization. Sedangkan madinah adalah nama kota al-Madinah al-
Muanwwarah di mana agama disempurnakan dan diamalkan secara keseluruhan oleh
kaum muslimin, selain itu juga tempat di mana orang-orang berperadaban lewat
agama mereka. Setidaknya ada tiga pondasi penting dalam peradaban Islam yang
ditulis oleh Imad al-Din Khalil dalam karya ‘Madkhal ila Hadarah al-Islamiyah’ yaitu
al-Naqlah al-Taṣawwuriyyah al-I’tiqādiyyah, al-Naqlah al-Ma’rifiyyah, al-Naqlah al-
Manhajiyah.
Pertama, al-Naqlah al-Taṣawwuriyyah al-I’tiqādiyyah atau adanya perubahan
pandangan hidup (worldview) dan keyakinan. Poin ini sangatlah penting, di mana
perubahan yang mendasari perubahan apapun dalam suatu masyarakat, yang awalnya
keyakinan dalam bentuk politeisme berubah menjadi tauhid, yang awalnya
menyembah batu dan patung menjadi menyembah Allah SWT.
Kedua, al-Naqlah al-Ma’rifiyyah atau adanya perubahan keilmuan, bisa
disebut juga dengan perubahan ilmiah. Perubahan inilah sudah dimulai sejak zaman
turunnya wahyu dari Allah SWT. Selain itu, masih banyak juga perubahan-perubahan
yang berkaitan dengan keilmuan mulai dari seruan membaca al-Qur’an, berpikir,
menggunakan nalar, bertadabbur dan lain sebagainya.
Ketiga, al-Naqlah al-Manhajiyah atau bisa disebut dengan perubahan
metodologis. Perubahan inilah yang mungkin penting tidak bisa dipisahkan dengan
sebelumnya. Diyakini bahwa perubahan ini berperan penting dalam gerak pemikiran
manusia, peradaban secara umum. Dalam Islam pun metode sangatlah penting guna
membuat nalar seorang manusia.
Dari ketiga perubahan di atas itulah pondasi penting bagi Islam, di mana Islam
layak disebut sebagai din dan juga tamaddun bagi manusia. Karena manusia pada saat
ini sangat membutuhkan kepada peradaban Islam (tamaddun islāmī). Wallahu a’lam.

F. Islam Menyatukan Bangsa-Bangsa Dunia

Anda mungkin juga menyukai